You are on page 1of 12

Jurnal Hadratul Madaniyah

Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKO LAH DI SDN MUNJUNG

Nurul Husna Yusuf

ABSTRACT
School Based Management (SBM) is one form of education reforms
that give an autonomy to the schools to organize life according to the
potential, demands and needs. Autonomy in the management is the
school work to improve the performance of the educational staff,
offering direct participation related groups, and enhance people's
understanding of education. This is expected to have an impact on
improving the efficiency, effectiveness and performance of schools by
providing educational services are comprehensive and responsive to
community needs.
Based on the background of the problem, especially the reality of what
happened in SDN Munjung, then formulated the following research
question: How does the implementation of school-based management
in SDN Munjung?
This study aims to determine the implementation of school-based
management in SDN Munjung, covering the characteristics of school-
based management, stages of implementation of school-based
management, the functions are decentralized to schools, the task of
principals in the implementation of school-based management and the
role of teachers in the implementation of school-based management.
This research is a qualitative descriptive study. Data collection method
in this research is observation or non-participant observation,
interview and documentation methods. Data analysis process begins
with reviewing all data from interviews, observation and
documentation relating to the implementation of school-based
management.

Key word : School Based Management

A. Pendahuluan

Era reformasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar dalam


bebagai kehidupan termasuk kehidupan pendidikan. Salah satu perubahan
mendasar yang sedang di gulirkan saat ini adalah manajemen Negara, yaitu


Dosen PGMI Universitas Muhammadiyah Palangka Raya

41
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

sentralisasi ke desentralisasi secara resmi perubahan itu telah di tuangkan dalam


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah.
Konsekuensi logis dari Undang-Undang tersebut adalah bahwa
manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatakn mutu
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) merupakan salah satu kebijakan yang di keluarkan oleh
pemerintah yaitu dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya kepada
sekolah dalam mengatur, mengelola dan melaksanakan kebijakan pendidikan
yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat serta memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan serta dalam
pelakasaan pendidikan yang bermutu di sekolah. Dalam implementasi manajemen
berbasis sekolah, kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,
Manajemen Berbasis Sekolah diharapkan dapat menunjang kegiatan
pembelajaran sekolah sehingga upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu
pendidikan secara keseluruhan di lembaga pendidikan dapat tercapai. Beberapa
pokok yang perlu diperhatikan agar manajemen berbasis sekolah dapat terlaksana
dengan baik antara lain:
1. Kinerja kepala sekolah.
2. Kinerja guru.
3. Peran serta masyarakat.
Pelaksanaan MBS menuntut kepemimpinan kepala sekolah professional
yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas pribadi untuk mewujudkan
visi menjadi aksi, serta demokratis dan transparan dalam berbagai pengambilan
keputusan. Kemampuan manajerial kepala sekolah adalah kapasitas yang dimiliki
oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola organisasi dan sumber daya yang
ada guna mencapai tujuan organisasi dengan indikator:
1. Kemampuan merencanakan.
2. Kemampuan mengorganisasikan.
3. Kemampuan dalam pelaksanaan dan

42
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

4. Kemampuan mengadakan pengawasan.


Motivasi kerja adalah daya dorong yang menggerakkan kepala sekolah
melaksanakan tugas yang bersumber dari dalam dirinya maupun yang diluar
dirinya yang dapat diukur dengan indikator:
1. Meningkatkan prestasi.
2. Menghindari kegagalan.
3. Bekerja keras.
4. Mengaktualisasikan diri.
5. Pujian.
6. Hukuman.
7. Aturan.
Sedangkan kualitas manajemen berbasis sekolah adalah terlaksananya
segala kegiatan yang berhubngan dengan manajemen berbasis sekolah yang dapat
diukur dengan indikator:
1. Organisasi.
2. Kurikulum.
3. Kesiswaan.
4. Sarana dan prasarana.
5. Anggaran.
6. Partisipasi masyarakat.

B. Deskripsi Teoritik

Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “School-


Based Management”. Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan paradigma
baru pendidikan yang memberikan otonomi luas kepada tingkat satuan pendidikan
(perlibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi
diberikan agar sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola dan mengatur
sumber daya dan mengalokasikan dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan bentuk alternatif pengelolaan
sekolah dalam rangka desentralisasi pendidikan, yang ditandai adanya

43
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

kewenangan pengambilan keputusan yang lebih luas di tingkat sekolah, partisipasi


masyarakat yang relatif tinggi, dalam kerangka kebijakan pendidikan Nasional.1
Para pakar memberikan konsep MBS dari sudut pandang yang berbeda-
beda akan tetapi maknanya tidak jauh berbeda mengacu pada peningkatan mutu.
Malen, Ogawa, dan Kranz mengemukakan bahwa manajemen berbasis sekolah
secara konseptual dapat digambarkan sebagai suatu perubahan formal struktur
penyelenggaraan, sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasikan
sekolah itu sendiri sebagai unit utama peningkatan serta bertumpu pada
redistribusi kewenangan pembuatan keputusan sebagai sarana penting dengannya
peningkatan dapat didorong dan ditopang.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa MBS merupakan
salah satu bentuk desentralisasi pendidikan yang diterapkan dimasing-masing
sekolah sebagai pelaksana untuk mengembangkan diri sesuai dengan otoritas yang
dimiliki. Lebih lanjut Candoli memberikan konsep bahwa suatu cara untuk
memaksakan sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi
pada anak menurut juridisnya dan mengikuti sekolahnya. Konsep ini menegaskan
bahwa, ketika sekolah itu sendiri dibebani dengan pengembangan total program
kependidikan yang bertujuan melayani kebutuhan-kebutuhan anak dalam
mengikuti sekolah khusus itu, personil sekolah akan mengembangkan program-
program yang telah meyakini karena mereka mengetahui para siswa dan
kebutuhan mereka.2
Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan
otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat
mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang
erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah.3

1 PH. Slamet. Manajemen Berbasis Sekolah Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.Tahun


6. (Depdiknas). H. 2
2 Abu Duhou. School Based Management. (Paris : Internasional Institute for Educational
Planning, 2002) H. 16.
3 E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. (Bandung : Remaja Rosdakarya, (2002). H.
11

44
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) sebagai


bagian dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model manajemen yang
memberikan otonomi lebih besar pada sekolah dan mendorong pengambilan
keputusan partisipasif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah
(guru, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa dan masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan nasional.4
Dalam sistem MBS, semua kebijakan dan program sekolah ditetapkan oleh
komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pada pejabat daerah setempat. Komisi
pendidikan pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), pejabat pendidikan
Daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan orang tua peserta didik,
dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku.5
Durry dan Levin (1994) mengemukakan tujuan jangka pendek penerapan
MBS, yaitu:
1. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.
2. Meningkatkan profesionalisme guru.
3. Mendorong implementasi pembaharuan kurikulum di sekolah.6
Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan
teknologi.
Manajemen berbasis sekolah memberikan kebebasan dan kekuasaan yang
besar pada sekolah disertai seperangkat tanggung jawab.7

4 Depdiknas. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1 Konsep Dasar.


(Jakarta : Depdiknas, 2002). H. 3
5 E. Mulyasa. Op.cit. H. 11.
6 Depdiknas. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. (Jakarta : Depdiknas,
2001) H. 15
7 Ibid. H. 27

45
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

C. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan langkah awal yang harus ditempuh
dalam setiap penelitian yang bersifat ilmiah. Suatu penelitian ilmiah dikatakan
baik jika hasil analisanya mempunyai nilai signifikan yang tinggi.
Adapun jenis dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian dalam bentuk deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.8
Dalam penelitian kualitatif berdasarkan sifat dan analisis datanya menjadi
dua jenis yaitu :
1. Riset deskriptif yang bersifat eksploratif bertujuan untuk
menggambarkan keadaan atas suatu fenomena.
2. Riset deskriptif yang bersifat developmental digunakan untuk
9
menemukan suatu mode atau prototype.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif yang
bersifat eksploratif.
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan 9 orang
guru di SDN Munjung yaitu subyek yang terlibat secara langsung dan sebagai
pelaksana manajemen berbasis sekolah di SD ini. Objek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penerapan manajemen berbasis sekolah di SDN Munjung
kecamatan Batumandi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap subyek
penelitian. Setelah data dalam penelitian ini terkumpul, maka tahap selanjutnya
adalah melaksanakan pengolahan data, yaitu:

8
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2002). H. 3
9 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : Rineka
Cipta, 1998). H. 245 - 247

46
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

1. Editing, yaitu penulis melihat atau memeriksa kembali kesempurnaan,


kelengkapan dan kejelasan data yang diperoleh.
2. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data berdasarkan macam atau jenis
tertentu.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
non statistik yaitu analisis data deskriptif atau analisis data kualitatif dengan
mendiskripsikan kejadian yang sesungguhnya ke dalam bentuk uraian kalimat,
artinya dari data yang diperoleh melalui penelitian tentang penerapan manajemen
berbasis sekolah dilaporkan apa adanya kemudian dianalisis secara deskriptif
untuk mendapatkan gambaran mengenai fakta yang ada.

D. Hasil Penelitian

Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SDN Munjung berjalan cukup


efektif. Hampir semua program sudah terlaksana sesuai dengan karakteristik
manajemen berbasis sekolah, sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah. Sekolah juga berhasil menerapkan fungsi-fungsi yang
didesentralisasikan ke sekolah. Kepala sekolah berhasil melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai pemimpin sekolah. Selain itu peran guru berhasil menciptakan
salah satu SD rintisan manajemen berbasis sekolah.
SDN Munjung memiliki karakteristik sebagai SD rintisan manajemen
berbasis sekolah. SD ini setelah melaksanakan manajemen berbasis sekolah
memiliki prestasi akademik maupun non akademik yang semakin baik. Proses
belajar mengajar cukup baik dengan dukungan kekompakkan dan kerjasama
semua warga sekolah, masyarakat, komite sekolah dan dinas pendidikan
kecamatan, kabupaten maupun propinsi.
Peningkatan kualitas tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
komitmen tenaga pendidikan yang secara responsif dan antisipasif berusaha untuk
berubah kepada yang lebih baik, komunikasi yang aktif dan keterbukaan antar
warga sekolah semisal adanya kesepakatan pengalokasian dana DAK untuk
pembelian perangkat komputer, rehab sekolah yang mencakup gedung sekolah,
mibeler (meja kursi guru dan siswa, WC, Peralatan dan perlengkapan (sarana

47
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

prasarana), adanya kesepakatan pengalokasian dana BOS untuk membeli


perangkat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), barang Alat Tulis Kantor (ATK),
pembelian barang alat tulis murid, peningkatan mutu guru melalui Kelompok
Kerja Guru (KKG), untuk kegiatan ekstra kurikuler (latihan-latihan), kegiatan
olah raga dan pengembangan bakat guru dan siswa.
Selain hal-hal tersebut adanya pengaruh dukungan sumber daya manusia
yang profesional dalam mengoperasikan sekolah, sarana prasarana yang memadai
untuk mendukung proses belajar mengajar. Karakteristik yang berhasil juga bisa
dilihat bagaimana SD ini bisa mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, sumber
daya manusia dan administrasinya.
Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah ini sudah menunjukkan
kemandirian sekolah dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri baik dalam
hal perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Selain itu juga kemandirian
pendanaan yang merupakan tolok ukur kemandirian sekolah. Kemandirian yang
berlangsung secara terus menerus dapat menjamin kelangsungan hidup dan
perkembangan sekolah. Keluwesan-keluwesan yang diberikan sekolah mampu
mengelola, memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya sekolah secara
optimal untuk meningkatkan mutu sekolah. Keluwesan-keluwesan tersebut
walaupun tetap berada dalam koridor kebijakan dan peraturan perundang-
undangan yang ada melakukan penciptaan lingkungan terbuka dan demokratis
yang melibatkan warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan mulai dari pengambilan keputusan, program yang direncanakan,
pelaksanaan dan evaluasi yang dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Tahap-tahap pelaksanaan manajemen berbasis sekolah berhasil dilalui oleh
SDN Munjung sesuai dengan konsepnya. Mulai dari sosialisasi yang berjalan
lancar karena sudah disesuaikan dengan sistem, budaya dan sumber daya sekolah.
Tujuan situasional sekolah sudah dirumuskan sebelum manajemen berbasis
sekolah dilaksanakan sekaligus mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oportunity dan Threat) atau kekuatan,
peluang, kelemahan dan ancaman dilakukan untuk mengenal kesiapan setiap
fungsi sekolah untuk mencapai sasaran sekolah yang telah ditetapkan. Setelah itu

48
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

memilih langkah pemecahan permasalahan dan menyusun serta melaksanakan


rencana dan program peningkatan mutu.
Setelah program berjalan dilakukan monitoring dan evaluasi baik jangka
pendek setiap bulan dan jangka panjang tiap akhir tahun melalui pengawas silang
antar Kecamatan. Monitoring dan evaluasi ini melibatkan semua warga sekolah
untuk menilai keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan sasaran mutu baru.
Fungsi-fungsi berhasil didesentralisasikan ke sekolah sehingga
kemandirian sekolah secara nyata bisa dilihat. Adanya fungsi-fungsi yang
didesentralisasikan ke sekolah tersebut menunjukkan pergeseran dimensi-dimensi
pendidikan dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis sekolah.
Hal tersebut menunjukkan terwujudnya kemandirian sekolah yang selama ini
belum banyak terwujud.
Tugas kepala sekolah dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di
SD ini sangat besar. Hal itu ditunjukkan dengan kemampuannya sebagai motor
penggerak, penentu arah kebijakan sekolah dan yang menetapkan bagaimana
tujuan–tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Kepala
sekolah juga mempunyai kinerja kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan
tersebut antara lain dalam hal memberdayakan semua warga sekolah dalam hal
proses belajar mengajar, kemampuan menjalin komunikasi dengan masyarakat
sekitar sehingga terjadi hubungan dan kerjasama yang baik antara sekolah dan
masyarakat. Kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan prinsip-prinsip
kepemimpinan juga menghasilkan tugas dan pekerjaan sekolah berjalan sesuai
dengan yang direncanakan. Selain itu pengalaman lapangan, pengalaman
pendidikan serta wawasan yang cukup luas juga sangat berpengaruh dalam
keberhasilan pelaksanaan program ini.
Peran guru dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah juga besar.
Selain sebagai tenaga kependidikan juga sebagai pemegang peran utama sebagai
demonstrator yaitu contoh menjadi pembelajar dan pendidik yang baik. Sebagai
pengelola kelas yaitu menjadi pemegang kendali jalannya proses belajar
mengajar. Sebagai mediator dan fasilitator yaitu bagaimana memudahkan siswa

49
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

menerima pelajaran dan sebagai evaluator yaitu menjadi penilai pendidikan dan
pembelajaran.
Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah walaupun masih banyak kendala
karena masih merupakan konsep baru di dunia pendidikan di Indonesia tapi
berhasil menawarkan bentuk operasional desentralisasi pendidikan yang
memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini dan
berhasil membawa dampak terhadap efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah.
Dengan memberikan layanan yang komprehensif dan tanggap kebutuhan sekolah.
Siswa biasanya datang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda sehingga
perhatian sekolah harus ditujukan pada asas pemerataan baik dalam bidang sosial,
ekonomi maupun politik. Disisi lain sekolah juga harus meningkatkan efisiensi,
partisipasi dan mutu untuk selalu ikut serta bertanggung jawab kepada masyarakat
dan pemerintah.
Manajemen berbasis sekolah memberi harapan kepada sekolah khususnya
dan dunia pendidikan pada umumnya. Kinerja sekolah yang lebih baik,
kepedulian masyarakat dan warga sekolah terhadap dunia pendidikan merupakan
harapan jangka pendek. Harapan jangka panjangnya akan meningkatkan mutu
pendidikan yang menghasilkan manusia berkualitas pada masa depan bangsa
Indonesia.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik


kesimpulan tentang pelaksanaan manajeman berbasis sekolah di SDN Munjung
Kecamatan Batumandi yaitu sebagai berikut :
1. SDN Munjung sudah menerapkan manajemen berbasis sekolah, walaupun
ada kendala yang dihadapi seperti pemahaman guru yang kurang tentang
konsep manajemen berbasis sekolah karena konsep tersebut masih tergolong
baru yang merupakan perubahan konsep sentralisasi pendidikan menuju
desentralisasi pendidikan.

50
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

2. Tahap-tahap pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SDN Munjung


berjalan lancar dan kendala pelaksanaan tersebut selain konsep yang masih
baru juga penyesuaian warga sekolah dengan konsep tersebut
3. Fungsi-fungsi yang didesentralisasikan ke sekolah berjalan sesuai pergeseran
manajemen berbasis pusat menuju manajemen berbasis sekolah yang meliputi
proses belajar mengajar, perencanaan dan evaluasi program sekolah,
pengelolaan kurikulum, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan peralatan dan
perlengkapan, pengelolaan keuangan, pelayanan siswa, hubungan sekolah dan
masyarakat, dan pengelolaan iklim sekolah.
4. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah yang tangguh berhasil
memobilisasi sumber daya sekolah terutama sumber daya manusia dalam
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah.
5. Peran guru dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yang meliputi
demonstrator, pengelola kelas, mediator, administrator dan evaluator berhasil
dengan baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : tingkat
pendidikan guru yang sesuai dan kreativitas guru yang terus berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

PH. Slamet. Manajemen Berbasis Sekolah “Jurnal Pendidikan dan


Kebudayaan.Tahun 6. (Depdiknas, Tanpa Tahun).
Abu Duhou. School Based Management. (Paris: Internasional Institute for
Educational Planning, 2002).
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002).
Depdiknas. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1 Konsep
Dasar. (Jakarta : Depdiknas, 2002).
Depdiknas. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. (Jakarta :
Depdiknas, 2001).
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2002).
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta :
Rineka Cipta, 1998).

51
Jurnal Hadratul Madaniyah
Volume 2, Nomor 2, Desember 2015

52

You might also like