You are on page 1of 12

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

HAZARD IDENTIFICATION DAN RISK ASSESSMENT (HIRA) PADA


PENGOPERASIAN FORKLIFT DI PT. BANGUN SARANA BAJA – GRESIK

HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT (HIRA) ON FORKLIFT


OPERATION AT PT. BANGUN SARANA STEEL - GRESIK

Fitri Suryanti1, Mulyono2


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
fitsuryanti@gmail.com

ABSTRACT

Today's modern society tend to need the role of the tools that is able to shorten the time of
work. No wonder that advanced technology into a basic work tool operating today. One of
them is the adopted transport aircraft, which is a tool that serves as a mover, transport goods
or lifter or people vertically or horizontally and with a certain distance. Forklift AIDS
belongs as a transport lift aircraft. PT. Bangun Sarana Baja - Gresik is a company engaged
in the field of construction and steel fabrication utilizing a forklift as material handling
equipment. This research is descriptive research using the architecture of cross sectional.
Data collection is done by observation and interviews to 15 forklifts as well as HSE team
operator PT. Bangun Sarana Baja - Gresik in order to evaluate the hazard identification and
risk assessment (HIRA) on the operation of forklifts. To get the level of risk in the risk
assessment done calculations the value of severity and probability. Research results show that
the hazard identification and risk assessment in forklift operation in PT. Bangun Sarana Baja
- Gresik found 31 potential dangers that are categorized as potential dangers to the level of
risk of the extreme categories by as much as 14, potential hazard with high risk level
categories as 6, as well as the potential danger with the level of risk categories are a total of
11. Activities of the hazard identification and risk assessment (HIRA) done by expanding the
objects of observation on the stages of the activity of operation of forklifts and the working
environment will help control the hazards work environment, so as to minimize work
accidents in the Wake of PT. Bangun Sarana Baja - Gresik. Keywords: individual
characteristics, workers, metal plating, dermatitis

1
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER

ABSTRAK

Masyarakat modern saat ini cenderung membutuhkan peran alat bantu yang mampu
mempersingkat waktu pekerjaan. Tak heran bila teknologi mutakhir menjadi basic
pengoperasian alat bantu kerja dewasa ini. Salah satunya adalah pesawat angkat angkut, yakni
suatu alat bantu yang berfungsi sebagai pemindah, pengangkat atau pengangkut barang
maupun orang secara vertikal dan atau horizontal dengan jarak tertentu. Alat bantu forklift
tergolong sebagai pesawat angkat angkut. PT. Bangun Sarana Baja – Gresik merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang fabrikasi dan konstruksi baja memanfaatkan forklift
sebagai material handling equipment. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
menggunakan rancang bangun cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi
dan wawancara kepada 15 operator forklift serta tim HSE PT. Bangun Sarana Baja – Gresik
guna mengevaluasi hazard identification dan risk assessment (HIRA) pada pengoperasian
forklift. Untuk mendapatkan tingkat risiko pada risk assessment maka dilakukan perhitungan
nilai severity dan probability. Hasil penelitian menunjukan bahwa hazard identification dan
risk assessment pada pengoperasian forklift di PT. Bangun Sarana Baja – Gresik didapati 31
potensi bahaya yang dikategorikan sebagai potensi bahaya dengan tingkat risiko kategori
ekstrim sebanyak 14, potensi bahaya dengan tingkat risiko kategori tinggi sebanyak 6, serta
potensi bahaya dengan tingkat risiko kategori sedang sebanyak 11. Kegiatan hazard
identification dan risk assessment (HIRA) yang dilakukan dengan memperluas objek
pengamatan pada tahapan aktivitas pengoperasian forklift dan lingkungan kerja akan
membantu mengendalikan bahaya lingkungan kerja, sehingga dapat meminimalisir
kecelakaan kerja di PT. Bangun Sarana Baja – Gresik.
Kata Kunci : hazard identification, risk assessment, forklift

PENDAHULUAN untuk memindahkan sebuah barang dengan


Manusia dalam kesehariannya jarak, besar dan berat tertentu yang sulit
dipenuhi dengan beragam aktivitas yang untuk dilakukan ataupun tidak mungkin
mana berperan pada peningkatan kualitas dilakukan dengan tenaga manusia. Prinsip
hidupnya. Untuk membantu penyelesaian kerjanya berasal dari konsep pesawat
aktifitas tersebut, tak jarang bila peran dari sederhana yang disempurnakan dengan
alat bantu pekerjaan dimanfaatkan. menggunakan teknologi masa kini. Pada
Tentunya alat bantu pekerjaan didesain umumnya, pesawat angkat angkut
khusus guna menunjang jenis pekerjaan mempunyai dimensi yang cukup besar
tersebut agar terselesaikan secara efektif pada setiap unitnya. Hal ini selaras dengan
dan efisien. Dari waktu ke waktu, ragam kebutuhan untuk menyelesaikan tugas
jenis aktifitas manusia semakin bervariasi berat. Oleh karenya muncul istilah heavy
karena tuntutan modernisasi. Oleh equipment dalam penamaannya.
karenanya, alat bantu pekerjaan pun juga Perusahaan barang maupun jasa sering kali
semakin banyak jenis dan peruntukannya. membutuhkan pesawat angkut dalam
Masyarakat modern saat ini cenderung proses produksinya. Adapun peraturan
membutuhkan peran alat bantu yang perundang- undangan yang mengatur yakni
mampu mempersingkat waktu pekerjaan. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Tak heran bila teknologi mutakhir Indonesia No 05 Tahun 1985 tentang
dimanfaatkan guna menciptakan alat bantu Pesawat Angkat Angkut.
kerja yang dibutuhkan. Salah satunya Jenis pesawat angkat angkut pun
adalah pesawat angkat angkut. beragam sesuai dengan kegunaannya. Satu
Pesawat angkat dan angkut adalah di antaranya adalah forklift. Dalam bidang
suatu pesawat atau alat yang digunakan material handling, forklift mempunyai
untuk memindahkan, mengangkat muatan peran penting. Setiap perusahaan pada
baik bahan atau barang maupun orang proses produksinya selalu menerapkan
secara vertical dan atau horizontal dengan material handling yang baik, guna
jarak yang ditentukan. Penggunaannya memperlancar serta menjaga setiap
2
Hazard Identification Dan Risk Assessment (Hira) Pada Pengoperasian Forklift.. | FITRI SURYANTI
material

3
Hazard Identification Dan Risk Assessment (Hira) Pada Pengoperasian Forklift.. | FITRI SURYANTI

atau bahan yang digunakan maupun yang kerja yang aman, sehat dan nyaman,
dihasilkan. Sehingga bilamana memotong mata rantai kejadian kerugian
menerangkan material handling, terdapat akibat kegagalan produksi yang disebabkan
berbagai proses yang dimulai dari kecelakaan dan sakit, serta pencegahan
penanganan hingga pengawasan material. kerugian akibat kecelakaan dan penyakit
Dilihat dari fungsinya, forklift tergolong akibat kerja (Ramli, 2010).
sebagai salah satu material handling Setiap organisasi harus menetapkan
equipment yang sering dijumpai pada area prosedur mengenai identifikasi bahaya.
pergudangan dalam suatu perusahaan. Kegiatan identifikasi bahaya merupakan
Forklift mempunyai tugas utama tahap pertama dalam manajemen risiko
memindahkan barang dari satu tempat ke untuk mengetahui masalah K3 yang ada
tempat lain. Dengan demikian, pekerja dalam proses kerja di perusahaan.
yang bertugas memindahkan barang sangat Identifikasi bahaya sangat penting untuk
terbantu dengan adanya alat bantu kerja menentukan bentuk program K3 dan
forklift ini, karena tidak mengeluarkan implementasi pengendalian yang akan
tenaga berlebih dan mempersingkat waktu dilakukan perusahaan (OHSAS
pengerjaan tugas yang diembannya. 18001:2007).
Di sisi lain, forklift adalah salah satu Risk assessment adalah proses
jenis pesawat angkat angkut yang evaluasi risiko yang diakibatkan adanya
merupakan peralatan teknik dengan risiko bahaya, dengan memperhatikan kecukupan
bahaya tinggi yang dapat menyebabkan pengendalian yang dimiliki, dan
terjadinya kecelakaan kerja bilamana tidak menentukan apakah risikonya dapat
ditangani secara baik dan benar. Forklift diterima atau tidak (OHSAS 18001: 2007).
merupakan salah satu jenis pesawat angkut PT. Bangun Sarana Baja – Gresik
di atas landasan dan di atas permukaan. merupakan sebuah perusaahan yang
Pada ruang lingkup Keselamatan dan bergerak dalam bidang fabrikasi dan
Kesehatan Kerja (K3) yang selalu konstruksi baja yang berlokasi di Jalan
mengutamakan dan melindungi segi Mayjend Sungkono XII/08, Gresik. Proses
keselamatan dan kesehatan para pekerja pembuatan baja yang dimulai dari tahap
guna meningkatkan produktivitas kerja, marking, cutting, drilling atau punching,
dimana dioperasikan pesawat angkat assembling, welding, finishing, painting,
angkut, salah satunya forklift baik di hingga packing dilakukan pada satu lokasi
tempat kerja industri berpeluang tersebut. Terdapat banyak area kerja yang
menimbulkan kecelakaan kerja karena diberi penamaan gudang atau workshop di
beban lebih, konstruksi tidak layak pakai lokasi tersebut. Sehingga dalam aktivitas
dan penyebab lainnya yang dapat produksi sehari-hari PT. Bangun Sarana
menimbulkan kerugian korban jiwa dan Baja – Gresik menggunakan forklift untuk
atau rusaknya material sebagai aset menjalankan peran pada proses material
perusahaan dan orang lain di tempat kerja. handling, tentunya sekaligus
Identifikasi bahaya merupakan suatu mempekerjakan beberapa operator forklift
proses yang dapat dilakukan untuk yang telah tersertifikasi untuk
mengenali seluruh situasi atau kejadian mengoperasikan setiap unit forklift yang
yang berpotensi sebagai penyebab digunakan di area kerja.
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang Dari gambaran aktivitas produksi
mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka, tersebut, potensi bahaya atau kecelakaan
2008). kerja yang berkaitan dengan pengoperasian
Kegiatan identifikasi bahaya dan forklift, sangat mungkin terjadi. Selama
penilaian risiko di tempat kerja mempunyai kurun waktu lima tahun ke belakang telah
tujuan meminimalkan kerugian akibat terjadi delapan kejadian nearmiss, dua
kecelakaan dan sakit, meningkatkan kejadian di tahun 2011, tiga kejadian di
kesempatan atau peluang untuk tahun 2012, satu kejadian di tahun 2013,
meningkatkan produksi melalui suasana satu kejadian di tahun 2014 dan satu

20
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER

kejadian di tahun 2016. Kedelapan Gresik, tepatnya di Jalan Mayjend


kejadian kecelakaan tersebut rata-rata Sungkono XII/08, Gresik, Jawa Timur
terletak pada kesalahan load handling, yang dilakukan pada bulan Juni 2016.
travelling dan maneuvering forklift oleh Data yang dikumpulkan terdiri dari
operator. Tak hanya itu saja, di tahun 2014 data primer dan data sekunder. Data primer
sempat terjadi accident forklift yang diperoleh dengan melakukan dua cara,
mengakibatkan cidera pada pekerja. yakni : 1) Observasi atau pengamatan pada
Oleh karena itu, peneliti ingin lingkungan kerja pengoperasian forklift
mengevaluasi kegiatan hazard yakni di area workshop atas dan workshop
identification dan risk assessment (HIRA) bawah di PT. Bangun Sarana Baja –
pada pengoperasian forklift di PT Bangun Gresik, dan 2) Wawancara dengan pihak-
Sarana Baja – Gresik, guna mengendalikan pihak terkait meliputi operator forklift serta
potensi bahaya yang ada agar tidak terjadi manager departemen HSE sekaligus para
kecelakaan kerja yang tidak diinginkan anggotanya untuk memperoleh data terkait
sewaktu-waktu. potensi bahaya dan penilaian risiko pada
pengoperasian forklift di PT. Bangun
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Sarana Baja – Gresik. Data sekunder
Penelitian ini bertujuan untuk diperoleh dari data perusahaan yang
mengevaluasi hazard identification dan dikelola departemen HSE bagian
risk assessment (HIRA) pada administrasi, yang meliputi: 1) Profil
pengoperasian forklift di PT. Bangun perusahaan, 2) Kebijakan K3, dan 3)
Sarana Baja - Gresik. Sehingga penelitian Instruksi Kerja (IK) forklift.
ini termasuk dalam kategori penelitian Data yang diperoleh melalui kegiatan
deskriptif yang mempunyai tujuan utama observasi dan wawancara selanjutnya akan
yakni memberi gambaran obyektif diolah dengan melakukan identifikasi
terhadap suatu keadaan dengan cara bahaya (hazard identification)
mendeskripsikanya. Ditinjau dari waktu menggunakan lembar Job Safety Analysis
penelitian termasuk dalam penelitian cross (JSA). Kemudian, hasil dari proses
sectional dimana variabel obyek penelitian identifikasi tersebut dilakukan penilaian
dianalisis dan dikumpulkan pada satu risiko (risk assessment) melalui tahap
waktu. Sementara, ditinjau dari tempat, perhitungan dan penentuan tingkat risiko
penelitian ini termasuk penelitian lapangan. melalui perkalian tingkat keparahan
Obyek penilitian merupakan hazard (severity) yang dapat dilihat pada tabel 1
identification dan risk assessment (HIRA) dan tingkat kemungkinan (likelihood) yang
pada pengoperasian forklift. Populasi dapat dilihat pada tabel 2 sehingga
penelitian yakni seluruh operator forklift diperoleh tingkat risiko (rank risk) yang
yang berjumlah 15 orang. Penelitian ini dihasilkan dengan menggunakan risk
berlokasi di PT. Bangun Sarana Baja – matrix yang dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 1. Skala severity
Tingkat Deskripsi Keterangan
1 Insignificant Tidak terjadi cidera, kerugian finansial sedikit
2 Minor Cidera ringan, kerugian finansial sedikit
3 Moderate Cidera sedang, perlu penanganan medis, kerugian
finansial besar
4 Major Cidera berat > 1 orang, kerugian besar, gangguan
produksi
5 Catastrophic Fatal > 1 Orang, kerugian sangan besar dan dampak
sangat luas, terhentinya seluruh kegiatan
Sumber : AS/NZS 4360

20
Hazard Identification Dan Risk Assessment (Hira) Pada Pengoperasian Forklift.. | FITRI SURYANTI
Tabel 2. Skala likelihood
Tingkat Deskripsi Keterangan
1 Rare Hampir tidak pernah, sangat jarang terjadi
2 Unlikely Jarang terjadi
3 Posibble Dapat terjadi sekali-sekali
4 Likely Sering terjadi
5 Almost Certain Dapat terjadi setiap saat
Sumber : AS/NZS 4360
Tabel 3. Skala risk matrix
Frekuensi
Dampak Risiko
Risiko
1 2 3 4 5
1 H H E E E
2 M H E E E
3 L M H E E
4 L L M H E
5 L L M H H
Sumber : AS/NZS 4360
karena kesalahan pada fungsi
HASIL PENELITIAN DAN
pengoperasian atau aktivitas forklift oleh
PEMBAHASAN
operator, sehingga berdampak pada
Hasil kerugian yang harus ditanggung meliputi
Selama tahun 2011 hingga 2014 telah kerusakan material yang dibawa, forklift
terjadi enam kejadian nearmiss, dan satu sekaligus cidera yang dialami oleh operator
accident pada pengoperasian forklift PT forklift maupun pekerja lainnya. Jumlah
Bangun Sarana Baja – Gresik. Pada kejadian tersebut disajikan pada tabel 4
umumnya kejadian tersebut disebabkan berikut
ini:

Tabel 4. Distribusi Kecelakaan Kerja Pada Pengoperasian Forklift PT Bangun Sarana Baja - Gresik
Tahun Kecelakaan Jumlah
Dampak Tindakan Keterangan
Kerja Kejadian
2011 Perbaikan Perbaikan mesin 1
Kebakaran Mesin forklift
forklift oleh departemen
kabel rusak
mekanik
Operator Tindakan Penanganan 1
Forklift mengalami medis oleh dengan P3K oleh
2012
terbalik luka ringan tim HSE HSE
atau memar
Perbaikan Perbaikan
Kerusakan
material material oleh
material
subkon
Pekerja lain Tindakan Penanganan 2
Material mengalami medis oleh dengan P3K oleh
jatuh luka ringan tim HSE HSE
atau memar
2013 Pekerja lain Tindakan Penanganan 2
Material mengalami medis oleh dengan P3K oleh
jatuh luka ringan tim HSE HSE
atau memar
2014 Operator Tindakan Penanganan 1
Forklift mengalami medis oleh dengan P3K oleh
terbalik luka ringan tim HSE HSE
atau memar

20
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER

Perbaikan Perbaikan
Kerusakan
material material oleh
material
subkon
Jumlah 7
Sumber : Data Sekunder PT. Bangun Sarana Baja – Gresik

Karakteristik operator forklift PT. bangku SMA dan telah mengantongi SIO.
Bangun Sarana Baja – Gresik ikut menjadi Namun, usia dan masa kerja 15 operator
bagian pengamatan, yaitu meliputi usia, forklift tidak sama. Pada tabel 5 dan tabel 6
jenis kelamin, masa kerja, pendidikan, serta berisikan informasi tersebut yang disajikan
kepemilikan Surat Ijin Operator (SIO). Dari secara lengkap dan detail.
15 operator forklift, keseluruhannya
memiliki kesamaan dari sisi jenis kelamin
yakni laki-laki, pendidikan terkahir hingga
Tabel 5. Distribusi Usia Operator Forklift PT Bangun Sarana Baja - Gresik
Umur (Tahun) Jumlah %
17 – 25 1 6,67
26 – 35 5 33,33
36 – 45 6 40
≥46 3 20
Jumlah 15 100
Sumber: Wawancara
Tabel 6. Distribusi Masa Kerja Operator Forklift PT Bangun Sarana Baja - Gresik
Masa Kerja (Tahun) Jumlah %
0–5 2 13,33
6 – 10 4 26,67
11 – 15 6 40
>15 3 20
Jumlah 15 100
Sumber: Wawancara

Identifikasi bahaya dengan dihasilkan. Pada risk matrix akan terlihat


memanfaatkan JSA dilakukan pada setiap kategori dari tingkat risiko potensi bahaya
tahapan aktivitas operasional forklift serta yakni extreme, high, middle, dan low.
lingkungan kerja pengoperasian forklift. Hasil risk assessment dari tahapan
Berdasarkan identifikasi bahaya tersebut, operasional dan lingkungan kerja forklift di
ditemukan sebanyak 31 potensi bahaya. PT. Bangun Sarana Baja – Gresik,
Temuan sebanyak 31 potensi bahaya didapatkan hasil bahwa sebanyak potensi
yang didapatkan dari proses identifikasi bahaya dikategorikan sebagai potensi
bahaya digunakan sebagai acuan untuk bahaya dengan tingkat risiko kategori
melakukan risk assessment dengan ekstrim (extreme) sebanyak 14, potensi
melibatkan penentuan besaran bahaya dengan tingkat risiko kategori
kemungkinan (likelihood) dan keparahan tinggi (high) sebanyak 6, serta potensi
(severity) yang timbul dari potensi bahaya bahaya dengan tingkat risiko kategori
tersebut. Selanjutnya, dua penentuan sedang (middle) sebanyak 11. Hasil risk
tersebut dituangkan ke dalam risk matrix assessment dapat dilihat pada tabel 7 dan
guna melihat besaran tingkat risiko yang tabel 8.

21
Hazard Identification Dan Risk Assessment (Hira) Pada Pengoperasian Forklift.. | FITRI SURYANTI
Tabel 7. Risk Assessment Pada Tahap Operasional Pengoperasian Forklift di PT. Bangun Sarana Baja –
Gresik
Aktivitas Pekerjaan Potensi Bahaya Rank Risk
Kesetrum listrik M
Menghidupkan forklift
Forklift terpelanting maju / mundur M
Forklift slip M
Mobilisasi forklift tanpa
Forklift terjungkal M
membawa material
Forklift roboh M
Material roboh E
Mengambil material
Tertimpa material E
Kelebihan beban M
Terkena swing material H
Mengangkat material Material roboh E
Kegagalan lifting H
Material jatuh E
Forklift terbalik M
Memindah material Kejatuhan material E
Tergores material H
Tersenggol swing material / counter
M
weight
Meletakkan material yang Tergores material H
dipindah Terjepit material H
Tertimpa material E
Material roboh E
Sumber : Observasi dan wawancara
Tabel 8. Risk Assessment Pada Lingkungan Kerja Pengoperasian Forklift di PT. Bangun Sarana Baja –
Gresik
Lingkungan Kerja Potensi Bahaya Rank Risk
Dentuman yang berasal dari alat kerja
lainnya seperti palu dan gerinda yang H
Kebisingan menghasilkan kebisingan sebesar 95
dB (berdasarkan data sekunder).
Material jatuh E
Banyak tikungan Forklift terbalik M
Kejatuhan material E
Material jatuh E
Jalan miring Forklift terbalik M
Kejatuhan material E
Material jatuh E
Jalan sempit Forklift terbalik M
Kejatuhan material E
Debu yang dihasilkan dari proses E
Debu produksi dan debu lingkungan.
Sumber : Observasi dan wawancara

Pembahasan menimbulkan korban manusia dan atau


Menurut Peraturan Menteri Tenaga harta benda. Kecelakaan forklift adalah
Kerja Republik Indonesia No. 3 Tahun kecelakaan yang terjadi pada saat
1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan pengoperasian forklift sehingga
Pemeriksaan Kecelakaan Kerja menyebabkan kerusakan benda, luka,
menjelaskan bahwa kecelakaan adalah bahkan kematian (OSHA, 2004).
suatu kejadian yang tidak dikendaki dan Menurut Legal Match (2007),
tidak diduga semula yang dapat terjadinya kecelakaan pada forklift

21
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER

dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor Pada aktivitas pekerjaan pertama
manusia dan faktor lingkungan. Faktor saat pengoperasian forklift adalah aktivitas
manusia meliputi: 1) Usia, semakin muda menghidupkan mesin memiliki dua potensi
usia seseorang maka semakin besar potensi bahaya, yakni: 1) Tersetrum listrik yang
terjadinya tindakan yang membahayakan. disebabkan oleh instalasi listrik yang rusak,
Hal dikarenakan pribadi usia muda masih dan 2) Potensi bahaya forklift terpelanting
dipenuhi dengan sifat emosi, ceroboh dan maju atau mundur disebabkan karena tuas
kurang berpengalaman; 2) Tingkat maju atau mundur tidak dikembalikan pada
pendidikan, semakin tinggi tingkat kondisi netral sebelum forklift dimatikan.
pendidikan maka semakin rendah kejadian Aktivitas kedua adalah mobilisasi
kecelakaan yang ditimkbulkan; 3) Masa forklift tanpa membawa material memiliki
Kerja, tenaga kerja dengan masa kerja tiga potensi bahaya, yakni: 1) Forklift slip,
minim cenderung berpeluang besar 2) Forklift terjungkal, dan 3) Forklift
mengalami kecelakaan kerja; 4) Pelatihan, roboh. Hal tersebut dapat disebabkan
seorang pekerja akan sulit melaksanakan karena adanya ketidakseimbangan yang
pekerjaan dengan baik dan cenderung terjadi pada saat menjalankan forklift atau
melakukan banyak kesalahan apabila tidak operator tidak memperhatikan kondisi jalan
diberi pelatihan terlebih dahulu; 5) dan kecepatan forklift. Menurut Peraturan
Perbuatan yang membahayakan, contohnya Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 1985
bertindak semaunya sendiri dan tentang Pesawat Angkat Angkut Pasal 104
mengabaikan peraturan berisiko bahwa pesawat angkutan di atas landasan
menimbulkan kecelakaan. adapun faktor dengan motor bakar harus dijalankan
kedua yakni faktor lingkungan meliputi: 1) dengan aman sesuai dengan kecepatan
Perlindungan yang tidak aman, contohnya yang telah ditentukan.
pada mesin atau peralatan beregerak yang Aktivitas ketiga adalah mengambil
tidak dilindungi; 2) Kerusakan alat, material memiliki dua potensi bahaya,
contohnya peralatan yang kasar atau licin yakni: 1) Material roboh, dan 2) Tertimpa
karena kurang pemeliharaan; 3) Konstruksi material yang dialami oleh pekerja lain
yang tidak aman dapat membahayakan yang sedang berada di sekitar forklift.
keselamatan pekerja; 4) Penempatan dan Faktor utama yang menyebabkan potensi
penyusunan yang tidak aman; dan 5) bahaya tersebut terjadi adalah material
Penerangan yang tidak sempurna, akan yang diangkat tidak dipastikan dalam
menyebakan penglihatan pekerja terganggu keadaan stabil. Susunlah beban barang
sehingga berpotensi besar menimbulkan dengan rapid an seimbang supaya beban
kecelakaan. tidak dapat tumpah atau jatuh saat diangkat
Identifikasi bahaya merupakan (Wirendeni, 2013).
landasan dari program pencegahan Aktivitas keempat adalah
kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengangkat material memiliki empat
mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat potensi bahaya, yakni: 1) Kelebihan beban
ditentukan sehingga upaya pencegahan dan yang disebabkan oleh ketidakpatuhan
pengendalian risiko tidak dapat dijalankan operator forklift terhadap Instruksi Kerja
(Ramli, 2010). (IK) forklift dalam proses pengangkatan
Salah satu teknik identifikasi yang mengharuskan beban pengangkatan
bahaya adalah dengan melakukan Job tidak melebihi batas kemampuan angkat
Safety Analysis (JSA). JSA merupakan cara atau Save Weight Limit (SWL), 2) Terkena
untuk meneliti bahaya pada tiap langkah swing material dapat terjadi karena
kerja, kemudian mencari penyelesaian dari operator forklift tidak memastikan kondisi
tiap bahaya sehingga bahaya dapat sekitar pengoperasian forklift saat
dikendalikan sejak dini (Siswanto, 2009). dilakukan pengangkatan jauh dari pekerja
Identifikasi bahaya pengoperasia forklift di lain, 3) Material roboh diakibatkan oleh
PT Bangun Sarana Baja – Gresik ketidakstabilan beban atau material yang
menggunakan JSA didapati sebanyak 31 diangkat, dan 4) Kegagalan lifting
potensi bahaya.
21
Hazard Identification Dan Risk Assessment (Hira) Pada Pengoperasian Forklift.. | FITRI SURYANTI

disebabkan oleh ketidaknormalan kondisi Kondisi lingkungan kerja yang


lifting equipment yang meliputi hidrolik, terasa bising menghasilkan potensi bahaya
kerangka, dan fork. berupa dentuman yang berasal dari alat
Aktivitas kelima adalah kerja lainnya seperti palu dan gerinda yang
memindahkan material memiliki lima menghasilkan kebisingan sebesar 95 dB,
potensi bahaya, yakni: 1) Material jatuh, 2) sehingga menimbulkan risiko gangguan
Forklift terbalik, 3) Kejatuhan material, 4) pendengaran pada pekerja.
Tergores material, dan Tersenggol swing Kondisi lingkungan kerja banyak
material / counter weight. Faktor pemicu tikungan menghasilkan potensi berupa: 1)
potensi bahaya tersebut berasal dari Material jatuh, 2) Forklift terbalik, dan 3)
ketidakstabilan material saat sedang Kejatuhan material. Ketiga potensi bahaya
dipindahkan, pengereman mendadak, tersebut dapat terjadi oleh karena kondisi
pengangkatan terlalu tinggi, kondisi area jalan yang menikung mengakibatkan
swing belum steril dari pekerja dan lain ketidakstabilan pada forklift apabila
sebagainya. Forklift harus dilengkapi operator tidak bisa mengoperasikannya
dengan sebuah atap atau pelindung lainnya dengan benar. Begitu pula kondisi
yang memadai untuk mencegah terjadinya lingkungan kerja yang terdapat jalan
kecelakaan pada operator forklift yang miring dan sempit akibat banyaknya
disebabkan oleh benda-benda jatuh tumpukan material menghasilkan potensi
(Rochman, 2009). bahaya yang sama dengan kondisi jalan
Aktivitas keenam adalah yang menikung, beserta alasan mengapa
meletakkan material yang dipindah potensi bahaya tersebut dapat terjadi.
memiliki empat potensi, yakni: 1) Tergores Kondisi lingkungan kerja yang
material terjadi karena ketidakpatuhan berdebu hasil dari proses produksi dan
pekerja terhadap penggunaan APD yang debu lingkungan mengakibatkan gangguan
diwajibkan meliputi helm safety, sepatu saluran pernapasan bagi para pekerja,
safety dan sarung tangan kain, 2) Terjepit termasuk salah satunya operator forklift.
material disebabkan oleh proses material
handling yang tidak berhati-hati, 3) SIMPULAN DAN SARAN
Tertimpa material diakibatkan oleh
penataan material tidak benar, jarak aman Simpulan
dari pengoperasian forklift tidak 1. Identifikasi bahaya (hazard
dikondisikan secara baik, serta identification) di PT Bangun Sarana
ketidakpatuhan operator forklift terhadap Baja
Standard Operasional Procedure (SOP), – Gresik dilakukan dengan
dan 4) Material roboh. Undang-Undang memanfaatkan JSA dilakukan pada
Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 setiap tahapan aktivitas operasional
tentang Keselamatan Kerja menyebutkan forklift serta lingkungan kerja
bahwa tenaga kerja harus memakai alat- pengoperasian forklift. Berdasarkan
alat pelindung diri yang diwajibkan. Beban identifikasi bahaya tersebut, ditemukan
ditumpuk dengan benar dan seimbang, sebanyak 31 potensi bahaya.
hati- hati terhadap kemungknan runtuhnya 2. Penilaian risiko (risk assessment) dari
tumpukan muatan (Wirendeni, 2013). tahapan operasional dan lingkungan
Menurut Suardi (2005), prosedur kerja forklift sebagai material handling
merupakan penjelasan aktivitas di equipment di PT. Bangun Sarana Baja –
perusahaan yang melibatkan banyak orang Gresik, didapatkan hasil bahwa
dari beberapa pihak dan dalam satu sebanyak 31 potensi bahaya
prosedur terdapat beberapa instruksi kerja. dikategorikan sebagai potensi bahaya
Adapun lingkungan kerja tidak dengan tingkat risiko kategori ekstrim
luput dari potensi bahaya yang dapat (extreme) sebanyak 14, potensi bahaya
memicu terjadinya kecelakaan kerja yang dengan tingkat risiko kategori tinggi
merugikan sekaligus tidak diinginkan (high) sebanyak 6, serta potensi bahaya
sewaktu-waktu. dengan tingkat risiko kategori sedang
21
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER
(middle) sebanyak 11.

21
Hazard Identification Dan Risk Assessment (Hira) Pada Pengoperasian Forklift.. | FITRI SURYANTI

Saran
Proses hazard identification dan risk
assessment (HIRA) sebaiknya dilakukan
PT Bangun Sarana Baja – Gresik
sebaiknya dengan memperluas objek
pengamatan yakni tidak hanya pada
tahapan aktivitas pengoperasian forklift
saja, melainkan lingkungan kerja juga
perlu diikutsertakan.

DAFTAR PUSTAKA
Legal Match. Forklift Accident Lawyers.
http://www.legalmatch.com/law_lib
rary/article/forklift-accident-
lawyers.htm (Sitasi 28 Juli 2016).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia No. 5 Tahun 1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia No. 3 Tahun 1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan Kerja.
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Jakarta: Dian
Rakyat.
Rochman, R. 2009. Penerapan Syarat-
Syarat Keselamatan Kerja Forklift
Sebagai Upaya Pencegahan
Kecelakaan Kerja Pada Unit
Produksi PT. Surya Rengo
Containers. Tugas Akhir. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Suardi, R. 2005. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Penerbit PPM.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja “Manajemene dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja”.
Surakarta: Harapan Press.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
Wirendeni. 2013. Panduan Pekerja
Kontraktor Geocycle. Jakarta: PT.
Holcim Indonesia Tbk.

21

You might also like