You are on page 1of 6

Aisha Djody Shanata

252120600111002

Ilmu Pemerintahan 2022/A-1

PARADIGMA PEMULIHAN PENDIDIKAN MELALUI


KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

Keberadaan pandemi dua tahun terakhir ini sangat meresahkan dan


menggencarkan publik. Hal tersebut sangat mendorong naik angka pengangguran
dan kemiskinan yang ada di Indonesia. Mengapa? Karena dewasa ini, pandemi
membuat banyak perusahaan merugi sebab tidak berjalannya proyek.
Terhambatnya proyek perusahaan oleh keadaan mengakibatkan ketidakmampuan
perusahaan dalam menggaji pegawainya, alhasil banyak PHK yang memilih untuk
menerima secara konsekuen keputusan atasan.

Banyak sekali aktivitas yang macet akibat adanya covid-19 yang


merajalela, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Upaya demi upaya
dilakukan pemerintah supaya pandemi ini bisa menjadi endemi. Mulai dari
kegiatan sekolah yang harusnya luring menjadi daring, lalu kegiatan kerja yang
seharusnya work from office menjadi work from home, kemudian aktivitas
berkumpul yang harus sangat dibatasi padahal sebelum pandemi bebas tanpa ada
batas. Keketatan inilah yang menjadikan generasi saat ini sedikit menurun
performanya. Disinilah peran pemerintah dalam membuat suatu kebijakan diuji
dengan keadaan. Petinggi pemerintah, mau tidak mau bahkan harus mampu
menanggulangi secara cepat, tanggap, dan juga inisiatif pergerakannya untuk
menunjukkan bahwa pandemi ini tidak akan menurunkan kualitas masyarakat
Indonesia, alih-alih meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia.

Semakin canggihnya teknologi, maka manusia mau tidak mau harus


menuntut dirinya sendiri untuk menjadi orang yang lebih berkualitas dari
sebelumnya. Dampak yang signifikan harus diperhatikan oleh pemerintah demi
masa depan generasi bangsa saat ini ialah dalam bidang Pendidikan. Berbagai
upaya, revisi pembenahan kebijakan berulangkali terjadi supaya kegiatan belajar
mengajar para murid tingkat SD, SMP, SMA, bahkan Perguruan Tinggi Negeri
menjadi sarana pembelajaran efektif dan membuahkan anak didik berkualitas
seperti yang telah menjadi target pemerintah sekalipun negara. Hal ini tercantum
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Untuk
mecerdaskan kehidupan bangsa”. Maka, sebuah tujuan yang dituliskan di awal
harus bisa diwujudkan melalui berbagai cara yang baik serta bijak.

Pemerintah tentunya tidak akan menoleransi hal buruk terjadi di negaranya


sendiri, sebab hal buruk akan mengancam penurunan kualitas sebuah bangsa atau
negara. Program demi program setiap tahunnya disusun secara sistematis
terperinci dan teliti sebagai plan satu sampai lima tahun kedepan. Tak terekecuali
inovasi terus menerus mengenai system Pendidikan di Indonesia. Banyak sekali
masyarakat mengeluh akan system Pendidikan Indonesia yang terus menerus
menekankan para muridnya untuk menyembah sebuah nilai tinggi sebagai syarat
naik ke jenjang Pendidikan berikutnya, namun pemerintah sebelumnya masih
luput dalam mendidik siswa dalam bidang softskill dan hardskill yang masing-
masing orang punya walaupun tidak sama satu sama lain, justru itu yang
menujang mereka para siswa nanti berperang dengan kerasnya dunia diluar sana
bagaimana persaingannya.

Kini, kasus covid-19 memang belum menjadi sebuah endemi, namun


keberadaannya sudah mulai menyurut dan sedikit melegakan masyarakat.
Pemerintah sigap menyusun rencana berkenaan sekolah hybrid maupun luring.
Kebijakan pemerintah yang gencar dibicarakan guru-guru tahun ini adalah terkait
pergantian kurikulum menjadi kurikulum merdeka. Sebelumnya, kurikulum yang
dipakai sebagai acuan Pendidikan adalah kurikulum dua ribu tiga belas atau biasa
disebut k13. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan dalam pengembangan Kurikulum
Merdeka yang diberikan kepada satuan pendidikan sebagai opsi tambahan dalam
rangka melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan
Kemendikburistek terkait kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024
berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran. Pembaharuan atau
perubahan kurikulum Pendidikan ini bermaksud mengoptimalkan performa para
siswa dengan menyiapkan lebih matang sebelum menjadi seorang mahasiswa.
Lantas, apa hal mendasar yang menjadi sebuah akar diberlakukannya
kurikulum merdeka ini? Apa yang di maksud dengan kurikulum merdeka itu
sendiri? Hasil Programme for International Student Assessment (PISA)
menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi
minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep
matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan
dalam sepuluh hingga lima belas tahun terakhir. Studi tersebut memperlihatkan
adanya kesenjangan besar antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam
hal kualitas belajar. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19.
Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022 Pedoman Penerapan Kurikulum dalam
rangka Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka) sebagai penyempurna
kurikulum sebelumnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, Kemendikbudristek melakukan


penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum darurat) untuk
memitigasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) pada masa pademi.
Hasilnya, dari 31,5% sekolah yang menggunakan kurikulum darurat
menunjukkan, penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi
sebesar 73% (literasi) dan 86% (numerasi). Kepmendikbudristek No. 56 Tahun
2022 Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran
(Kurikulum Merdeka) sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya.

Sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka


(yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai
kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial
dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Karakteristik utama
dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah;
Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai
profil pelajar Pancasila, fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup
untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang
terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan
penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Kurikulum Merdeka mencakup tiga tipe kegiatan pembelajaran yakni
pembelajaran intrakulikuler, kokurikuler, dan ekstrakulikuler. Pembelajaran
intrakurikuler yang dilakukan secara terdiferensiasi sehingga peserta didik
memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Hal
ini juga memberikan keluwesan bagi guru untuk memilih perangkat ajar yang
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didiknya. Pembelajaran
kokurikuler berupa projek penguatan Profil Pelajar Pancasila, berprinsip
pembelajaran interdisipliner yang berorientasi pada pengembangan karakter dan
kompetensi umum. Pembelajaran ekstrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan
minat murid dan sumber daya satuan pendidik. Alokasi jam pelajaran pada
struktur kurikulum dituliskan secara total dalam satu tahun dan dilengkapi dengan
saran alokasi jam pelajaran jika disampaikan secara regular atau mingguan.

Pelaksanaan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka merupakan siklus


yang melalui tiga tahapan. Pertama, guru melakukan asesmen awal untuk
mengenali potensi, karakteristik, kebutuhan, tahap perkembangan, dan tahap
pencapaian pembelajaran murid. Asesmen umumnya dilaksanakan pada awal
tahun pembelajaran, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk melakukan
perencanaan lebih lanjut terkait metode pembelajaran yang sebaiknya digunakan.
Kedua, guru menyusun proses pembelajaran sesuai dengan hasil asesmen
diagnostik, serta melakukan pengelompokan murid berdasarkan tingkat
kemampuan. Ketiga, selama proses pembelajaran, guru akan mengadakan
asesmen formatif secara berkala, untuk mengetahui progres pembelajaran murid
dan melakukan penyesuaian metode pembelajaran, jika diperlukan. Pada akhir
proses pembelajaran, guru juga bisa melakukan asesmen sumatif sebagai proses
evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran.

Tapi mengapa Kurikulum Merdeka tidak diwajibkan untuk semua sekolah


dan hanya dijadikan opsi? Kemendikbudristek ingin menegaskan bahwa sekolah
memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum
yang sesuai kebutuhan dan konteks masing-masing sekolah. Pemerintah
mengemban tugas untuk menyusun kerangka kurikulum. Sedangkan,
operasionalisasinya, bagaimana kurikulum tersebut diterapkan, merupakan tugas
sekolah dan otonomi bagi guru. Sehingga, kurikulum antar sekolah bisa dan
seharusnya berbeda, sesuai dengan karakteristik murid dan kondisi sekolah,
dengan tetap mengacu pada kerangka kurikulum yang sama. Dengan kebijakan
opsi kurikulum ini, diharapkan proses perubahan kurikulum nasional dapat terjadi
secara lancar dan bertahap. Sebab, proses perubahan kerangka kurikulum
membutuhkan pengelolaan yang cermat agar menghasilkan dampak perbaikan
kualitas pembelajaran dan pendidikan di Indonesia. Semua sekolah yang berminat,
dapat menerapkan Kurikulum Merdeka untuk memperbaiki pembelajaran.

Dengan adanya kurikulum merdeka belajar ini, siswa tidak lagi belajar
secara sama satu sama lain dikarenakan lebih menjurus dan tidak hanya berfokus
pada akademik saja, malah justru kurikulum ini memberikan ruang terbuka untuk
para siswa mengeksplorasi dan mengekspresikan keinginan minat dia belajar
dimana supaya kedepannya anak memiliki jiwa kompetensi dan karakteristik yang
baik. Selain itu, pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan
alias menyenangkan sehingga membuat peserta didik menjadi nyaman dan enjoy
dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Hardiansyah, Tri. 8 Juni 2022. “Dampak Penerapan Kurikulum Merdeka


Belajar pada Anak Jaman Sekarang”,
https://www.kompasiana.com/hardiansyahtri0524/62a00d9dbc81670702752cc2/
dampak-penerapan-kurikulum-merdeka-belajar-pada-anak-jaman-sekarang,
diakses pada tanggal 2 September 2022 pukul 17.06 WIB.

Muhammad, Agus Muljanto. Selasa, 19 Mei 2015 05:54 WIB. “Mengenal


Kebijakan Publik”, https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-
anggaran-dan-perbendaharaan-mengenal-kebijakan-publik-2019-11-05-
56228240/, diakses pada tanggal 2 September 2022 pukul 16.29 WIB.

Yunandra. 2022. “Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022 Pedoman


Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum
Merdeka)”, https://buku.yunandracenter.com/produk/kepmendikbudristek-no-56-
tahun-2022-pedoman-penerapan-kurikulum-dalam-rangka-pemulihan-
pembelajaran-kurikulum-merdeka/, diakses pada tanggal 2 September 2022 pukul
16.00 WIB.

Kemdikbudristek. 2022. “Tentang Kurikulum Merdeka”,


https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/6824331505561-
Tentang-Kurikulum-Merdeka, diakses pada tanggal 2 September 2022 pukul
15.30 WIB.

Ditsmp. 2022. “Kurikulum Merdeka Sebagai Upaya Pemulihan


Pembelajaran”, https://ditsmp.kemdikbud.go.id/kurikulum-merdeka-sebagai-
upaya-pemulihan-pembelajaran/, diakses pada tanggal 2 September 2022 pukul
15.00 WIB.

You might also like