Professional Documents
Culture Documents
*
Alamat Korespondensi: afsyahlif@gmail.com
4. ABJ=Jumlah rumah tdk ditemukan jentikx100% Kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas
Jumlah rumah diperiksa Kaluku Bodoa memiliki kecenderungan naik dari
5. OI = Jumlah ovitrap positif x 100% tahun 2017 hingga tahun 2019.
Jumlah ovitrap terpasang
6. RR = Jumlah nyamuk Aedes sp tertangkap Pemasangan Ovitrap
Jumlah P x lama P (jam) x waktu P (menit) Pemasangan ovitrap dilakukan di 2 (dua)
Keterangan: P = Penangkap Kelurahan wilayah kerja Puskesmas Kaluku Bodoa
yaitu Kelurahan Ujung Pandang baru dan
HASIL Kelurahan Pannampu. Dari 149 ovitrap yang
dipasang di rumah masyarakat, 49 ovitrap yang
Lokasi penelitian dilakukan di Kota
positif terdapat telur Aedes aegypti. Sehingga
Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Selengkapnya
didapatkan Ovitrap Index (OI) sebesar 32,89%,
dapat dilihat pada peta berikut ini:
dengan jumlah ovitrap yang paling banyak
ditemukan telur Aedes aegypti adalah Kelurahan
Ujung Pandang Baru yaitu 33,78%. Distribusi
ovitrap dan OI dapat dilihat pada tabel 2.
Survei Jentik
Survei jentik/larva dilakukan di rumah
penderita dan di sekitar rumah penderita.
Berdasarkan survei jentik yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa Kelurahan Pannampu
memiliki jumlah rumah ditemukan jentik tertinggi
yaitu 54,10% dan kontainer ditemukan jentik yaitu
28,7%. Sedangkan Kelurahan Ujung Pandang Baru
Gambar 1. Peta Lokasi Survei Kepadatan Vektor
memiliki jumlah rumah ditemukan jentik terendah
DBD di Kota Makassar.
yaitu 35,11% dan kontainer ditemukan jentik yaitu
20,2%.
Tabel 2. Hasil Pemasangan Ovitrap di Dua Kelurahan Wilayah Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar
Lokasi Jumlah Keberadaan Telur Ovitrap Index Total
No (Kelurahan) Ovitrap Positif Negatif (%) (%) (%)
DR LR DR LR DR LR DR LR
1. Ujung Pandang Baru 37 37 11 14 26 23 29,73 37,84 33,78
2. Pannampu 37 38 15 9 22 29 40,54 23,68 32
Total 74 75 26 23 48 52 35,14 30,67 32,89
Sumber: Data Primer, 2020.
Hasil survei yang telah dilaksanakan Kesehatan yaitu dibawah 95%. Kelurahan Ujung
menunjukkan bahwa persentase density figure Pandang Baru didapatkan ABJ sebesar 64,89% dan
Aedes aegypti di 2 (dua) Kelurahan Wilayah Kerja Kelurahan Pannampu sebesar 45,91%. Density
Puskesmas Kaluku Bodoa yaitu Kelurahan Ujung figure dapat dilihat pada tabel 3.
Pandang Baru masuk dalam kategori sedang, Nilai HI pada dua Kelurahan yaitu
sedangkan Kelurahan Pannampu masuk dalam Kelurahan Ujung Pandang Baru berada di tingkat
kategori tinggi. Nilai ABJ di lokasi tersebut berada kepadatan kategori sedang (2-5) yaitu <37%,
di bawah standar yang ditetapkan Kementerian sedangkan Kelurahan Pannampu berada di
kategori tinggi atau di atas standar yang atas standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu
ditetapkan oleh WHO yaitu >50%. Sementara >50%.
untuk nilai CI di dua Kelurahan Wilayah Kerja Tabel 3. Persentase Kepadatan Jentik Nyamuk
Puskesmas Kaluku Bodoa yaitu Kelurahan Ujung Aedes spp. di Wilayah Puskesmas
Pandang Baru berada dalam kategori sedang yaitu Kaluku Bodoa Kota Makassar
Persentase Kategori
<21%, sedangkan Kelurahan Pannampu berada
Kelurahan Kepadatan Jentik Density
dalam kategori tinggi yaitu >28%. Nilai BI di dua
HI CI BI Figure
lokasi survei tersebut yaitu Kelurahan Ujung Ujung P. B. 35,11 20,2 40,45 Sedang
Pandang Baru berada di bawah standar WHO yaitu Pannampu 54,10 28,7 61,64 Tinggi
<50% sedangkan Kelurahan Pannampu berada di Sumber: Data Primer, 2020.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Jenis Kontainer yang Positif jentik Aedes spp. di Dua Kelurahan Wilayah
Puskesmas Kaluku Bodoa Kota Makassar
Kel. Ujung Pandang Baru Kel. Pannampu
Jenis Kontainer
Kontainer Persentase Kontainer Persentase
Positif Jentik (n = 262) Positif Jentik (n = 342)
Galon Air Minum 1 0,38 6 1,75
Dispenser 13 4,96 12 3,51
Kaleng Bekas 0 0 0 0
Ember 9 3,44 53 15,50
Bak Mandi 4 1,53 4 1,17
Baskom 1 0,38 13 3,80
Pot Bunga 15 5,73 0 0
Toples 2 0,76 0 0
Sendok Sampah 1 0,38 0 0
Drum 2 0,76 10 0
Tempat Makan/Minum Binatang 2 0,76 0 0
Botol Bekas 1 0,38 0 0
Kursi Plastik 1 0,38 0 0
Ban Bekas 1 0,38 0 0
Sumber: Data Primer, 2020.
tentang standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan menunjukkan adanya perkembangbiakan vektor
dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan di lokasi penelitian. Nyamuk Aedes aegypti
Binatang Pembawa Penyakit serta merupakan penular penyakit DBD sehingga
Pengendaliannya yaitu <0,025 nyamuk Aedes
keberadaannya harus diwaspadai (M.Hasyimi
aegypti per jam. Hal ini dapat di lihat pada tabel 7.
et.al, 2009).
Tabel 5. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembapan Hasil yang didapatkan Ovitrap Index (OI)
di Wilayah Puskesmas Kaluku Bodoa Kota sebesar 32,89%, dengan jumlah ovitrap yang
Makassar paling banyak ditemukan telur Aedes aegypti
Hari Suhu Udara Kelembapan adalah Kelurahan Ujung Pandang Baru yaitu
Kelurahan Ke Udara 33,78%. Hal ini menunjukkan bahwa ovitrap
Min. Maks. Min. Maks. dengan aktraktan air rendaman jerami masih
1 26°C 27°C 88% 92% efektif digunakan sebagai perangkap nyamuk
Ujung P. B. 2 26°C 27°C 88% 93%
Aedes aegypti. Air rendaman jerami mengandung
3 26°C 28°C 78% 82%
zat ammonia dan CO2 yang berasal dari proses
1 25°C 28°C 78% 85%
Pannampu 2 28°C 29°C 83% 87% metabolisme yang mampu menarik syaraf
3 29°C 30°C 78% 83% penciuman nyamuk Aedes sp untuk bertelur di
Sumber: Data Primer, 2020. tempat tersebut.
Thomas et al (2006) juga menyatakan
Penangkapan Nyamuk bahwa Aedes aegypti paling dominan terdapat di
Tabel 6. Identifikasi Jenis Nyamuk di Dua lokasi perumahan. Sedangkan Aedes albopictus
Kelurahan Wilayah Puskesmas Kaluku lebih sering ditemukan di daerah terbuka dengan
Bodoa Kota Makassar banyak tanaman. Sama halnya dengan Azizah dan
Aedes Culex Jumlah
Lokasi Kelurahan Faizah (2010) yang menyatakan bahwa tempat
sp sp Nyamuk
Rumah 1 Ujung P. B. 45 205 250 perindukan nyamuk di lingkungan yang lembab,
Rumah 2 Pannampu 191 32 223 curah hujan tinggi, terdapat genangan air di dalam
Sumber: Data Primer, 2020 maupun luar rumah. Nyamuk Aedes aegypti
bertelur dan berkembang biak di tempat
Tabel 7. Angka Istirahat (Resting Rate) di Dua penampungan air bersih seperti penampungan air
Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas untuk keperluan sehari-hari (ember, baskom, dan
Kaluku Bodoa Kota Makassar drum).
RR Aedes Nilai Wadah yang berisi air bersih atau air hujan
Lokasi Kelurahan spp. Baku seperti tempat makan/minum binatang
Mutu peliharaan, pot bunga, ban bekas, botol bekas dan
Rumah 1 Ujung P. B. 1 <0,025
kaleng bekas menjadi tempat berkembang biak
Rumah 2 Pannampu 4,244 <0,025
larva Aedes aegypti. Hal ini dimungkinkan karena
Sumber: Data Primer, 2020
tempat-tempat tersebut memiliki mulut yang
PEMBAHASAN lebih lebar dibandingkan kontainer lainnya.
Pengumpulan ovitrap dilakukan setelah 7 Kontainer yang paling produktif adalah kontainer
hari pemasangan ovitrap di rumah penderita dan dengan diameter yang lebar karena keadaan ini
rumah sekitar penderita di lokasi survei. memudahkan nyamuk untuk keluar masuk dan
Keberadaan telur diidentifikasi secara langsung berkembang biak di tempat tersebut (Vezzanni
dengan melihat telur yang menempel pada kertas dan Carbjo, 2005). Juga kemungkinan untuk air
saring. Dari 149 ovitrap yang dipasang di rumah berada didalamnya lebih lama dan ini akan
masyarakat terdapat 49 ovitrap yang positif memungkinkan nyamuk untuk menyelesaikan
ditemukan telur Aedes aegypti. Hal ini
Kusumawardani di Semarang menyebutkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota
bahwa penyuluhan kesehatan berpengaruh Makassar beserta seluruh tim yang terlibat atas
terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan praktik kerjasamanya selama di lapangan.
ibu dalam pencegahan DBD pada anak
(Kusumawardani, 2012). Mengaktifkan kembali
DAFTAR PUSTAKA
gerakan 1 rumah 1 jumantik (juru pemantau
jentik). Selain itu, upaya pengendalian vektor DBD Azizah GI & Faizah BR, (2010). Analisis Faktor
perlu difokuskan untuk dilaksanakan baik di dalam Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali.
maupun di luar lingkungan rumah (Pujiyanti &
Eksplanasi, Vol. 5, No.2, 2010:1-9.
Trapsilowati, 2010).
Cruz, E.I., Salazar, F.V., Porras, E., Mercado, R.,
Orais, V., Bunyi, J., (2008). Entomological
KESIMPULAN DAN SARAN
survey of dengue vectors as basis for
Kepadatan telur Aedes aegypti berada
developing vector control measures in
pada kategori sedang dengan hasil OI sebesar Barangay Poblacion, Muntinlupa City,
32,89%. Kepadatan larva Aedes aegypti berada Philippines. Dengue Bull. Vol.32, 2008: 167–
pada kategori tinggi berdasarkan HI sebesar 70.
45,52%, CI sebesar 25%, BI sebesar 52,07%. ABJ Dinkes Kota Makassar, (2020). Data DBD Tahun
sebesar 54,48%, masih rendah dibandingkan 2020. Dinas Kesehatan Kota Makassar
dengan baku mutu. Suhu di Kelurahan Ujung Provinsi Sulawesi Selatan. 2020.
Pandang Baru dan Kelurahan Pannampu, masing- Fitriana B, (2018). Hubungan faktor suhu dengan
masing berkisar 26⁰C-27,33⁰C dan 27,33⁰C-29⁰C. kasus demam berdarah dengue (DBD) di
Kelembapan di Kelurahan Ujung Pandang Baru Kecamatan Sawahan Surabaya. Indonesia J
berkisar 84,67%-89% sedangkan di Kelurahan Heal. Vol.13, No. 1, 2018:83–94.
Pannampu berkisar 79,67%-85%. Kepadatan Hasyimi M, Soekirno M, (2004). Pengamatan
nyamuk Aedes aegypti sangat tinggi berdasarkan Tempat Perindukan Aedes aegypti pada
RR di Rumah 1 (0,95%) dan Rumah 2 (4,021%) bila Tempat Penampungan Air Rumah Tangga
dibandingkan dengan baku mutu yaitu <0,025%). pada Masyarakat Pengguna Air Olahan.
Berdasarkan informasi hasil penelitian ini Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 3 No. 1, 2004
April: 37-42.
disarankan untuk mengoptimalkan pelaksanaan
program 1 rumah 1 jumantik secara berkala agar Kementerian Kesehatan RI, (2018). Profil
mengurangi kepadatan jentik dan nyamuk Aedes Kesehatan Indonesia 2018. Vol 1227.; 2018.
Doi: 10.1002/qj.
aegypti. Bagi masyarakat, selain menjaga sanitasi
lingkungan, juga perlu diberikan informasi terkait Kementerian Kesehatan RI, (2021). Profil
upaya pengendalian vektor penyakit DBD melalui Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
penyuluhan.
Kusumawardani, E, (2012). Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan terhadap tangka pengetahuan,
UCAPAN TERIMA KASIH sikap dan praktik ibu dalam pencegahan
demam berdarah. Thesis: Fakultas
Ucapan terima kasih kami sampaikan
Kedokteran Universitas Diponegoro.
kepada Kepala BTKLPP Kelas I Makassar yang telah 2012:1-95.
membantu dan memfasilitasi kegiatan survei
M. Hasyimi, Nanny H & Pangestu, (2009). Tempat-
Perilaku Vektor DBD di Kota Makassar. Ucapan
Tempat Terkini Yang Disenangi Untuk
terima kasih kepada Sub Koordinator Substansi Perkembangbiakan Vektor Demam
Surveilans Epidemiologi atas kepercayaannya Berdarah Aedes sp. Media Litbang
dalam penelitian ini. Serta penulis mengucapkan Kesehatan, Vol. 19, No. 2, 2009:71-77.
Murdani, A.P., Martini, S., Purnomo, W., (2016). Sambuaga, J., (2011). Status Entomologi Vektor
Pemetaan Kejadian DBD Berdasarkan Angka Demam Berdarah Dengue di Kelurahan
Bebabas Jentik dan Jenis Infeksi Virus Perkamil Kecamatan Tikala Kota Manado
Dengue. J Keperawatan Kebid. Vol. 8, Tahun 2011. JKL, Vol.1, No.1, 2011:54-61.
2016:30-43.
Sayono, (2008). Pengaruh Modifikasi Ovitrap
Nazri, C., Hashim, A., Rodziah, I., & Hassan, A. Y, terhadap Jumlah Nyamuk Aedes yang
(2013). Utilization of Geoinformation tools Tertangkap. Tesis
for dengue control management strategy: a (http://eprints.undip.ac.id/18741/1/sayon
case study in Seberang Prai, Penang o.pdf. Semarang: UNDIP.
Malaysia. International Journal of Remote
Taviv, Y., Saikhu, A., Sitorus, H., (2010).
Sensing Applications, Vol. 3, No. 1, 2013:11-
Pengendalian DBD melalui pemanfaatan
17.
pemantauan jentikdan ikan cupang di Kota
Permenkes RI Nomor 5, (2017). Standar Baku Palembang. Bull Penelit Kes; Vol. 38,
Mutu Kesehatan Lingkungan dan 2010:198-207.
Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan
Thomas S, Suharyono W & Sri RH, (2006).
Binatang Pembawa penyakit serta
Pencegahan dan penanggulangan penyakit
Pengendaliannya. Jakarta.
Demam Dengue dan Demam Berdarah
Pujiyanti, A., Trapsilowati, W, (2010). Dengue: Petunjuk lengkap. Terjemahan
Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu rumah WHO dan Depkes RI. Jakarta: DEPKES RI.
tangga dalam pencegahan demam
Vezzani D, Rubio A, Velazquez SM, Scheigmann N
berdarah dengue di Kelurahan
& Wieganol T, (2005). Detailed Assessment
Kutowinangun Salatiga. Vektora. Vol.2,
OI Microhabitat Suitability for Aedes
2010:102– 115.
aegypti (Diptra: Culicidae) in Buenos Aires,
Revi R K, (2017). Kepadatan Jentik Vektor Demam Argentina. Acta Tropica, 2005:123-131.
Berdarah Dengue di Daerah Endemis di
Wahyuningsih NE, Mursid R & Taufik H., (2009).
Indonesia (Sumatera Selatan, Jawa Tengah,
Keefektifan Penggunaan Dua Jenis Ovitrap
Sulawesi Tengah dan Papua. Jurnal Ekologi
untuk Pengambilan Contoh Telur Aedes
Kesehatan Vol. 16 No. 1, 2017 Juni:1-9.
aegypti. di Lapangan. Jurnal Entomolog
Respati, Y.K, Keman, S. (2007). Perilaku 3M, Indonesia, Vol. 2, 2009:95-102.
Abatisasi dan Keberadaan Jenis Aedes
WHO, (2011). Comprehensive Guidelines for
aegypti Hubungannya dengan kejadian
Prevention and Control of Dengue and
DBD. J. Kesling. Vol. 3, 2007:1007-118.
Dengue Haemorrhagic Fever. Revised and
expanded edition