You are on page 1of 10

Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019

Filsafat Al-Kindi dalam Memahami Teologi


Jumrohtul Wahda
IAIN Bengkulu
………………………………………………………………………………………………………………
Abstract: Al-Kindi's philosophy in understanding theology. Humans are unique creatures who became philosophical studies from the
beginning. By studying humans, many branches of science are born from humans. For example biology, anthropology, psychology, sociology,
communication science, economics, law, and others. In fact, many theories are born from these branches of science. For this reason, the author
examines the human perspective of Al-Kindi. Al-Kindi's thoughts are quite large and fundamental, especially in the fields of philosophy, physics,
metaphysics, efistemology, and ethics. He brought together philosophy and religion. According to Al-Kindi philosophy is the science of truth or
the noblest and highest dignity. Religion is also a science of truth. The formulation of the problem in this research is how is the explanation of Al-
Kindi's philosophy in understanding theology? The purpose of this study is to describe the explanation of Al-Kindi's philosophy in
understanding theology. The method in this research is libray research, meaning that the data used are from primary and secondary sources of
literature, whether in the form of books, encyclopedias, journals, magazines and other published works. Data Collection Techniques in this study
by collecting leterature both as primary and secondary sources to obtain data related to the research problem, then conduct an analysis of the data
obtained. Data analysis technique in this research is descriptive analysis technique that is an attempt to collect data and compile a data, then an
analysis of the data is carried out. Descriptive data analysis is data that is collected by a number of words and images rather than numbers.
Furthermore, content analysis is a methodology that utilizes a set of procedures to draw valid conclusions from a document. Content analysis is
any technique used to draw conclusions through attempts to find the characteristics of the message and be carried out objectively and
systematically. Al-Kindi was the first philosopher in Islam, who harmonized religion and philosophy. He paved the way for Al-Farabi, Ibn Sina,
and Ibn Rusdy. He gives two different views. First, follow the path of logicians and philosophize religion. Second, viewing religion as a divine
science and placing it above philosophy. This science is known through the path of the Prophets. However, through philosophical interpretation,
religion becomes in harmony with philosophy. The metaphysical issue has been discussed by al-Kindi in several treatises, including treatises
entitled "about the first philosophy" and "about the oneness of God and the end of natural objects". the perfect being which is not preceded by
other forms, does not end with His form and there is no existence except Him. In accordance with the understanding that exists in Islam, God for
Al-Kindi is the Creator not the first mover as Aristotle argues.
Keyword: Filsafat , Tuhan, dan Teologi

Abstrak: Filsafat Al-Kindi dalam Memahami Teologi. Manusia merupakan makhluk unik yang menjadi kajian filsafat sejak awal.
Dengan mengkaji manusia, lahirlah banyak cabang ilmu pengetahuan yang bersumber dari manusia. Misalnya biologi, antropologi,
psikologi, sosiologi, ilmu komunikasi, ekonomi, hukum, dan lain-lain. Bahkan, banyak teori yang lahir dari cabang-cabang ilmu
tersebut. Untuk itu, penulis mengkaji tentang manusia perspektif Al-Kindi. Pemikiran Al-Kindi cukup besar dan mendasar
terutama di bidang filsafat, fisika, metafisika, efistemologi, dan etika. Ia mempertemukan antara filsafat dan agama. Menurut Al-
Kindi filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang termulia dan tertinggi martabatnya. Agama juga merupakan ilmu
mengenai kebenaran.. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penjelasan filsafat Al-Kindi dalam
memahami teologi? Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penjelasan filsafat Al-Kindi dalam memahami Teologi. Metode
dalam Penelitian ini adalah libray research, artinya data-data yang digunakan berasal dari sumber kepustakaan baik itu primer
maupun sekunder, baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah dan karya lain yang dipublikasikan. Teknik Pengumpulan Data
dalam penelitian ini dengan mengumpulkan leteratur baik sebagai sumber primer maupun sekunder untuk mendapatkan data
yang berhubungan dengan masalah penelitian, kemudian melakukan analisis terhadap data-data yang diproleh. Teknik analisis
data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yaitu usaha untuk mengumpulkan data dan menyusun suatu data,
kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut. Analisis data deskriptif adalah data yang dikumpulkan beberapa kata-kata
dan gambar bukan dalam bentuk angka-angka. Selanjutnya konten analisis adalah metodologi yang memanfaatkan seperangkat
prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah dokumen. Konten analisis adalah teknik apapun yang digunakan
untuk menarik kesimpulan melalui usaha untuk menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan sistematis. Al-
Kindi adalah filsuf pertama dalam Islam, yang menyelaraskan antara agama dan filsafat. Ia melicinkan jalan bagi Al-Farabi, Ibnu
Sina, dan Ibnu Rusdy. Ia memberikan dua pandangan berbeda. Pertama, mengikuti jalur ahli logika dan memfilsafatkan agama.
Kedua, memandang agama sebagai sebuah ilmu ilahiah dan menempatkannya di atas filsafat. Ilmu ilaihiah ini diketahui lewat jalur
para Nabi. Akan tetapi, melalui penafsiran filosofis, agama menjadi selaras dengan filsafat.Persoalan metafisika telah dibicarakan
oleh al-Kindi dalam beberapa risalahnya, antara lain risalah yang berjudul “tentang filsafat pertama” dan “tentang keesaan Tuhan
dan berakhirnya benda-benda alam”.Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak didahului oleh wujud lain, tidak berakhir wujud-
Nya dan tidak ada wujud kecuali dengan-Nya. Sesuai dengan paham yang ada dalam Islam, Tuhan bagi Al-Kindi adalah Pencipta
bukan penggerak pertama sebagaimana pendapat Aristoteles.

Kata Kunci: Filsafat , Tuhan, dan Teologi

35 | J u r n a l M a n t h i q
Jumrohtul Wahda: Filsafat Al-Kindi Dalam Memahami Teologi

Pendahuluan menurut Al-Kindi adalah ilmu yang


paling mulia. Al-Kindi mengatakan
Filsafat berasal dari kata
“Sesungguhnya ilmu manusia yang
Yunani, yaitu philoshophia, dari kata
derajatnya paling mulia adalah ilmu filosof.
philein yang berarti mencintai, dan
dengan ini hakek ilmu didefinisikan, dan
shopia yang berarti kebijaksanaan.
tujuan filosof mempelajari filsafat adalah
Dalam hal ini Philoshopia berarti cinta
mengetahui Al-Haq (Allah).2 Sedangkan
akan kebijaksanaan. orang yang
ilmu filsafat yang paling mulia dan
berfilsafat itu disebut filsuf atau filosof
paling tinggi derajatnya adalah filsafat
yang berarti pecinta kebijaksanaan.
yang pertama (Falsafah al-Ula). Yakni
Dalam ilmu tentang filsafat,
Ilmu tentang al-Haq A-al-Ula yang
banyak sekali para ilmuan yang sangat
menjadi sebab segala sesuatu yang
mencintai akan kebijaksanaan (filosof).
tidak lain adalah Tuhan Allah SWT.
Di antara para filosof yang kami bahas
Manusia merupakan makhluk
dalam proposal ini adalah Al-Kindi. Al-
unik yang menjadi kajian filsafat sejak
Kindi Merupakan seorang foilosof
awal. Dengan mengkaji manusia,
Muslim dari Arab yang pertama.
lahirlah banyak cabang ilmu
Al-Kindi adalah sosok filosof
pengetahuan yang bersumber dari
yang sangat ulet dalam menjalankan
manusia. Misalnya biologi, antropologi,
syari’atnya. Al-Kindi juga sebagai
psikologi, sosiologi, ilmu komunikasi,
Ilmuan Muslim yang sangat terkenal.
ekonomi, hukum, dan lain-lain.
Tidak sedikit lembaga-lembaga yang
Bahkan, banyak teori yang lahir dari
didirikan oleh Al-Kindi, diantaranya
cabang-cabang ilmu tersebut. Untuk
sebuah tempat yang berfungsi sebagai
itu, penulis mengkaji tentang manusia
tempat perkumpulan. Tempat ini
perspektif Al-Kindi. Pemikiran Al-
sering disebut dengan Baith Al-
Kindi cukup besar dan mendasar
Hikmah. Tidak sedikit pula Ilmu yang
terutama di bidang filsafat, fisika,
diajarkan Oleh Al-Kindi, baik itu dari
metafisika, efistemologi, dan etika. Ia
ilmu Agama sampai ilmu yang
mempertemukan antara filsafat dan
berkaitan dengan filsafat yang
agama. Menurut Al-Kindi filsafat
diajarkan oleh Al-Kindi.1
adalah ilmu tentang kebenaran atau
Menurut Al-Kindi filsafat ilmu
ilmu yang termulia dan tertinggi
adalah ilmu pengetahuan tentang yang
martabatnya. Agama juga merupakan
benar. Konsep filsafat Al-Kindi secara
ilmu mengenai kebenaran.3 Al-Kindi
umum memusatkan pada penjelasan
tidak spesifik menjelaskan tentang
tentang metafisika dan studi tentang
kebenaran. Pencapaian kebenaran
menurut Al-Kindi adalah dengan 2 Muhammad Abdul Hadi Abu Zaidah, Rasa’il Al-
Kindi al-falsafiyah,( Dar al-Fikral-Arabiy,1369
filsafat. Oleh sebab itu, Ilmu filsafat H/1950M)
3 Abu Ahmadi, Filsafat Islam, (Toha Putra:

1 Ismail, Filsafat Islam ( Tokoh dan Pemikirannyo) Semarang, 1982), Hal. 20


cet. 1 Penerbit:ITB Press,2013. hal. 21

36 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019

manusia melainkan Antropologi yang mutlak. Maka, filsafat Al-Kindi


mengenai jiwa dan sifatnya yang akan bisa dikatakan telah memasuki konteks
penulis angkat di latar belakang ini. Sebab, ia memberi penekanan pada
masalah ini. Konsep Al-Kindi mengenai konsep keilahian. Ia mengatakan
manusia ialah tentang Jiwa, Akal dan filsafat yang pertama (falsafah al-Ula)
Etika, Jiwa dan sifat-sifatnya, Akan adalah pengetahuan pertama yang
dengan pengertiannya dan Etika merupakan penyebab dari semua
dengan pemahamannya. Seperti halnya kebenaran.5
Jiwa menurut Al-Kindi tidak tersusun, Sang penyebab semua sebab
tetapi mempunyai arti penting, adalah Tuhan. Dengan demikian,
sempurna dan mulia, begitu dengan filsafat Al-Kindi adalah membahas soal
sifat-sifatnya ialah berakal budi, Tuhan dan agama menjadi dasar
bernafsu amarah, bernafsu syahwat. filsafatnya. Dengan demikian kerja
Begitu juga dengan akal dalam filsafat yang dilakukan Al-Kindi adalah
pengertiannya digambarkan oleh Al- mengharmonisasi antar filsafat dan
Kindi sebagai suatu esensi sederhana agama. Bahwa antar keduanya tidak
yang dapat mengetahui realitas-realitas ada perbedaan yang kontras. Ia
sebenarnya dari benda-benda dan mengatakan “Falsafah yang termulia dan
pemahaman etika ialah ilmu. tertinggi derajatnya adalah falsafah utama ,
Jika konsep kunci (konsep yaitu ilmu tentang yang benar pertama,
Tuhan) berseberangan dengan filsafat yang menjadi sebab bagi segala yang
Aristoteles, berarti pandangan benar”6 Hal ini yang membedakan
hidupnya juga bebrbeda. Sebab sebuah dengan orientasi filafat Aristoteles,
teori atau konsep lahir dari pandangan bahwa filsafat adalah ilmu tentang
hidup seseorang dan akan menjadi wujud karena yang wujud memiliki
berbeda teori tersebut jika kebenaran. Berarti, orientasi filsafat al-
pandangannya tentang Tuhan berbeda. Kindī adalah metafisik sedangan
Thomas F Wall mengatakan, percaya Aristoteles adalah dibangun di atas
pada Tuhan berimplikasi pada teori fisika.
kepercayaan bahwa sumber Berdasarkan pembahasan di
pengetahuan dan moralitas adalah atas, maka penulis merasa penelitian ini
Tuhan. Sebaiknya, tidak percaya Tuhan sangatlah penting. Karena dalam
akan menghasilkan kepercayaan bahwa penelitian terdapat pembahasan Filsafat
sumber pengetahuan adalah Al-Kindi Dalam Memahami Teologi.
subyektifitas manusia. 4 Adapun Rumusan masalah
Dalam Konteks Epistemologi dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Islam, Tuhan adalah tema sentral. Ia
5 Alfred L Irvy, Al-Kindi’s Methaphysics (terj.Fi
adalah sumber kebenaran yang utama Al-Falsafah al-Ula, Al-Kindi,), ( New York: State
Universiti of New York Press,1997.
4 Thomas F Wall, Thiking Abaut Philoshophical 6 Dedi Supriyadi,Pengantar Filsafat Islam konsep,

Problem, (Wadswoerth: Thomas Learning Filsafat dan Jarannya, ( bandung: Pustaka setia,
United States), hal.126-127 2009), hal. 56

37 | J u r n a l M a n t h i q
Jumrohtul Wahda: Filsafat Al-Kindi Dalam Memahami Teologi

penjelasan filsafat Al-Kindi dalam Al-Kindi adalah orang pertama


memahami Teologi? Tujuan penelitian yang memperkenalkan filsafat di dunia
ini adalah mendeskripsikan penjelasan Islam. Menurut al-Kindi, fungsi filsafat
filsafat Al-Kindi dalam memahami sesungguhnya bukan untuk menggugat
Teologi. Metode dalam Penelitian ini kebenaran wahyu atau untuk menuntut
adalah libray research, artinya data-data keunggulan yang lancang atau menuntut
yang digunakan berasal dari sumber persamaan dengan wahyu. Filsafat
kepustakaan baik itu primer maupun haruslah sama sekali tidak mengajukan
sekunder, baik berupa buku, tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju
ensiklopedi, jurnal, majalah dan karya kebenaran dan mau merendahkan
lain yang dipublikasikan. Teknik dirinya sebagai penunjang bagi wahyu.
Pengumpulan Data dalam penelitian Menurutnya, sebagaimana dikutip oleh
ini dengan mengumpulkan leteratur Salam, tidak pada tempatnya malu
baik sebagai sumber primer maupun mengakui kebenaran darimana saja
sekunder untuk mendapatkan data sumbernya. Bagi mereka yang mengakui
yang berhubungan dengan masalah kebenaran tidak sesuatu yang lebih
penelitian, kemudian melakukan berharga daripada kebenaran itu sendiri
analisis terhadap data-data yang dan tidak pernah meremehkan martabat
diproleh. Teknik analisis data dalam orang yang menerimanya. Ia adalah
penelitian ini adalah teknik analisis orang yang berusaha untuk
deskriptif yaitu usaha untuk menggabungkan antara kebenaran yang
mengumpulkan data dan menyusun bersumber dari filsafat dan kebenaran
suatu data, kemudian dilakukan yang bersumber dari wahyu. Jadi ia
analisis terhadap data tersebut. Analisis berusaha menyesuaikan antara akal
data deskriptif adalah data yang dengan wahyu.
dikumpulkan beberapa kata-kata dan Al-Kindi telah mampu
gambar bukan dalam bentuk angka- menjadikan ilmu Yunani dapat diakses
angka. Selanjutnya konten analisis dan telah membangun pondasi filsafat
adalah metodologi yang memanfaatkan dalam Islam dari sumber yang dan sulit,
seperangkat prosedur untuk menarik yang sebagian di antaranya diteruskan
kesimpulan yang shahih dari sebuah dan dikembangkan oleh Al-Farabi.7
dokumen. Konten analisis adalah Sumber filosofi Al-Kindi berasal
teknik apapun yang digunakan untuk dari sumber-sumber Yunani klasik,
menarik kesimpulan melalui usaha terutama Neoplatonik. Risalahnya,
untuk menemukan karakteristik pesan Risalah fi Al-Hudud Al-Asyya, secara
dan dilakukan secara objektif dan keseluruhan dapat dipandang sebagai
sistematis. basis atau pandangan-pandangannya
sendiri. Al-Kindi diduga meringkas
Pembahasan
7 Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam,
(Bandung, 2009), hal. 54

38 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019

definisi-definisi dari literatur Yunani ketuhanan. karena filsafat menurutnya


dengan niat hendak memberikan adalah menyelidiki kebenaran, maka
meringkasan definisi Yunani dalam filsafat pertamanya adalah pengetahuan
bentuk definisi. Kebanyakan Definisi itu tentang Allah. Allah adalah kebenaran
adalah definisi yang dipinjam dari pertama yang benar tunggal dan
Aristoteles. Ketekunan Al-Kindi penyebab semua kebenaran. Dengan
mengumpulkan definisi dari karya-karya demikian corak filsafat Al-Kindi adalah
Aristoteles dan kesukaannya kepada teistik, semua kajian tentang teori-teori
Aristoteles tidak dapat diabaikan. kefilsafatannya mengandung
Bahkan, ketika Al-Kindi meringkas dari pendekatan yang teistik. Oleh sebab itu,
sumber-sumber lain yang secara keliru, sebelum kajian teori filsafat, ia
ia menisbahkan pula kepada Aristoteles. membahas filsafat metafisika, dan
Subjek dan susunannya sesuai dengan konsep Tuhan.9
sumber Neoplatonik. Pada definisi Argumentasi kosmologis
pertama, Tuhan disebut “Sebab tampaknya mendominasi pemikiran Al-
pertama”, mirip dengan “Agen Pertama” Kindi dalam menjelaskan ketuhanan.
-Nya Plotinus, suatu ungkapan yang Bagi Al-Kindi, Allah adalah penyebab
juga digunakan Al-Kindi atau dengan segalanya dan penyebab kebenaran.
istilahnya “Yang Esa adalah sebab dari Untuk mengatakan bahwa Allah adalah
segala sebab”. Definisi-definisi penyebab dari semua ini. Sebab dari
berikutnya dalam Risalah Al-Kindi segala sebab itu dari Allah. Sebab itu
dikemukakan dalam susunan yang hanya satu, tidak mungkin banyak. Alam
membedakan antara alam atas dan alam semesta berjalan secara teratur atas dasar
bawah. Yang pertama ditandai dengan sebab zat yang satu. Sehingga konsep
definisi-definisi akal, alam, dan jiwa, sentral dalam teologi filsafat pertamanya
diikuti dengan definisi-definisi yang adalah tentang keesaan. Teologi filsafat
menandai alam bawah, dimulai dengan Al-Kindi memiliki dua aspek utama:
definisi badan (jism), penciptaan (Ibda), pertama, membuktikan harus ada yang
Materi (Hayula), bentuk (shirah) dan satu yang benar (The True One), yang
sebagainya.8 merupakan penyebab dari segala sesuatu
Tuhan menurut, Al-Kindi adalah dan mendiskusikan kebenaran The True
pencipta alam, bukan penggerak One ini.10
pertama. Tuhan itu Maha Esa, Azali, Pertama-pertama Al-Kindi
unik. Ia tidak tersusun dari materi dan menjelaskan bahwa tidak ada yang bisa
bentuk, tidak bertubuh. Ia hanyalah menjadi penyebabnya sendiri. Ia
keesaan belaka, selain Tuhan semuanya mengungkapkan benda-benda di alam
mengandung arti banyak. pembahasan
utama filsafatnya adalah tentang 9Seyyed Hoseein Nasr & Oliver Leamen
Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, (Bandung:
Mizan,2003), hal.210
8 Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, 10 Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, (Bandung:

(Bandung, 2009), hal. 55 Mizan,2003)

39 | J u r n a l M a n t h i q
Jumrohtul Wahda: Filsafat Al-Kindi Dalam Memahami Teologi

ini merupkan Juz’iyat (Particular). Kajian multigenus. Yang Satu itulah Yang
filsafat Ketuhanannya bukanlah pada Benar, yang tidak lain adalah Tuhan.
juz’iyat yang jumlahnya tak terbatas itu, Wujud Tuhan itu adalah
akan tetapi yang paling penting dalam eksklusif, yang berbeda dengan yang
falsafahnya adalah hakikat dalam lain. Sifat, Wujud, eksistensi dan
partikular itu, yakni Kulliyat (Universal). keberadaan sama sekali tidak bisa
Tiap-Tiap benda memiliki dua hakikat dipahami secara penuh oleh akal
kulli yang disebut mahiyah yakni hakikat manusia. Maka, baginya, untuk
yang bersifat universal dalam bentuk memahami itu semua, maka
genus dan species.11 diturunkanlah Nabi, sebagai utusan
Tuhan tidak mempunyai hakikat Allah, yang akan menjelaskan hal-hal
aniyah dan mahiyah, karena Ia bukan yang tidak mampu disingkap oleh akal
termasuk dalam benda-benda yang ada manusia. Penjelasan Allah yang dibawa
dalam alam. Tuhan juga tidak oleh Nabi melalui media yang
mempunyai bentuk mahiyah karena dinamakan wahyu. Al-Kindī, secara jelas
tuhan tidak termasuk genus atau spesies. meyakini bahwa rasio manusia memiliki
Tuhan hanya satu dan tidak ada yang sisi kelemahan. Karena kelemahan
serupa dengan Tuhan. Ia zat yang unik, itulah, tidak semua pengetahuan tidak
yang lain bisa mengandung arti banyak. bisa ditangkap oleh akal. Maka untuk
Al-Kindi berpendapat bahwa membantu pemahaman yang tidak bisa
setiap jenis predikat menunjukkan dijelaskan akal maka, manusia perlu
kesatuan dan keanekaragaman. Misalnya dibimbing oleh wahyu. Hanya saja,
hewan adalah salah satu geneus, tetapi dalam aspek penjelasan sifat-sifat Tuhan,
terdiri dari keanekaragaman spesies. al-Kindī masih terpengaruh oleh
Manusia adalah satu spesies tetapi Mu’tazilah dan Aristoteles. Hal itu
terrdiri dari banyak individu dan misalnya, dilihat dari penjelasannya
manusia yang tunggal adalah salah satu bahwa sifat-sifat Tuhan diungkapkan
individu dan individu-individu yang dengan bentuk kalimat negatif, yaitu
lain terdiri dari banyak bagian tubuh. dengan ungkapan “tidak” atau “bukan”.
Selanjutnya Ia berargurmen, keragaman Bawa Tuhan itu tidak seperti manusia.12
itu memiliki hubungan produk integral. Tidak seperti Aristoteles, al-Kindī
Satu bagian, bukanlah disebabkan oleh mengatakan bahwa Tuhan adalah
serangkaian yang lain. Berarti harus ada pencipta, bukan penggerak Pertama. Ia
penyebab luar untuk semua tidak tersusun dari materi dan bentuk,
keanekaragaman yang integral tersebut, tidak bertubuh. Tuhan adalah Penyebab
penyebab itu satu, eksklusif dan dari segala sebab. Setelah melakukan
sepenuhnya bebas dari keragaman yang sebab itu, Tuhan tetap melakukan
sesuatu (‘Illah al-Fā’ilah). Di sini Tuhan

11 Dedi Supriyadi,Pengantar Filsafat Islam 12 Seyyed Hossein Nasr&Oliver


Konsep, Filsuf dan Ajarannya,(Bandung:Pustaka Leamen,Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam (ed),
Setia, 2009), hal.56. hal. 213

40 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019

tidak diposisikan seperti konsep Namun, analisis secara umum al-


Aristoteles, yang mengatakan Tuhan Kindī tetap dikatakan bahwa Tuhan
tidak bergerak, sehingga ia tidak baginya adalah pencipta bukan
melakukan sesuatu apapun setelah penggerak pertama. Konsep Tuhan
emanasi. Sehingga Tuhan dalam sebagai penggerak pertama adalah
pemahaman Aristoteles tidak memahami konsep Aristoteles. Di sini ia
yang partikular. Berbeda dengan al- berseberangan dengan Aristoteles. Maka,
Kindī, menurutnya Tuhan tetap bagi al-Kindī alam dunia mempunyai
melakukan sesuatu. 13 permulaan, ia diciptakan dari ketiadaan.
Al-Kindī menyebut, Tuhan yang Alam menurut al-Kindī
seperti ini dinamakan agen yang benar. tidak qadīm. Sedangkan menurut
Dia menjadi penyebab dan Aristoteles alam adalah qadīm. Yang
bertindak aktif. Tuhan adalah pelaku beremanasi dari sebab pertama adalah
yang sebenarnya, sedangkan yang lain alam, dalam arti alam atas tadi.
adalah pelaku yang metaforis (agen Sedangkan alam dalam konsep
kiasan). Karena, keduanya bertindak dan Aristoteles, terbatas oleh ruang, tetapi
ditindaklanjuti. Berkaitan dengan teori tak terbatas oleh waktu. Sebab gerak
penciptakan, al-Kindī memiliki keunikan alam seabadi dengan Sang Penggerak tak
tersendiri. Ia membagi alam menjadi tergerakkan (Unmoved Mover). Tuhan
dua, alam atas dan alam bahwah. Secara bagi Aristoteles adalah Penggerak, akan
general, wujud alam tersebut disebabkan tetapi Tak Tergerakkan, sebab baginya,
oleh Penyebab pertama, yaitu Tuhan. jika Tuhan bergerak, maka ia akan
Proses keberadaan antara wujud berbilang, karena setiap gerak akan
alam atas dan alam bawah ini berbeda melahirkan sifat baru. Terbilangnya sifat
Alam atas yang terdiri dari wujud menjadikan terbilangnya zat.15
spiritual, seperti akal, jiwa dan ruh. Waktu bukanlah gerak,
Sedangkan alam bawah adalah teridiri melainkan bilangan pengukur gerak
dari wujud badaniyah manusia, materi karena waktu tidak lain adalah yang
bentuk alam dunia, dan lain sebagainya. dahulu dan yang kemudian. Bilangan
Alam atas sebagai wujud spiritual ada dua macam, yaitu tersendiri dan
keberadaannya tidak melalui proses berkesinambungan. Waktu bukanlah
penciptaan (creation/khalq), akan tetapi ia bilangan tersendiri, tetapi
ada melalui emanasi. Sedangkan alam berkesinambungan. Oleh sebab itu,
bawah keberadaannya melalui proses waktu dapat ditentukan, yang
penciptaan.14 berporoses dari dulu hingga kelak.
Dengan kata lain, waktu merupakan
jumlah yang dahulu dan yang
13 Lihat Hamid Fahmi Zarkasyi,The Nature of God
in Aristotle’s Natural Theologi, hal.40 dalam Jurnal
Tsaqafah Vol. 4 No. 1 Zulqa’dah 1428 15 Lihat Hamid Fahmi Zarkasyi,The Nature of God
14 Baca al-Kindi A Muslim Peripatetic Philosopher, in Aristotle’s Natural Theologi, dalam Jurnal
Handout for The Course of Islamic Philosophy, Tsaqafah Vol. 4 No. 1 Zulqa’dah 1428 dan baca
First Pubished, 2006 MM Syarif (ed), Para Filosof Muslim, hal. 215

41 | J u r n a l M a n t h i q
Jumrohtul Wahda: Filsafat Al-Kindi Dalam Memahami Teologi

berikutnya, yang berkesinambungan. dengan bergerak teratur dalam pola


Waktu adalah bagian dari pengetahuan yang telah ditetapkan itu dan
tentang kuantitas. Ruang, gerak dan menyebabkan kehidupan dan kematian
waktu adalah kuantitas.16 di atas bumi. Ini adalah satu-satunya
Pengingkaran terhadap hasil- penjelasan lain yang dapat diberikan
hasil filsafat lebih disebabkan karena orang kepada ayat tersebut.
adanya hal-hal yang bertentangan 1. Filsafat Ketuhanan
dengan apa yang menurut mereka telah Persoalan metafisika telah
mutlak digariskan al-Qur’an. Hal dibicarakan oleh al-Kindi dalam
semacam ini menurut al-Kindi tidak beberapa risalahnya, antara lain risalah
dapat dijadikan alasan untuk menolak yang berjudul “tentang filsafat pertama”
filsafat. Menurut Al-Kindi, Al-Quran dan “tentang keesaan Tuhan dan
tidaklah bertentangan dengan filsafat. berakhirnya benda-benda alam”.
Ia menganggap setiap pertentangan Pembicaraan masalah ini meliputi wujud
antara ayat-ayat al-Qur’an dan Tuhan, bukti-bukti wujud Tuhan, dan
pengertian-pengertian dalam filsafat sifat-sifat Tuhan.
sebagai akibat dari kesalahpahaman kita 2. Wujud Tuhan
terhadap makna al-Qur’an yang Tuhan adalah wujud yang hak
sebenarnya. (benar) yang bukan asalnya tidak ada
kemudian menjadi ada. Ia selalu
“Dan bintang-bintang dan pohon-
mustahil tidak ada. Ia selalu ada dan
pohon, tunduk (bersujud) kepada-Nya” (QS
akan selalu ada. Oleh karena Tuhan
55: 6)
adalah wujud sempurna yang tidak
Al-Kindi mencoba mendapatkan
didahului oleh wujud lain, tidak berakhir
kandungan filosofis dalam makna Al-
wujud-Nya dan tidak ada wujud kecuali
Qur’an yang mungkin dapat
dengan-Nya. Sesuai dengan paham
membangun keselarasan antara agama
yang ada dalam Islam, Tuhan bagi Al-
dan filsafat. Menurutnya bintang-
Kindi adalah Pencipta bukan penggerak
bintang dan pohon-pohon tidak
pertama sebagaimana pendapat
menundukkan dirinya sebagaimana
Aristoteles.
manusia menundukkan dirinya ketika
Tuhan adalah Maha Esa dalam
shalat, menunduk diartikan tunduk
arti sesungguhnya, sedangkan esa-esa
kepada kehendak Tuhan. Menurut Al-
yang lain yang terdapat dalam alam,
Kindi, hal ini mengindikasikan bahwa
hanyalah dalam arti majazi (metaforis).
benda-benda langit dengan memenuhi
Keesaan Tuhan tidak mengandung
fungsinya sebagai penyebab keteraturan
kejamakan, sedangkan keesaan yang lain
terdekat yang “tunduk” kepada Tuhan,
tidak sunyi dari kejamakan itu. Bila tiap-
tiap benda mempunyai dua hakikat,
16 Baca Seyyed Hossein Nasr&Oliver yaitu hakikat juz’i (individual, disebut
Leamen,Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam (ed),
(Bandung: Mizan,2003), p. 219 dan MM Syarif
‘aniyah) dan hakikat kulli (umum,
(ed), Para Filosof Muslim, hal. 215 disebut mahiyah), yaitu hakikat yang

42 | J u r n a l M a n t h i q
Jurnal Manthiq: Vol IV Edisi I 2019

bersifat universal dalam bentuk jenis 4. Sifat-sifat Tuhan


(genus) dan macam (species), maka-kata Pada penafian al-Kindi terhadap
Al-Kindi, Tuhan tidaklah demikian. ‘aniyah dan mahiyah dari kemahaesaan
Tuhan tidak memiliki hakikat dalam arti Tuhan, ia memiliki pandangan-
‘aniyah dan mahiyah. Ia tidak punya pandangan yang mirip dengan
‘aniyah karena Ia tidak tersusun dari pandangan Mu’tazilah yang menafikan
materi dan bentuk, dan tidak memiliki sifat dari zat-Nya. Akan tetapi ketika
mahiyah karena Ia tidak merupakan jenis Mu’tazilah menyatakan bahwa Tuhan
dan macam. mengatahui dengan ilmu-Nya dan ilmu-
3. Bukti-bukti wujud Tuhan Nya adalah zat-Nya (‘Alim bi ‘ilmih wa
Di antara bukti adanya Tuhan, al- ‘ilmuh zatuh), berkuasa dengan
Kindi berusaha memunculkan beberapa kekuasaan-Nya dan kekuasaan-Nya
dalil. Pertama, dalil kebaruan alam. Al- adalah zat-Nya (Qadir bi qudratih wa
Kindi menyatakan apakah mungkin qudratuh zatuh). Al-Kindi telah
sesuatu menjadi sebab dari wujud meninggalkan pendapat ini, karena
dirinya, ataukah tidak mungkin, dengan demikian nafi al-sifat (peniadaan
dijawabnya, tidak mungkin. Menurutnya sifat) bagi Mu’tazilah ini berarti Tuhan
alam ini baru dan ada permulaan memiliki hakikat, sedangkan bagi Al-
waktunya, karena alam ini terbatas. Oleh Kindi Tuhan tidak punya hakikat.
karena itu, maka pasti ada yang Manurutnya Tuhan itu hanya bisa
menyebabkan alam ini ada. Tidak dilukiskan dengan negasi, misalnya:
mungkin ada benda yang ada dengan Tuhan tidak sama dengan ciptaannya,
sendirinya, dengan demikian maka ia Tuhan tidak berbentuk, Tuhan tidak
diciptakan oleh pencipta dari tiada. berbilang, Tuhan tidak berbagi dan
Kedua, dalil keanekaragaman dalam sebagainya.
wujud. Keanekaragaman di sini pasti ada Kesimpulan
yang menyebabkan, atau ada sebab.
Al-Kindi adalah filsuf pertama
Sebab itu bukan alam itu sendiri tetapi
dalam Islam, yang menyelaraskan antara
sebab yang berada di luar alam yang
agama dan filsafat. Ia melicinkan jalan
lebih mulia, lebih tinggi dan lebih
bagi Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu
dahulu adanya. Karena sebab harus ada
Rusdy. Ia memberikan dua pandangan
lebih dulu dari akibat. Ketiga, Dalil
berbeda. Pertama, mengikuti jalur ahli
pengendalian alam. al-Kindi mengatakan
logika dan memfilsafatkan agama. Kedua,
bahwa alam lahir tidak mungkin lahir
memandang agama sebagai sebuah ilmu
rapi dan teratur kecuali karena adanya
ilahiah dan menempatkannya di atas
wujud yang tidak tampak. Wujud yang
filsafat. Ilmu ilaihiah ini diketahui lewat
tidak tampak tersebut hanya dapat
jalur para Nabi. Akan tetapi, melalui
diketahui dengan melalui bekas-bekas-
penafsiran filosofis, agama menjadi
Nya yaitu kerapian yang terdapat dalam
selaras dengan filsafat.
alam ini. Persoalan metafisika telah
dibicarakan oleh al-Kindi dalam

43 | J u r n a l M a n t h i q
Jumrohtul Wahda: Filsafat Al-Kindi Dalam Memahami Teologi

beberapa risalahnya, antara lain risalah Saputra, Bambang. 2017. Seni Ber-Tuhan,
yang berjudul “tentang filsafat pertama” Cet. 1. Jakarta: Amzah.
dan “tentang keesaan Tuhan dan
berakhirnya benda-benda alam”. Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat
Tuhan adalah wujud sempurna Islam konsep, Filsafat dan
yang tidak didahului oleh wujud lain, Jarannya. Bandung: Pustaka
tidak berakhir wujud-Nya dan tidak ada
Wall, Thomas F. Thinking About
wujud kecuali dengan-Nya. Sesuai
Philoshophical Problem.
dengan paham yang ada dalam Islam,
Wadswoerth: Thomas Learning
Tuhan bagi Al-Kindi adalah Pencipta
United States
bukan penggerak pertama sebagaimana
pendapat Aristoteles. Zarkasyi, Hamid Fahmi. The Nature of
God in Aristotle’s Natural Theologi.
Daftar Pustaka Jurnal Tsaqafah Vol. 4 No. 1
Ahmadi, Abu. 1982. Filsafat Islam, Zulqa’dah 1428.
Semarang: Toha Putra.

Al-Kindi. 2006. A Muslim Peripatetic


Philosopher, Handout for The Course
of Islamic Philosophy. First Pubished.

Alfred L Irvy. 1994. Al-Kindi’s


Methaphysics (terj.Fi Al-Falsafah
al-Ula, Al-Kindi. New York: State
Universiti of New York Press.

Ismail. 2013. Filsafat Islam ( Tokoh dan


Pemikirannyo) . ITB Press

Muhammad Abdul Hadi Abu Zaidah.


1950. Rasa’il Al-Kindi al-falsafiyah.
Dar al-Fikral-Arabiy.

Naim,Nganium. 2011. Teologi


Kerukunan Mencari Titik Temu
Dalam Keragaman. Sleman
Yogyakarta: Teras.

Nasr, Seyyed Hoseein & Oliver Leamen.


2003. Ensiklopedi Tematis Filsafat
Islam. Bandung: Mizan.

44 | J u r n a l M a n t h i q

You might also like