You are on page 1of 11

“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16

ISSN 2579-9916 (Online)


ISSN 2579-9886 (Cetak)

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis


HOTS yang Kontekstual Melalui Pendampingan pada Guru di UPTD SDN
Ujung Piring Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan

Muhamad Mahmud
SDN Ujung Piring Bngkalan

Abstrack

The issues raised are formulated as follows: 1) How can mentoring


improve the ability of teachers in preparing contextual HOTS-based learning
plans at SDN Ujung Piring academic year?; 2) How can mentoring improve the
ability of teachers to implement contextual HOTS-based learning at SDN Ujung
Piring for the 2019/2020 academic year?. The research subjects were teachers at
SDN Ujung Piring, Tajungbumi District, Bangkalan Regency, with a total of 9
teachers. This research model is an action research with two cycles. Methods of
data collection is done by using observation and documentation. The results of the
research per cycle showed that by using supervision with assistance in the first
cycle, the success rate in preparing the lesson plans reached 33.33%, while the
second cycle reached 100%. In carrying out the learning process in the first cycle
the success rate was 22.22% while in the second cycle it was 88.89%. The
conclusion drawn was that supervision with mentoring could improve the ability
of teachers at SDN Ujung Piring, Bangkalan Regency preparing lesson plans
based on HOTS that is contextual and can improve the ability of teachers at SDN
Ujung Piring, Bangkalan Regency in implementing contextual learning. The
advice given is that contextual learning can be applied to every subject and the
need to increase KKKS activities.
Keywords: Contextual Learning, Mentoring

Abstrak

Permasalahan yang diangkat dirumuskan sebagai berikut :1) Bagaimana


pendampingan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana
pembelajaran berbasis HOTS yang kontekstual di SDN Ujung Piring 2)
Bagaimana pendampingan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
menerapkan pembelajaran berbasis HOTS yang kontekstual di SDN Ujung Piring
Subyek penelitiannya adalah guru di SDN Ujung Piring Kecamatan
Tajungbumi Kabupaten Bangkalan sejumlah 9 orang guru. Model penelitian ini
adalah merupakan penelitian tindakan dengan dua siklus. Metode pengumpulan

6
“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16
ISSN 2579-9916 (Online)
ISSN 2579-9886 (Cetak)

data dilakukan dengan menggunakan observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian


per siklus diketahui bahwa dengan menggunakan supervisi dengan pendampingan
siklus pertama tingkat keberhasilan dalam menyusun RPP mencapai 33,33%,
sedangkan siklus kedua mencapai 100%. Dalam melaksanakan proses
pembelajaran pada siklus pertama tingkat keberhasilan 22,22% sedangkan pada
siklus kedua 88,89%.Kesimpulan yang diambil adalah bahwa supervisi dengan
pendampingan dapat meningkatkan kemampuan guru di SDN Ujung Piring
Kabupaten Bangkalan dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis HOTS
yang kontekstual dan dapat meningkatkan kemampuan dalam guru di SDN Ujung
Piring Kabupaten Bangkalan dalam menerapkan pembelajaran kontekstual. Saran
yang diberikan adalah agar pembelajaran kontekstual bisa diterapkan pada setiap
mata pelajaran dan perlunya peningkatan kegiatan KKKS.

Kata Kunci: Pembelajaran Kontekstual,Pendampingan

1. Pendahuluan

Sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional bahwa Pendidikan


nasional kita dimaksudkan untuk mewujudkan manusia yang cerdas dan
kompetitif. Pengertian cerdas disini bisa dilihat dari beberapa aspek yakni cerdas
intelektual, cerdas emosional dan social, cerdas spiritual dan cerdas kinestetik.
Cerdas intelektual bisa dikembangkan melalui pengembangan intelektual siswa,
cerdas emosional dan sosial dikembangkan melalui berbagai mata pelajaran
seperti ilmu-ilmu sosial, cerdas spiritual dekambangkan melalui pendidikan
agama sedangkan cerdas kinestetik dikembangkan melalaui pendidikan Olah raga.
Manusia yang kompetitif artinya adalah manusia yang mempunyai daya saing
yang tinggi. Semua harapan atau cita-cita yang tertuang dalam visi tersebut pada
tatanan aplikasi dituangkan dalam materi atau kompetensi yang harus dikuasai
siswa yang selanjutnya dikemas dalam kurikulum. adanya upaya pemberdayaan
atau penguatan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan, sehingga
terwujud kerjasama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat dalam
membangun pendidikan, dan mungkin masih banyak alasan lain yang mendasari
perlu diterapkannya atau disempurnakannya kurikulum di sekolah.

Salah satu kompetensi guru adalah kompetensi profesional yang di


dalamnya menekankan pada bagaimana guru harus melaksanakan pembelajaran
dengan baik. Standar Nasional Pendidikan dalam PP 19 tahun 2005 Pasal 19 ayat
1 dijelaskan bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif,inspiratif,menyenagkan,menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat dan perkembangan fisik

7
“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16
ISSN 2579-9916 (Online)
ISSN 2579-9886 (Cetak)

Belajar akan lebih bermakna jika anak bisa mengalami tentang apa yang
dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target
penguasaan materi terbukti hanya berhasil dalam kompetisi mengingat jangka
pendek, tetapi gagal dalam membekali anak untuk memecahkan persoalan dalam
kehidupan jangka panjang. Untuk mengubah hal demikian pembelajaran yang
tepat adalah Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau
biasa disebut dengan Contextual Teaching and Learning (CTL). Wina Sanjaya
dalam bukunya Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi menjelaskan bahwa : Pembelajaran Kontekstual adalah salah satu
pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu
diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna, karena
siwa mengalaminya sendiri apa yang dipelajarinya.(Wina Sanjaya, 2006 : 109)

Kondisi riil yang terjadi di UPTD SDN Ujung Piring, belum semua guru
sepenuhnya dapat menerapkan model pembelajaran kontekstual lebih dari 50%
guru-guru mengajar secara konvensional. Pembelajaran berorientasi pada materi
dan bahkan Sangat sering dijumpai siswa diberi tugas untuk mencatat ke papan
tulis yang dipandu oleh siswa yang lain. Kondisi yang demikian jelas akan
merugikan siswa alokasi waktu banyak dihabiskan untuk menulis di papan tulis
tanpa ada kebebasan bagi siswa untuk berkreativitas. Masih jarang guru yang
mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata atau lingkungan siswa.
Padahal pembelajaran yang mengaitkan dengan lingkungan anak atau siswa secara
alamiah akan meningkatkan kebermaknaan pembelajaran bagi siswa.

Belum lagi ketika siswa harusmenguasai materi yang nota bene bersandar
pada hafalan, maka tingkatan berfikir yang digunakan tentunya berfikir tingkat
rendah. Tuntutan di abad 21 dengan kebijakan pemerintah agar siswa harus dilatih
untuk dapat menerapkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi atau yang dikenal
dengan Higher Order Thinking Skills. Dalam kondisi yang demikian selaku
kepala sekolah bermaksud untuk melakukan pembinaan kepada guru agar dapat
menerapkan pembelajaran HOTS yang kontekstual dengan cara melakukan
pendampingan dalam pembelajaran.

II Metode Penelitian

Setting/ Latar dan Subyek Penelitian


. Guru dalam penelitian ini adalah subjek yang dijadikan sasaran penelitian
sedangkan kepala sekolah adalah pihak yang mengadakan atau yang meneleiti.
Jumlah guru yang diamati atau menjadi subyek penelitian adalah sebanyak
8(delapan) orang dan semuanya adalah guru di UPTD SDN Ujung Piring

8
“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16
ISSN 2579-9916 (Online)
ISSN 2579-9886 (Cetak)

Persiapan Penelitian

Dalam pelaksanaan tugas supervisi sehari-hari ditemukan beberapa


permasalahan pembelajaran di UPTD SDN Ujung. Permasalahan tersebut menjadi
kerisauan tersendiri bagi kalangan pendidikan. Permasalahan yang muncul dan
ditemukan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Dalam kegiatan pembelajaran
guru selalu mendominasi kegiatan, siswa cenderung pasif. b.Belum semua guru
dapat menyusun rencana pembelajaran secara baik. c. Hampir semua guru dalam
melaksanakan pembelajaran kurang memperhatikan perkembangan siswa dalam
proses, sehingga guru tidak melaksanakan penilaian dalam proses..d.Kebanyakan
guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan tahapan kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir.e.Kebanyakan guru tidak
melakukan tes akhir pada akhir kegiatan belajar mengajar

Hal-hal tersebut di atas dilakukan pada setiap siklus bahkan jika


dibutuhkan dan memungkinkan diadakan penyempurnaan atau tambahan
perlakuan pada setiap siklus, sehingga kekurangan yang ditemukan pada saat
siklus akan dapat disempurnakan pada siklus berikutya. Dengan demikian akan
tampak adanya peningkatan keberhasilan dari siklus ke siklus.

Dalam pelaksanaannya nanti digunakan instrumen yang berupa instrumen


penilaian tentang rencana pembelajaran dan instrumen pengamatan kegiatan
pembelajaran. Instrumen yang dimaksud di atas dapat dilihat pada lampiran karya
tulis ini.

A. Siklus Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan oleh karenanya dalam
pelaksanaannya menggunakan model silkus bukan hanya sekedar mengumpulkan
data lalu dianalisa kemudian disimpulkan. Dalam penelitian ini Kepala Sekolah
bertindak sebagai peneliti sekaligus observer dan guru yang ditunjuk sebagai
kolaborator.

Pada setiap siklus dilakukan empat tahapan yakni (1) Tahap Perencanaan,
(2) Tahap Pelaksanaan, (3) Tahap Pengamatan, (4) Tahap Refleksi . Sebelum
diadakan perencanaan peneliti melakukan refleksi awal untuk mengidenfikasi
masalah, memilih, dan memilah masalah. Permasalahan yang berupa kekurang
mampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran maupun dalam
menerapkan pembelajaran kontekstual dibahas, dipelajari, dan dicermati oleh
peneliti untuk dapat menemukan penyebabnya.

9
“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16
ISSN 2579-9916 (Online)
ISSN 2579-9886 (Cetak)

1. Perencanaan Tindakan

Setelah masalah ditemukan, dipilih, dan dipilah masalah yang dihadapi,


langkah berikutnya adalah merenungkan masalah, merancang tindakan yang akan
dilakukan. Pada siklus ini peneliti memberikan arahan kepada guru tentang
temuan di lapangan yang berkenaan dengan rencana pembelajaran dan penerapan
pembelajaran kontekstual.

Adapun rencana tindakan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:


a.Membahas dengan para guru (subyek penelitian) tentang temuan supervisi
pembelajaran.b.Memberikan informasi kepada guru tentang penyusunan rencana
pembelajaran.c.Memberi informasi dan arahan tentang pelaksanaan pembelajaran
kontekstual.d.Menginformasikan kepada guru tentang rencana pemantauan dalam
kegiatan pembelajaran kontekstual di sekolahnya.e.Menyusun format pemantauan
baik rencana pembelajaran maupun pelaksanaan pembelajaran kontekstual

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai


dengan rencana pembelajaran yang disusunnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran
tersebut guru diharapkan dapat menerapkan rencana pembelajarannya dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan metode, serta media agar pelajaran lebih
menarik dan menyenangkan bagi siswa.

3. Pengamatan

Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan


pembelajaran yang dilakukan guru, dalam observasi ini melibatkan kolaborator,
sehingga dalam pengamatan dilakukan bersama antara peneliti dengan salah satu
guru yang ditunjuk. Data yang diperoleh dari pengamatan kegiatan pembelajaran
dan penilaian rencana pembelajaran diharapkan dapat dianalisis dan dibahas untuk
menetukan keberhasilan tindakan.

4. Refleksi

Refleksi terhadap hasil tindakan melibatkan pengawas peneliti, pengawas


lain dan kepala sekolah serta beberapa orang guru kolaborator. Dalam refleksi ini
dibahas hasil pengamatan dan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran dan
rencana pembelajaran yang disusun guru. Hasil pengamatan tersebut diwujudkan
dalam bentuk angka sehingga datanya merupakan data kuantitatif. Hasil refleksi
digunakan sebagai bahan untuk menyusun rencana tindakan pada siklus
berikutnya.

10
“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16
ISSN 2579-9916 (Online)
ISSN 2579-9886 (Cetak)

E. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian tindakan ini dilaksanakan selama tiga bulan Kriteria
F. Keberhasilan Penelitian

Dalam penelitiaan tindakan ini penulis menggunakan kriteria keberhasilan


atau kriteria ketuntasan sebagai berikut:Guru dinyatakan telah berhasil dalam
menyusun rencana pembelajaran jika nilai rencana pembelajaran minimal 28
artinya setiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari tujuh aspek penilaian rencana
pembelajaran;Penelitian ini dianggap selesai atau berhasil jika 80 % dari guru-
guru yang menjadi subyek penelitian telah mendapat nilai minimal 28.

III Hasil dan Pembahasan

a. Siklus Pertama
Pada siklus pertama ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan yang
dijelaskan pada bab III metode penelitian yakni dilakukan melalui empat tahap.

1. Perencanaan Tindakan.

subjek penelitian dikumpulkan keseluruhan untuk menerima penjelasan


tentang temuan-temuan yang ditemukan oleh peneliti.

Hasil pengamatan secara rinci dalam bentuk tabel bisa dilihat pada
lampiran laporan penelitian ini. Dalam penelitian ini ada dua hal yang dinilai
yakni rencana pembelajaran yang disusun guru dan pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan guru. Tabel 4.1 di bawah ini merupakan hasil rekapitulasi
penilaian rencana pembelajaran pada Siklus I.

Tabel 4.1

Rekapitulasi Hasil Penilaian Rencana Pembelajaran Siklus Pertama

No Rentang Nilai Jumlah Dalam Keterangan


Guru Persen

1 Kurang dari 28 3 37,50% Belum berhasil

2 Sama atau lebih dari 28 5 62,50% Berhasil

Berdasar tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa masíh ada 5 orang guru yang
belum mencapai nilai ketuntasan/ keberhasilan artinya 62,50% guru belum
mencapai keberhasilan dan yang mendapatkan nilai sama atau diatas 28 sebanyak
3 orang atau taraf keberhasilannya mencapai 37,50%.

11
“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16
ISSN 2579-9916 (Online)
ISSN 2579-9886 (Cetak)

Sedangkan hasil rekapitulasi penilaian pelaksanaan pembelajaran pada


Siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2

Rekapitulasi Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Siklus I

Jumlah Dalam
No Rentang Nilai Keterangan
Guru Persen

1 Kurang dari 80 2 25 % Belum berhasil

2 Sama atau lebih dari 80 6 75 % Berhasil

Berdasar hasil pengamatan tesebut dapat dilihat bahwa dalam kegiatan


pembelajaran, sejumlah 6 orang guru belum mendapatkan nilai ketuntasan yang
ditetapkan artinya masih 75 % guru belum berhasil dalam melaksanakan
pembelajaran kontekstual. Sejumlah 2 orang guru telah melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan mendapat nilai 80 ke atas, artinya tingkat keberhasilan pada
kegiatan pembelajaran siklus pertama ini baru mencapai 25 %.

4. Refleksi.

Pada kegiatan refleksi dibahas tentang kekurangan pada siklus petama baik
yang dilakukan guru maupun yang dilakukan pengawas dalam melakukan
supervisi. Pada refleksi ini ditemukan solusi untuk menyelesaikan masalah
sebagai berikut:Perlu perbaikan dalam membuat kerangka rencana
pembelajaran;Perlu perbaikan dalam membuat langkah-langkah
pembelajaran;Perlu perbaikan dalam mengefektifkan penggunaan media.

Sedangkan pada kegiatan pembelajaran perlu dilakukan penyempurnaan


hal-hal sebagai berikut:Kegiatan apersepsi hendaknya dilakukan pada awal
kegiatan pembelajaran;Mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan realitas
kehidupan;Guru harus mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran;
Ketepatan waktu harus ditaati oleh guru; Guru harus membuka diri untuk
pertanyaan dari siswa;Guru seharusnya menggunakan media pembelajaran saat
melakukan kegiatan pembelajaran;Guru seharusnya melakukan penilaian dalam
proses maupun pada akhir kegiatan pembelajaran

12
“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16
ISSN 2579-9916 (Online)
ISSN 2579-9886 (Cetak)

b. Siklus Kedua

Pada siklus kedua ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan yang
dilakukan pada siklus pertama yakni mencakup perencanaan tindakan,pelaksanaan
tindakan, pengamatan dan refleksi,. Peneliti menilai, baik rencana pembelajaran
maupun pelaksanaan pembelajarannya dengan menggunakan instrumen yang
sama dengan isntrmen yang digunakan pada siklus pertama, yakni instrumen
penilaian rencana pembelajaran (IPKG 1) dan instrumen tentang pelaksanaan
pembelajaran (IPKG 2).

Hasil pengamatan secara rinci dalam bentuk tabel bisa dilihat pada
lampiran laporan penelitian, sedangkan rekap hasil penelitian tindakan pada siklus
kedua dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.3

Rekapitlasi Hasil Penilaian Rencana Pembelajaran Siklus II

No Rentang Nilai Jumlah Dalam Keterangan


Guru Persen

1 Kurang dari 28 0 0% Belum berhasil

2 Sama atau lebih dari 28 8 100% Berhasil

Berdasar tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada seorang gurupun
yang mencapai nilai di bawah 28, artinya semua guru telah mencapai nilai 28
keatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilan dalam
penyusunan Rencana Pembelajaran pada siklus kedua adalah 100%.

Tabel 4.4.

Rekapitlasi Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual Siklus II

Jumlah Dalam
No Rentang Nilai Keterangan
Guru Persen

1 Kurang dari 80 0 0% Belum berhasil

2 Sama atau lebih dari 80 8 100 % Berhasil

13
“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16
ISSN 2579-9916 (Online)
ISSN 2579-9886 (Cetak)

Berdasar hasil pengamatan tersebut dapat dilihat bahwa dalam kegiatan


pembelajaran tidak ada seorang gurupun yang belum mendapatkan nilai minimal
yang ditetapkan artinya 0 % guru belum berhasil dalam melaksanakan
pembelajaran kontekstual. Sejumlah 8 orang guru telah melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan mendapat nilai 80 ke atas, artinya tingkat keberhasilan pada
kegiatan pembelajaran telah mencapai 100 %

Tabel 4.5

Perbandingan Rekapitulasi Penilaian Rencana Pembelajaran dan

Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus I dan II

JUMLAH GURU
NO RENTANG NILAI KETERANGAN
SIKLUS I SIKLUS II

1 Rencanaan Pembelajaran

a. Kurang dari 28 3 0 Belum berhasil


b. Sama atau lebih dari 32
Pelaksanaan Pembelajaran 5 8 Tuntas

2 a. Kurang dari 80
b. Sama atau lebih dari 80
2 0 Belum berhasil

6 8 Tuntas

Sedangkan kalau diuraikan prosentasinya adalah sebagai berikut untuk


siklus pertama penyusnan RPP mencapai tingkat keberhasilan 72,50% dan siklus
kedua 100%. Padapelaksanaan pembelajaran siklus pertama mencapai 75 % dan
siklus kedua 100%

Tingkat keberhasilan yang melonjak cukup tinggi disebabkan karena para


guru pada tahun yang sama baru saja mengikuti pelatihan tantag pembelajaran
berbasis HOTS. Pelatihan tersebut diikuti oleh semua guru kelasSedangkan
persentase keberhasilan persiklus dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.

14
“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16
ISSN 2579-9916 (Online)
ISSN 2579-9886 (Cetak)

100

50 RPP

PEMBEL.
0
SIKLUS 1

Gambar 4.1 Persentase Keberhasilan Persiklus

Berdasarkan perbandingan nilai pada tabel 4.5 dan gambar 4.1 grafik
persentase keberhasilan persiklus tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:Pada siklus pertama masih terdapat 6 orang guru yang hasil/nilai
penyusunan rencana pembelajarannya kurang 28, artinya terdapat 6 orang guru
belum mencapai nilai minimal keberhasilan dalam menyusun rencana
pembelajaran. Sedangkan pada siklus kedua semua guru hasil/nilai penyusunan
rencana pembelajarannya lebih besar atau sama dengan 28, artinya semua guru
telah tuntas atau berhasil dalam menyusun rencana pembelajaran. b. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pendampingan pembelajaran dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran. c.
Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama masih terdapat 3
guru yang mendapatkan hasil kurang dari 80, artinya terdapat 3 orang guru belum
mencapai nilai minimal keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Sedangkan pada siklus kedua terdapat satu orang guru yang mendapatkan hasil
dibawah 80, artinya tidak ada seorang gurupun yang belum mencapai nilai
minimal keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran . d.Prosentase
keberhasilan rencana pembelajaran pada siklus kedua mencapai 100 % dan
prosentase keberhasilan pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua mencapai
100 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru telah mencapai kriteria
keberhasilan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran Hots yang
kontekstual.

IV Kesimpulan

Pendampingan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru SDN


Ujung Piring Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan dalam menyusun
rencana pembelajaran Hots yang kontekstual.Pendampingan dapat meningkatkan
kemampuan guru SDN Ujung Piring Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan
dalam menerapkan pembelajaran Hots yang kontekstual.

15
“KEGURU: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar” Halaman 06-16
ISSN 2579-9916 (Online)
ISSN 2579-9886 (Cetak)

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas, 2007,Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007,


Depdiknas.
Depdiknas, 2006,Peraturan Peerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan,Depdiknas Jakarta.
Depdiknas, 2002, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning(CTL)),Depdiknas, Jakarta.
Elaine B. Johnson, 2008,ContextualTeaching & Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna,Penerbit MLC
Nurhadi,2004. Pembelajaran Kontekstual,Malang, Penerbit Universitas Negeri
Malang.
Sahertian,2000. Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan,Rineka Cipta,Jakarta.

Sukardi,Ph.D.Prof.,2004. Metodologi Penelitian Pendidikan,Bumi Aksara,Jakarta.


Wardhani dkk,2007. Penelitian Tindakan Kelas,Universitas Terbuka,Jakarta.
Zainal Akib dan Elham Rohmanto,2007. Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah,Yrama Widya,Bandung.

Zainal Aqib,2006,Penelitian Tindakan Kelas,Yrama Widya, Bandung.

16

You might also like