Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Keywords: planning, procurement, ABC-VEN analysis, Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Hospital
ABSTRAK
Perencanaan ialah penetapan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola
penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pengadaan merupakan kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang ada, sehingga diperlukan evaluasi untuk mengendalikan jumlah obat
menggunakan analisis ABC-VEN. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui proses perencanaan
dan pengadaan obat di Instalasi Farmasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado apakah telah sesuai
dengan standar rumah sakit serta mengetahui pengaruh analisis ABC-VEN terhadap obat
kardiovaskuler dan obat anastesi. Jenis penelitian yang digunakan ialah jenis penelitian deskriptif
dengan pengumpulan data berupa laporan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa
perencanaan dan pengadaan jumlah obat masih kurang efektif karena terjadi kelebihan serta
kekurangan obat. Pengaruh analisis ABC-VEN terhadap obat kardiovaskuler dan obat anastesi ialah
terdapat jenis obat yang masuk kategori VA yang jumlah obatnya kurang padahal masuk kategori
vital, terdapat jenis obat yang masuk kategori VC persediaannya berlebih walaupun termasuk vital
serta terdapat jenis obat yang masuk kategori EC jumlah obat berlebih walaupun hanya menyerap
dana sedikit.
Kata Kunci : perencanaan, pengadaan, analisis ABC-VEN, RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
7
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
8
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
dihitung rata-rata pemakaiannya obat yang pengadaan yang efektif ialah pengadaan
direncanakan dalam periode 4 bulan tidak yang ekonomis, menjamin ketersediaan
akan mencukupi penggunaan obat hal ini dalam jenis dan jumlah yang tepat, serta
dapat menyebabkan kekosongan obat. harga yang ekonomis.
Berdasarkan teori Anshari (2009), Analisis ABC terhadap gabungan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam obat golongan kardiovaskuler dan obat
perencanaan yaitu alokasi dana yang golongan anastesi terlihat bahwa jumlah
tersedia, harga per item obat dan obat yang termasuk kelompok A sebanyak
penentuan berapa besar serta kapan 6 item (20%) dengan biaya
pemesanan harus dilakukan. Apabila hal Rp.342.470.000 (70%), sedangkan yang
ini tidak sesuai, maka pengendalian temasuk kelompok B sebanyak 6 item
perencanaan belum bisa dikatakan efektif. (10%) dengan biaya Rp.127.233.500
Efektif yang dimaksud ialah perencanaan (20%), dan yang termasuk kelompok C
yang mendapatkan jenis dan jumlah obat sebanyak 24 item (70%) dengan biaya
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan Rp.54.787.360 (10%). Menurut Heizer dan
serta menghindari adanya kekosongan obat Barry (2010), item obat yang masuk
dan penumpukan obat. kelompok A merupakan barang dengan
Pengadaan yang ada di RSUP Prof. jumlah yang kecil dengan nilai investasi
Dr. R. D Kandou Manado telah mengikuti yang besar, sehingga obat tersebut harus
alur atau standar yang di rumah sakit, akan memiliki kontrol persediaan yang lebih
tetapi masih belum efektif dalam hal ketat, pencatatan harus sesering mungkin
pengadaan jumlah obat hal ini terlihat serta frekuensi pemeriksaan yang lebih
berdasarkan hasil analisa terdapat beberapa sering. Sedangkan untuk kelompok B juga
obat yang direncanakan akan tetapi pada memerlukan perhatian yang cukup penting
saat pengadaan obat tersebut tidak ada setelah kelompok A karena memiliki nilai
dalam daftar penerimaan obat, hal ini investasi sedang. Dan untuk kelompok C
dapat mempengaruhi ketersediaan obat tidak memerlukan pengendalian yang
yang dapat menyebabkan kekosongan cukup ketat dibandingkan dengan
obat. Selain itu ada beberapa obat yang kelompok A dan B karena memiliki nilai
pengadaannya lebih banyak dibandingkan investasi yang rendah.
dengan yang telah direncanakan hal ini Berdasarkan hasil yang telah
dapat mempengaruhi persediaan obat diperoleh dengan analisis VEN obat-obat
dimana obat-obat tersebut akan mengalami yang termasuk kategori Vital (V) sebanyak
kelebihan. Dalam hal penentuan harga, item 5 contoh obatnya ialah furosemid
dimana harga yang tercatum pada injeksi, obat ini harus tersedia dirumah
penerimaan barang ada yang lebih mahal sakit karena obat ini merupakan obat live
dibandingkan dengan harga yang saving yang jika persediaannya tidak ada
tercantum pada perencanaan. Hal ini dirumah sakit maka akan meningkatkan
sangat mempengaruhi penggunaan dana resiko terhadap pasien. Obat-obat yang
rumah sakit yang akan lebih banyak termasuk kategori Esensial (E) sebanyak
dibandingkan dengan yang direncanakan. 31 item, salah satu obat yang termasuk
Pengadaan obat ini masih dikatakan belum kategori ini ialah obat telmisartan, obat ini
efektif hal ini didukung dengan teori harus tetap tersedia di rumah sakit karena
Mushuda (2011) yang menyatakan bahwa
9
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
merupakan obat yang digunakan oleh Nilai persediaan maka dapat disimpulkan
pasien dalam proses penyembuhan pasien. sebagai berikut:
Dari hasil analisis ABC-VEN 1. Proses perencanaan dan
terdapat obat yang masuk kategori VA pengadaan obat di Instalasi
dilihat dari rata-rata pemakaiannya volume Farmasi RSUP Prof. Dr. R. D.
pengadaan obatnya kurang walaupun obat Kandou Manado telah mengikuti
ini termasuk kategori A yang menyerap prosedur sesuai dengan standar
anggaran yang besar akan tetapi tetap yang ada dirumah sakit akan tetapi
membutuhkan perhatian yang khusus serta belum efektif dalam penentuan
pengontrolan karena berhubungan dengan beberapa jumlah atau volume obat
keselamatan pasien. Selain kategori VA yang direncanakan dan yang
dalam kategori VC terdapat obat yang jika diadakan, sehingga menyebabkan
dilihat dari rata-rata pemakaiannya kekurangan bahkan kelebihan
perencanaannya belum efektif karena obat.
jumlah obatnya berlebih walaupun 2. Pengaruh analisis ABC-VEN
kelompok obat ini masuk kategori vital terhadap obat kardiovaskuler dan
tetapi perlu perhatian khusus karena akan obat anastesi ialah terdapat jenis
berdampak terjadinya penumpukan. Selain obat yang masuk kategori VA
kedua kategori tersebut perlu juga yang jumlah obatnya kurang
diperhatikan obat-obat yang masuk padahal masuk kategori vital salah
kategori lain seperti kategori EC karena satunya ialah Nikardipin, terdapat
dari hasil analisa terdapat obat yang jenis obat yang masuk kategori
volume perencanaannya berlebih VC persediaannya berlebih
dibandingkan dengan rata-rata walaupun termasuk vital salah satu
pemakaiannya, walaupun obat-obat ini obatnya ialah lidokain injeksi 2%,
menyerap anggaran yang sedikit akan serta terdapat jenis obat yang
tetapi akan lebih efektif jika persediaannya masuk kategori EC jumlah obat
tepat yakni tidak berlebih. Berdasarkan berlebih walaupun hanya
Anonim (2008), jenis perbekalan yang menyerap dana sedikit salah satu
termasuk kategori A dari analisis ABC obatnya ialah lisinopril 10 mg.
ialah jenis perbekalan farmasi yang
diperlukan untuk penaggulangan penyakit DAFTAR PUSTAKA
terbanyak, dengan kata lain statusnya dari Anonim. 2008. Pedoman
analisis VEN harus E dan sebagian V. Pengelolaan Perbekalan
Sebaliknya jenis perbekalan dengan Farmasi Di Rumah Sakit.
satusnya N harusnya masuk kategori C Direktorat Jendral Bina
dari analisis ABC. Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Dapartemen
KESIMPULAN Kesehatan RI & Japan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Internasional Cooperstion
perencanaan dan pengadaan obat di RSUP Agency, Jakarta.
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
berdasarkan Analisis ABC-VEN terhadap Anshari, M. 2009. Aplikasi
Managemen Pengelolaan Obat
10
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493
11