You are on page 1of 5

Volume 14 No 2, Oktober 2021 Hlm.

117-121
http://journal.trunojoyo.ac.id/pamator
ISSN: 1829-7935

Implementasi Manajemen Sekolah untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di


Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Efriani1, Nur Ahyani2, Ahmad Hussein Fattah3*


1
SMP Negeri 1 Abab Pali
2
Program Pasca Sarjana Universitas PGRI Palembang
3
Universitas Muhammadiyah Palembang
Jl. Jendral A Yani No 13 Ulu Kota Palembang 30263 Sumatera Selatan

*Email: ahusseinfattah@yahoo.com

Naskah diterima 10 Agustus 2021, Revisi 15 September 2021, Terbit 29 Oktober 2021

DOI: doi.org/10.21107/pamator.v14i2.11533
Abstract
The purpose of this study was to find out how to describe the implementation of school-based management
(SBM), how to improve the quality of education through school-based management, as well as the supporting
and inhibiting factors in the implementation of school-based management. This study uses a qualitative
approach with a descriptive method. Data collection techniques in this study are interview techniques,
observation techniques and document study techniques. The subjects and informants in this study were the
principal, vice principal, head of administrative officer, and the community. The data obtained in the field
were analyzed by means of data reduction, data presentation and finally conclusions. The results obtained:
(1) The implementation of school-based management at SMP Negeri 4 Abab can be said to be running well.
(2) In the process of implementing SBM at SMP Negeri 4 Abab, namely the first input at this stage the principal
makes a program implementation plan through deliberation involving all interest groups. The second stage
of the process, in this stage the implementation of what was previously planned. Finally, the output or result
of the SBM implementation process is to produce students with high achievements and to improve the quality
of education. (3) The supporting factor in implementing SBM in SMP Negeri 4 Abab is that there is support
from teachers, administrative officer and the community, both in the form of personnel and financial support.
While the inhibiting factors are the people who are indifferent, lack of funds and inadequate facilities and
infrastructure.

Key words: school-based management, quality of education, qualitative approach

PENDAHULUAN dengan penerapan Mutu Berbasis Sekolah


Peran serta masyarakat dalam (MBS) yang dalam prakteknya lebih dikenal
menyukseskan pendidikan, sejalan dengan sebagai Manajemen Peningkatan Mutu
UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Berbasis Sekolah (MPMBS). Secara umum,
Pendidikan Nasional. Pada Bab 1, Pasal 1 MPMBS diartikan sebagai model manajemen
ayat 16 dijelaskan bahwa: ”Pendidikan yang memberi otonomi yang lebih besar
berbasis masyarakat adalah merupakan kepada sekolah dan mendorong
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan pengambilan keputusan partisipatif yang
kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi melibatkan secara langsung semua anggota
dan potensi masyarakat sebagai perwujudan sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah
pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat”. berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Artinya, peran penting masyarakat sangat Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
perlu dalam membantu mensuksekan tujuan Sekolah (MPMBS) akhir-akhir ini kembali giat
pendidikan di Indonesia. Pada dasarnya diperkenalkan. Hal ini dapat diartikan bahwa
masyarakatlah yang tahu akan kebutuhan pemberian otonomi yang lebih luas kepada
yang harus dipenuhi, sehingga masyarakat sekolah dapat mendorong pengambilan
memiliki tanggung jawab terhadap keputusan partisifatif. Keputusan partisipatif
peningkatan kualitas pendidikan. melibatkan semua warga sekolah di
Berbagai upaya telah dilakukan antaranya: kepala sekolah, guru, murid, wali
pemerintah untuk meningkatkan mutu murid, masyarakat atau siapa saja yang
pendidikan nasional. Salah satunya adalah mempunyai perhatian terhadap pendidikan.
118 Jurnal Pamator

Otonomi sekolah memberikan wewenag tambah tertentu bagi peserta didik. Termasuk
yang besar dalam mengelola sekolah, dalam rangka mutu proses pendidikan ini
sehingga sekolah akan lebih mandiri. adalah derajat kesehatan, keamanan,
Dengan mandirinya sekolah, diharapkan disiplin, keakraban, saling menghormati,
sekolah dapat mengembangkan program- kepuasan dan lain-lain dari objek selama
program yang sesuai dengan kebutuhan dan memberikan dan menerima jasa layanan.
potensi yang dimiliki (Rivai dan Murni, 2010). Menurut Jalal dan Supardi (2011) ada
Sehubungan dengan deskripsi di atas bahwa beberapa faktor yang menyebabkan
manajemen berbasis sekolah adalah salah rendahnya mutu pendidikan diantaranya:
satu kebijakan dan upaya pemerintah untuk rendahnya kualitas guru, manajemen dan
mencapai keunggulan masyarakat bangsa kepemimpinan sekolah, relevansi hokum
dalam penguasaan ilmu dan teknologi, dengan perkembangan zaman, serta sarana
diharapkan dapat dijadikan landasan dalam dan prasarana sekolah yang kurang
pengembangan pendidikan di Indonesia memadai dan lain-lain. Perlu disadari bahwa
yang berkualitas dan berkelanjutan. kesenjangan mutu pendidikan dapat saja
Kehadiran MBS diharapkan dapat terjadi karena penerapan pendekatannya
menyelesaikan permasalahan sistem belum terlaksana maksimal antara pihak
pendidikan pendidikan yang telah ada, sekolah dengan masyarakat, baik yang
sebelumnya sekolah diwajibkan mengikuti berhubungan dengan manajemen sekolah,
sistem pendidikan terpusat/ sentralisasi. Hal dan kepedulian masyarakat terhadap
ini menyebabkan ketidakselarasan antara pendidikan yang sangat rendah.
sistem pendidikan dengan tuntutan ataupun Rendahnya peran serta masyarakat
kebutuhan yang diperlukan masyarakat. dalam menentukan kebijakan sekolah
Penerapan MBS menjadikan sekolah lebih dikarenakan masyarakat kurang merasa
mandiri dan dapat mengembangkan sekolah memiliki, kurangnya tanggung jawab dalam
berdasarkan program pendidikan yang memelihara dan membina sekolah tempat
sesuai dengan potensi dan kebutuhan anaknya bersekolah.Padahal pendidikan
masyarakat di sekitarnya. adalah tanggung jawab bersama antara
Manajemen berbasis sekolah merupakan pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
kebijakan pemerintah dalam upaya untuk Tanpa adanya dukungan dari masyarakat
memajukan masyarakat dan bangsa dalam pendidikan tidak akan berhasil maksimal, dan
bidang pendidikan dan teknologi, sehingga apabila dikaji lebih lanjut beberapa
pendidikan di Indonesia dapat berkembang komponen penentu peningkatan mutu
dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan sekolah antara lain adalah manajemen
sumber daya manusia. Secara umum, tujuan pemberdayaan masyarakat.
penerapan MBS adalah peningkatan mutu Sebuah sekolah dapat dikatakan bermutu
pendidikan yang berkelanjutan. Peningkatan jika sistem manajemen pendidikan yang
mutu tersebut dilakukan secara bertahap kompleks dapat berjalan dengan baik.
dengan target yang terukur melalui tata Komponen manajemen tersebut meliputi : (1)
kelola sekolah yang baik. Rusman (2012) manajemen administrasi; (2) manajemen
menjelaskan bahwa, secara umum mutu peserta didik; (3) manajemen tenaga
mengandung makna tingkat keunggulan pendidik dan tenaga kependidikan; (4)
suatu produk baik berupa barang atau jasa, manajemen keuangan; (5) manajemen
baik yang tangible maupun intangible. sarana dan prasarana; (6) manajemen
Sedangkan dalam konteks pendidikan, kurikulum dan (6) manajemen humas. Jika
pengertian mutu adalah mengacu pada komponen tersebut dilaksanakan dengan
proses pendidikan yang mencakup input, terorganisir dan terkordinasi secara dinamis,
seperti bahan ajar, metodologi, sarana bersinergi, loyalitas tinggi dan mampu
sekolah, dukungan administrasi sarana bekerja sama dan bertangung jawab
prasarana, sumber daya lainnya serta terhadap apa yang dikerjakan, maka sekolah
penciptaan suasana yang kondusif. Oleh tersebut dianggap telah berhasil menerapkan
karena itu, mutu pendidikan mengandung manajemen berbasis sekolah.
makna kemampuan sumber daya sekolah
dalam mentransformasikan berbagai jenis
masukan dan situasi pencapaian derajat nilai
Efriani et al Implementasi Manajemen Sekolah 119

METODOLOGI dilakukan oleh kepala sekolah. Berdasarkan


Metode yang digunakan dalam penelitian beberapa temuan yang peneliti temukan
ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik dapat disimpulkan bahwa upaya kepala
pengumpulan data berupa observasi, sekolah dalam meningkatkan mutu
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis pendidikan di SMP Negeri 4 Abab
data kualitatif meliputi tiga unsur alur diantaranya adalah: (1) menjaga kualitas
kegiatan sebagai sesuatu yang terjadi layanan terhadap masyarakat dengan
pada saat sebelum, selama, dan sesudah menerima kritik dan saran dari masyarakat
pengumpulan data dalam bentuk sejajar dan wali siswa; (2) mengawasi pelaksanaan
untuk membangun suatu analisis, yaitu program kegiatan; (3) melalukan perbaikan
pengumpulan data, reduksi data, penyajian terus menerus; (4) membuat kebijakan -
data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi kebijakan, seperti kedisiplinan dalam
(Miles dan Huberman, 2012). Proses kehadiran dan berpakaian; (5)
wawancara kepada pihak sekolah SMP memberlakukan sistem reward and
Negeri 4 Abab serta observasi/ studi punishment dan (6) menjaga hubungan baik
dokumen dilakukan mulai pada tanggal 1 antara sekolah dengan masyarakat.
Februari 2021 hingga tanggal 1 Maret 2021.
Faktor Pendukung dan Penghambat
HASIL PEMBAHASAN Faktor pendukung dalam implementasi
Proses Implementasi Manajemen Berbasis MBS di SMP Negeri 4 Abab adalah adanya
Sekolah dukungan masyarakat yang sangat kuat,
Proses implementasi merupakan seperti keikutsertaan dalam membantu
serangkaian urutan pelaksanaan yang menjaga keamanan sekolah, membantu
tersusun secara sistematis, adapun urutan dalam berbagai penyelengaraan kegiatan
proses implemetasi tersebut dimulai dari sekolah dan memberikan berbagai masukan-
adanya masukan (input), proses dan hasil masukan, ide kreatif yang dapat memajukan
(output). Berdasarkan beberapa temuan sekolah. Ada juga yang membantu untuk
yang peneliti dapatkan, bahwa proses mempersiapkan kebutuhan perlombaan yang
implementasi manajemen berbasis sekolah diikuti sekolah.
di SMP Negeri 4 Abab sudah berjalan dengan Kemudian faktor penghambat dalam
baik. Hal itu dapat dilihat dari temuan-temuan implementasi manajemen berbasis sekolah
yang peneliti dapatkan yang pertama pada dalam meingkatkan mutu pendidikan di SMP
tahap input (masukan), kepala sekolah selalu Negeri 4 Abab, adapun faktor penghambat
melakukan rapat dengan bawahannya, dalam implementasi manajemen berbasis
kemudian melakukan musyawarah dengan sekolah di sekolah ini yaitu: terdapat
wali siswa tiap semesternya dan menerima beberapa pihak yang kurang mendukung
segala kritik, saran dan masukan yang peraturan yang terapkan di sekolah ini,
membangun dari sekolah. Kedua yaitu tahap sebagian masyarakakat ada yang tidak suka
proses, kepala sekolah melaksanakan apa dengan sekolah ini dan tidak mau membantu
yang menjadi saran dan masukan dari untuk kemajuan sekolah. Faktor penghambat
anggotanya maupun masyarakat, lainnya yaitu, sekolah ini kekurangan dana
pelaksanaan tersebut tidak terlepas dari sehingga sarana dan prasarana kurang
pengawasan kepala sekolah dan tak terlepas memadai. Selain itu sumber daya manusia
pula dari peran serta masyarakat karena juga kurang memadai, pihak sekolah sangat
telah banyak memebrikan sumbangsih sulit menemukan guru untuk melatih
berupa tenaga maupun uang. Ketiga yaitu ekstrakurikuler yang telah direncanakan,
tahap hasil yang didapat adalah menambah sehingga banyak ekstrakurikuler yang
keharmonisan hubungan sekolah dengan terbengkalai begitu saja.
masyarakat, kemudian siswa menghasilkan
prestasi diberbagai bidang sehingga mutu Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
pendidikan di sekolah ini meningkat. Dalam rangka Implementasi manajemen
berbasis sekolah, fungsi - fungsi sekolah
Upaya dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan yang awalnya dikerjakan oleh pemerintah
Upaya dalam meningkatkan mutu sebagian di-desentralisasikan kepada
pendidikan adalah sesuatu yang biasa sekolah untuk dijalankan secara profesional.
120 Jurnal Pamator

Hal tersebut berarti terdapat fungsi-fungsi membantu bergantung royong untuk


tertentu yang tidak dapat dilimpahkan kepada membersihkan lingkungan sekolah. Pada
sekolah sepenuhnya, sebagian masih proses implementasi MBS di SMP Negeri 4
merupakan porsi kewenangan pemerintah Abab yaitu Pertama, input pada tahap ini
pusat, dinas pendidikan provinsi, dinas kepala sekolah membuat perencanaan
pendidikan kota/kabupaten. Adapun fungsi- pelaksanaan program melalui musyawarah
fungsi yang sebagian porsinya digarap oleh dnegan melibatkan seluruh kelompok
sekolah dalam kerangka manajemen kepentingan dari mulai tenaga pendidik dan
berbasis sekolah meliputi: (1) proses belajar kependidikan, orang tua siswa dan
mengajar, (2) perencanaan dan evaluasi masyarakat. Kedua tahap proses, dalam
program sekolah, (3) pengelolaan kurikulum, tahap ini dilakukan penerapan dari apa yang
(4) pengelolan ketenagaan, (5) pengelolan direncanakan sebelumnya, kemudian
peralatan dan perlengkapan, (6) pengelolaan pelaksanaan tersebut tidak terlepas dari
keuangan, (7) pelayanan peserta didik, (8) pengawasan kepala sekolah agar prosesnya
hubungan sekolah masyarakat, dan (9) berjalan dengan baik serta adanya evaluasi,
pengelolaan iklim sekolah (Wibowo, 2013). tak lupa pula untuk tahap proses ini kepala
Berdasarkan analisis peneliti, bahwasa SMP sekolah tetap melibatkan masyarakat
Negeri 4 Abab telah mampu menjalankan sebagai salah satu sumber daya sekolah.
MBS dilihat dari tahapan proses Kemudian yang terakhir adalah output atau
penerapannya. Sekolah telah hasil dari proses implementasi MBS tersebut
memberlakukan pengambilan keputusan adalah menghasilkan siswa yang berprsetasi
yang partisipasif melalui pengambilan serta peningkatan mutu pendidikan tercapai.
keputusan dalam musyawarah yang Faktor pendukung dalam penerapan MBS
melibatkan semua kelompok kepentingan di SMP Negeri 4 Abab ialah terdapat adanya
dari mulai guru dan staf pegawai sampai dukungan dari masyarakat baik dukungan
masyarakat dan orang tua siswa. Suara berupa tenaga maupun finansial, dukungan
terbanyak akan menjadi keputusan akhir. dari guru dan staf pegawai yang mampu
Melihat dari proses implementasi MBS bekerja sama dengan baik dengan
yang dilakukan di SMP Negeri 4 Abab diatas, meningkatkan mutu sekolah. Sedangkan
dimulai dari input, proses dan outputnya, faktor penghambat seperti kurang dukungan
sekolah ini telah mampu melibatkan dari masyarakat yang tak peduli. Kemudian
masyarakat dalam proses perencanaan dan kurangnya dana yang mengakibatkan
membuat visi dan misi sesuai kebutuhan beberapa program-program ektrakurikuler
masyarakat. Kepala sekolah sudah untuk siswa terhambat kurangnya sarana
mengelola program dengan pengelolaan dan prasarana yang diakibatkan oleh dana
yang bersifat lentur (fleksibel), serta yang tidak memadai, sehingga tidak
mengawasi pelaksanaan program secara memenuhi standar sarana dan prasarana
teratur. Hasil dari proses itu yaitu, sekolah ini tingkat SMP.
mengahsilkan output berupa prestasi yang
membanggakan. Maka sekolah ini dapat
dikatakan telah berhasil dalam proses DAFTAR PUSTAKA
implementasi manajemen berbasis sekolah.
Dharma, Agus. 2013. Manajemen Supervisi:
KESIMPULAN Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor.
Berdasarkan uraian hasil dan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
implementasi manajemen berbasis sekolah Depdiknas .2003.Undang-undang RI No.20
di SMP Negeri 4 Abab dapat dikatakan tahun 2013.tentang Sistem Pendidikan
berjalan dengan baik. Selain itu sekolah ini Nasional.
memiliki manajemen humas yang sangat
baik dengan masyarakat setempat, peran Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi. 2011.
serta masyarakat sangat tinggi, antara pihak Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
sekolah dan masyarakat sudah sangat akrab Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita
bagaikan keluarga yang saling membantu Karya Nusa.
sama lain, masyarakat setempat bahkan rela
Efriani et al Implementasi Manajemen Sekolah 121

Kemendikbud. 2014. Konsep dan Rusman, 2012.Model-model Pembelajaran:


Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Miles dan Huberman.2012. Analisis Data Sunanto 2015. Implementasi Manajemen


Kualitatif Terjemahan Oleh Tjetjeb Berbasis Sekolah dalam Peningkatan
Rohendi Rohandi. Jakarta: Universitas Mutu Pendidikan pada SMPN 19
Indonesia. Percontoha Banda Aceh.Jurnal
Mahasiswa PPS Universitas Syeh Kuala.
Mulyasa, E. 2013.Managemen Berbasis Volume 3 Nomor 1: 51-52
Sekolah. Bandung : Penerbit PT Remaja
Rosdakarya. Tim Dosen. 2013. Pengantar Dasar
Pendidikan .FIP IKIP Malang. Malang:
Mulyasa, E. 2010.Menjadi Guru Profesional Usaha Nasional.
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Penerbit PT Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013
Remaja Rosdakarya. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Mulyasa, E. 2014.Manajemen Berbasis Wibowo, Agus. 2013. Manajemen


Sekolah: Konsep, Strategi dan Pendidikan Karakter di Sekolah.
Implementasi. Bandung: Penerbit PT Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Remaja Rosdakarya.

Nurkholis. 2013. Manajemen berbasis


sekolah: Teori, Model dan Aplikasinya.
Jakarta: Grasindo.

Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni. 2009.


Education Management. Jakarta.

Rusdiana, H. A, 2014. Konsep Inovasi


Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

You might also like