You are on page 1of 11

Jurnal

Manajemen Kesehatan Indonesia

Volume 9 Nomor 3 Desember 2021

Aspek Manajemen Dalam Kegiatan Surveilans Epidemiologi Covid-19 Di


Puskesmas Dharmarini Kabupaten Temanggung
Annisa Nida Sakina*, Chriswardani Suryawati*, Eka Yunila Fatmasari*
*
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro
*Email: nisanidas211@gmail.com

ABSTRACT out was still not comprehensive. Dharmarini


Dharmarini Public Health Center had a high Public Health Center is suggested to optimize
number of COVID-19 cases and there were the actuating and controlling aspects in
COVID-19 epidemiological surveillance COVID-19 epidemiological surveillance
activities that were not in accordance with
those stated in the guidelines, specifically in Keywords: Effectiveness, Social Media,
health monitoring and in terms of Promotion, Hospital
Community-Based Surveillance that
vulnerable populations had not been recorded PENDAHULUAN
and reported. Based on a preliminary study, Coronavirus Disease 19 (COVID-19)
Dharmarini Public Health Center only had a telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh
surveillance officer and experienced obstacle WHO pada 11 Maret 2020.1 Kasus COVID-
in cross-sectoral coordination. This study 19 di Indonesia hingga tanggal 1 Juni 2021
aimed to analyze the management aspects of berjumlah 1.826.527 total konfirmasi positif,
COVID-19 epidemiological surveillance at 1.674.479 diantaranya sembuh dan 50.723
Dharmarini Public Health Center include meninggal dunia. Angka tersebut menjadikan
planning, organizing, actuating, and Indonesia sebagai negara terjangkit dengan
controlling. This was qualitative research kasus konfirmasi tertinggi di ASEAN.2 Upaya
with analytical descriptive approach. Primary penanggulangan COVID-19 masih terus
data collection was done by in-depth dilakukan, salah satunya dengan kegiatan
interviews and research subjects were surveilans epidemiologi yang bertujuan untuk
selected by purposive sampling. The result membatasi penyebaran penyakit serta sebagai
showed that management aspects in COVID- bahan bagi pemerintah daerah, otoritas
19 epidemiological surveillance activities at kesehatan masyarakat dan rumah sakit untuk
Dharmarini Public Health Center had been mengelola risiko COVID-19.
carried out from planning, organizing, Puskesmas memiliki tugas untuk
actuating, to controlling, but there were still melakukan surveilans epidemiologi COVID-
shortcomings including in actuating that not 19 secara aktif yang didalamnya terdapat
all officers involved had received training, kegiatan penemuan kasus, manajemen pada
there was obstacle in cross-sectoral kasus, pelacakan kontak erat (tracing), hingga
coordination, the implementation of health pencatatan dan pelaporan. Kementerian
monitoring can still be improved, there were Kesehatan RI mengamanatkan Puskesmas
refusals in tracing, Community Based dalam manajemen kasus agar melakukan
Surveillance had not been fully implemented, pemantauan berupa pengecekan suhu dan
supervision had only been held once, and in skrining gejala harian pada kasus suspek,
controlling aspect that the evaluation carried kontak erat, serta kasus konfirmasi COVID-
225
19 yang melakukan karantina dan isolasi Kota menemukan bahwa pelaksanaan sistem
mandiri.1,3 Pencatatan dan pelaporan selain surveilans belum maksimal diantaranya
dilakukan oleh Puskesmas juga dilakukan karena surveilans yang direncanakan secara
oleh masyarakat melalui kegiatan Surveilans insidental, SDM yang kurang memadai,
Berbasis Masyarakat (SBM) dengan adanya hingga kurang lengkapnya pencatatan.4 Hal
data-data yang harus dicatat dan dilaporkan tersebut diatas melatarbelakangi peneliti
dari RT/RW ataupun Satgas Desa/Kelurahan untuk melakukan penelitian dengan tujuan
kepada Puskesmas salah satunya adalah data menganalisis aspek manajemen dalam
populasi rentan, dalam hal ini petugas kegiatan surveilans epidemiologi COVID-19
surveilans Puskesmas menjadi koordinator di Puskesmas Dharmarini Kabupaten
pelaporan.1 Temanggung.
Puskesmas Dharmarini berlokasi di
Kecamatan Temanggung yang merupakan METODE PENELITIAN
kecamatan dengan total kasus konfirmasi Penelitian dilakukan di Puskesmas
positif COVID-19, suspek, serta kasus Dharmarini Kabupaten Temanggung pada
meninggal tertinggi di Kabupaten bulan Mei-Juni 2021. Jenis penelitian ini
Temanggung, dengan total kasus konfirmasi adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
hingga 1 Juni 2021 berjumlah 1000 kasus dan deskriptif analitik. Objek yang diteliti adalah
52 diantaranya meninggal dunia. Berdasarkan aspek manajemen dalam kegiatan surveilans
hasil studi pendahuluan melalui wawancara epidemiologi COVID-19 meliputi aspek
dengan petugas surveilans Puskesmas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
Dharmarini, didapatkan bahwa tingginya dan pelaksanaan, serta aspek pengawasan.
kasus COVID-19 membuat petugas Pengumpulan data primer dilakukan dengan
Puskesmas kesulitan sehingga terutama hanya metode wawancara mendalam kepada
dapat melakukan pemantauan pada kasus informan. Setelah tahap pengumpulan data
konfirmasi COVID-19 yang memiliki gejala. kemudian dilakukan reduksi data dengan
Kegiatan Surveilans Berbasis Masyarakat merangkum, memilih dan memfokuskan pada
(SBM) di wilayah Puskesmas Dharmarini objek penelitian. Data yang telah direduksi
juga belum terlaksana sesuai pedoman. kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan
Berdasarkan wawancara dengan bidan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan.
pembina wilayah dari salah satu kelurahan di Informan sebagai subjek penelitian
wilayah kerja Puskesmas Dharmarini, dipilih dengan teknik purposive sampling.
diketahui bahwa data populasi rentan di Informan utama berjumlah 4 orang terdiri dari
kelurahan tersebut masih belum dicatat dan Kepala Puskesmas Dharmarini (IU 1),
dilaporkan. petugas surveilans Puskesmas Dharmarini (IU
Kemampuan manajerial yang baik 2), serta bidan pembina wilayah Kelurahan
dibutuhkan selain kemampuan teknis Kowangan dan Desa Guntur (IU 3, IU 4).
lapangan dalam melaksanakan surveilans. Kelurahan Kowangan dan Desa Guntur
Manajemen dijalankan dalam surveilans dipilih berdasarkan jumlah kasus COVID-19
epidemiologi sebagai sebuah proses yang tertinggi dan terendah di wilayah kerja
akan mengelola input menjadi output. Hasil Puskesmas Dharmarini pada saat penelitian
studi pendahuluan menunjukkan bahwa berlangsung. Informan triangulasi berjumlah
Puskesmas Dharmarini hanya memiliki 1 5 orang, diantaranya Kepala Bidang
petugas surveilans untuk COVID-19 dan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas
penyakit lainnya, Puskesmas juga mengalami Kesehatan Kabupaten Temanggung (IT 1),
kendala dalam koordinasi lintas sektor, serta Kepala Kelurahan Kowangan dan Kepala
lokakarya mini sebagai sarana monitoring dan Desa Guntur (IT 2, IT 3), serta Satgas
evaluasi juga sempat dihentikan COVID-19 Kelurahan Kowangan dan Desa
pelaksanaannya selama beberapa bulan. Guntur (IT 4, IT 5). Komisi Etik Penelitian
Penelitian oleh Emdas Yahya (2017) FKM UNDIP telah menyatakan penelitian ini
mengenai fungsi manajemen untuk sistem layak etik melalui Keterangan Lolos Kaji Etik
surveilans DBD di Puskesmas Bangkinang No : 152/EA/KEPK-FKM/2021.
226
HASIL DAN PEMBAHASAN Kesimpulan hasil wawancara mengenai
1. Aspek Perencanaan proses perencanaan untuk kegiatan surveilans
Perencanaan merupakan suatu proses epidemiologi COVID-19 di Puskesmas
untuk menentukan arah, menetapkan sasaran Dharmarini dapat dilihat dalam tabel 1.
serta tindakan guna mencapai suatu tujuan.5

Tabel 1 Kesimpulan Hasil Wawancara Aspek Perencanaan


Unsur IU IT
Perencanaan
Mekanisme Awal perencanaan pada Maret 2020 Dilakukan sejak Maret 2020 mengikuti
perencanaan mengacu pada pedoman Kemenkes. juknis dari Kemenkes dengan arahan dari
Perencanaan juga dilakukan setiap ada DKK dan setiap ada kasus positif
laporan kasus COVID-19 untuk direncanakan untuk tracing.
tracing dengan melibatkan lintas
sektor.
Tujuan dan Untuk menangani kasus COVID-19, Untuk mengendalikan COVID-19 dengan
sasaran sasarannya pendatang, orang yang sasaran warga yang sakit, kasus positif
surveilans bergejala, kasus positif dan dan kontak eratnya, serta warga sehat
lingkungannya. yang mudik.
Target Target testing untuk penemuan kasus Target testing Puskesmas Dharmarini per
surveilans sekitar 30 per minggu. Target tracing minggu 35 orang. Target tracing
yaitu setiap kasus minimal memeriksa seharusnya 15-30 kontak erat setiap
15 kontak erat. kasus.
Strategi Dengan keterlibatan lintas sektoral dan Melibatkan lintas sektor, dengan
surveilans penyediaan SDM, dana, dan logistik. pemenuhan SDM, dana, dan sarana
prasarana.
Mekanisme perencanaan di Puskesmas tertera dalam Pedoman Pencegahan dan
Dharmarini dilaksanakan sesuai dengan Pengendalian COVID-19, diantaranya
petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan penemuan kasus, manajemen pada kasus,
yang menyebutkan bahwa perencanaan pelacakan kontak erat (tracing), serta
Puskesmas dalam pandemi COVID-19 pencatatan dan pelaporan termasuk kegiatan
dilakukan mengacu pada pedoman melalui Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM)
pembinaan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten. dengan adanya data-data yang harus
Perencanaan juga dilakukan setiap terdapat dilaporkan dari Satgas COVID-19 desa
laporan penemuan kasus positif COVID-19 kepada Puskesmas. Berkaitan dengan target
untuk melaksanakan tracing, seperti temuan surveilans, terdapat target testing sebanyak 35
penelitian Yahya (2017) bahwa surveilans orang per minggu yang ditentukan
direncanakan jika ada laporan kasus.4 berdasarkan jumlah penduduk di wilayah
Berdasarkan wawancara, surveilans dilakukan kerja Puskesmas Dharmarini yaitu 35.815
untuk mengendalikan kasus COVID-19 jiwa, target jumlah testing tersebut telah
dengan sasaran warga yang sakit dengan sesuai dengan Kepmenkes RI No.
gejala COVID-19, kasus terkonfirmasi positif HK.01.07/MENKES/4641/2021 bahwa
COVID-19 dan kontak eratnya, serta warga minimal 1 orang yang dites per 1.000
pendatang. Hal tersebut sejalan dengan yang penduduk setiap minggunya, sementara untuk
diungkapkan oleh Noer (2021) bahwa sasaran target tracing yaitu target kontak erat minimal
surveilans meliputi individu yang terinfeksi 15 orang adalah target rata-rata kontak erat
dan mempunyai potensi untuk menularkan yang teridentifikasi untuk setiap kasus
penyakit serta populasi lokal misalnya adalah konfirmasi bukan jumlah minimal kontak erat
orang yang kontak dengan penderita.6 setiap kasus konfirmasi, hal tersebut
Kegiatan surveilans epidemiologi dikarenakan jumlah kontak erat dari kasus
COVID-19 di Puskesmas Dharmarini terkonfirmasi akan bervariasi.7
direncanakan sesuai dengan kegiatan yang
227
Strategi surveilans epidemiologi salah pelaksanaan pelacakan kontak, melakukan
satunya yaitu dengan peningkatan jejaring pemantauan dan pelaporan kasus, juga
surveilans didukung oleh kerjasama mitra, memberikan obat-obatan dan vitamin kepada
yang diungkapkan informan melalui pasien.
keterlibatan lintas sektoral diantaranya Penambahan petugas sebagai tracer dan
Babinsa dari Koramil, Bhabinkamtibnas dari memasukkan data pelaporan dilakukan mulai
Polsek, serta perangkat desa hingga kader. bulan April 2021. Sebelumnya, seluruh
Hal tersebut sesuai dengan panduan kegiatan surveilans epidemiologi COVID-19
Kementerian Kesehatan bahwa Bintara dan surveilans untuk penyakit-penyakit
Pembina Desa (Babinsa), Bhayangkara lainnya menjadi tugas dari petugas surveilans.
Pembina Keamanan dan Ketertiban Hal tersebut tidak sesuai dengan arahan
Masyarakat (Bhabinkamtibmas), serta Kepala Kementerian Kesehatan RI agar menunjuk
Desa hingga Ketua RT termasuk dalam mitra sementara tenaga tambahan surveilans khusus
di level Puskesmas dalam pandemi COVID- untuk menangani COVID-19.11 Alasan
19.8 Penyediaan sumber daya baik Sumber Puskesmas Dharmarini tidak melakukannya
Daya Manusia (SDM), dana, maupun sarana karena petugas surveilans yang sudah terbiasa
prasarana juga termasuk dalam strategi dengan kegiatan surveilans, memiliki
surveilans. Kebutuhan SDM dipenuhi dengan pemahaman terkait surveilans epidemiologi
saling membantu serta dengan adanya COVID-19, dan memiliki kemauan untuk
pelatihan-pelatihan, dana berasal dari melakukannya. Seiring berjalannya waktu,
refocussing dan BOK, sementara sarana Kepala Puskesmas menunjuk seorang petugas
prasarana khususnya untuk testing didapat untuk membantu pelaksanaan surveilans
dari Dinas Kesehatan Kabupaten dengan sebagai petugas tracer dan memasukkan data
terlebih dahulu membuat surat permohonan. laporan kegiatan surveilans epidemiologi
Penelitian Fitriyanti (2021) juga memperoleh COVID-19. Dengan demikian, jumlah
hasil bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten petugas saat ini telah sesuai dengan Peraturan
Pamengkasan mendistribusikan logistik Menteri Kesehatan RI Nomor 12 Tahun 2021
testing kepada Puskesmas yang membutuhkan bahwa petugas surveilans dan/atau pengolah
berdasarkan surat permohonan yang data dalam 1 Puskesmas terdiri dari 2 orang.
diajukan.9 Pihak eksternal Puskesmas yang terlibat
dalam surveilans epidemiologi COVID-19
2. Aspek Pengorganisasian diantaranya Babinsa dari Koramil dan
Pengorganisasian adalah sejumlah Bhabinkamtibnas dari Polsek sebagai tim
orang melakukan kegiatan tertentu sesuai tracer serta Dinas Kesehatan Kabupaten
kapasitas masing-masing dan bertanggung untuk pelaporan, pembinaan, dan
jawab untuk mencapai tujuan yang telah memfasilitasi pelatihan. Selain itu, terdapat
ditetapkan. Bentuk pengorganisasian terdiri Satgas COVID-19 Kecamatan yang
dari dua macam, yaitu penentuan para berkoordinasi menindaklanjuti kasus positif
pelaksana setiap kegiatan dan penggalangan untuk menyiapkan pelaksanaan tracing dan
kerjasama tim secara lintas sektoral.10 Petugas Kepala desa/kelurahan beserta Satgas
yang menjadi pelaksana kegiatan surveilans COVID-19 tingkat desa termasuk di
epidemiologi COVID-19 di Puskesmas dalamnya yaitu RT, RW, dan kader, yang
Dharmarini diantaranya 1 orang petugas berperan membantu pelaksanaan tracing,
surveilans sebagai penanggungjawab seluruh pemantauan kasus, dan melapor jika terdapat
kegiatan surveilans epidemiologi COVID-19, warga pendatang atau laporan kasus positif
1 orang pembantu surveilans sebagai tracer dan terduga COVID-19. Adanya keterlibatan
dan memasukkan data pelaporan, serta bidan Babinsa dan Bhabinkamtibnas telah sesuai
pembina wilayah yang membantu dengan Surat Edaran Kementerian Kesehatan
pelaksanaan surveilans di wilayah yang RI Nomor: H.K.02.02/II/817/2021 untuk
diampu diantaranya dengan menjadi perantara mulai melibatkan personel
untuk pertukaran informasi antara Puskesmas Babinsa/Bhabinkamtibmas sebagai tenaga
dengan desa/kelurahan, membantu
228
tracer dan melaporkan melalui aplikasi Aspek penggerakan dan pelaksanaan
Silacak.12 dalam surveilans epidemiologi COVID-19 di
Puskesmas Dharmarini secara ringkas dapat
3. Aspek Penggerakan dan Pelaksanaan dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2. Kesimpulan Hasil Wawancara Aspek Penggerakan dan Pelaksanaan


Unsur Penggerakan IU IT
dan Pelaksanaan
Kepemimpinan Kepala Puskesmas telah memotivasi Kepemimpinan Kepala Puskesmas
petugas dan telah memberikan sudah baik, sudah mampu
apresiasi dan teguran secara lisan. mempengaruhi dan memotivasi
(IU 1) petugas. (IU 2,3,4)
Komunikasi dan Dilakukan melalui whatsapp, Dilakukan melaui grup whatsapp,
Koordinasi telepon, dan bertemu langsung. telepon, dan berkumpul.
Pelatihan Pelatihan terbaru yang didapat yaitu Petugas surveilans dan tim tracer
pelatihan tracing. telah mendapat pelatihan tracing.
Pelaksanaan Penemuan kasus, manajemen pada Penemuan kasus, pemantauan
surveilans kasus dengan karantina/isolasi dan kesehatan, tracing bersama lintas
pemantauan kesehatan, tracing serta sektor, serta pelaporan secara online
pelaporan. dan offline.
Supervisi Ada supervisi dari Dinas Kesehatan DKK telah melakukan supervisi
dilakukan sekali. kepada Puskesmas.

Diantika (2017) menyebutkan, koordinasi secara horisontal dilakukan antara


kepemimpinan yang efektif membutuhkan Puskesmas dengan Satgas COVID-19 tingkat
kemampuan memotivasi serta menggerakkan kecamatan lainnya meliputi Camat, Kepala
pegawai Puskesmas supaya mau dan mampu Puskesmas, Danramil, serta Kapolsek dengan
menjalankan tugas.13 Menurut informan, pertemuan langsung ataupun melalui media
kepemimpinan Kepala Puskesmas sudah baik sosial mengenai kegiatan surveilans yang
dan telah mampu memotivasi dan akan dijalankan serta melakukan penugasan
mempengaruhi petugas untuk melaksanakan personil.
tugas dengan baik. Kepala Puskesmas Koordinasi ketika terdapat penemuan
memotivasi petugas dengan cara sering kasus konfirmasi positif COVID-19 dilakukan
menanyakan keberlangsungan kegiatan antar Satgas COVID-19 tingkat kecamatan
surveilans, terkadang ikut mendampingi melalui media sosial, kemudian petugas
dalam pelaksanaan kegiatan, serta surveilans, Babinsa, dan/atau
memberikan penghargaan dan teguran secara Bhabinkamtibnas menemui kepala
lisan. desa/kelurahan dan Satgas COVID-19 tingkat
Komunikasi dan koordinasi diantara desa guna berkoordinasi lebih lanjut terkait
semua pemangku kepentingan merupakan pelaksanaan tracing. Selain untuk melakukan
salah satu faktor kunci dalam mendukung tracing, koordinasi juga dilakukan untuk
respon sistem kesehatan terhadap pandemi pemakaman dengan penerapan protokol
COVID-19.14 Komunikasi dan koordinasi kesehatan COVID-19 serta menerima
untuk kegiatan surveilans epidemiologi kepulangan pasien postitif COVID-19 dari
COVID-19 telah dilakukan antar petugas rumah sakit. Puskesmas menemui kendala
Puskesmas maupun dengan pihak eksternal. dalam komunikasi dan koordinasi secara
Komunikasi diantara petugas Puskesmas vertikal kepada tingkat desa hingga RT/RW
Dharmarini terkait rencana pelaksanaan yang seringkali tidak merespon ketika
surveilans salah satunya dilakukan melalui dihubungi di luar jam kerja atau di luar hari
apel pagi. Komunikasi antara Puskesmas dan kerja.
desa/kelurahan dilakukan melalui perantara Petugas surveilans Puskesmas
bidan pembina wilayah. Komunikasi dan Dharmarini telah mendapatkan beberapa
229
pelatihan berkaitan dengan surveilans Babinsa, Bhabinkamtibnas, dan kader juga
epidemiologi COVID-19. Pelatihan terbaru telah mendapatkan pelatihan tracing
yang didapat yaitu pelatihan tracing oleh sementara bidan pembina wilayah yang juga
Kementerian Kesehatan yang diselenggarakan turut melaksanakan tracing belum
secara langsung pada bulan April lalu dan memperoleh pelatihan apapun. Selain itu,
Puskesmas Dharmarini ditunjuk mewakili petugas surveilans menyampaikan masih
Kabupaten Temanggung untuk mengikutinya. membutuhkan pelatihan mengoperasikan
Menurut informan, pelatihan tersebut aplikasi Silacak yang digunakan sebagai
menjadikan peserta semakin paham karena media pelaporan kegiatan tracing.
terdapat teknik role play dimana petugas Pelaksanaan surveilans epidemiologi
memerankan bagaimana melaksanakan COVID-19 diawali dengan penemuan kasus
tracing termasuk bagaimana cara menghadapi yang kemudian ditindaklanjuti dengan
penolakan warga, kemudian dilakukan review manajemen pada kasus dan pelacakan kontak
terhadap apa yang diperankan. Strategi erat (tracing) bagi kasus konfirmasi positif,
bermain peran (role playing) berarti kemudian terdapat pelaporan dari setiap
mendramatiskan cara bertingkah laku dengan kegiatan surveilans yang dilaksanakan.
peserta diikutsertakan memainkan peran Pelaporan juga dilakukan dari masyarakat
dalam dramatisasi.15 kepada Puskesmas melalui kegiatan
Temuan tersebut sejalan dengan Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM). Alur
penelitian Dewi (2017) bahwa pada materi kegiatan surveilans epidemiologi COVID-19
yang melibatkan situasi permasalahan dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.
kehidupan nyata, model role playing sangat
cocok untuk digunakan.16 Perwakilan

Penemuan kasus
Surveilans
Di Puskesmas Di masyarakat Berbasis
Masyarak

Manajemen pada kasus


Pelapora
(Karantina/isolasi, pemantauan
n
kesehatan)

Pelacakan kontak erat

Gambar 1. Alur Kegiatan Surveilans Epidemiologi COVID-19

Penemuan kasus dilakukan di tingkat pembina wilayah untuk ditindaklanjuti.


fasilitas kesehatan dan masyarakat. Di Berdasarkan wawancara, jika ditemukan
Puskesmas, ketika terdapat pasien yang kasus suspek maka kemudian dilakukan
dicurigai mengidap COVID-19 maka manajemen dengan karantina dan di
diarahkan untuk melakukan tes swab. Di Kelurahan Kowangan suspek diminta untuk
tingkat masyarakat, Puskesmas bekerja sama melapor apabila gejala memburuk, sementara
dengan Satgas COVID-19 tingkat desa di Desa Guntur kader secara aktif memantau
dengan laporan terkait adanya warga yang gejala COVID-19 yang dialami suspek dan
sakit dengan gejala COVID-19 kepada bidan melaporkan perkembangannya kepada bidan
230
pembina wilayah. Pedoman menyebutkan, Satgas COVID-19 tingkat desa. Proses
pemantauan dapat dihentikan apabila hasil pelaksanaan tracing yang dijelaskan informan
pemeriksaan RT-PCR selama 2 kali berturut- adalah : 1) wawancara terhadap kasus
turut dengan selang waktu >24 jam konfirmasi untuk idenfitikasi dan mendata
menunjukkan hasil negatif.1 Di Puskesmas kontak erat, 2) menemui kontak erat dan
Dharmarini seringkali pemeriksaan hanya mengedukasi agar melakukan karantina dan
dilakukan satu kali karena kasus suspek bersedia diambil sampel untuk tes swab, 3)
enggan dilakukan pemeriksaan berulang. menjadwalkan pemeriksaan swab, dan 4)
Manajemen pada kasus positif menurut dilakukan pemantauan kesehatan apabila
informan adalah dengan isolasi dan kontak erat bergejala. Kontak erat adalah
pemantauan kesehatan, kemudian dilakukan orang yang memiliki riwayat kontak dengan
pelacakan kontak (tracing). Berdasarkan kasus probable atau konfirmasi COVID-19
pedoman, kegiatan surveilans terhadap kasus antara lain kontak tatap muka/berdekatan
konfirmasi dilakukan setiap hari dengan dalam radius 1 meter dalam jangka waktu 15
pemantauan melalui telepon atau kunjungan menit atau lebih, sentuhan fisik langsung, atau
oleh petugas Puskesmas dalam bentuk orang yang memberikan perawatan tanpa
pemeriksaan suhu tubuh dan skrining APD sesuai standar.1 Namun sampai saat ini,
gejala.1,3 Puskesmas Dharmarini tidak Puskesmas Dharmarini mayoritas baru bisa
sepenuhnya mampu memenuhi pedoman menjangkau kontak erat di lingkungan
tersebut karena tingginya kasus COVID-19, keluarga atau orang yang tinggal satu rumah
kesibukan petugas, dan tenaga yang terbatas. dengan kasus konfirmasi karena banyak
Di Puskesmas Dharmarini, pemantauan terjadi penolakan dari warga. Ketua RT/RW
kesehatan bagi kasus positif setidaknya yang juga menjadi bagian dari Satgas
dilakukan secara langsung oleh petugas COVID-19 dan sebagai sosok yang memiliki
Puskesmas sebanyak 1 kali dalam bentuk kedekatan dengan warga dalam hal ini dapat
skrining gejala, serta pengukuran suhu bada dioptimalkan keterlibatannya untuk
dan saturasi. berkomunikasi dan melakukan pendekatan
Pemantauan selanjutnya dilakukan ataupun edukasi kepada warga yang menjadi
melalui chat di media sosial oleh bidan sasaran tracing.
pembina wilayah, kader ataupun Satgas
COVID-19 tingkat desa/kelurahan. Bidan “Melacak kontak erat itu dari K1 itu
pembina wilayah akan melakukan kunjungan keluarga atau yang tinggal
kembali jika pasien melaporkan ada serumah, kemudian ke K2 misalnya
perburukan kondisi. Penggunaan aplikasi tetangga atau misalnya pasien pergi
whatsapp untuk pemantauan kasus memang ke tempat umum. Untuk yang K2
menjadi alternatif melihat keterbatasan waktu, Puskesmas masih kesulitan,
tenaga, serta perkembangan teknologi saat ini, pengembangannya masih belum
hanya saja pemantauan dengan aplikasi bisa terutama karena banyak
tersebut dapat dikembangkan dengan penolakan, banyak yang tidak jujur.
menggunakan panggilan suara ataupun Sampai sekarang Puskesmas baru
panggilan video agar lebih optimal. Seperti bisa menjangkau K1.” (IU 2)
temuan Chang (2020) bahwa perawatan
kesehatan masyarakat memantau kasus yang Pelaporan kegiatan surveilans
terisolasi dengan panggilan konferensi video, epidemiologi COVID-19 oleh Puskesmas
dan Lim (2020) bahwa pasien yang memiliki Dharmarini dilakukan secara online dan
gejala dihubungi dan ditinjau melalui offline. Pelaporan online berdasarkan hasil
panggilan telepon.17,18 wawancara diantaranya terkait penemuan
Kunci utama dalam memutus rantai kasus harian dan pemeriksaan swab melalui
penularan COVID-19 adalah tracing yang aplikasi all record dari Kementerian
dilakukan dengan baik.1 Pelacakan kontak Kesehatan serta pelaporan kasus harian
(tracing) dilakukan oleh petugas Puskesmas, melalui coronajateng dari provinsi. Media
Babinsa dan/atau Bhabinkamtibnas, serta pelaporan terbaru yang dikeluarkan
231
Kementerian Kesehatan yaitu aplikasi Silacak dini dan pengobatan cepat adalah dengan
(Sistem Informasi Pelacakan) COVID-19 memperbarui daftar kelompok rentan
untuk pelaporan tracing, tetapi petugas belum misalnya ibu hamil atau menyusui, bayi baru
bisa mengoperasikannya sehingga masih lahir, lansia, atau penyandang disabilitas atau
belum digunakan. Pengguna aplikasi Silacak kondisi kronis.19
adalah tracer yaitu Babinsa dan Indikator keberhasilan pelaksanaan
Bhabinkantibmas, serta petugas surveilans surveilans epidemiologi COVID-19 dapat
Puskesmas sebagai petugas pengolah data. dilihat dari ketercapaian target yang
Upaya penguatan kemampuan dan ditetapkan. Capaian target testing untuk
kompetensi bagi para contact tracer di penemuan kasus di Puskesmas Dharmarini
lapangan dalam penggunaan aplikasi tersebut berdasarkan hasil wawancara dari bulan Mei
diperlukan agar aplikasi Silacak dapat 2020 hingga Januari 2021 selalu tercapai,
dimanfaatkan secara maksimal. Sementara akan tetapi mulai mengalami penurunan di
pelaporan offline kegiatan surveilans tahun 2021 dan dari penelusuran dokumen
diberikan Puskesmas kepada Dinas Kesehatan diketahui bahwa jumlah testing Puskesmas
Kabupaten setiap bulannya. Dharmarini pada Februari, Maret, dan April
Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) tahun 2021 tidak mencapai target. Target
berdasarkan pedoman dilakukan diantaranya kontak erat dalam kegiatan tracing di
dengan pencatatan dan pelaporan warga yang Puskesmas Dharmarini menurut informan
memiliki gejala COVID-19, warga pendatang, masih belum tercapai. Hal tersebut diperkuat
serta populasi rentan (lansia, balita, ibu hamil, dengan dokumentasi Puskesmas Dharmarini
penyandang disabilitas, dan/atau penyakit yang tercatat pada sistem tahun 2021, bahwa
penyerta). Satgas COVID-19 tingkat desa dari Januari hingga Juni rata-rata jumlah
melaporkan kepada Puskesmas dan petugas kontak erat setiap kasus konfirmasi tertinggi
surveilans Puskesmas menjadi koordinator yaitu pada bulan April dengan angka 4,17.
pelaporan.1 Pelaporan warga dengan gejala Penyebab tidak tercapainya target dalam
COVID-19 telah dijalankan melalui bidan testing dan tracing menurut keterangan
pembina wilayah. informan adalah karena banyak terjadi
Pencatatan dan pelaporan warga penolakan di masyarakat.
pendatang pada awalnya dilakukan dimana Dinas Kesehatan Kabupaten
Puskesmas bersama Satgas COVID-19 Temanggung telah melakukan supervisi untuk
tingkat kecamatan lainnya secara rutin kegiatan surveilans epidemiologi COVID-19
mendatangi Posko Satgas COVID-19 tingkat sebanyak 1 kali, hal tersebut berbeda dengan
desa tetapi selanjutnya tidak dilaksanakan rencana untuk melakukan supervisi di setiap
lagi. Puskesmas belum memberikan instruksi triwulannya. Supervisi dilaksanakan dengan
untuk melakukan pendataan dan pelaporan membahas permasalahan atau kendala yang
populasi rentan khususnya penyandang ditemui dan bagaimana Puskesmas
komorbid dan disabilitas serta belum menanganinya, serta bagaimana
menghimpun atau memperbarui data lansia, koordinasinya terlaksana khususnya dalam
ibu hamil, dan balita selain yang terdapat di manajemen kasus dan pelacakan kontak erat.
Posyandu. Informan menuturkan, belum ada Informan utama menyampaikan sebaiknya
follow-up dari Dinas Kesehatan untuk supervisi bisa lebih sering dilaksanakan untuk
pelaksanaan SBM khususnya terkait populasi meminimalisir banyaknya kendala yang tidak
rentan sehingga Puskesmas kurang tersampaikan dan tidak mendapat masukan
memberikan perhatian untuk pelaksanaannya. perbaikan karena jangka waktu supervisi yang
Menurut pedoman, di setiap wilayah lama, dan kendala yang terjadi seringkali
seharusnya tersedia data kelompok rentan, tidak terdokumentasi. Katiandagho (2013)
karena jika terinfeksi virus COVID-19 dapat juga menyebutkan bahwa supervisi ke
mengalami gejala yang lebih parah bahkan Puskesmas untuk kegiatan surveilans harus
kematian.1 WHO dan UNICEF (2020) juga dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 bulan
menyebutkan bahwa salah satu tindakan kunci sekali.20 Adanya rencana pelaksaaan supervisi
perawatan berbasis komunitas untuk deteksi oleh Dinas Kesehatan telah sesuai dengan
232
panduan WHO bahwa kegiatan supervisi “Evaluasi ada setiap bulan
perlu dimasukkan dalam rencana kerja dari lokakarya mini kadang disinggung
setiap tingkatan surveilans.21 sedikit... dilihat dari data positifnya
berapa, kontak erat berapa, ada
4. Aspek Pengawasan targetnya itu tercapai atau
Aspek pengawasan dalam penelitian ini tidak...”(IU 1)
yaitu mekanisme monitoring dan evaluasi dari
kegiatan surveilans epidemiologi COVID-19 “Evaluasinya ya ndak ada ya kalau
di Puskesmas Dharmarini. Monitoring pertemuannya ya. Di lokakarya itu
merupakan suatu proses pemantauan untuk ya saya rasa tidak... dulu malah
melihat hasil kerja dari suatu kegiatan, lokakarya mininya saja ndak
sedangkan evaluasi dalam fungsi manajemen, berjalan itu beberapa bulan, karena
merupakan fungsi penilaian.22 Monitoring ruangannya kurang memadai untuk
terhadap kegiatan surveilans epidemiologi jaga jarak...” (IU 2)
COVID-19 di Puskesmas Dharmarini
dilakukan dengan melihat data yang Evaluasi kegiatan surveilans
dilaporkan baik data penemuan kasus, jumlah epidemiologi COVID-19 juga dilakukan oleh
testing yang dilakukan, maupun data Dinas Kesehatan Kabupaten melalui sebuah
pemantauan kesehatan. Begitu pula dengan pertemuan untuk mengevaluasi capaian
Dinas Kesehatan yang memonitor testing dan tracing. Evaluasi direncanakan
pelaksanaan surveilans melalui laporan yang dilakukan setiap 6 bulan, tetapi dalam
dibuat oleh Puskesmas. Hal tersebut sesuai pelaksanaannya baru satu kali setelah satu
dengan penelitian Fitriani (2021) bahwa tahun berlalu. WHO (2006) menyebutkan,
dalam merespon COVID-19, Dinkes monitoring dan evaluasi adalah kunci untuk
Kabupaten melakukan pemantauan secara membangun dan memelihara sistem
pasif dari laporan kasus.9 Selain melalui surveilans yang efektif dan efisien. Evaluasi
laporan, monitoring oleh Dinas Kesehatan sistem surveilans memiliki beragam fungsi,
juga dilakukan dalam kegiatan supervisi. maka seharusnya rencana surveilans juga
Di Puskesmas Dharmarini, belum ada mencakup rencana monitoring dan evaluasi
evaluasi secara menyeluruh terhadap kegiatan secara rinci.21 Hasil penelitian menunjukkan
surveilans epidemiologi COVID-19 yang bahwa evaluasi dari Puskesmas Dharmarini
telah dilakukan dan dari hasil wawancara untuk kegiatan surveilans epidemiologi
terdapat perbedaan jawaban informan COVID-19 masih belum optimal, karena
mengenai ada tidaknya evaluasi kegiatan belum terdapat evaluasi secara rinci dan
surveilans epidemiologi COVID-19 dalam menyeluruh terhadap pelaksanaan surveilans
lokakarya mini. Kegiatan lokakarya mini di COVID-19 dari penemuan kasus,
Puskesmas Dharmarini pun pada bulan April- karantina/isolasi dan pemantauan kesehatan
Juli 2020 tidak berjalan dikarenakan ruangan pada manajemen kasus, pelacakan kontak erat
yang ada belum memadai untuk seluruh (tracing), pelaporan, hingga ketercapaian
petugas Puskesmas berkumpul dengan target surveilans yang telah ditetapkan.
menjaga jarak. Hasil penelusuran dokumen Penyebabnya menurut informan karena
menunjukkan bahwa dalam pertemuan kesibukan petugas Puskesmas untuk
lokakarya mini bulanan hanya terdapat menjalankan tanggungjawab yang beragam
evaluasi terkait perkembangan jumlah kasus dan saat ini yang menjadi prioritas adalah
COVID-19, kecuali pada lokakarya mini kegiatan vaksinasi COVID-19, waktu yang
bulan Agustus 2020 terdapat catatan bahwa ada banyak digunakan untuk pelaksanaan
terjadi penolakan dalam tracing, dan pada vaksinasi sehingga petugas belum sempat
bulan April 2021 disampaikan bahwa jumlah untuk mengadakan evaluasi kegiatan
kontak erat hingga April 2021 masih belum surveilans epidemiologi COVID-19.
mencapai target.

233
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Aspek manajemen dalam kegiatan 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
surveilans epidemiologi COVID-19 di Indonesia Nomor
Puskesmas Dharmarini telah dilaksanakan HK.01.07/MenKes/413/2020 tentang
yaitu dengan perencanaan berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
pedoman, pengorganisasian diantara petugas Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
Puskesmas dan kerjasama lintas sektor, [Internet]. Jakarta; 2020. Available from:
penggerakan dan pelaksanaan dengan https://infeksiemerging.kemkes.go.id/do
kepemimpinan yang memotivasi petugas, wnload/KMK_No._HK.01.07-MENKES-
adanya komunikasi dan koordinasi antar 413-
pihak yang terlibat namun masih terdapat 2020_ttg_Pedoman_Pencegahan_dan_Pe
kendala didalamnya, adanya pelatihan bagi ngendalian_COVID-19.pdf
petugas namun bidan pembina wilayah belum 2. Kementerian Kesehatan Republik
mendapat pelatihan, pelaksanaan penemuan Indonesia. Situasi Terkini Perkembangan
kasus sesuai pedoman, pemantauan pada CORONAVIRUS DISEASE (COVID-
manajemen kasus masih dapat ditingkatkan, 19). Data dilaporkan sampai 1 Juni 2021
terdapat penolakan dalam pelacakan kontak [Internet]. Jakarta; 2021. Available from:
erat, pelaporan melalui Surveilans Berbasis https://covid19.kemkes.go.id/download/S
Masyarakat belum dijalankan sepenuhnya, ituasi_Terkini_050520.pdf
dan terdapat supervisi dari Dinas Kesehatan 3. Pane M, Windyaningsih C. Pedoman
Kabupaten namun baru terlaksana satu kali, Teknis Surveilans Epidemiologi di
serta pengawasan dengan monitoring evaluasi Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam
namun evaluasi yang dilakukan masih belum Pengendalian Pandemi COVID-19.
menyeluruh. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;
Berdasarkan hasil penelitian, saran bagi 2020.
Puskesmas Dharmarini diantaranya untuk 4. Yahya E, Lapau B, Dewi O. Fungsi
meningkatkan aspek penggerakan dan Manajemen untuk Surveilans Demam
pelaksanaan dengan mengoptimalkan Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas
keterlibatan Ketua RT/RW dalam tracing, Bangkinang Kota Kabupaten Kampar
melaksanakan pencatatan dan pelaporan thun 2017. J Doppler Univ pahlawan
populasi rentan dalam Surveilans Berbasis Tuanku Tambusai. 2017;1(2):1–9.
Masyarakat, serta mengoptimalkan aspek 5. Widiyanto J, Basuki H. Kajian
pengawasan dengan melakukan evaluasi Epidemiologi Manajerial Petugas
menyeluruh terhadap kegiatan surveilans Surveilans Puskesmas yang Berpengaruh
epidemiologi COVID-19 yang telah terhadap Pelaksanaan Penanggulangan
dilaksanakan. Dinas Kesehatan Kabupaten Leptospirosis (Studi di Kota Yogyakarta).
Temanggung diharapkan dapat melaksanakan Photon. 2013;4(1):35–41.
supervisi disetiap triwulan serta melakukan 6. Noer RM, Syamsul M, Ningrum PT,
follow-up pelaksanaan Surveilans Berbasis Syarifah, Yermi. Strategi dalam
Masyarakat. Bagi masyarakat agar mengikuti Menghadapi Tantangan Kesehatan Pasca
arahan Puskesmas maupun Satgas COVID-19 Pandemi COVID-19. 1st ed. Cirebon:
dalam setiap kegiatan surveilans epidemiologi Penerbit Insania; 2021.
COVID-19. 7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
UCAPAN TERIMA KASIH HK.01.07/MENKES/4641/2021 tentang
Penulis menyampaikan terimakasih Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan,
kepada seluruh pihak dari Puskesmas Pelacakan, Karantina, dan Isolasi dalam
Dharmarini, Dinas Kesehatan Kabupaten rangka Percepatan Pencegahan dan
Temanggung, Kelurahan Kowangan, dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019
Desa Guntur yang telah bersedia untuk (COVID-19) [Internet]. Jakarta; 2021.
bekerja sama dalam proses penelitian ini. Available from:
https://covid19.go.id/storage/app/media/
234
Regulasi/2021/Mei/kmk-no-hk0107- Am Coll Surg. 2020;231(3).
menkes-4641-2021-ttg-panduan- 15. Saefuddin A, Berdiati I. Pembelajaran
pelaksanaan-pemeriksaan-pelacakan- Efektif. Kamsyach A, editor. Bandung:
karantina-isolasi-dalam-pencegahan- Remaja Rosdakarya; 2014.
covid-19-sign.pdf 16. Dewi TA. Efektivitas Model Role
8. Direktorat Jenderal Kesehatan Playing dalam Meningkatkan
Masyarakat. Panduan Kemitraan dalam Kompetensi Mahasiswa pada Mata
Pencegahan COVID-19. Jakarta: Kuliah Manajemen Keuangan.
Kementerian Kesehatan RI; 2020. 1–77 PROMOSI (Jurnal Pendidik Ekon.
p. 2017;5(1):95–104.
9. Fitriani R, Hendrati LY. Gambaran 17. Lim WH, Wong WM. COVID-19: Notes
Pelaksanaan Deteksi Dini dan Respon from The Front Line, Singapore’s
Pandemi COVID-19 di Dinas Kesehatan Primary Health Care Perspective. Ann
Kabupaten Pamekasan Implementation of Fam Med. 2020;18(3):259–61.
Early Detection and Response to 18. Chang BBJ, Chiu TY. Ready for A Long
COVID-19 Pandemic at the Pamekasan Fight Against The COVID-19 Outbreak:
District Health Office. 2021;(247):1–6. An Innovative Model of Tiered Primary
10. Ambarwati MR, Rahayu TP, Herlina T. Health Care in Taiwan. BJGP Open.
Fungsi Manajemen Puskesmas dalam 2020;4(2):19–21.
Program Pemberian ASI Eksklusif. Glob 19. World Health Organization, UNICEF.
Heal Sci. 2016;1(1):13–23. Pelayanan Kesehatan Berbasis
11. Kementerian Kesehatan Republik Komunitas, Termasuk Penjangkauan Dan
Indonesia. Petunjuk Teknis Pelayanan Kampanye, dalam Konteks Pandemi
Puskesmas pada Masa Pandemi COVID- COVID-19. 2020;
19. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 20. Katiandagho D. Pengembangan Sistem
2020. Surveilans Penyakit TB Paru di
12. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Puskesmas Gunungpati Kota Semarang
Pengendalian Penyakit Kementerian Tahun 2011. J Kesehat Lingkung
Kesehatan RI. Surat Edaran Nomor: [Internet]. 2013;3(1):1–13. Available
H.K.02.02/II/ 817 /2021 tentang from: ejurnal.poltekkes-manado.ac.id ›
Peningkatan Tes, Lacak dan Isolasi jkl › article › download
[Internet]. Jakarta; 2021. Available from: 21. World Health Organization.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/doc Communicable Disease Surveillance and
ument/se-dirjen-p2p-no-817-tentang-tes- Response Systems. Guide to Monitoring
lacak-isolasi/view and Evaluating. WHO/CDS/EPR/LYO.
13. Diantika D. Fungsi Kepemimpinan dan 2006;2.
Kinerja Pegawai Puskesmas. Higeia J 22. Zarwita D, Rasyid R, Abdiana A.
Public Heal Res Dev. 2017;1(3):84–94. Analisis Implementasi Penemuan Pasien
14. Mitchell SH, Bulger EM, Duber HC, TB Paru dalam Program Penanggulangan
Greninger AL, Ong TD, Morris SC, et al. TB Paru di Puskesmas Balai Selasa. J
Western Washington State COVID-19 Kesehat Andalas. 2019;8(3):689.
Experience: Keys to Flattening the Curve
and Effective Health System Response.

235

You might also like