Professional Documents
Culture Documents
The Influence of Celebrity Endorsement, Social Media Marketing and Brand Image
Towards Purchase Intention of Scarlett Whitening Products
ABSTRACT
As more entrepreneurs join the skincare industry in Indonesia, the skincare business competition will be even higher.
Companies must make strategies in running their business, in order to compete in the market. This research aims to
analyze the dimensions of celebrity endorsement, social media marketing, and brand image that most influence the
purchase intention of Scarlett Whitening products and identify the characteristics of the respondents. This research
sets a sample of 190 respondents who live in Jabodetabek as the population. The method of sampling technique was
non-purposive sampling with its quota sampling type. The results of this research stated that the variable of celebrity
endorsement had not an effect on purchase intention, while variables of social media marketing and brand image
had an effect on purchase intention.
Keywords: brand image, celebrity endorsement, purchase intention, social media marketing.
ABSTRAK
Seiring bertambahnya pengusaha yang bergabung dalam industri skincare di Indonesia, maka persaingan bisnis
skincare akan semakin tinggi. Perusahaan harus membuat strategi dalam menjalankan usahanya, agar dapat bersaing
di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dimensi celebrity endorsement, social media marketing, dan
brand image yang paling berpengaruh terhadap purchase intention produk Scarlett Whitening serta mengidentifikasi
karakteristik responden. Penelitian ini menetapkan sampel sebanyak 190 responden yang berdomisili di Jabodetabek
sebagai populasi. Teknik penentuan sampel menggunakan metode non-probability sampling jenis quota sampling.
Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel celebrity endorsement tidak berpengaruh terhadap purchase intention,
sedangkan variabel social media marketing serta brand image berpengaruh terhadap purchase intention.
Kata Kunci: brand image, celebrity endorsement, purchase intention, social media marketing.
PENDAHULUAN
Semakin maraknya dunia industri di Indonesia mengakibatkan perusahaan mengalami daya
saing yang semakin ketat. Salah satu bidang industri yang sedang mengalami perkembangan
pada saat ini adalah industri perawatan kulit (skincare). Hal ini didukung oleh data pendapatan
sektor kosmetik di Indonesia dalam Persatuan Pengusaha Kosmetik Indonesia (Perkosmi) yang
disajikan di Gambar 1.
Melihat data di atas, dapat dilihat bahwa di antara beberapa akun Instagram brand skincare
lokal, brand Scarlett Whitening meraih pengikut paling banyak, yaitu 4.500.000 atau 4,5M.
Selain itu, adanya perbandingan rata-rata komentar, likes dan penambahan jumlah pengikut
(dalam 30 hari terakhir) akun Instagram produk skincare lokal menurut data yang diakses
melalui situs Social Blade pada tanggal 5 Juli 2021, yaitu sebagai berikut:
Seiring berjalannya waktu yang juga berkembangnya teknologi yang semakin modern,
lahirnya strategi pemasaran baru yang memanfaatkan internet serta media sosial sebagai sarana
untuk memasarkan dan mempromosikan barang ataupun jasa, strategi ini disebut social media
marketing. Definisi dari social media marketing ialah melakukan pemasaran melalui media
sosial untuk mencapai tujuan dari pemasaran barang ataupun jasa tersebut (Maoyan et al. 2014).
Social media marketing merupakan sarana pemasaran berbasis internet di berbagai jaringan
media sosial termasuk blog, komunitas konten, situs jejaring sosial dan dunia maya
menggunakan teknologi berbasis web dan seluler (Hardiyanto et al. 2020).
Melihat data di atas, dapat dilihat bahwa di antara beberapa akun Instagram brand skincare
lokal, brand Scarlett Whitening juga meraih jumlah rata-rata komentar, likes, dan penambahan
jumlah pengikut (dalam 30 hari terakhir) paling banyak, yaitu masing-masing sebesar 1.473,
23.750, dan 120.600.
Lain hal nya dengan data perbandingan engagement rate yang diakses melalui situs Social
Blade pada tanggal 18 Agustus 2021, yaitu sebagai berikut:
Melihat data yang sudah disajikan, dapat disimpulkan bahwa pada engagement rate, brand
Scarlett Whitening menduduki posisi nilai engagement rate paling tinggi ke-5 yaitu sebesar
0.45%, sementara nilai engagement rate paling tinggi ke-1 diraih oleh brand Somethinc yaitu
sebesar 0.85%.
Berdasarkan penjelasan yang sudah tertera di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh celebrity endorsement, social media marketing, dan brand image
terhadap purchase intention produk Scarlett Whitening.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Hal ini karena sesuai dengan pengertian
penelitian kuantitatif menurut (Creswell, 2014) yang mengatakan bahwa penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang menguji suatu teori dengan adanya fakta serta menunjukkan hubungan
antarvariabel yang didasarkan pengembangan konsep dan pemahaman (Creswell, 2014). Dalam
penelitian ini, terdapat dua jenis data yang digunakan, yaitu data primer yang diperoleh dari data
yang didapatkan, juga dikumpulkan oleh peneliti saat penelitian (Priyono, 2016) dan data
sekunder yang diperoleh dari data yang dikumpulkan oleh beberapa peneliti lain dan digunakan
dalam bentuk mentah, statistik resmi pemerintah statistik yang disusun individual atau data dari
evaluasi penelitian sebelumnya atau terdahulu (Priyono, 2016). Sampel yang diambil
diantaranya adalah responden yang pernah menggunakan produk Scarlett Whitening serta
mengikuti akun media sosial Scarlett Whitening di Jabodetabek yang sudah berusia ≥ 17 tahun.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala likert. Metode
penentuan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dengan metode penarikan
sampel pada penelitian ini adalah teknik quota sampling. Penelitian berlangsung pada bulan
Maret 2021 hingga Juli 2021 melalui kuesioner online berupa googleform. Besarnya sampel
yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 190 responden yang tersebar di wilayah Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) yang di mana diperoleh dari rumus Hair et al
2014. Metode pengolahan dan analisis data penelitian ini menggunakan uji validitas, uji
reliabilitas, analisis deskriptif, serta SEM-PLS (Structural Equation Modelling-Partial Least
Sqaure). Pada 30 jawaban responden pertama, peneliti menguji valid serta reliabel atau tidaknya
suatu kuesioner dengan menggunakan uji validitas serta uji reliabilitas melalui media IBM
SPSS versi 25. Selanjutnya, data diolah dengan menggunakan SEM-PLS (Structural Equation
Modelling-Partial Least Sqaure) melalui media SmartPLS 3.3.3.
Dari data nilai AVE yang diperoleh di Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa semua variabel
laten memiliki nilai di atas 0.5 sehingga semua variabel laten telah memenuhi convergent
validity atau valid.
Setelah semua variabel dinyatakan valid, tahap selanjutnya adalah evaluasi discriminant
validity, yaitu melihat nilai cross loading dengan nilai korelasi di atas 0.7 (Hair et al. 2014).
(Hair, Black, Babin, & Anderson, 2014). Hasil uji nilai cross loading dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai Cross Loading
Dari data nilai cross loading yang diperoleh di Tabel 8, nilai menunjukkan bahwa hasil
cross loading telah memenuhi syarat. Hal ini dikarenakan nilai cross loading pada masing-
masing indikator dari variabel laten yang diuji lebih besar dari nilai cross loading dari variabel
lainnya.
Selanjutnya dilakukan uji composite reliability serta cronbach’s alpha. Tujuan dari uji ini
untuk membuktikan ketepatan, keakuratan, serta konsistensi instrumen dalam mengukur
konstruk. Parameter ini dapat dilihat dari nilai composite reliability serta cronbach’s alpha yang
harus lebih besar dari 0.7 (Hair et al. 2014). Nilai cronbach’s alpha serta composite reliability
tertera di Tabel 3.
Tabel 3 Nilai composite reliability
Berdasarkan data yang disajikan di Tabel 3, nilai menunjukkan bahwa seluruh variabel
memiliki nilai composite reliability serta cronbach’s alpha di atas 0.7, di mana seluruh variabel
laten tersebut dapat dikatakan telah reliabel.
Berdasarkan data pada Tabel 3, nilai R-square yang didapat yaitu sebesar 0.473. Artinya,
variabel celebrity endorsement, social media marketing, serta brand image mampu menjelaskan
variabel purchase intention sebesar 0.473 atau 47,3 persen, sedangkan sisanya yaitu sebesar
52,7% dijelaskan oleh variabel lain.
Tahapan selanjutnya adalah analisis path coefficients. Pada proses ini, dapat melihat
apakah hipotesis yang dibuat pada model awal penelitian diterima atau ditolak. Nilai t-statictics
menunjukkan signifikansi model dapat digunakan untuk melihat pengaruh hipotesis pada setiap
jalur hubungan antar variabel independen serta dependen. Sedangkan nilai original sample
menunjukkan sifat hubungan antar variabel, baik itu positif atau negative (Hair et al. 2014).
Nilai signifikansi yang digunakan adalah sebesar 1.960 (dengan significance level 5%) dan p-
values kurang dari 0.05. Nilai original sample, nilai t-statistics, dan p-values dihasilkan dari uji
bootstrapping yang tertera pada Gambar 9. Teknik tersebut digunakan untuk melihat tingkat
signifikansi serta pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan menguji
hipotesis setiap jalur hubungan yang disajikan di Tabel 4.
Tabel 4 Nilai Path Coefficients
Berdasarkan Tabel 4, disimpulkan bahwa terdapat dua hipotesis yang diterima dan satu
hipotesis yang ditolak. Hasil uji hipotesis pada pengaruh celebrity endorsement, social media
marketing, dan brand image terhadap purchase intention produk Scarlett Whitening dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Saran
Untuk pihak Scarlett Whitening, diharapkan dapat mempertahankan serta meningkatkan
frekuensi interaksi kepada konsumen melalui media sosial, baik dari segi promosi serta
pelayanan konsumen. Selain itu, waktu penyampaian promosi produk juga menjadi hal yang
diperhatikan oleh pihak Scarlett Whitening di mana ada waktu-waktu tertentu konsumen sering
membuka media sosial. Di samping itu, pihak Scarlett Whitening mendengarkan konsumen baik
dari segi kritik, saran, serta review produk yang diberikan oleh konsumen, baik dari e-commerce
Shopee yang menyediakan fitur review komentar, Instagram yang menyediakan fitur direct
message, serta Whatsapp resmi milik Scarlett Whitening.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan variabel penelitian lainnya dengan
indikator dan teori lain yang dapat menjelaskan faktor pengaruh celebrity endorsement, social
media marketing, dan brand image terhadap purchase intention produk Scarlett Whitening.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa variabel celebrity endorsement, social media marketing
dan brand image berpengaruh sebesar 47,3% terhadap purchase intention sehingga masih ada
52,7% yang dapat dijelaskan oleh faktor peubah lainnya.