You are on page 1of 6

2nd International Seminar on Education 2017

Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue


Batusangkar, September 05-06-2017

PERAN KONSELOR MELALUI COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY


(CBT) DALAM PENGEMBANGAN SELF-CONCEPT AKADEMIK
POSITIF PADA MASA REMAJA AWAL

Joni Adison, Ahmad Zaini, Rahma Wira Nita


jono.adison@gmail.com
ahmad@stkip-pgri-sumbar.ac.id
rahma@stkip-pgri-sumbar.ac.id

ABSTRACT
School and environment can build many effects academic self-concept of each individual at
first’s adolescent which academic self-concept in first’s adolescent is not a congenital or present
at birth, but are build to the interaction with the outside first’s adolescent. Because the cognitive
component causing emotional release and evaluative with varied intensity depending on the
context and cognitive abilities. Where their ability to compare what one has and achieved what
others have achieved may cause a different impression. So that what you have is lower than the
property of others can pose a pessimistic view of self and lead to negative self-concept. The
concept of individual positive or negative supports that cognitive behavior therapy approach is
an alternative approach that can be used counselors provide guidance and counseling services to
help client developing a positive self–concept. This approach is done by giving special
treatments counselor at client. In the process of counseling, the counselor role as teachers,
guide, and experts who diagnose maladaptive behavior and determine procedures to overcome
the problem behavior. The counselor has a role to congruence or genuineness, the unconditional
positive regard.

Keywords: cognitive behavior therapy, self-concept, first adolescent

PENAHULUAN 14 tahun memiliki minat dalam


mengembangkan sifat-sifat kepribadian dan
M asa remaja awal merupakan masa yang
penuh gelora dengan suasana hati yang
bergejolak dari berbagai aspek kehidupan,
konsistensi tingkah laku bertanggungjawab.
Perubahan aspek psikis dalam diri remaja,
dimana pada masa remaja awal mereka salah satunya melalui kognitif. Kemampuan
mengalami masa perubahan fisik, kognitif, dan
kognitif akan terus berkembang secara selaras
sosio-emosional. Di masa remaja awal, terjadi
banyak perubahan dalam diri baik secara fisik dan dinamis, seiring dengan bertambahnya
maupun psikis. Pada tataran fisik, perubahan pengetahuan, motivasi, pengalaman hidup,
dapat diamati melalui perubahan bentuk tubuh pengalaman belajar, dan aspek-aspek lainnya.
pada diri remaja. Sedangkan secara psikis, Sehubung dengan di atas Moshman
pada diri remaja awal juga terjadi perubahan
(2005:1) juga berpendapat bahwa pada masa
dan perkembangan bik dalam bentuk persepsi,
komunikasi, berpikir, kepribadian, hubungan remaja awal juga terjadi perubahan bentuk dan
sosial, emosi, pemahaman moral, dsb. tingkat pemikiran, penalaran, dan rasionalitas.
Senada yang disampaikan Livesley Kemampuan berpikir seringkali dikaitkan
dan Bromley (dalam Burns, 1993:211) dari dengan kemampuan akademik dan capaian
hasil penelitian diperoleh 35% remaja berusia prestasi akademik di sekolah. Melalui

247
2nd International Seminar on Education 2017
Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue
Batusangkar, September 05-06-2017

kemampuan berpikir, mengembangkan konsep otomatis ketika berhadapan dengan situasi


atas apa yang dipahami terhadap diri sendiri akademik. Sesuai dengan pendapat Beck
terkait kemampuan akademik remaja. Hal ini (Mennuti, Freeman, dan Christner, 2006:129)
dapat disebut dengan self-concept akademik. bahwa self-concept akademik negatif
Self-concept akademik pada diri remaja bukan berkembang melalui asosiasi negatif,
faktor bawaan atau di bawa sejak lahir, asumsi,dan kayakinan diri dan sekolah.
melainkan terbentuk karena adanya interaksi Remaja yang mampu mengembangkan self-
dengan luar diri remaja. Pengembangan self- concept akademik positif akan mampu
concept akademik pada diri remaja wal mengikuti pelajaran, menghadapi dan
dipengaruhi oleh faktor seperti minat, menyelesaikan tantangan, bersemangat dalam
pengalaman, emosi, hubungan sosial, nilai- menjalankan aktivitas belajar, dan mampu
nilai budaya, dsb. memberikan respon positif dalam setiap
Menurut Slameto (2010:184) ada kegiatan akademik. Sebaliknya remaja yang
beberapa faktor yang mempengaruhi self- tidak mampu mengembangkan self-concept
concept yaitu pernyataan hal-hal positif akademik positif menganggap apa yang
tentang diri, pemberian penguatan, interaksi diperolehnya merupakan suatu keberuntungan
individu dengan orang lain dan kehangatan dan bukan dari usaha yang dilakukannya. Di
suasana lingkungan. Berbagai macam faktor lain hal pendekatan cognitive behavioral
tersebut memberikan kontribusi yang berbeda- therapy (CBT) pada penyandang tunadaksa
beda pula. Dalam berbagai bidang khususnya dapat mereduksi kecemasan menghadapi dunia
bidang akademik, remaja seringkali kerja yang dialami. Hal ini terlihat adanya
membanding-bandingkan apa yang dimiliki penurunan setelah mengikuti treatment pada
dan dicapai dengan apa yang orang lain miliki komponen penyebab kecemasan.
dan orang lain capai. Sehingga ketika apa yang Dari hal di atas dapat disimpulkan
dimiliki lebih rendah dari miliki orang lain bahwa cognitive behaviour therapy (CBT)
dapat menimbulkan pandangan pesimis didasarkan pada keyakinan tentang apa yang
terhadap diri dan mengarahkan pada self- dipikirkan mempengaruhi apa yang dirasa,
concept negatif. yang dilakukan, dan bagaimana dan apa yang
Terbentuknya self-concept akademik dipikirkan dapat diubah melalui teknik
dapat melalui dari pengalaman bermain di intervensi seperti modeling, penalaran,
sekolah, karena memiliki peran penting dalam praktek, dan penguatan. Dalam proses dalam
pembentukan persepsi diri, dimana siswa mengembangkan self-concept akademik positif
mengalami kesulitan dalam mengelola pada remaja awal seyogyanya diawali dengan
kemampuan ini dianggap berisiko untuk pengubahan persepsi remaja terhadap
mengembangkan self-concept yang buruk. kemampuan akademik yang mereka dimiliki.
Peran penting pengalaman hidup dan Pembentukan persepsi terhadap kemampuan
gambaran tentang identitas diri akademik yang dilakukan dengan meningkatkan kesadaran
terbangun secara negatif dapat mengurangi bahwa diri sendiri adalah pemegang kendali
rasa kompetensi yang dimiliki remaja sehingga terhadap keyakinan kegagalan atau sikap
dapat mengubah self-concept yang dimiliki. negatif yang mereka miliki..
Kondisi seperti ini dapat menghasilkan
gambaran negatif yang terbentuk secara

248
2nd International Seminar on Education 2017
Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue
Batusangkar, September 05-06-2017

PEMBAHASAN dengan lingkungan, sehingga dapat


Seiring dengan bertambahnya membentuk suatu cara pandang baru.
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki Lebih lanjut Berk (2010:457) juga
oleh remaja awal, self-concept akademik yang menekankan bahwa perubahan konsep diri dan
dimiliki juga akan berkembang. Self-concept penghargaan diri, pemahaman tentang orang
akademik ini berkenaan dengan sifat, lain, dan banyak ragam keterampilan sosial
kemampuan, perilaku, dan nilai dalam bidang didukung oleh pengambilan perspektif, yaitu
akademik. Jersild (Burns, 1993:209) kemampuan untuk membayangkan apa
menjelaskan self-concept adalah gambaran diri kemungkinan yang sedang dipikirkan dan
yang terkait dengan “apa yang saya sukai dirasakan oleh orang. Pembentukan self-
tentang diri saya” dan “apa yang tidak saya concept yang dipengaruhi pengalaman dan
sukai mengenai diri saya”. Self-concept yang interaksi yang baik akan dapat membentuk
tidak baik bagi diri remaja merupakan self- self-concept yang positif, sedangkan
concept yang tidak sesuai dengan kondisi pengalaman dan interaksi yang negatif
nyata yang ada pada diri remaja itu sendiri. cenderung membentuk self-concept yang
Prapskah, Brown, & Gore negatif.
(Areepattamannil dan Freeman, 2008:704) Kemudian Suwardani, Dharsana, dan
mengemukakan self-concept akademik Suranata (2014) mengemukakan karakteristik
merupakan seperangkat sikap, keyakinan, dan self-concept yang positif dan negatif dalam diri
persepsi yang dimiliki oleh remaja tentang seseorang. Karakteristik self-concept positif
kemampuan akademis. Cokley (2007) antara lain:
mengemukakan self-concept akademik (1) merasa mampu mengatasi masalah;
dianggap sebagai kondisi psikologis yang (2) merasa setara dengan orang lain;
penting untuk dikembangkan karena dapat (3) mampu menerima pujian dan kritikan
memberikan pengaruh terhadap prestasi sesuai dengan apa yang dikerjakan;
akademik remaja di sekolah. (4) mampu memperbaiki diri.
Dari pedapat para ahli di atas dapat Adapun karakteristik self-concept
ditarik kesimpulan bahwa self-concept negatif antara lain:
akademik yang negatif berpengaruh terhadap (1) tidak mampu menerima kritikan dari orang
capaian prestasi siswa mereka peroleh, lain sebagai bentuk refleksi;
selajutnya kemampuan akademik yang rendah (2) merasa segala tindakannya perlu mendapat
dan orientasi tujuan yang ingin dicapai. Begitu penghargaan;
juga remaja yang kurang berprestasi (3) cenderung merasa tidak disukai orang lain;
cenderung menghubungkan keberhasilan (4) suka memberikan kritikan negatif secara
dengan keberuntungan dari pada usaha. Siswa berlebihan terhadap orang lain;
yang menunjukkan prestasi rendah memiliki (5) mengalami hambatan dalam berinteraksi
perasaan negatif terhadap sekolah, dan dengan lingkungannya.
perasaan tersebut dapat menjadi lebih buruk Dalam proses konseling cognitive
setiap waktunya. Perubahan self-concept behaviour therapy terdapat empat tahap
akademik pada remaja awal dapat dipengaruhi konseling yang perlu dilaksanakan menurut
oleh pengalaman dan interaksi remaja awal Komalasari, Wahyuni, dan Karsih (2011:157),

249
2nd International Seminar on Education 2017
Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue
Batusangkar, September 05-06-2017

antara lain (1) melakukan assesmen mengembangkan self-concept akademik


(assessment) dengan tujuan untuk menentukan remaja awal juga dapat mengunakan
apa yang akan dilakukan oleh konseli pada pendekatan cognitive behaviour therapy.
saat ini, seperti tingkah laku, motivasi, Dimana natinya juga dapat berfungsi sebagai
hubungan sosial, kontrol diri, dan sebagainya; guru, pengarah dan ahli yang mendiagnosa
(2) menentukan tujuan (goal setting), tahap ini tingkah laku maladaptif dan menentukan
dilakukan dengan tiga langkah yaitu prosedur yang mengatasi persoalan tingkah
memabantu konseli memandang masalah atas laku individu. Selama proses pemberian
dasar tujuan yang diinginkan, memperhatikan layanan, konselor harus memiliki sikap yang
tujuan konseling berdasarkan kemungkinan selaras dan keaslian, penerimaan tanpa syarat,
hambatan situasional tujuan belajar yang dapat dan pemahaman empati yang tepat. Selama
diterima dan diukur, dan memecahkan dan proses pelaksanaan konseling melalui tahapan
menyusun tujuan; (3) mengimplementasikan tersebut, didalamnya terdapat teknik-teknik
teknik (technique implementation), yaitu yang dapat digunakan oleh konselor dalam
menentukan strategi yang akan digunakan membantu remaja untuk dapat meningkatkan
dalam membantu konseli mencapai perubahan dan mengembangkan self-concept akademik.
self-concept akademik yang diinginkan; dan Menurut Komalasari, Wahyuni, dan
(4) evaluasi dan mengakhiri konseling Karsih (20011:161) Teknik-teknik konseling
(evaluation-termination). counseling behaviour therapy untuk
Sebagaimana yang telah dijelaskan di meningkatkan tingkahlaku diantranya sebagi
atas bahwa ketidakmampuan remaja awal berikut: (1) melalui penguatan positif, yaitu
dalam menghadapi kondisi real yang tidak memberikan penguatan menyenangkan setelah
sesuai dengan kondisi ideal seperti yang tingkah laku yang diinginkan ditampilkan
diharapkan, maka self-concept yang terbentuk yang bertujuan agar tingkah laku yang
berupa self-concept negatif. Hal tersebut diinginkan cenderung diulang, meningkat, dan
terjadi karena komponen kognitif menetap. (2) token economy, yaitu strategi
menimbulkan pelepasan emosional dan menghindari reinforcement secara langsung.
evaluatif dengan beragam intensitas yang Token merupakan penghargaan yang dapat
bergantung pada konteks dan kemampuan ditukar dengan barang berharga yang
kognitif. Pengaruh dari komponen kognitif diinginkan oleh klien, (3) pembentukan
dalam terbentuknya konsep diri individu yang tingkah laku (shaping), yaitu membentuk
positif atau negatif mendukung bahwa tingkah laku baru yang sebelumnya belum
pendekatan cognitive behaviour therapy ditampilkan, (4) pembuatan kontrak
merupakan salah satu alternatif pendekatan (contingency contracting), adalah mengatur
yang dapat digunakan konselor dalam kondisi sehingga klien menampilkan tingkah
memberikan layanan bimbingan dan konseling laku yang diinginkan berdasarkan kesepakatan
untuk membantu konseli dalam antara klien dan konselor.
mengembangkan self-concept positif.
Dimana intervensi kognitif juga dapat PENUTUP
digunakan untuk mengubah gambaran diri Berdasarkan pembahasan di atas dapat
seseorang yang tidak sesuai dengan kondisi disimpulkan remaja merupakan anak-anak
nyata. Disini peran konselor untuk yang mengalami masa perubahan fisik,

250
2nd International Seminar on Education 2017
Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue
Batusangkar, September 05-06-2017

kognitif, dan sosio-emosional. Dimana self- Terapan Universitas Muhamaddiyah


concept akademik merupakan salah satu aspek Malang, Januari 2015.
yang terdapat dalam diri remaja awal, yakni
Ariesta Ayu, Kecemasan Orangtua Terhadap
seperangkat sikap, keyakinan, dan persepsi
Karier Anak Berkebutuhan Khusus,
yang dimiliki oleh remaja awal tentang
EJournal Bimbingan dan Konseling
kemampuan akademis. Hal tersebut
Edisi 4 , 2016.
berkembang melalui asosiasi, asumsi, dan
keyakinan diri dan sekolah. Untuk dapat Arreepattamannil, S., dan Freeman, J. G.
mengubah dan mengembangkan self-concept (2008). Academic Achievement,
akademik yang positif agar sesuai dengan Academic Self-Concept, and Academic
kondisi nyata, salah satu cara yang dapat Motivation of Immigrant Adolescents in
digunakan yaitu melalui intervensi kognitif the Greater Toronto area Secondary
dengan mengunakan pendekatan cognitive Schools. Journal of Advanced
behaviuor therapy academics, 19 (4): 700-743
Cognitive behaviuor therapy ini Berk, L.E. (2010). Development Through the
dilakukan melalui empat tahap, antara lain: Lifespan (Edisi Kelima). Terjemahan
melakukan assesmen, menentukan tujuan, oleh Dayatno. 2012. Yogyakarta :
mengimplementasikan teknik, dan evaluasi Pustaka Pelajar.
dan pengakhiran. Peran konselor dalam
Boeree George, General Psikologi, Psikologi
mengembangkan self-concept remaja melalui
Keperibadian, Persepsi, Kognisi, Emosi
pendekatan cognitive behaviuor therapy yaitu
dan Perilaku, Yogyakarta: Prismashopi,
sebagai guru, pengarah dan ahli yang
2013.
mendiagnosa tingkah laku maladaptif dan
menentukan prosedur yang mengatasi Burns, R.B. (1993). Konsep Diri (Teori,
persoalan tingkah laku individu. Dimana Pengukuran, Perkembangan, dan
proses pemberian layanan konselor harus Perilaku). Terjemahan oleh Eddy. 2004.
menunjukkan sikap yang selaras dan keaslian, Jakarta: Arcan.
penerimaan tanpa syarat, dan pemahaman
Komalasari, G., Wahyuni, E., dan Karsih.
empati yang tepat agar tercapai proses yang
(2011). Teori dan Teknik Konseling.
diinginkan.
Jakarta: Indeks.
Mennuti, R. B., Freeman, A., dan Christner, R.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
W. (2006). Cognitive Behavioral
Adiana Dorotea H., Hubungan antara Self- Interventions in Educational Settings.
Esteem Dan Dukungan Sosial Dengan London: Routledge.
Kesempatan Kerja Pada Penyandang
Moshman, D. (2005). Adolescent
Cacat Fisik, Jurnal Skripsi Universitas
Psychological Development Rationality,
Santa Darmha, Yogyakarta, 2015.
Morality, and Identity. London: LEA.
Ansori Adib, Terapi kognitif perilaku untuk
Suwardani, N. P., Dharsana, I. K., dan
mengatasi gangguan kecemasan sosial,
Suranata, K. (2014). Penerapan
Vol.03, No.01, Jurnal Psikologi
Konseling Behavioral dengan Teknik
251
2nd International Seminar on Education 2017
Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue
Batusangkar, September 05-06-2017

Self Management untuk Meningkatkan Wilding Cristine dan Aileen Milne, Cognitive
Konsep Diri Siswa Kelas VIII B3 SMP Behavior Teraphy, Penerjemah Ahmad
Negeri 4 Singaraja. Jurnal Undiksa Fuandy, Jakarta: PT. Indek, 2013.
Jurusan Bimbingan dan Konseling, 2
(1)

252

You might also like