Professional Documents
Culture Documents
117-121
http://journal.trunojoyo.ac.id/pamator
ISSN: 1829-7935
*Email: ahusseinfattah@yahoo.com
Naskah diterima 10 Agustus 2021, Revisi 15 September 2021, Terbit 29 Oktober 2021
DOI: doi.org/10.21107/pamator.v14i2.11533
Abstract
The purpose of this study was to find out how to describe the implementation of school-based management
(SBM), how to improve the quality of education through school-based management, as well as the supporting
and inhibiting factors in the implementation of school-based management. This study uses a qualitative
approach with a descriptive method. Data collection techniques in this study are interview techniques,
observation techniques and document study techniques. The subjects and informants in this study were the
principal, vice principal, head of administrative officer, and the community. The data obtained in the field
were analyzed by means of data reduction, data presentation and finally conclusions. The results obtained:
(1) The implementation of school-based management at SMP Negeri 4 Abab can be said to be running well.
(2) In the process of implementing SBM at SMP Negeri 4 Abab, namely the first input at this stage the principal
makes a program implementation plan through deliberation involving all interest groups. The second stage
of the process, in this stage the implementation of what was previously planned. Finally, the output or result
of the SBM implementation process is to produce students with high achievements and to improve the quality
of education. (3) The supporting factor in implementing SBM in SMP Negeri 4 Abab is that there is support
from teachers, administrative officer and the community, both in the form of personnel and financial support.
While the inhibiting factors are the people who are indifferent, lack of funds and inadequate facilities and
infrastructure.
Otonomi sekolah memberikan wewenag tambah tertentu bagi peserta didik. Termasuk
yang besar dalam mengelola sekolah, dalam rangka mutu proses pendidikan ini
sehingga sekolah akan lebih mandiri. adalah derajat kesehatan, keamanan,
Dengan mandirinya sekolah, diharapkan disiplin, keakraban, saling menghormati,
sekolah dapat mengembangkan program- kepuasan dan lain-lain dari objek selama
program yang sesuai dengan kebutuhan dan memberikan dan menerima jasa layanan.
potensi yang dimiliki (Rivai dan Murni, 2010). Menurut Jalal dan Supardi (2011) ada
Sehubungan dengan deskripsi di atas bahwa beberapa faktor yang menyebabkan
manajemen berbasis sekolah adalah salah rendahnya mutu pendidikan diantaranya:
satu kebijakan dan upaya pemerintah untuk rendahnya kualitas guru, manajemen dan
mencapai keunggulan masyarakat bangsa kepemimpinan sekolah, relevansi hokum
dalam penguasaan ilmu dan teknologi, dengan perkembangan zaman, serta sarana
diharapkan dapat dijadikan landasan dalam dan prasarana sekolah yang kurang
pengembangan pendidikan di Indonesia memadai dan lain-lain. Perlu disadari bahwa
yang berkualitas dan berkelanjutan. kesenjangan mutu pendidikan dapat saja
Kehadiran MBS diharapkan dapat terjadi karena penerapan pendekatannya
menyelesaikan permasalahan sistem belum terlaksana maksimal antara pihak
pendidikan pendidikan yang telah ada, sekolah dengan masyarakat, baik yang
sebelumnya sekolah diwajibkan mengikuti berhubungan dengan manajemen sekolah,
sistem pendidikan terpusat/ sentralisasi. Hal dan kepedulian masyarakat terhadap
ini menyebabkan ketidakselarasan antara pendidikan yang sangat rendah.
sistem pendidikan dengan tuntutan ataupun Rendahnya peran serta masyarakat
kebutuhan yang diperlukan masyarakat. dalam menentukan kebijakan sekolah
Penerapan MBS menjadikan sekolah lebih dikarenakan masyarakat kurang merasa
mandiri dan dapat mengembangkan sekolah memiliki, kurangnya tanggung jawab dalam
berdasarkan program pendidikan yang memelihara dan membina sekolah tempat
sesuai dengan potensi dan kebutuhan anaknya bersekolah.Padahal pendidikan
masyarakat di sekitarnya. adalah tanggung jawab bersama antara
Manajemen berbasis sekolah merupakan pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
kebijakan pemerintah dalam upaya untuk Tanpa adanya dukungan dari masyarakat
memajukan masyarakat dan bangsa dalam pendidikan tidak akan berhasil maksimal, dan
bidang pendidikan dan teknologi, sehingga apabila dikaji lebih lanjut beberapa
pendidikan di Indonesia dapat berkembang komponen penentu peningkatan mutu
dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan sekolah antara lain adalah manajemen
sumber daya manusia. Secara umum, tujuan pemberdayaan masyarakat.
penerapan MBS adalah peningkatan mutu Sebuah sekolah dapat dikatakan bermutu
pendidikan yang berkelanjutan. Peningkatan jika sistem manajemen pendidikan yang
mutu tersebut dilakukan secara bertahap kompleks dapat berjalan dengan baik.
dengan target yang terukur melalui tata Komponen manajemen tersebut meliputi : (1)
kelola sekolah yang baik. Rusman (2012) manajemen administrasi; (2) manajemen
menjelaskan bahwa, secara umum mutu peserta didik; (3) manajemen tenaga
mengandung makna tingkat keunggulan pendidik dan tenaga kependidikan; (4)
suatu produk baik berupa barang atau jasa, manajemen keuangan; (5) manajemen
baik yang tangible maupun intangible. sarana dan prasarana; (6) manajemen
Sedangkan dalam konteks pendidikan, kurikulum dan (6) manajemen humas. Jika
pengertian mutu adalah mengacu pada komponen tersebut dilaksanakan dengan
proses pendidikan yang mencakup input, terorganisir dan terkordinasi secara dinamis,
seperti bahan ajar, metodologi, sarana bersinergi, loyalitas tinggi dan mampu
sekolah, dukungan administrasi sarana bekerja sama dan bertangung jawab
prasarana, sumber daya lainnya serta terhadap apa yang dikerjakan, maka sekolah
penciptaan suasana yang kondusif. Oleh tersebut dianggap telah berhasil menerapkan
karena itu, mutu pendidikan mengandung manajemen berbasis sekolah.
makna kemampuan sumber daya sekolah
dalam mentransformasikan berbagai jenis
masukan dan situasi pencapaian derajat nilai
Efriani et al Implementasi Manajemen Sekolah 119