Professional Documents
Culture Documents
By
According the data analysis was gotten result shown that: (1) the differences of
result study between probing prompting model and examples non examples; (2)
the effectiveness social result study achievement better between using in probing
prompting learning model and examples and non examples at students who has
high pre ability; (3) the effectiveness social result study achievement better using
in probing prompting learning model and examples and non examples at students
who has low pre ability; (4) interaction of pre ability learning model through
social study result.
Key words: pre ability, probing prompting and examples non examples
learning model, study result
ABSTRAK
Oleh
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; 1. Perbedaan hasil belajar antara
model probing prompting dan examples non examples; 2. Efektifitas hasil belajar
IPS siswa yang menggunakan pembelajaran model probing prompting dan model
examples non examples pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi.;3.
Efektifitas hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran model
pembelajaran probing prompting dan model examples non examples pada siswa
yang memiliki kemampuan awal rendah; 4. interaksi antara kemampuan awal dan
model pembelajaran terhadap hasil belajar SMP Negeri 1 Rawajitu Timur.
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian comparative dengan pendekatan
eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah
67 yang terbagi dalam 2 kelas. Sampel diambil dengan teknik cluster random
sampling, kelas VIIIa akan mendapat perlakuan pembelajaran model probing
prompting dan kelas VIIIb akan mendapat perlakuan pembelajaran model
examples non examples. Instrumen penelitian berupa soal tes kemampuan awal
dan tes hasil belajar. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini
digunakan statistik analisis varian (ANAVA) dan t-test dua sampel.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa; (1) Ada
perbedaan hasil belajar antara model probing prompting dan examples non
examples; (2) Efektifitas hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran
model probing prompting dan model examples non examples pada siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi; (3) Efektifitas hasil belajar IPS siswa yang
menggunakan pembelajaran model pembelajaran probing prompting dan model
examples non examples pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah; (4)
interaksi antara kemampuan awal dan model pembelajaran terhadap hasil belajar.
Bab I PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
Pembahasan dalam bab I ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yaitu latar
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. Lebih jelasnya
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Rawajitu Timur merupakan salah satu SMP
Negeri 1 Rawajitu Timur berdiri pada tanggal 15 Juli 1993, yang terletak di Bumi
Menjadi sekolah favorit yaitu mewujudkan SMP Negeri 1 Rawajitu Timur sebagai
sekolah yang disenangi dan digemari oleh masyarakat, berkualitas, iman dan
pada setiap tahun ajaran baru jumlah pendaftar siswa baru tergolong tinggi dan
banyak siswa yang tidak diterima karena jumlah ruang kelas yang terbatas, namun
pada tahun pelajaran baru tahun 2011 jumlah siswa yang mendaftar mengalami
2
penurunan hal ini dikarenakan gejolak ekonomi yang terjadi pada masyarakat
yang tinggal di lingkungan perusahaan AWS (Aruna Wijaya Sakti) yang bergerak
Rawajitu Timur. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 data rombel belajar dari
tahun 2009-2013.
Berdasarkan data rombel di atas pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa yang
mendaftar sebanyak 330 dan siswa yang diterima hanya 312 siswa, sedangkan
peningkatan yakni 350 siswa dan siswa yang diterima hanya 326 siswa, pada
sebanyak 250 siswa dan yang diterima 247, pada tahun 2012/2013 jumlah siswa
yang mendaftar sebanyak 223 dan seluruh siswa yang mendaftar diterima oleh
sekolah. Jumlah rombongan belajar di SMP Negeri 1 Rawajitu Timur pada kelas
VII sebanyak tujuh (7) kelas, kelas VIII sebanyak enam kelas (6), dan kelas IX
sebanyak lima (5) kelas dengan jumlah keseluruhan siswa pada tahun 2013
Jumlah Guru yang mengajar di SMP Negeri 1 Rawajitu Timur memiliki latar
dengan bidang studi mata pelajaran yang terdapat di sekolah. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 1.2 keterangan data guru dan jenjang pendidikan yang ditempuh.
Jumlah
Guru guru Jenjang pendidikan
IPA 2 S1
Matematika 3 S1
bahasa indonesia 3 S1
Bahasa Inggris 3 S1/D3
Pendidikan Agama 2 S1
IPS 3 S1/D3
Penjaskes 2 D1
Seni Budaya 2 S1
Pkn 2 S1
TIK/Ketrampilan 2 D3/D1
BK 1 S1
Bahasa Lampung 2 S1
Sumber: Data Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Rawajitu Timur
Jumlah guru dan jenjang pendidikan yang terdapat di sekolah SMP N 1 Rawajitu
siswa. Seperti tujuan pendidikan yang berkualitas dapat dilihat dari segi proses
kualitas pendidikan.
menciptakan suatu suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa,
terutama pada mata pelajaran IPS. Usaha pencapaian dalam pendidikan perlu
adanya tujuan dan sistem lingkungan belajar yang kondusif. Belajar dapat
Pada hakikatnya tujuan dari pendidikan IPS adalah mempersiapkan siswa sebagai
warga negara untuk dapat mengambil keputusan secara reflektif dan partisipasi
masa pembangunan saat ini. Pembangunan bangsa saat ini membutuhkan kesiapan
geografi, hukum dan budaya. Fungsi mata pelajaran IPS di sekolah menengah
Unsur yang menentukan proses pembelajaran IPS yang dilakukan dalam lingkup
sekolah, yakni kurikulum, guru, serta siswa dalam pembelajaran. Guru merupakan
ujung tombak dalam pembelajaran kepada peserta didik. Oleh karena itu proses
dan hasil pendidikan banyak ditentukan oleh kemampuan dan ketrampilan guru
berdasarkan konsep, teori dan fakta, namun dapat diterapkan dalam kehidupan
bersumber dari guru tetapi siswa hanya bersikap pasif dengan menghafal
Proses pembelajaran yang terjadi saat ini, masih didominasi oleh guru dan belum
dan tidak menarik bagi peserta didik. Hal itu mengakibatkan hasil belajar peserta
kemampuan peserta didik dan memilih metode dan strategi pembelajaran terutama
salah satu mata pelajaran pokok dalam program Ilmu Pengetahuan Sosial
dalam pembelajaran, (b) kondisi siswa terkesan tidak siap saat belajar, (c) siswa
terlihat bosan, dan jenuh saat pembelajaran, (d) siswa terlihat mengobrol dengan
siswa lain, (e) kurangnya keberanian siswa dalam bertanya dan memberikan
6
jawaban kepada guru dalam proses pembelajaran, hanya beberapa orang yang
sumber belajar bagi siswa. Situasi dan kondisi tersebut berpengaruh pada tingkat
pencapaian hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal itu dapat terlihat pada
daftar nilai Mid semester siswa pada kelas VIII yang menjadi fokus pada
penelitian ini.
Tabel 1.3 Hasil Mid Semester Mata Pelajaran IPS Ekonomi siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Rawajitu Timur Tahun Pelajaran 2012/2013
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar IPS yang diperoleh
siswa secara umum masih rendah. Hal ini dapat di lihat dari tabel 1.1 di mana
siswa yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) baru mencapai
46,27% atau 88 siswa. Sedangkan 53,19% atau sebanyak 100 siswa belum
minimum untuk mata pelajaran IPS kelas VIII adalah sebesar 70 . Dengan
demikian maka penguasaan materi pelajaran IPS Ekonomi siswa masih rendah.
Roger dalam Agung, (2010:11) memandang pencapaian hasil belajar siswa yang
guru hanya menekankan pembelajaran yang didominasi oleh guru dan membuat
7
siswa menjadi pasif. Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa nilai Mid
semester pada pelajaran IPS Ekonomi di SMP N Rawajitu Timur masih rendah.
pembelajaran yang tepat, maka siswa akan lebih mudah memahami materi yang
diajarkan, sehingga siswa menjadi lebih aktif hingga akhirnya diharapkan hasil
belajar akan meningkat. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan guru di
yang mengaktifkan dan melibatkan siswa mulai dari awal proses pembelajaran
sampai dengan akhir pembelajaran. Hal ini terlihat dari metode yang digunakan
oleh guru di SMP Negeri 1 Rawajitu Timur seperti yang tertera pada Tabel 1.4
berikut ini.
8
Tabel 1.4 Penggunaan Metode Guru SMP Negeri 1 Rawajitu Timur Tahun
Pelajaran 2012/2013.
ceramah, dan terlihat dua orang guru mengunakan pembelajaran kooperatif dan 2
kelompoknya.
konstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja kelompok untuk saling
IPS dan karakteristik siswa SMP adalah pembelajaran probing prompting dan
maupun cara untuk mempelajarinya melalui tanya jawab. Model ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam mendalami materi yang
kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai
dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Model pembelajaran ini
diharapkan dapat menarik minat peserta didik dalam belajar di kelas sehingga
peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Pembelajaran
yang berkualitas sangat tergantung dari peserta didik dan guru dituntut untuk
memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan guru yang mampu membawa pada
model pembelajaran dengan memberikan contoh kasus atau gambar kepada siswa.
Pembelajaran examples non examples sangat cocok diterapkan bagi siswa sekolah
10
menengah pertama karena dapat melatih kreatifitas siswa. Pembelajaran ini akan
menggunakan media gambar maupun dengan contoh kasus sebagai alat bantu
menjelaskan materi pelajaran, guru memberikan contoh kasus kepada siswa untuk
Penerapan awal dengan model probing prompting dan examples non examples
siswa sebelum mendapat kemampuan dan pengetahuan baru yang lebih tinggi.
Seorang siswa akan menjadi lebih mudah untuk memahami dan mempelajari
materi pelajaran baru, dalam proses pembelajaran didasarkan pada materi yang
awal yang sudah dimilikinya dapat menjadi kemampuan baru. Menurut Media
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa.
salah satu cara yang digunakan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran
examples tidak dapat diterapkan dalam semua materi pembelajaran IPS khususnya
pada mata pelajaran Ekonomi Sehingga penelitian ini hanya dibatasi satu SK
Examples non examples Terhadap Hasil Belajar “ (Studi Pada Siswa Kelas
1. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran IPS khususnya pada
pembelajaran IPS.
melibatkan siswa secara keseluruhan, agar siswa menjadi aktif dalam belajar.
examples.
Seperti yang telah diuraikan pada bagian identifikasi masalah, bahwa terdapat
banyak masalah yang dapat diteliti dalam pembelajaran IPS. Untuk lebih
prompting dan examples non examples pada mata pelajaran IPS pada pokok
kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa dalam penelitian ini adalah
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara model probing prompting dan
model probing prompting lebih baik dari pada model examples no examples
model probing prompting lebih baik dari pada model examples non examples
examples non examples pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi.
14
examples non examples pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.
praktis. Kegunaan hasil penelitian ini secara umum untuk memperbaiki kualitas
proses pembelajaran di kelas VIII SMPN 1 Rawa Jitu Timur. Dan memberikan
ekonomi.
1. Beberapa manfaat secara teoritis dalam penelitian ini dapat digunakan untuk:
belajar sisiwa.
hasil belajar.
15
2. Beberapa manfaat secara praktis dalam penelitian ini dapat digunakan untuk:
kelas.
c. Sebagai salah satu rujukan bagi peneliti yang lain untuk melakukan
Ruang lingkup penelitian ini akan memfokuskan pada ruang lingkup penelitian
1. Objek Penelitian
Objek dalam ini adalah hasil belajar (Y) dengan menggunakan model
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 1 Rawajitu
3. Tempat Penelitian
4. Waktu Penelitian
Ruang lingkup keilmuan yang berkaitan dengan penelitian bidang IPS adalah
Pendidikan IPS. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk
siswa sebagai warga Negara agar dapat mengambil keputusan secara reflektif dan
masyarakat, Pargito, (2010:40). Ada lima perspektif pada tujuan pendidikan IPS
Pargito, (2010:1) Dalam ruang lingkup kajian penelitian ini, IPS ekonomi
Ada lima tradisi social studies menurut Sapria (2009:13) yaitu (1) IPS
sebagai transmisi kewarganegaraan (Social studies as citizenship
transmission); IPS sebagai ilmu-ilmu social (Social studies as social
sciences); (3) IPS sebagai penelitian mendalam (Social studies as
reflective inquiry); (4) IPS sebagai kritik kehidupan social (Social studies
social criticism); (5) IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social
studies as personal development of the individual).
Kajian dan implementasi IPS tidak hanya dikembangkan pada tingkat sekolah
sebagai disiplin ilmu tapi dapat dikembangkan secara ontologis, epistemologi, dan
aksiologi pada jenjang perguruan tinggi. Kajian ilmu IPS terdapat 10 tema utama
yang berfungsi sebagai mengatur alur untuk kurikulum sosial di setiap tingkat
sekolah.
Sepuluh konsep social studies dari NCSS dalam Pargito (2010:35) yaitu
(1) culture; (2) time, continuity and charge; (3) people, places and
environments; (4) individual development and identitiy; (5) individuals,
group, and institutions; (6) power, authority and govermance; (7)
production, distribution and consumption; (8) science, technology and
society; (9) global connections, dan (10) civic idealsand practices.
Mata pelajaran IPS Ekonomi di SMP merupakan mata pelajaran yang memiliki
Pembahasan dalam bab II ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa
tinjauan pustaka, kerangka pikir dan hipotesis. Lebih jelasnya pembahasan tiap
Belajar merupakan hal yang sangat peting dalam kehidupan. Belajar membuat
manusia dari tidak mengetahui menjadi tahu. Belajar dapat mengubah tingkah
yang dimiliki. Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat
proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecendrungan
Belajar adalah salah satu proses perubahan kegiatan melalui reaksi terhadap
lingkungan, tidak dapat disebut belajar bila disebabkan oleh suatu keadaan seperti
kelelahan atau disebabkan oleh hal-hal lain. Berkaitan dengan belajar Gagne
proses dimana peserta didik terlibat dalam aktivitas yang memungkinkan mereka
memahami pengetahuan.
merupakan proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh peserta didik pada
saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan atau disajikan
di sekolah, baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas. Proses belajar yang
baik tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan perlu proses perencanaan
oleh guru. Belajar merupakan kegiatan aktif dalam membangun makna atau
lingkungan yang mendorong motivasi dan tanggung jawab peserta didik untuk
belajar.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang dialami secara
langsung dan aktif oleh peserta didik dengan memotivasi serta bertanggung jawab
dalam belajar
adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa.
Menurut Nur (2002:8) Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa
siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus
model belajar sendiri dalam belajar dan guru membimbing peserta didik ke tingkat
pengetahuan yang tinggi. Selain itu peserta didik diberikan kesempatan untuk
a. Kematangan (maturation)
b. Pengalaman (experience) yang meliputi:
1. Pengalaman fisik
2. Pengelaman logika matematis
3. Transmisi social
4. Penyeimbangan
Salah satu teori yang berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori
perkembangan Pieget yang merupakan bagian dari teori kognitif. Teori Pieget
berkenaan dengan kesiapan anak dalam belajar, yang dikemas dalam tahap
anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui
Menurut Piaget dalam Sagala (2005:24) terdapat dua proses yang terjadi
dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak yaitu (1) proses
assimilation dimana dalam proses ini menyesuaikan atau mencocokkan
informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui dengan
mengubahnya bila perlu, siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan multimedia dan lingkungan riil menerima informasi dari proses
pembelajaran yang bisa berupa dari teman dalam satu kelompok maupun
dari buku pelajaran; (2) proses akomodasi yaitu anak menyusun dan
membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui
sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan
lebih baik.
awali dengan tahap enaktif, jika tahap belajar yang pertama ini telah dirasa
cukup, peserta didik beralih ke kegiatan belajar tahap kedua, yaitu tahap belajar
itu diteruskan dengan kegiatan belajar tahap ketiga, yaitu tahap belajar dengan
Teori Bruner dalam Ika Umaya (2013) proses belajar terbagi menjadi tiga
tahapan, yaitu:
1. Tahap enaktif, yaitu dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya
menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.
2. Tahap ikonik, pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulsi
menyangkut mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek.
3. Tahap simbolik, tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung
dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek.
23
aktif oleh manusia, oleh karena itu belajar membuat pengetahuan peserta didik
akan menjadi lebih baik. Bruner tidak mengembangkan teori belajar secara
dimilikinya.
(a) perlu memahami struktur mata pelajaran, (b) pentingnya belajar aktif supaya
memahami dengan benar, (c) pentingnya nilai berfikir induktif yang dimiliki
siswa.
kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin
24
besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru
Teori belajar Vygotsky menekankan pada aspek sosial sehingga sangat sesuai
kooperatif terjadi interaksi sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan
Teori behavioristik merupakan kajian tentang studi kelakuan manusia, hal ini
adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini disebabkan
rasa tidak puas tehadap teori psikologi daya dan teori mental state. Melalui
kelakuan sesuatu tentang jiwa dapat ditengakan. Melalui teori behavioristik dapat
dan program pembelajaran yang berpijak pada konsep hubungan stimulus respon
beberapa hal seperti; sifat materi dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran, medi
pengalaman. Belajar merupakan proses kegiatan dan bukan merupakan hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu, yakni
suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga.
26
Hasil belajar merupakan hasil akhir dari peserta didik untuk melihat tingkat
keberhasilan atau tidak peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan
atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami
aktivitas belajar.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu, faktor
dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik dan psikis. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (2001:56), melalui proses
Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat,
Hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih
menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian
belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih
baik lagi.
Driscoil dalam Uno (2007:15) mengatakan ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam belajar, yaitu (1) belajar adalah suatu perubahan yang
menetap dalam kinerja seseorang dan (2) hasil belajar yang muncil dalam
diri siswa merupakan akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan
lingkungan. Apabila siswa belajar maka hasil belajar dapat dilihat dari
kemampuannya melakukan suatu kegiatan baru yang bersifat menetap
daripada yang dilakukan sebelumnya sebagai akibat atau hasil interaksi
siswa dengan lingkungannya.
Hasil belajar akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil
belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai
hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta untuk
hasil belajar. Berdasarkan pengertian di atas guru perlu mengadakan tes formatif
pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif digunakan
29
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan intruksional khusus
2) Kondisi psikologis
a) Kecerdasan: kecerdasan seseorang besar pengaruhnya dalam
keberhasilan siswa dalam mempelajari sesuatu.
b) Bakat: selain kecerdasan, bakat juga besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar siswa.
c) Minat: jika seseorang mempelajari sesuatu dengan minat yang
besar, maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Tetapi
jika seseorang belajar dengan tidak berminat maka hasil yang
diperoleh kurang baik.
d) Motivasi: motivasi adalah dorongan anak atau seseorang untuk
melakukan sesuatu, jadi motivasi adalah kondisi psikologi
yang mendorong seseorang untuk belajar.
Hasil belajar dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan. Tujuan tersebut dapat dicapai bila proses pembelajaran yang
dilaksanakan tidak hanya berpusat pada guru melainkan juga siswa dengan
examples.
30
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama
adalah dengan memberikan dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga
(2011:18) untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur
proses kelompok.
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga
kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengan mengembangkan
pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa
sejumlah kelompok kecil siswa di mana dalam kelompok tersebut terdapat suatu
32
kegagalan orang lain. Menurut Johnson & Johnson (1994) dalam Trianto
siswa untuk meningkatkan hasil akademik dan pemahaman baik secara individual
maupun secara kelompok. Siswa bekerja dalam satu tim dalam pembelajaran,
maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan antar siswa dari berbagai
pemecahan masalah.
lima unsur penting. Menurut Trianto (2009:60) , terdapat lima unsur penting
untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian
besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama laindan
yang menitik beratkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat akademik yang
materi belajar, tetapi peserta didik juga harus mempelajari ketrampilan khusus
a. Untuk siswa yang pintar akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap
kurang pintar, akibatnya akan mengganggu iklim kerja sama dalam
kelompok.
b. Hal-hal yang seharusnya dipelajari dan dimengerti oleh anak bisa tidak
dipahami dan dimengerti oleh anak.
c. Guru dalam menilai didasarkan pada hasil kelompok padahal siswa butuh
penilaian perorangan.
d. Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang
cukup lama dan hal ini tidak mungkin hanya dicapai dalam pemakaian satu
kali penerapan metode.
bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan berpartisipasi aktif dalam
kelompok kecil membantu siswa belajar ketrampilan sosial yang penting dan
untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam
pemeriksaan bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada
diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami pengetahuan atau konsep baru.
sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan
Pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran ini disebut probing question.
jawaban lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas
siswa untuk lebih memahami secara mendalam suatu masalah hingga mencapai
suatu jawaban yang dituju. Proses pencarian dan penemuan jawaban atas masalah
menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus ikut
pembelajaran, karena setiap saat siswa dapat dilibatkan dalam proses tanya jawab.
suasana tegang di dalam kelas namun, suasana tegang demikian bisa dikurangi
dengan guru memberi serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara
menyejukkan, dan nada yang lembut. Pembelajaran harus disertai dengan canda,
senyum dan tertawa sehingga menjadi nyaman, menyenangkan dan ceria. Perlu
diingat bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah ciri
bahwa proses probing dapat mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh
probing prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan
Suherman (2001:55).
Pola umum dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik probing melalui tiga
Model pembelajaran Probing promting cocok diterapkan pada suatu topik yang
menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami
siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Artinya siswa dituntut selalu
berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesaiannya.
peserta didik dapat tertanam dalam jangka waktu yang cukup lama.
Proses perkembangan kognitif yang terjadi pada anak adalah proses asimilasi dan
yang baru dengan apa yang telah diketahui. Sedangkan proses akomodasi adalah
anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui
sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih
penalaran tertentu dalam pikiran anak. Kemudian jika dilihat dari fase
kritis, khususnya dengan teman setingkat. Oleh karena itu diharapkan dengan
siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran secara konvensional, sehingga dapat
awal sama, agar dalam pembelajaran terjadi kerjasama yang dapat meningkatkan
sebagai berikut:
1. Siswa merasa takut apabila guru kurang dapat mendorong siswa untuk
brani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang.
2. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir
dan mudah dipahami siswa.
3. Waktu sering banyak terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
4. Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
5. Dapat menghambat cara berfikir anak bila kurang pandai membawakan
suasana belajar.
(Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2201100-kelebihan-
dan-kekurangan-probing-prompting/)
alternatif yang diambil dari sebuah contoh kasus, atau gambar yang relevan
merupakan salah satu model yang dapat digunakan oleh guru dalam proses
peserta didik.
gambar, media yang digunakan terlebih dahulu harus dianalisis. Peserta didik
dalam memahami suatu gambar diperlukan pemikiran kritis, salah satu manfaat
42
yakni membangkitkan berfikir kritis pada diri siswa. Menurut Suyatno (2009:115)
merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang
dapat membantu dan melatih peserta didik dalam mengembangkan pola pikirnya.
Manfaat media ini adalah untuk membantu guru dalam proses mengajar, dimana
poster. Gambar yang digunakan harus tampak jelas dari jarak jauh, sehingga anak
yang duduk dibelakang dapat melihat gambar yang ditampilkan oleh guru.
Konsep dalam model pembelajaran examples non examples ada dua cara yaitu
melalui definisi konsep itu sendiri. Model examples non examples adalah cara
menggunakan dua hal yaitu examples dan non examples dari suatu definisi konsep
yang ada dan meminta peserta didik untuk mengkasifikasikan keduanya sesuai
dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang
menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas sedangkan non examples
memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
sedang dibahas. Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
gambar, peserta didik dituntut untuk dapat berfikir kritis dalam memecahkan
masalah tersebut.
Ada dua kelemahan dalam menggunakan model examples non examples yaitu:
(Sumber:Riensuciati.http://riensuciati99.blogspot.com/2013/04/model-
pembelajaran xamples non examples.html?m=1)
Pendidikan IPS (social studies) adalah suatu kajian terpadu terhadap masalah-
masalah sosial yang dikemas secara sosial psikologis untuk tujuan pendidikan
politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar
ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian
dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu
psikologi sosial. Pendidikan IPS merupakan padanan dari social studies dalam
masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada realitas, gejala, dan masalah sosial
yang menjadi kajian IPS yang tidak sama dengan negara-negara lain.
45
Menurut Pargito (2010:44-49) dalam pendidikan IPS, terdapat lima tradisi. Tradisi
persepektif tesebut saling melengkapi dan terpadu. Adapun lima persepektif pada
Menurut Trianto (2010:173) ada 10 komsep social studies dari NCSS, yaitu
(1) culture; (2) time; continuity and change; (3) people, places and
environments; (4) individual development and identity; (5) individual,
group, and institutions; (6) power, authority and govermence; (7)
production, distribution, and consumption; (8) sciense, technology and
society; (9) global connection; (10) civic ideals and practices.
adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar
Menurut Trianto (2010:173) pada dasarnya konsep IPS, yaitu (a) interaksi
(b) saling ketergantungan (c) kesinambungan dan perubahan, (d)
keragaman/kesamaan/perbedaan, (e) konflik dan konsensus, (f) pola, (g)
tempat, (h) kekuasaan, (i) nilai kepercayaan, (j) keadilan dan pemerataan,
(k) kelangkaan, (l) kekhususan, (m) budaya dan (n) nasionalisme.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa, kegiatan belajar mengajar IPS
adalah membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial
pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan sekitar
sekolah mapun lingkungan masyaraka, Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-
sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS yang diterapkan pada
peserta didik
47
IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang
dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)
multidisipliner.
menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan kepada peserta didik untuk
ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat dan bekal untuk melanjutkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam
Dimensi dalam
Ruang Waktu Nilai/Norma
kehidupan manusia
Area dan substansi Alam Alam dan Kaidah atau aturan
pembelajaran sebagai kehidupan yang menjadi perekat
tempat dan yang selalu dan penjamin
penyedia berproses, keharmonisan
potensi masa lalu, kehidupan manusia
sumber daya saat ini, dan dan alam
yang akan
datang
Contoh Kompetensi Adaptasi Berpikir Konsisten dengan
Dasar yang spasial dan kronologis, aturan yang disepakati
dikembangkan eksploratif prospektif, dan kaidah alamiah
antisipatif masing-masing
disiplin ilmu
Alternatif penyajian Geografi Sejarah Ekonomi,
dalam mata pelajaran Sosiologi/Antropologi
Sumber: Sardiman (2004: 56)
praktik pendidikan, yaitu mengenai pendidikan ilmu-ilmu sosial agar para peserta
didik mampu memahami masalah sosial dan mampu mengatasi serta mengambil
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik
Tujuan pendidikan IPS pada dasarnya adalah mempersiapkan siswa sebagai warga
sepenuhnya dalam kehidupan sosil. Karakteristik utama IPS, yaitu sebagai bidang
kajian penelitian yang ditujukan untuk membentuk warga negara yang baik, dan
tujuan itu, menunjukan bahwa arah dan tujuan pebelajaran IPS sangat luas.
pengetahuan sosial. Materi pembelajaran IPS sebaiknya tidak hanya berasal dari
50
unsur dan konsep dari ilmu humanoria saja, melainkan juga pendidikan, kegiatan
Mata Pelajaran Ekonomi merupakan salah satu mata pelajaran yang tercakup
dalam IPS Terpadu. Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan
pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integrasi dari IPS. Pengembangan
pembelajaran terpadu dalam hal ini mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu
Menurut Muhsholeh (2012) Mata pelajaran ekonomi memiliki tujuan bagi peserta
dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
kemanusiaan.
baru itu bermakna bagi si belajar, dan telah diterima secara luas oleh pengembang
teori pengajaran, bahwa ini dapat dilakukan dengan mengaitkan pada pengetahuan
mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada
dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru. Proses
pembangunan ini bisa melalui asimilasi atau akomodasi, Mc Mahon dikutip dari
Trianto (2008:16).
52
tertentu, yang salah satu penyebabnya karena pengetahuan yang baru diterima
sebelumnya belum dimiliki. Dalam hal ini maka pengetahuan menjadi syarat
utama dan menjadi sangat penting bagi siswa untuk dimiliki sehingga dapat
bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat, tidak terlalu
sukar dan tidak terlalu mudah. Kemampuan awal juga berguna untuk mengambil
ditentukan dengan memberikan tes awal”. Kemampuan awal siswa ini penting
bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat, tidak terlalu
sukar dan tidak terlalu mudah. Kemampuan awal juga berguna untuk mengambil
Kemampuan awal merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada
dengan pengetahuan baru, dalam proses belajar siswa bukan berangkat dari
adalah kemampuan atau potensi yang dimiliki siswa sebelum mengikuti belajar
dan pembelajaran, yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar.
penulis menuliskan beberapa penelitian yang relevan yang ada kaitannya dengan
pokok masalah.
hasil belajar ekonomi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair
and share (TPS) dan Talking stick (TS) pada siswa kelas XI SMA Negeri 1
Berwirausaha Siswa Antara Metode Role Playing dan Metode Examples Non
Lampung”
Linda Krisna Wati (2010), di dalam penelitian yang berjudul “ Studi Comparative
Probing Prompting Pada Siswa Kelas IX IPS di SMA Negeri 1 Bandar Lampung
sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif
Kemampuan akademik dibedakan atas siswa dengan kemampuan awal tinggi dan
dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang bersifat menuntun dan
56
menggali sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa
2008:6). Siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dibantu oleh siswa yang
oleh guru. Pembelajaran probing prompting umumnya hanya siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi akan menjadi lebih mudah dalam menjawab pertanyaan.
Ekonomi antara siswa yang belajar menggunakan model probing prompting lebih
serta kemampuan dalam berfikir, mengeluarkan pendapat, rasa percaya diri siswa,
berbagai tipe, dua diantaranya adalah probing prompting dan examples non
maupun contoh dalam pembelajaran. Pada dasarnya model apapun lebih mudah
diterapkan pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi karena siswa sudah
saling berkaitan antara materi satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, dalam
mempelajari IPS Ekonomi suatu konsep awal harus dikuasai. Kemampuan yang
telah melekat pada seseorang dan yang terkait dengan hal baru yang akan
penciptaan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari dimensi ini
belajar disini bukan berangkat dari sesuatu yang belum diketahui, tetapi
merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan
baru.
58
berinteraksi dengan lingkungannya yang terjadi kapan saja dan dimana saja.
Persoalan utama pembelajaran yang terjadi pada siswa saat ini adalah proses
kurang berani dalam mengemukakan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Secara karakteristik probing prompting lebih tepat dengan pembelajaran IPS
Ekonomi sebab setiap individu memiliki tanggung jawab, hal ini sesuai dengan
awal tinggi mudah memahami materi dengan baik dan dibuktikan dengan hasil
belajar. Siswa yang kemampuan awal tinggi memiliki aktivitas belajar yang
diberikan stimulus atau rangsangan berupa media, maupun contoh kasus agar
Sehingga hasil belajar IPS Ekonomi siswa dengan model pembelajaran probing
prompting lebih baik dibandingkan dengan model examples non examples pada
Proses pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru
adalah untuk mencapai hasil belajar yang baik. Pencapaian keberhasilan siswa
dalam pembelajaran merupakan harapan siswa dan guru. Tinggi dan rendahnya
guru menciptakan interaksi belajar yang baik dan menyenangkan dengan siswa
belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun
fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam
melihat kemampuan awal siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS
sebelumnya belum dimiliki oleh siswa. maka dalam hal ini pengetahuan menjadi
dengan baik. Kemampuan awal tentunya tidak sama antara satu dan yang lainnya,
dapat membawa akibat perbedaan pada kegiatan yang lain, misalnya kreatifitas,
gaya belajar, bahkan juga perlu diketahui oleh guru, karena dengan itu berarti
Sebagai contoh adalah langkah pengayaan bagi siswa yang berprestasi tinggi dan
dan akan mencarikan kegiatan belajar tertentu bagi siswa yang berprestasi rendah,
examples dapat memberi keuntungan pada siswa yang memiliki kemampuan awal
pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dengan teman yang memiliki
kemampuan awal yang tinggi mampu membantu menjawab untuk soal yang
tetapi setidaknya mereka diam dan rendah. Keberhasilan siswa dalam belajar
mengaktifkan siswa akan memberikan kesan mendalam dan akan tersimpan pada
Aktifitas siswaakan muncul apabila setiap siswa terlibat langsung dalam proses
hasil belajar siswa. pembelajaran model probing prompting dan examples non
non examples memberikan tantangan kepada siswa untuk menjawab soal yang
diberikan oleh guru, jadi siswa yang berkemampuan rendah aktifitas belajarnya
sehingga terjadi proses berfikir yang berkaitan pengetahuan tiap siswa dan
2008:6).
contoh kasus, atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Pada
pembelajaran examples non examples akan meberikan tantangan bagi siswa untuk
aktifitas belajarnya akan menjadi lebih tinggi. Sehingga hasil belajar IPS Ekonomi
film, komputer dan lain-lain. Suatu kegiatan pembelajaran di kelas disebut model
pembelajaran jika ada kajian ilmiah dari penemunya, tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, tingkah laku yang spesifik agar model tersebut dapat berhasil
belajar ditinjau dari kemampuan awal siswa. peneliti menduga penggunaan model
kemampuan awal yang baik, maka ia tidak mengalami kesulitan untuk mengikuti
materi selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2000:14), sesuatu
yang baru hanya dapat dipahami berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
telah dimiliki, karena itu usahakan adanya kontinuitas dalam bahan pembelajaran,
pelajaran yang telah lampau menjadi syarat untuk memahami pelajaran yang baru.
64
Kemampuan awal yang dimiliki oleh seorang siswa dalam menguasai materi
pelajaran yang telah dianjarkan dan sebagai prasyarat mata pelajaran berikutnya.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar yang
harus dikuasai terlebih dahulu agar dapat menguasai materi selanjutnya. Model
examples non examples pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi.
Sedangkan model pembelajaran examples non examples lebih baik dari pada
awal rendah.
mempengaruhi hasil belajar IPS Ekonomi. Cara mengajar guru yang baik
merupakan kunci bagi siswa untuk belajar dengan baik sebab hakekat
Model Pembelajaran
2.3 Hipotesis
probing prompting lebih baik dari pada model examples non examples pada
probing prompting lebih baik dari pada model examples non examples pada
Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa subbab yang berupa
penelitian, analisis data, dan hipotesis statistik. Untuk lebih jelasnya pembahasan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh suatu tindakan
Penelitian ini digunakan untuk mengkaji keterkaitan antara dua variabel, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah model
terikat karena sesuai dengan tujuan penelitian yang membandingkan satu variabel,
yaitu hasil belajar IPS siswa dengan memberikan perlakuan yang berbeda.
eksperimen ini adalah model pembelajaran probing prompting dan examples non
penelitian.
dan rendah adalah dengan melihat kriteri kemampuan awal yakni apabila
awal rendah.
guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Guru membagikan
69
materi pembelajaran dan soal di tiap kelompok yang akan dibahas oleh
setiap kelompok. Siswa akan mencari tahu sendiri tentang materi yang
oleh guru. Pada akhir pembelajaran guru mengulas secara singkat jawaban
yang terdiri dari 4-5 siswa. Kemudian guru membagikan contoh soal,
berupa gambar yang akan didiskusikan oleh kelompok siswa. Setelah itu,
oleh siswa. Langkah terakhir guru bersama siswa melakukan evaluasi atas
pertemuan.
70
8. Melakukan tes akhir yaitu tes hasil belajar kepada kedua kelompok yaitu
Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Rawajitu Timur dan dilakukan pada bulan
November 2012.
probing prompting dan examples non examples pada Siswa terhadap hasil belajar
SMP Negeri 1 Rawajitu Timur Tahun pelajaran 2012/2013, maka populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMPN 1 Rawajitu Timur yang
populasi didasarkan pada asumsi bahwa siswa kelas VIII SMPN 1 Rawajitu
3.6 Sampel
penentuan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas
(Sugiyono, 2008: 121). Sampel penelitian ini diambil dari populasi sebanyak 6
kelas yaitu VIIIa, VIIIb, VIIIc, VIIId, VIIIe, VIIIf. Hasil teknik cluster random
sampling diperoleh kelas VIIIa dan VIIIb sebagai sampel, kemudian kelas tersebut
kemampuan awal, yaitu tinggi dan kelompok kemampuan awal yang rendah.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 siswa yang tersebar dalam dua kelas
yaitu kelas VIIIa sebanyak 32 siswa yang merupakan kelas eksperimen dengan
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik observasi, teknik
kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
hingga berakhir proses penelitian yang berkaitan dengan hasil belajar siswa.
Teknik ini digunakan untuk mengambil data tentang jumlah siswa dan sejarah
diperoleh dengan cara memberi tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan
yang diajukan secara tertulis. Tes tertulis disini digunakan tes objektif, yaitu tes
yang disusun dimana setiap pertanyaan tes disediakan alternatif jawaban yang
Kemampuan awal pada penelitian ini adalah hasil pekerjaan siswa dalam
eksperimen maupun pembanding. Alat ukur tes kemampuan awal berupa 30 soal
Kategori Nilai
Tinggi Skor ≥ 70%
Sedang Skor 50% ≤ skor < 70%
Rendah Skor < 50%
Dikti (2010: 8-9)
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa ketika
diberikan tes akhir, setelah siswa mendapat perlakuan yang berbeda baik kelas
angka, huruf maupun kalimat. Hasil belajar ekonomi yang diperoleh berupa hasil
Kategori Nilai
Tinggi Skor ≥ 70%
Sedang Skor 50% ≤ skor < 70%
Rendah Skor < 50%
Dikti (2010: 8-9)
c. Skala pengukuran: skala interval
74
Model examples non examples dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang
memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh yang sedang dibahas
dan memberikan gambaran akan sesuatu yang bukan contoh dari suatu materi
kesempatan kerja
dan Permasalahan tenaga
pengangguran kerja Indonesia
Kisi-kisi instrumen kemampuan awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
perekonomian Indonesia
Indonesia
Mengidentifikasi Kebaikan dan 20,21,26,27
kebaikan dan kelamahan sistem
kelemahan perekonomian
sistem Indonesia
perekonomian
Indonesia
maupun kelas pembanding, terlebih dahulu diuji untuk mengetahui apakah soal
Salah satu aspek penting yang tercakup dalam syarat tes yang baik adalah
validitas. Sebelum melakukan uji instrumen maka harus dilakukan uji coba untuk
r
N XY X Y
N X X N Y Y
hit
2 2
2 2
79
Keterangan :
rhit
= koefisien korelasi
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total (seluruh item)
N = jumlah sampel
Perhitungan validitas dan reabilitas istrumen kemampuan awal dan hasil belajar
rhitung rtabel dengan dk = n dan = 0,05 maka item instrumen tersebut valid, dan
sebaliknya jika rhitung rtabel dengan dk = n dan = 0,05 maka item instrumen
tersebut tidak valid. Dalam hal ini berdasarkan hasil uji coba dari 54 item soal
terdapat 52 item yang valid dan 2 item yang gugur, yaitu nomor 41 dan 42. Soal
yang tidak valid direvisi sehingga jumlah soal tetap menajdi 54.
Reliabilitas merupakan salah satu aspek penting yang tercakup dalam syarat tes
yang baik. Sebelum instrumen digunakan maka harus dilakukan uji coba untuk
2.rb
r11
1 rb
Keterangan :
Kriteria pengujian, apabila r11 rtabel berarti reliabel dan apabila r11 rtabel berarti
tidak reliabel yang dihitung pada derajat kebebasan dk = n-2 dan 0,05 .
program ANATES 4.0.5. Dari hasil uji coba reliabilitas butir soal kemampuan
Menurut Arikunto (2006: 207), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak akan merangsang
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
B
P
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh peserta tes
Adapun kriteria uji taraf kesukaran yang digunakan dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 3.9 Kriteria Taraf Kesukaran Butir Soal
B A BB
D PA PB
JA JB
Dimana:
J : jumlah peserta tes
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya jumlah kelompok siswa
BA : banyaknya jumlah kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(Arikunto, 2003:211)
83
Berdasarkan hasil analisis daya beda baik soal kemampuan awal dan hasil belajar
diatas, untuk soal yang jelek tidak digunakan untuk penelitian dan yang digunakan
Kualitas pengecoh digunakan untuk berapa siswa yang memilih jawaban dari
soal adalah untuk mengetahui siswa yang mampu menjawab dan tidak mampu
menjawab soal.
Uji persyaratan analisis data yang digunakan adalah statistik inferensial dengan
terpenuhinya asumsi data harus normal dan homogen, sehingga perlu uji
normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan pada data test
ini uji homogenitas dilakukan untuk menguji data hasil belajar dengan
menggunakan uji analisis One Way Anova dengan bantuan SPSS versi 19.
yang berbeda secara nyata yaitu kelas eksperimen dan kelas pembanding.
Uji kesamaan dua rata-rata menggunakan rumus t-test dua sampel besar yang
Two Factorial Design atau Treatment by Level Design (Kadir, 2010: 216).
H0 : A1K1 = A2K1
H1 : A1K1 A2K1
Untuk hipotesis 2 sampai 3 digunakan statistik uji beda rata-rata (mean) dengan
Hipotesis 2.
H0 : A1K1 ≤ A2K1
H1 : A1K1 ≥ A2K1
87
Keterangan.
Hipotesis 3
H0 : A1K2 ≤ A2K2
H1 : A1K2 ≥ A2K2
Keterangan.
Hipotesis 4
H0 : A1K1 = A2K1
H1 : A1K1 A2K1
148
examples non examples. Hal ini ditunjukan dengan hasil koefisien Fhitung >
Ftabel dan menggunakan uji Sig < α 0,05 dengan demikian ada perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPS siswa antar model pembelajaran probing
probing prompting lebih baik dari pada model examples non examples pada
siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi. Hal ini ditunjukan dengan
Thitung > Ttabel. Untuk menentukan metode pembelajaran mana yang lebih baik
maka dapat dilihat rerata hasil belajar pada siswa yang memiliki kemampuan
86,55 lebih kecil rerata kemampuan awal tinggi dengan perlakuan examples
probing prompting lebih baik dari pada model examples non examples pada
siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Hal ini ditunjukan dengan
Thitung > Ttabel. Untuk menentukan metode pembelajaran mana yang lebih baik
maka dapat dilihat rerata hasil belajar pada siswa yang memiliki kemampuan
sebesar 76,56 lebih besar pada rerata kemampuan awal rendah dengan
hasil belajar. Hal ini dapat ditunjukan koefisien F koefisien Fhitung > Ftabel dan
menggunakan uji Signifikansi diperoleh Sig < α 0.05 dengan demikian ada
5.2 Implikasi
Implikasi teoritis dan implikasi praktis, yang akan dijelaskan sebagai berikut.
memilih metode pembelajaran yang cocok dengan materi yang akan disampaikan
di dalam kelas. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa antara model
peningkatan hasil belajar ditinjau dari kemampuan awal siswa. Dalam hal ini
antara model pembelajaran probing promting dan examples non examples sama-
sama efektif, namun probing promting akan efektif digunakan untuk siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi dan examples non examples pada siswa yang
memiliki kemampuan awal rendah. Dengan demikian, hasil penelitian ini juga
hasil belajar siswa dan pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
151
dalam mata pelajaran IPS Ekonomi. Peneliti lain yang akan melaksanakan
penelitian pada mata pelajaran IPS Ekonomi khususnya pada materi permintaan,
ini.
guru dituntut untuk dapat memahami kemampuan siswa dalam menerima atau
dan lain-lain.
152
5.3 Saran
sebagai berikut.
dilakukan bahwa sisa yang memiliki kemampuan awal rendah perlu adanya
3. Kepada para peneliti lain untuk melakukan kajian lebih dalam dan secara
belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H.M. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-10. Bandung:
PT Sinar Baru Algensindo
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dirjen Dikti. 2010. Buku pedoman sertifikasi pendidikan untuk dosen tahun 2010.
Buku II Penyusunan Portofilio. Direktorat Jenderal Pendidikan. Jakarta.
Hakim, Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: puspa awara Anggota
IKAPI.
Linda Krisna Wati (2010), di dalam penelitian yang berjudul “ Studi Comparative
Hasil Belajar Akuntansi Dengan Menggunakan Pembelajaran Learning
Cycle dan Probing Prompting Pada Siswa Kelas IX IPS di SMA Negeri 1
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012”
Moh. Nazir, Ph.D. 2005. Metode Penelitian. Bogor Selatan: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Sagala, Syuaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfa Beta Jakarta.
Sardiman, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta; PT. Raja
Grafindo.
Slavin, R.E. 2011. Cooperative Learning Theory and Practise, Second Edition.
Boston: Allyn and Bacon Publisher.
Sudarti, T. 2008. Perbandingan Kemampuan Penalaran Adatif Siswa SMP Antara
yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Teknik Probing
dengan Metode Ekspositori. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika
UPI Bandung: tidak diterbitkan.