Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Amenorea merupakan keadaan tidak akseptor kontrasepsi suntik menyadari ketidak
terjadinya menstruasi 3 bulan berturut-turut. normalan siklus haidnya, yaitu ibu tidak
Amenorea primer adalah tidak terjadinya mendapatkan haid tiap bulannya setelah
menarse sampai 17 tahun, dengan ataupun penyuntikan (Sarwono, 2008).
perkembangan seksual sekunder. Amenorea Pemakaian suntik sebagai kontrasepsi
skunder merupakan tidak terjadinya menstruasi hormonal tidak menimbulkan efek permanen
selama 3 bulan atau lebih pada wanita yang terhadap fertilitas (kesuburan). Akan tetapi,
penah mengalami siklus menstruasi. kembalinya kesubur pada wanita akan kembali
Sebagian besar wanita Indonesia tertunda karena terkait dengan lama pemakaian
memilih alat kontrasepsi berdasarkan pengaruh kontrasepsi tersebut.Amenorhea dapat
dan pengalaman orang yang sudah menyebabkan seorang wanita menjadi tidak
memakainya. Padahal tidak satupun metode subur.Menstruasi yang normal menandakan
kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua bahwa Anda subur dan organ-organ tubuh Anda
klien karena masing-masing mempunyai bekerja dengan baik.Jika seorang wanita tidak
kesesuaian dan kecocokan individu setiap klien. mengalami menstruasi, dapat diketahui bahwa
Setelah mendapatkan penyuntikan ada sebagian seorang wanita sedang mengalami gangguan
1
pada sistem reproduksinya dan memiliki Dilihat dari data-data di atas, pada
kemungkinan menjadi tidak subur(Bazargani penelitian ini, peneliti juga tertarik untuk
and Fardyazar, 2006). meneliti hubungan pemakaian kontrasepsi
Penelitian yang dilakukan Cakir M, suntik dengan amenorea diwilayah kerja
2007 diTurki menemukan bahwa disminore Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
merupakan gangguan menstruasi dengan kabupaten Konawe selatan tahun 2015.
prevelensi terbesar (89,5%) diikuti tidak
teraturan menstruasi (31,2%), serta METODE
perpanjangan durasi menstruasi (5,3%).Pada
pengkajian terhadap penelitian-penelitian lain Jenis Penelitian
didapatkan prevalensi dismenorea bervariasi Jenis penelitian ini adalah penelitian
antara 15,8-89,5%, dengan prevalensi tertinggi kuantitatif, penelitian ini menggunakan desain
pada remaja. Mengenai gangguan observasional analitik denganpendekatan cross
lainnya.Polandia mendapatkan prevalensi sectional untuk mempelajari hubungan antara
amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea kontrasepsi suntik dengan amenorea sekunder.
sekunder 18,4%, oligomenorea 50%,
polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran Lokasi dan Waktu Penelitian
sebanyak 15,8%. Jadi pada penelitian tersebut Penelitian ini telah dilaksanakan
amenorea sekunder menduduki peringkat diwilayah kerja Puskesmas Atari Jaya
kelima gangguan menstruasi yang sering Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe
dialami wanita (Sianipar, dkk, 2009). salatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Secara nasional pada tahun 2013 Mei 2015.
terdapat akseptor KB sebanyak 663.254
akseptor, 334.217 akseptor suntikan (50,39%), Populasi dan Sampel.
akseptor suntik 60,3% (201.532) diantaranya Populasi dari penelitian ini adalah
memnggunakan DMPA (3 bulan) dan 39,7% semua akseptor suntik di wilayah kerja
(132.685)menggunakan Cyclofem (1 bulan) dan Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
70,8% dari akseptor kontrasepsi suntik Kabupaten Konawe Selatan yang berjumlah
menggalami gangguan menstruasi yaitu 1281 akseptor tahun 2015.
amenorea sekunder(Riskesdas, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah
Data Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun semua akseptor suntik yang di wilayah kerja
2013 didapatkan 284.783 akseptor suntik dan Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
59% (163.192) memakai DMPA dan 41% Kabupaten Konawe Selatan
(116.761)menmakai cyclofem dan 70,8% dari
akseptor suntik diantaranya mengalami Pengumpulan Data
amenorea sekunder. Data Kabupaten Konawe Data primer adalah data yang diperoleh
didapatkan jumlah akseptor langsung dari responden melalui pengisian
kontrasepsisuntiktahun 2013yaitu 36,44% lembar kuesioner maupun wawancara yang
peserta dari 4.605 PUS, dan 58,3% diantaranya meliputi data tentang hubungan pemakaian
mengalami amenorea sekunder. Pada tahun kontrasepsi suntik dengan kejadian amenorea
2014 jumlah PUS yang diperoleh sebanyak sekunder.
4.858 pasangandengan jumlah akseptor Data sekunder adalah data yang
suntik37,07% akseptor dari keseluruhan jumlah diperoleh dari instansi terkait yang berhubungn
PUS dan 75,87% diantaranya mengalami dengan penelitian ini. Data sekunder kartu
amenorea sekunder (BKKBN, 2013). status peserta KB.
Pencapaian peserta kontrasepsi di kecamatan
Lelembuu tahun 2014 tercatat 2541 peserta Pengolahan dan Analisis Data
yang memakai alat kontrsepsi. diantaranya, Pengolahan data penelitian ini yaitu
MOW 76 orang, IUD 3 orang, pil 825 orang, Editing , Koding , Skoring, Entri,Tabulating
kondom 13 orang, implant 345 orang, suntik .Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya
1281 orang dan 45,2% (580) menggunakan dilakukan pengolahan data kedalam satu tabel
kontrasepsi DMPA dan 54,8% (701) mennurut sifat – sifat yang dimiliki yang yang
menggunakan cyclofem 60% diantaranya sama sesuai dengan tujuan penelitian ini. Tabel
mengalami amenorea sekunder. yang digunakan yaitu berupa tabel distribusi
frekuensi.
2
Analisis data penelitian ini yaitu berarti tidak ada hubungan antara variabel
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan independent dengan dependent (Notoanmodjo,
atau mendeskripsikan karakteristik setiap 2005).
variabel penelitian. Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi HASIL
frekuensi dan presentase dari tiap variabel Berdasarkan hasil penelitian yang telah
(Notoadmodjo, 2010) dan Analisis bivariant dilakukan diPosyandu Puskesmas Atari Jaya
adalah analisis yang dilakukan untuk Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe
mengetahui masing-masing variabel, yaitu Selatan pada tanggal 25 mei -15 juni 2015.
menghubungkan kontrasepsi suntik dengan Dengan jumlah sampel 92 orang yang memakai
Kejadian Amenorea menggunakan uji statistic kontrasepsi suntik baik 1 bulan maupun yang 3
Chie Squere dengan menggunakan batas bulan dan yang menderita amenorea. Setelah
kemaknaan α ≤ 0,05 artinya apabila diperoleh data tersebut dikumpulkan, kemudian dilakukan
nilai p value ≤ 0. 05 berarti secara signifikan pengolahan sesuai dengan penelitian,
ada hubungan antara variabel independent selanjutnya dibahas dalam bentuk tabel serta
dengan dependent dan jika nilai p velue ≥ 0.05 penjelasan sebagai berikut.
Tabel 1. Distribusi aksepsor kontrasepsi suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya,
Kecamatan Lalembuu, Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015.
3 bulan 58 63,0 %
1 bulan 34 37,0 %
Total 92 100 %
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 2. Distribusi Berdasarkan Kejadian Amenorea di Wilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya
Kecamatan Lalembuu, Kabupaten Konawe Selatan
Primer 15 16,3 %
Sekunder 77 83,7%
Total 92 100 %
Sumber : Data Primer, 2015
3
Tabel 3.Hasil Analisis Bivariant Antara Kontrasepsi Suntik Dengan Kejadian Amenorea
Sekunder Diwilayah Kerja Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2015
PEMBAHASAN
4
DMPA uyang melakukan penyuntikan ulang Kontrasepsi hormonal dapat
kontrasepsi (Phadke, 2005). mempengaruhi organ seks wanita. Organ yang
Hasil penelitian ini jugadidukung paling banyak mendapat pengaruh adalah
degan penelitian lain yang dilakukan oleh endometrium, miometrium, serviks dan
kaunitz (2001), kejadian amenorea sekunder panyudara. Perubahan hormonal dapat
pada akseptor kontrasepsi DMPA disebabkan menimbulkan pengaruh terhadap siklus
oleh efek samping farmakologik kontrasepsi menstruasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
tersebut. Kadar obat kontrasepsi MPA yang bahwa alat kontrasepsi berpengaruh terhadap
dilepaskan secara perlahan dari Depo akan perubahan pola menstruasi akseptor tersebut.
bersirkulasi dalam darah, sehingga mampu
menekan pembentukan LH di Hipofisis. KESIMPULAN DAN SARAN
Penghambatan ini menimbulkan kegagalan Dari hasil penelitian pada 92
ovulasi dan akhirnya tidak terjadi siklus responden terbanyak menggunakan kontrasepsi
menstruasi (amenorea). Selain itu tidak adanya suntik 3 bulan yaitu 58 (63,0%) responden.
Berdasarkan hasil penelitian dari 92 responden
ovulasi mengakibatkan kadar estradiol serum terbanyak pada ibu yang mengalami amenorea
juga tetap dipertahankan rendah akibat tidak sekunderyaitu 77 ( 83,7%) responden.
meningkatnya kadar FSH secara simultan. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada
Pemakaian alat kontrasepsi suntik hubungan kontrasepsi Suntik Dengan Kejadian
akan berpengaruh pada pola menstruasi. Hal Amenorea Sekunder di Wilayah Kerja
ini juga didukung oleh Derision Marsinova Puskesmas Atari Jaya Kecamatan Lalembuu
(2005) bahwa sebagaian besar Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2015.
akseptorkontrasepsi suntik mengalami Saran dari hasil penelitian ini yaitu
perubahan pola menstruasi, karena dengan bagi tenaga kesehatan agar selalu lebih sering
memakai kontrasepsi suntik dalam jangka sosialisasi tentang dampak kontrasepsi suntik
waktu lama, maka pertumbuhan endometrium pada para akseptor di posyandu. Bagi peneliti
semakin kecil dan terjadi atrofi endomentrium. selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dapat digunakan untuk menambah khasanah
dilakukan oleh andi yuliana (2010) yang ilmu kebidanan dan dapat dijadikan bahan
menyatakan bahwa pola menstruasi rujukan serta dapat melakukan penelitian lebih
dipengaruhi oleh faktor jenis alat kontrasepsi lanjut dengan metode penelitian dan vareabel
dan jangka waktu pemakaian. yang berbeda sehingga dapat menutupi
kekurangan pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
5
Through Spatial Metaphors,” Pinem,S.2009. Kesehatan Reproduksi Dan
Cognition, 75, 1-27. Kontrasepsi. Jakarta:Trans Info
Cunningham F.G. 2005 Obstetri Williams. Media.
Hartanto,H. (Eds). Edisi 21 Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu
Volume 2 Jakarta: EGC.Pp 1714- Kandungan. Jakarta : Yayasan
7. Bina Pustaka.
Depkkes. Ri. 2001. Kesehatan Reproduksi. Riyanto, A. 2011. AplikasiMetodologi
Jakarta. Penelitian Kesehatan.Yogyakarta:
Hanafi, Hartanto. (2003). Keluarga Nuha Medika.
Berencana Dan Kesehatan Saifuddin, A.B., B. Affandy, & Enriquito,
Reproduksi. Jakarta : Pustaka R. LU., 2003, buku Panduan
Sinar Harapan. Praktis Pelayanan Kontrasepsi
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana Edisi 1, Jakarta: Yayasan Bina
dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Pustaka Prawirohardjo.
Sinar Harapan.
Hartanto, H., 2009, Keluarga Berencana Sastroasmoro, Sudigdo & Sofyan Ismael.
dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka 1995. Dasar-Dasar Metodologi
Sinar Harapan: 212-213. Penelitian Klinis. Jakarta:
Hatcher R.A,Trussell J, Nelson A.L. 2009. Binarupa Aksara.
Contraseptive Technology. Seifert, Kurt., Camacho Oscar. (2007),
Edisi19. Usa. Ardet Media Inc, Implementing Positioning
pp:157-69;461-5 Algorithms .
Heffner L.J. Dan Schust D.J. 2006. At A Sinclair. Constance.2009.Buku Saku
Glancesistem Reproduksi. Safitri Kebidanan.Jakarta : EGC
S (Ed). Edisi 2. Jakarta; Penerbit Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia
Erlangga, Pp:68-71 Dari Sel Kesistem. Santoso
Hillegas K.B. 2005. Gangguan Sistem B.I.(Ed). Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Reproduksi Buku Kedokteran Egc,
Perempuan.Dalam:Price S.A Dan Pp:713:726-7.
Wilson L.M. Patofisiologi: Speroff L.Glass R.H.Kase N.G..,
Konsep Klinis Proses-Proses 2007.Clinical Gynecology
Penyakit.Hartanto H. Dkk(Eds). Endocrinology And Infetility. 6th
Edisi 6.Volume 2. Ed. Philadelphia:Lipponcott
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran Williwms& Wilkins, Pp:405-
Egc, Pp:1280-7 37;911-12;949-74. Using
Kaunitz A. 2001. Injectable Long-Acting Accelerometers, Freescale
Contrseptive. Clin Obstet Gynecol Semiconductor, Rev 0.
44:73-91 Suratun,maryani,Sri . 2008. Pelayanan
Notoatmodjo.S. 2005. Metodologi Keluarga Berencana dan
Penelitian Kesehatan. Jakarta; Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Rineka Cipta. Trans Info Media: 15-16, 19, 87-
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi 89.
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan.
Rineka Cipta Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo;P.181-
191