You are on page 1of 9

Jurnal Medika Veterinaria Agustus 2019, 13 (2):265-273

P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1. 14814

Density Figure Of Aedes Spp Larvae In Jeulingke Village Syiah Kuala


Subdistrict Banda Aceh

Farida Athaillah1, Muhammad Hanafiah1, Eka Ichsan Prapanca2, Lian Varis Riandi1, Eliawardani1,
Muttaqien1
1
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Alamat Korespondensi: farida_athaillah@yahoo.com

ABSTRACT

This study was aimed to determine the level of Density Figure of Aedes spp mosquito larvae with parameter
House Index (HI) Container Index (CI), and Breteau Index (BI) at Jeulingke Village, Syiah Kuala Subdistrict, Banda
Aceh. This research was conducted by using Single Larva Method. Single Larvae Method is a method used to take a
single larva by using a plastic scoop on each container that is found to have a larva and visually observed by using
a flashlight. The sample used consisted of 120 houses taken randomly from 6 hamlets. The larval data were obtained
from various types of containers tabulated into tabular form, then the larvae index was calculated to determine the
density of the larvae based on the Density figure criteria. The results showed that from 120 houses found 702
containers in Jeulingke Village with 20 positive larval houses and 20 containers that positively contained larvae
such as 19 bath containers and used tires by 1 container so that the index of larvae obtained with House Index is
17% , Container Index of 3%, Breteau Index 20, so as to obtain Density Figure value in the range of numbers 2-4.
The results show that the Density Figure in Jeulingke Village is in the medium category.

Keywords: Density Figure, container, Single Larvae Method, and Jeulingke Villa.

PENDAHULUAN disebabkan karena penyebaran nyamuk


sebagai vektor yang tidak terkendali
Nyamuk dalam hidupnya mengalami (Ndione dkk., 2007). Pada kondisi
berbagai fase perkembangan dimulai dari pemukiman yang padat dan kurang tertata,
telur, larva, pupa dan dewasa. Stadium telur, banyaknya tempat penampungan air di
larva dan pupa hidup di dalam air, setiap rumah penduduk dapat memperbesar
sedangkan dewasa hidup di udara. Stadium peluang berkembangnya Aedes spp sebagai
larva merupakan stadium penting karena vektor di masyarakat (Permadi, 2013).
gambaran jumlah larva akan menunjukkan Aedes spp menyukai genangan air yang
jumlah populasi nyamuk dewasa. Selain itu, tertampung di suatu wadah yang disebut
stadium larva juga mudah diamati dan kontainer (Sari dkk., 2012). Terdapat
dikendalikan karena berada ditempat beberapa faktor yang mempengaruhi
perindukan (air) (Nadifah dkk., 2016). keberadaan larva di dalam suatu kontainer,
Indonesia merupakan negara terbesar diantaranya volume air, jenis permukaan
di dunia yang beriklim tropis yang dapat kontainer dan warna (Ramadhany dan
menyebabkan berbagai macam penyakit Astuti, 2013).
tropis yang salah satunya disebabkan oleh Salah satu indikator untuk mengetahui
nyamuk, misalnya penyakit filariasis, tempat perkembangbiakan atau habitat larva
demam berdarah dengue (DBD), malaria baik di dalam rumah (indoor) maupun diluar
dan chikungunya. Beberapa penyakit ini rumah (outdoor) digunakan indikator indeks
sering terjadi di kalangan masyarakat dan larva. Indeks larva dinyatakan dalam tiga
berlangsung secara cepat dan luas. Penyebab jenis indeks yang ditetapkan oleh WHO
utama munculnya berbagai penyakit ini yaitu House Indeks (HI), Container Indeks

265
Jurnal Medika Veterinaria Agustus 2019, 13 (2):265-273
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1. 14814

(CI), Breteau Indeks (BI) (Joharina dan Metode dan Prosedur Penelitian
Widiarti, 2014), dan Density Figure (DF)
(Budiyanto dkk., 2005). Faktor-faktor yang Penelitian ini merupakan penelitian
mempengaruhi tingginya indeks larva antara survei dengan menggunakan Metode Single
lain, yaitu kepadatan penduduk, mobilitas Larva yaitu, mengambil satu ekor larva
dan lingkungan perumahan (Azlina dkk., dengan menggunakan gayung plastik pada
2016). setiap kontainer yang ditemukan ada larva
Gampong Jeulingke merupakan salah dan diamati secara visual dengan
satu Gampong di Kecamatan Syiah Kuala, menggunakan senter (Depkes RI, 2002).
Banda Aceh dengan jumlah penduduk 6.325 Penentuan wilayah survei dengan total
jiwa dengan luas wilayah 154,4 Ha. Kasus sampel 120 rumah meliputi 6 Dusun yaitu,
DBD di Gampong ini sekitar 2 kasus pada Dusun Ujong Krueng, Dusun Rawa Sakti,
tahun 2013 sampai dengan 2016. Pada tahun Dusun Lampoh Raya, Dusun Rajawali,
2017 terjadi peningkatan kasus penyakit Dusun Rawa Bakti, dan Dusun Jeulingke
DBD sebanyak 12 kasus. Hal ini Indah. Kemudian dilakukan survei
menunjukkan bahwa vektor nyamuk keberadaan larva Aedes spp stadium
terutama Aedes aegypti dan Aedes Aquatik.
albopictus banyak terdistribusi didaerah Apabila ditemukan larva Aedes spp,
tersebut (BPS, 2017). dicatat, dimasukkan ke dalam botol
Berdasarkan uraian latar belakang sampel/plastik sampel dan dibawa ke
diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian laboratorium Parasitologi Fakultas
yang mengkaji tentang Density Figure Kedokteran Hewan Unsyiah untuk
(kepadatan) dari populasi larva nyamuk dilakukan indentifikasi.
Aedes spp di Gampong Jeulingke Setelah diidentifikasi, lalu dicari
Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. indeks larva (HI, CI, dan BI). Pengukuran
kepadatan populasi larva Aedes spp dapat
MATERIAL DAN METODE dilakukan dengan perhitungan indeks larva
dan didapatkan density figure (DF). Density
Tempat dan Waktu Penelitian Figure merupakan tingkat kepadatan larva
nyamuk dalam 100 rumah yang diamati
Penelitian dilaksanakan di Gampong (Kemenkes, 2014).
Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala dari
bulan Desember 2017 sampai dengan Rumus Perhitungan Indeks larva :
Januari 2018. Perhitungan sampel dilakukan
di laboratorium Parasitologi Fakultas 1. House Indeks (HI)
Kedokteran Hewan Unsyiah Banda Aceh.

Alat dan Bahan Penelitian


2. Container Indeks (CI)
Alat yang digunakan adalah senter,
gayung plastik, plastik sheet, counter,
object glass, pipet tetes, cover glass,
mikroskop binokuler dan mikroskop stereo. 3. Breteau Indeks (BI
Bahan yang digunakan adalah larva instar III
atau larva instar IV, plastik sampel dan
kertas label.

266
Jurnal Medika Veterinaria Agustus 2019, 13 (2):265-273
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1. 14814

Menurut WHO (2004), indeks larva Menurut Sulistyorini (2016), kriteria


yang beresiko untuk terjadinya penularan kepadatan atau DF didapat dari gabungan
berbagai penyakit disuatu wilayah yang HI, CI, BI, yang dinyatakan dalam skala 1-9,
ditransmisikan oleh nyamuk Aedes spp jika yang dibagi dalam tiga kategori, yaitu DF =
House Indeks sebesar ≥10%, Container 1 (kepadatan rendah), DF = 2-5 (kepadatan
Indeks sebesar ≥5%, dan Breteau Indeks sedang), DF = 6-9 (kepadatan tinggi),
sebesar ≥50. seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria kepadatan (Density Figure) larva nyamuk

Density Figure
HI (%) CI (%) BI Kategori
(Kepadatan Larva)
1-3 1-2 1-4 1 Rendah
4-7 3-5 5-9 2
8-17 6-9 10-19 3
Sedang
18-28 10-14 20-34 4
29-37 15-20 35-49 5
38-49 21-27 50-74 6
50-59 28-31 75-99 7
Tinggi
60-76 32-40 100-199 8
77+ 41+ 200+ 9
Sumber : WHO, 1972

HASIL DAN PEMBAHASAN (BPS, 2016).


Perhitungan indeks larva beserta
Lokasi penelitian ini di Gampong kepadatan larva (Density Figure) di
Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala, Banda Gampong Jeulingke berasal dari 6 dusun
Aceh. Gampong Jeulingke terdiri dari 6 yang dilakukan randomisasi dari tiap-tiap
dusun, dengan batas-batas wilayah Sebelah rumah di dusun tersebut yang akan
Utara: Gampong Tibang, Sebelah Timur: berjumlah 120 rumah.
Kabupaten Aceh Besar, Sebelah Selatan: Faktor cuaca merupakan salah satu
Gampong Peurada, Sebelah Barat: Gampong pendukung dalam melaksanakan survei
Bandar Baru Kecamatan Kuta Alam. larva. Menurut pengamatan cuaca pada saat
Gampong Jeulingke memiliki luas penelitian, musim pancaroba (peralihan
wilayah 154,4 Ha. Ketinggian di Gampong hujan-kemarau) sedang berlangsung. Curah
Jeulingke adalah 2 m diatas permukaan laut hujan yang tinggi dapat mempengaruhi
dan banyaknya curah hujan sebesar 115,3 kelembaban udara dan suhu udara menjadi
mm/tahun dengan suhu udara rata-rata meningkat, sehingga menambah jumlah
sebesar 27,10C. Gampong Jeulingke tempat perindukan (habitat) nyamuk
merupakan wilayah dengan topografi rendah alamiah.

267
Jurnal Medika Veterinaria Agustus 2019, 13 (2):265-273
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1. 14814

Tabel 2. Distribusi jenis kontainer dan keberadaan larva Aedes spp di Gampong Jeulingke
Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh

Positif Negatif Total


Jenis Kontainer
Jumlah (n%) Jumlah (n%) Jumlah (n%)
Bak Mandi 19 (2,7) 100(14,2) 119(17)
Bak Wc 0 (0) 32(4,6) 32(4,6)
Ember 0 (0) 98(14) 98(14)
Dispenser 0 (0) 110(15,7) 110(15,7)
Kulkas 0 (0) 91(13) 91(13)
Tempayan 0 (0) 1(0,1) 1(0,1)
Pot Bunga 0 (0) 88(12,5) 88(12,5)
Kaleng Bekas 0 (0) 58(8,2) 58(8,2)
Botol Bekas 0 (0) 63(9) 63(9)
Ban Bekas 1 (0,1) 22(3,1) 23(3,2)
Kolam Ikan 0 (0) 1(0,1) 1(0,1)
Sumur 0 (0) 4(0,6) 4(0,6)
Drum 0 (0) 11(1,6) 11(1,6)
Gelas 0 (0) 2(0,3) 2(0,3)
Wadah air 0 (0) 1(0,1) 1(0,1)
Total 20 (2,8) 682(97,1) 702(100)

Pada Tabel 2 terlihat secara berkembangbiak atau meletakkan telurnya


keseluruhan ada 702 jenis kontainer yang pada dinding kontainer. Selain itu,
didapat pada survei di Gampong Jeulingke masyarakat juga terlambat menguras atau
Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. mengganti air pada bak mandi sehingga telur
Kontainer yang positif larva berjumlah 20 nyamuk dapat terus menempel dan
(2,8%) dengan kontainer yang paling berkembangbiak di kontainer tersebut.
banyak mengandung larva adalah bak mandi Menurut Sepsinar (2010), hadirnya larva di
berjumlah 19 (2,7%). Hal ini sesuai dengan bak mandi disebabkan karena waktu
penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk., pengurasan yang lebih dari 1 minggu sekali
(2012) tentang jenis kontainer yang dan teknik pengurasan yang tidak tepat
ditemukan paling banyak positif larva seperti tidak menyikat dinding kontainer
adalah bak mandi (37,2%). Nyamuk Aedes pada saat membersihkan serta kondisi
aegypti menyukai kontainer yang terletak di lingkungan ruang maupun air yang
dalam rumah, terbuka, berwarna gelap, dan mendukung perkembangbiakan nyamuk.
terlindungi dari sinar matahari secara Menurut Hasyimi dan Soekirno (2004), bak
langsung sedangkan untuk kontainer di luar mandi juga dapat memfasilitasi
rumah kurang disukai oleh nyamuk Aedes perkembangbiakan nyamuk karena bak
aegypti karena lebih sering terkena cahaya mandi merupakan kontainer yang berukuran
matahari secara langsung (Nadifah dkk., besar sehingga sulit untuk dibersihkan dan
2016). mengganti airnya.
Keberadaan larva di dalam bak mandi, Kontainer lain yang juga mengandung
disebabkan karena bak mandi merupakan larva adalah ban bekas sebanyak 1 (0,1%).
tempat yang disukai oleh nyamuk Aedes Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Agus
aegypti karena kontainer tersebut sering dkk. (2008), yang menyatakan bahwa
dibiarkan terbuka dan banyak menampung kontainer yang mengandung larva adalah
air sehingga nyamuk tertarik untuk ban bekas (32,14%). Ban bekas yang sering

268
Jurnal Medika Veterinaria Agustus 2019, 13 (2):265-273
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1. 14814

diletakkan dan dibiarkan saja di luar rumah akan mempermudah nyamuk Aedes spp
dengan kondisi tidak terurus cenderung untuk hinggap, sehingga dapat mengatur
luput dari perhatian masyarakat Gampong posisi tubuhnya untuk meletakkan telur.
Jeulingke, serta warnanya yang gelap Sebaliknya, permukaan kontainer yang licin
membuat nyamuk Aedes spp tertarik untuk akan menghambat nyamuk untuk hinggap,
berkembangbiak di ban bekas tersebut. sehingga sulit untuk mengatur posisi tubuh
Kontainer tersebut menjadi tempat potensial pada saat meletakkan telur (Ramadhany dan
untuk berkembangbiak nyamuk Aedes spp. Astuty, 2013). Warna kontainer yang gelap
Salah satu nyamuk Aedes spp yang lebih disukai sebagai tempat
menyukai kontainer yang diletakkan di luar perkembangbiakan nyamuk Aedes spp
rumah untuk berkembangbiak seperti pada dibandingkan dengan warna yang terang
ban bekas adalah nyamuk Aedes albopictus karena dapat memberikan rasa nyaman dan
(Prasetyowati dkk., 2014). Hal tersebut tenang saat bertelur. Selain itu, warna
menunjukkan keberadaan larva Aedes spp kontainer yang gelap dapat membuat
berhubungan dengan jenis kontainer. kelembaban di kontainer tersebut meningkat
Keberadaan larva disuatu kontainer sehingga sesuai untuk tempat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu perkembangbiakan nyamuk Aedes spp
volume air. Ramadhany dan Astuti (2013), (Nadifah dkk., 2016). Menurut Gafur dan
menyatakan bahwa kontainer yang banyak Jastam (2015), kelembaban yang baik bagi
berisi air merupakan tempat yang disukai perkembangbiakan nyamuk Aedes spp
Aedes spp karena kontainer yang dapat berkisar 60%-80%. Kelembaban yang
menampung volume air yang banyak akan rendah akan menyebabkan penguapan air di
membuat permukaan air menjadi lebih dalam tubuh nyamuk Aedes spp sehingga
gelap. Selain itu, pada volume air yang besar akan mengakibatkan keringnya cairan tubuh
terdapat lebih banyak makanan yang nyamuk.
menunjang kelangsungan hidup larva. Berdasarkan Tabel 2 didapatkan nilai
Faktor lain yang mempengaruhi keberadaan indeks larva (HI, CI, dan BI), jumlah rumah
larva disuatu kontainer adalah jenis dan kontainer yang dapat dilihat pada Tabel
permukaan kontainer dan warna kontainer. 3.
Pada jenis permukaan kontainer yang kasar

Tabel 3. Jumlah rumah dan kontainer yang diperiksa serta persentase indeks larva di Gampong
Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.

No Komponen Gampong Jeulingke Keterangan


1 Rumah yang diperiksa 120 -
2 Rumah Positif 20 -
3 House Indeks (HI) 17% Sedang
4 Kontainer yang diperiksa 702 -
5 Kontainer positif 20 -
6 Container Indeks (CI) 3% Sedang
7 Breteau Indeks (BI) 20 Sedang

Berdasarkan Tabel 3, dari 120 rumah ini menunjukkan bahwa rumah yang positif
yang disurvei di Gampong Jeulingke, hanya larva di Gampong Jeulingke beresiko untuk
20 rumah yang positif larva sehingga terjadinya kasus penyakit yang
didapatkan House Indeks sebesar 17%. Hal ditransmisikan oleh nyamuk Aedes spp

269
Jurnal Medika Veterinaria Agustus 2019, 13 (2):265-273
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1. 14814

dikarenakan nilai House Indeks (17%) ditransmisikan oleh nyamuk Aedes spp.
melebihi ambang batas dari nilai standar Dari ketiga indeks (HI, CI, dan BI)
yang telah ditetapkan WHO (House Indeks menunjukan bahwa indeks larva di
≥10%) dan termasuk dalam kategori sedang Gampong jeulingke beresiko untuk
(Tabel 4), sehingga perlu diperhatikan untuk terjadinya wabah penyakit yang
mendapatkan tindakan pencegahan yang ditransmisikan oleh nyamuk Aedes spp. Hal
dapat menurunkan nilai dari House Indeks di ini dilihat dari nilai House Indeks (17%)
Gampong Jeulingke. Menurut Astuti dan yang melebihi standar yang telah ditetapkan
Susanti (2017), House Indeks digunakan oleh WHO (House Indeks ≥10%). Hasil ini
untuk memantau populasi Aedes spp dalam lebih rendah dibandingkan hasil yang
mentransmisikan berbagai penyakit di suatu diperoleh Yuni (2013) dengan House Indeks
wilayah. House Indeks tinggi menandakan sebesar 25,71%, Container Indeks sebesar
bahwa dirumah tersebut terdapat kontainer 13,64%, Breteau Indeks sebesar 26. Menurut
yang positif larva. WHO (2004), House indeks, Container
Dari 702 kontainer yang diperiksa Indeks dan Breteau Indeks merupakan
terdapat 20 kontainer yang positif larva indeks yang paling banyak digunakan untuk
Aedes spp sehingga didapatkan Container memantau larva Aedes spp karena dianggap
Indeks sebesar 3%. Nilai Container Indeks lebih praktis dibandingkan dengan survei
(3%) di Gampong Jeulingke menunjukkan telur nyamuk atau survei nyamuk dewasa.
masih berada di kisaran standar WHO Indeks larva yang beresiko untuk
(Container Indeks ≥5%). Akan tetapi nilai terjadinya wabah penyakit yang di
tersebut termasuk dalam kategori sedang transmisikan oleh nyamuk Aedes spp di
(Tabel 4), dimana di Gampong Jeulingke Gampong Jeulingke dipengaruhi oleh faktor
perlu diwaspadai untuk terjadinya kasus lingkungan dan faktor manusia. Faktor
penyakit yang ditransmisikan oleh nyamuk lingkungan yang salah satunya adalah
Aedes spp. Container Indeks merupakan ketinggian (Azlina dkk., 2016). Gampong
parameter yang digunakan untuk Jeulingke berada di ketinggian ± 2 meter
mengetahui keberadaan Aedes spp yang diatas permukaan laut yang termasuk
dinilai dari hasil pemeriksaan pada sejumlah dataran rendah (BPS, 2016). Menurut WHO
kontainer rumah yang didalam maupun luar (2009), ketinggian merupakan faktor
lingkungannya yang ditemukan larva (Astuti penting yang membatasi penyebaran Aedes
dan Susanti, 2017). spp. Dataran rendah (kurang dari 500 meter)
Menurut WHO (2001), Breteau Indeks memiliki tingkat populasi nyamuk dari
merupakan indeks larva yang paling sedang hingga tinggi. Faktor manusia yang
informatif karena memuat hubungan antara mempengaruhi indeks larva antara lain,
rumah dengan kontainer yang positif. Indeks yaitu kepadatan penduduk, mobilitas dan
ini khusus untuk memfokuskan upaya lingkungan perumahan. Jumlah penduduk di
pengendalian atau pemusnahan habitat Gampong Jeulingke adalah 6.325 jiwa
Aedes spp yang dilakukan oleh kegiatan dengan luas wilayah 154,4 Ha (BPS, 2016).
masyarakat. Breteau Indeks di Gampong Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
Jeulingke sebesar 20 dan juga masih berada penduduk di Gampong Jeulingke adalah
di kisaran standar WHO (Breteau Indeks padat. Hal ini dapat memudahkan
≥50). Akan tetapi nilai tersebut termasuk penyebaran penyakit yang di transmisikan
dalam kategori sedang (Tabel 4), sehingga oleh vektor nyamuk Aedes spp. Hasil
perlu diwaspadai untuk terjadinya pengamatan juga menunjukkan perumahan
penyebaran penyakit di daerah tersebut yang di Gampong Jeulingke saling berdekatan

270
Jurnal Medika Veterinaria Agustus 2019, 13 (2):265-273
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1. 14814

antara satu rumah dengan rumah yang Berdasarkan Tabel 3 dari ketiga nilai
lainnya sehingga sangat berperan dalam indeks (HI, CI, BI) tersebut maka
penyebaran penyakit yang dibawa oleh didapatkan Density Figure yang dapat
nyamuk Aedes spp. dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai House Indeks, Container Indeks, Breteau Indeks, dan kepadatan larva (Density
Figure) di Gampong Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.

Density Figure
HI (%) CI (%) BI Kategori
(Kepadatan larva)
1-3 1-2 1-4 1 Rendah
4-7 3-5 5-9 2
8-17 6-9 10-19 3
Sedang
18-28 10-14 20-34 4
29-37 15-20 35-49 5
38-49 21-27 50-74 6
50-59 28-31 75-99 7
Tinggi
60-76 32-40 100-199 8
77+ 41+ 200+ 9
Sumber : WHO, 1972

Berdasarkan Tabel 4 dapat Density Figure antara 2 - 4 yang termasuk


disimpulkan bahwa nilai Density Figure dalam kategori kepadatan larva sedang.
(kepadatan larva) didapatkan berdasarkan Nilai density figure tertinggi terdapat pada
perhitungan House Indeks, Container Breteau Indeks yang menandakan bahwa di
Indeks, dan Breteau Indeks. Ketiga indeks Gampong Jeulingke pada 100 rumah
(HI, CI, BI) tersebut merupakan parameter terdapat 20 kontainer yang positif larva dan
untuk terjadinya ancaman wabah penyakit juga berpotensi sebagai tempat
yang di transmisikan oleh nyamuk Aedes perkembangbiakan nyamuk Aedes spp.
spp apabila daerah tersebut dengan Density Menurut Arifudin dkk. (2016),
Figure 5-9 yang berarti kepadatan larva di tingginya angka kepadatan larva (2–4)
wilayah tersebut tinggi, sedangkan Density berkaitan dengan tingginya nilai parameter
Figure 2-5 berarti kepadatan larva di kepadatan larva Aedes spp yaitu, House
wilayah tersebut sedang. Jika Density Figure Indeks, Container Indeks, dan Breteau
berada pada nilai 1, maka kepadatan larva di Indeks. Jika terjadi kasus penyakit yang
wilayah tersebut rendah yang berarti ditransmisikan oleh nyamuk Aedes spp,
menunjukkan di wilayah tersebut kecil maka peluang penyebarannya lebih mudah
kemungkinan untuk terjadinya ancaman karena banyak ditemukan vektor dikawasan
wabah penyakit yang ditransmisikan oleh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku
nyamuk Aedes spp. masyarakat dalam mengelola tempat
Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat penampungan air seperti, tidak menguras
parameter Density Figure (kepadatan larva) bak mandi secara teratur, membuang barang
di Gampong Jeulingke dengan House Indeks bekas berupa botol plastic/kaca yang dapat
sebesar 17% yang terdapat pada nilai 3, menampung air hujan dan adanya tanaman
Container Indeks sebesar 3% terdapat pada hias yang rimbun dan tidak terawat juga
nilai 2, dan Breteau Indeks sebesar 20 mempengaruhi keberadaan nyamuk Aedes
terdapat pada nilai 4. Sehingga didapatkan spp.

271
Jurnal Medika Veterinaria Agustus 2019, 13 (2):265-273
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1. 14814

Menurut Permadi (2013), turunnya Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Syiah Kuala
angka parameter kepadatan larva (HI, CI, dalam Angka. Banda Aceh.
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Banda Aceh.
dan BI) disebabkan oleh beberapa faktor BAPPEDA Banda Aceh.
yaitu adanya perubahan dan mobilitas Budiyanto, A., Santoso, D. Purnama, dan R. I.
penduduk yang tinggi serta telah berubahnya Pahlepi. 2005. Studi Indeks Larva Nyamuk
sikap masyarakat yang mengacu pada PHBS Aedes aegypti dan Hubungannya dengan
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) seperti PSP Masyarakat Tentang Penyakit DBD di
Kota Palembang Sumatera Selatan.
melakukan tindakan 3M (Menguras, Depkes RI. 2002. Survei Entomologi Demam
Mengubur, dan Menutup). Berdarah Dengue. Jakarta.
Gafur, A. dan M. S. Jastam. 2015. Faktor yang
PENUTUP berhubungan dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Batua
Kota Makassar. Al-Shihah Public Health
Kesimpulan Science Journal, 7(1):50-62.
Dari hasil penelitian dapat Hasyimi, M. dan M. Soekirno. 2004. Pengamatan
disimpulkan bahwa tingkat Density Figure Tempat Perindukan Aedes aegypti pada
larva nyamuk Aedes spp sebesar 2-4 dengan Tempat Penampungan Air Rumah Tangga
kategori kepadatan sedang. Hasil tersebut pada Masyarakat Pengguna Air Olahan.
Jurnal Ekologi Kesehatan, 13(1):37-42.
didapatkan dari nilai House indeks sebesar Joharina, A. S., dan Widiarti. 2014. Kepadatan Larva
17%, Container indeks 3%, dan Breteau Nyamuk Vektor sebagai Indikator Penularan
indeks 20. Demam Berdarah Dengue di Daerah
Endemis di Jawa Timur. Jurnal Vektor
Saran Penyakit, 8(2):33-40.
Kemenkes RI. 2014. Modul Pengendalian Demam
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Berdarah Dengue. Kementrian Kesehatan
mengenai hubungan indeks lainnya seperti RI. Jakarta.
maya indeks, pupa indeks dan lain-lain Nadifah, F., N. F. Muhajir, D. Arisandi, dan M. D. O.
dengan Density Figure dikaitkan dengan Lobo. 2016. Identifikasi Larva Nyamuk
kebersihan lingkungan sekitar. Pada Tempat Penampungan Air di
Padukuhan Dero Condong Catur Kabupaten
Sleman. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
DAFTAR PUSTAKA 10(2):172-178.
Ndione, R. D, O. Faye, M. Ndiaye, A. Dieye, dan A.
Agus, M., W. Yunus, A. Hayani, dan Risti. 2008. J. M Foutou. 2007. Toxic Effect of Neem
Preferensi Jentik Aedes aegypti terhadap Products (Azadirachta indica A. Juss) on
Jenis Kontainer di Kota Palu. Jurnal Vektor Aedes aegypti Linnaeus 1762 Larva. In
Penyakit, 2(1):9-14. African Journal of Biotechnology,
Arifudin, M., Adrial, dan S. R. Rusjdi. 2016. Survei 6(24):2846-2854.
Larva Nyamuk Aedes Vektor Demam Permadi, I. G. W. D. S. 2013. Kontainer Larva Aides
Berdarah Dengue di Kelurahan Kuranji sp. di Desa Saung Naga Kabupaten Ogan
Kecamatan Kuranji Kotamadya Padang Komering Ulu Sumatera Selatan. Aspirator,
Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan 5(1):16-22.
Andalas, 5(1):60-66. Prasetyowati, H, R. Marina, D. N. Hodijah, M.
Astuti, F. D., dan A. Susanti. 2017. Perbedaan Indeks Widawati, dan T. Wahono. 2014. Survei
Entomologi Pemantauan Jumantik Dewasa Jentik dan Aktifitas Nokturnal Aedes spp.di
dan Jumantik Anak di Dusun Meijing Pasar Wisata Pangandaran. Jurnal Ekologi
Kidul,Ambarketawang, Gamping, Sleman, Kesehatan, 13(1):33-42.
Yogyakarta. Jurnal Vektor Penyakit, Ramadhany, M. M., dan H. Astuty. 2013. Kepadatan
11(1):33-42. dan Penyebaran Aedes aegypti setelah
Azlina, A., Adrial, dan E. Anas. 2016. Hubungan Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban,
Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Jakarta Pusat. eJKI, 1(1):10-14.
dengan Keberadaan Larva Vektor DBD di Sari, P., Martini, dan P. Ginanjar. 2012. Hubungan
Kelurahan Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Kepadatan Jentik Aedes spp dan Praktik
Andalas, 5(1):221–227. PSN dengan Kejadian DBD di Sekolah

272
Jurnal Medika Veterinaria Agustus 2019, 13 (2):265-273
P-ISSN: 0853-1943; E-ISSN: 2503-1600 doi:https://doi.org/10.21157/j.med.vet.v1 1i1. 14814

Tingkat Dasar Kota Semarang. Jurnal WHO. 2004. Panduan Lengkap Pencegahan dan
Kesehatan Masyarakat, 1(2):413-422. Pengendalian Dengue dan DBD.
Sepsinar. 2010. Kajian Tempat Perindukan Terhadap Kedokteran EGC. Jakarta.
Keberadaan Nyamuk Aedes aegypti dan WHO. 2001. Modul Pedoman Penatalaksanaan
Aedes albopictus di Kecamatan Kuta Alam, Kasus DBD. Kedokteran EGC. Jakarta.
Banda Aceh. Skripsi. Fakultas Kedokteran WHO. 1972. Gambaran Kepadatan Jentik, Density
Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Figure. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Aceh. Jakarta.
Sulistyorini, E. 2016. Faktor Penentu Keberadaan Yuni, A. M. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Larva Aedes spp Pada Daerah Endemis dan Tindakan Pencegahan Demam Berdarah
Demam Berdarah Dengue Tertinggi dan Dengue (DBD) dengan Keberadaan Vektor
Terendah di Kota Bogor. Tesis. Sekolah DBD di Kelurahan Jati Kota Padang.
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Bogor. Andalas, Padang.
WHO. 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis,
Treatment, Prevention, and Control.
Geneva. WHO.

273

You might also like