You are on page 1of 8

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB V
PENGOLAHAN DATA

Tbc
5.1 Menentukan ∑ n

𝑇𝑏𝑐 𝑇1+𝑇2+𝑇3
Tbc =∑ =
𝑛 𝑛
𝑇𝑏𝑐1 1,70+1,72+1,73 5,15
Tbc 1 = ∑ = = = 1,716 s
𝑛 3 3
𝑇𝑏𝑐2 1,34+1,35+1,36 4,05
Tbc 2 = ∑ = = = 1,35 s
𝑛 3 3

Tba
5.2 Menentukan ∑ n

𝑇𝑏𝑎 𝑇1+𝑇2+𝑇3
Tba =∑ =
𝑛 𝑛
𝑇𝑏𝑎1 0,65+0,66+0,67 1,98
Tba 1 = ∑ = = = 0,66 s
𝑛 3 3
𝑇𝑏𝑎2 1,23+1,24+1,25 3,72
Tba 2 = ∑ = = = 1,24 s
𝑛 3 3

5.3 Persamaan Benda dan Percepatan Gravitasi

2 (𝑋𝑏𝑐 + 𝑋𝑏𝑎)
𝑎𝑛 = (𝑇𝑏𝑐 2 + 2 · 𝑇𝑏𝑐 · 𝑇𝑏𝑎)
2 (0,65 + 0,45)
𝑎1 = (1,7162 + 2 · 1,716 · 0,66)
2,2
= 5,205

= 0,422 𝑚/𝑠 2
2 (0,45 + 0,65)
𝑎2 = (1,352 + 2 · 1,35 · 1,24 )
2,2
= 5,170

= 0,425 𝑚/𝑠 2
(𝑚𝑠 + 𝑚𝑏) 𝑎𝑛
𝑔𝑛 = 𝑚𝑏
(0,1576 + 0,0116) 0,422
𝑔1 = 0,0116

= 6,1551 𝑚/𝑠 2
(0,1576 + 0,0116) 0,425
𝑔2 = 0,0116

= 6,1991 𝑚/𝑠 2

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
5.4 Teori Ketidakpastian

a. Untuk Percepatan
𝑋𝑏𝑎2
𝑎 = 2𝑋𝑏𝑐 · 𝑇𝑏𝑎2

𝛿𝑎 2 𝛿𝑎 𝛿𝑎 2 2
∆𝑎 =√(𝛿𝑋𝑏𝑎) + (∆𝑋𝑏𝑎)2 + (𝛿𝑋𝑏𝑐) + (∆𝑋𝑏𝑐)2 + (𝛿𝑇𝑏𝑎) + (∆𝑇𝑏𝑎)2

𝛿𝑎 2 𝑋𝑏𝑎2
(𝛿𝑋𝑏𝑎) = 2𝑋𝑏𝑐 · 𝑇𝑏𝑎2

Dimana:
u = 𝑋𝑏𝑎2 u’ = 2𝑋𝑏𝑎
v = 2𝑋𝑏𝑐 × 𝑇𝑏𝑎2 v’ = 0
𝛿𝑎 u′· v − u ·v′
=
𝛿𝑋𝑏𝑎 v2
𝛿𝑎 2𝑋𝑏𝑎 ×2𝑋𝑏𝑐 × 𝑇𝑏𝑎2 − 𝑋𝑏𝑎2 ×0
=
𝛿𝑋𝑏𝑎 (2𝑋𝑏𝑐 × 𝑇𝑏𝑎2 )2

2 × (0,45) × 2 (0,65) ×(0,66)2 − (0,45)2 ×0


= (2×(0,65) × (0,66)2 )2

= 1,5893
1
∆𝑋𝑏𝑎 = 2 × skala terkecil
1
∆𝑋𝑏𝑎 = 2 × 0,0001

= 5 × 10−4
𝛿𝑎 2 𝑋𝑏𝑎2
(𝛿𝑋𝑏𝑐) = 2𝑋𝑏𝑐 · 𝑇𝑏𝑎2

Dimana:
u = 𝑋𝑏𝑎2 u’ = 0
v = 2𝑋𝑏𝑐 × 𝑇𝑏𝑎2 v’ = 2𝑇𝑏𝑎2
𝛿𝑎 u′· v − u ·v′
=
𝛿𝑋𝑏𝑐 v2
𝛿𝑎 0 × 2 𝑋𝑏𝑐 ×𝑇𝑏𝑎2 −𝑋𝑏𝑎2 × 2 𝑇𝑏𝑎2
=
𝛿𝑋𝑏𝑐 (2𝑋𝑏𝑐 × 𝑇𝑏𝑎2 )2

0 × 2 (0,65) × (0,66)2 −(0,45)2 × 2(0,66)2


= (2 (0,65) ×( 0,66)2 )2

= -0,5501
1
∆𝑋𝑏𝑐 = 2 × 0,0001

∆𝑋𝑏𝑐 = 5 × 10−4
𝛿𝑎 2 𝑋𝐵𝑎2
(𝛿𝑇𝑏𝑎) = 2𝑋𝐵𝑐 · 𝑇𝐵𝑎2
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
Dimana:
u = 𝑋𝐵𝑎2 u’ = 0
v = 2𝑋𝐵𝑐 × 𝑇𝐵𝑎2 v’ = 2𝑋𝐵𝑐 × 2𝑇𝐵𝑎
𝛿𝑎 2 u′· v − u ·v′
(𝛿𝑇𝑏𝑎) = v2
0 × 2𝑋𝐵𝑐 × 𝑇𝐵𝑎2 − 𝑋𝐵𝑎2 ×2𝑋𝑏𝑐 × 2𝑇𝐵𝑎
= (2𝑋𝐵𝑐 × 𝑇𝐵𝑎2 )2

0 ×2 (0,65) ×(0,66)2 −( 0,45 )2 ×2 (0,65) ×2(0,66)


= (2 ×0,65 × (0,66)2 )2

= -1,0836
(𝑇𝑏𝑎1 − 𝑇𝑏𝑎2 )2 + (𝑇𝑏𝑎2 − 𝑇𝑏𝑎2 )2
∆𝑇𝑏𝑎 =√ 𝑛 (𝑛−1)

0,66 −1,24)2 + (1,24 − 1,24)2


=√ 2 (2 − 1)

= 0,4101
𝛿𝑎 2 𝛿𝑎 𝛿𝑎 2 2
∆𝑎 =√(𝛿𝑋𝑏𝑎) + (∆𝑋𝑏𝑎)2 + (𝛿𝑋𝑏𝑐) + (∆𝑋𝑏𝑐)2 + (𝛿𝑇𝑏𝑎) + (∆𝑇𝑏𝑎)2

= √(1,5891)2 + (0,0005)2 +(˗0,5501)2 +(0,0005)2 + (−1,0836)2 + (0,4101)2


= 2,0421
∆𝑎
KR = 2 (∆𝑎+𝑎) × 100%
2,0421
= 2 (2,0421+0,422) × 100%

= 0,4143%
KB = 100% - KR
= 100% - 0,4143%
= 99,585%
b. Untuk Gravitasi
(ms+mb)a
𝑔 = mb

𝛿𝑔 2 𝛿𝑔 𝛿𝑔 2 2
∆𝑔 =√(𝛿𝑚𝑠) + (∆𝑚𝑠)2 + (𝛿𝑚𝑏) + (∆𝑚𝑏)2 + (𝛿𝑎 ) + (∆𝑎)2

𝛿𝑔 2 (ms+mb)a
(𝛿𝑚𝑏) = mb

Dimana:
𝑢 = (ms + mb) a 𝑢′ = a
𝑣 = mb 𝑣′ = 1

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
𝛿𝑔 2 u′ · v – u ·v′
(𝛿𝑚𝑏) = v2
a · mb −(ms+mb)𝑎 · 1
= mb2
0,422 · 0,0116 – (0,1576+0,0116) 0,422 · 1
= 0,01162

= -494,256
𝛿𝑔 2 (ms+mb)a
(𝛿𝑚𝑠) = mb

Dimana:
𝑢 = (ms + mb) a 𝑢′ = a
𝑣 = mb 𝑣′ = 0
𝛿𝑔 2 u′ · v – u ·v′
(𝛿𝑚𝑠) = v2
𝑎 · 𝑚𝑏−(𝑚𝑠+𝑚𝑏)𝑎 · 0
= 𝑚𝑏 2
0,422 · 0,0116−(0,1576+0,0116)0,422 · 0
= 0,01162

= 36,379
1
∆ms = 2 × skala terkecil
1
= 2 × 0,0001

= 0,0005
𝛿𝑔 2 (ms+mb)a
(𝛿𝑎) = mb

Dimana:
𝑢 = (ms + mb) a 𝑢′ = (ms+mb)
𝑣 = mb 𝑣′ = 0
𝛿𝑔 2 u′ · v – u · v′
(𝛿𝑎) = v2
(ms+mb) · mb − (ms + mb)𝑎·0
= mb2
(0,1576+0,0116) · 0,0116 − (0,1576+0,0116) · 0,422 · 0
= 0,01162

= 14,586
(𝑎1 −𝑎𝑛 )2 +(𝑎2 −𝑎𝑛 )2
∆𝑎 =√ 𝑛(𝑛−1)

(0,422−0,423)2 +(0,425−0,423)2
=√ 2(2−1)

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
= 0,0015
𝛿𝑔 2 𝛿𝑔 2
𝛿𝑔 2
∆𝑔 =√(𝛿𝑚𝑠) + (∆𝑚𝑠)2 + (𝛿𝑚𝑏) + (∆𝑚𝑏)2 + (𝛿𝑎) + (∆𝑎)2

= √(36,379)2 + (0,0005)2 + (−494,256)2 + (0,0005)2 + (14,586)2 + (0,0015)2

= √245 825,176
= 495,807 𝑚/𝑠 2
∆𝑎
KR = 2 (∆𝑔+𝑔)× 100%
0,0015
= 2(495,807+6,155)× 100 %
0,0015
= 1003,924 × 100 %

= 0,00000149 %
KB = 100 % - KR
= 100% - 0,00000149%
= 99,99%

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB VI
ANALISA PENGOLAHAN DATA

6.1 Tabel Hasil Pengolahan Data

Tabel 2.6.1 Data Hasil Perhitungan

No XBC TBC XBA TBA 𝑎 𝑔 Keterangan

1. 0,65 1,71 0,45 0,66 0,422 6,1551 Mb = 0,0116 kg

2. 0,45 1,35 0,65 1,24 0,425 6,1991 Ms = 0,1576 kg

6.2. Pembahasan Hasil Pengamatan

Setelah kami melakukan percobaan pesawat atwood dan mengamati data hasil
yang didapatkan membuktikan bahwa jarak yang diperoleh mempengaruhi waktu
terhadap percobaan dan percepatan gravitasi. Bila jarak yang ditempuh semakin
jauh, maka waktu tempuh yang dibutuhkan semakin besar. Sedangkan semakin
kecil jarak, maka waktu tempuh yang dibutuhkan semakin kecil. Tentunya kedua
hal tersebut dipengaruhi oleh gravitasi. Hal ini sesuai dengan hasil yang kami
dapatkan pada percobaan ini yaitu Xbc dengan jarak 0,65 m dan 0,45 m
membutuhkan waktu selama 1,71 s dan 1,35 s. Sedangkan untuk Xba dengan jarak
0,45 m dan 0,65 m membutuhkan waktu 0,66 s dan 1,24 s.
Dari percobaan ini kami mendapatkan nilai percepatan a1= 0,422 m/s2 dan
a2= 0,425 m/s2 dan nilai percepatan g1= 6,1551 m/s2 dan g2= 6,1991m/s2.

PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar

BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan praktikum dapat disimpulkan bahwa pada saat beban
silinder dari titik C menuju titik B terjadinya gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
yang dimana percepatan yang terjadi pada beban silinder adalah tetap adalah tetap
atau konstan, gerak jatuh bebas yang ditandai dengan adanya percepatan yang
terjadi sebab adanya gaya berat dari beban yang ditambahkan, dan saat beban
silinder bergerak dari titik B menuju titik A terjadi gerak lurus beraturan (GLB)
dimana kecepatan beban silinder saat bergerak adalah tetap atau konstan karena
tidak adanya gaya berat dari beban tambahan.

7.2 Saran

7.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Ketertiban dan kebersihan harus tetap dijaga agar dalam melakukan
praktikum oleh setiap praktikan didalam laboratorium dapat memberikan
kenyamanan baik pada sistem maupun praktikan itu sendiri. Dan memperhatikan
alat dan bahan apakah sudah lengkap dan tersedia diruang penyimpanan alat.
7.2.2 Saran Untuk Asisten
Secara keseluruhan konsep dijelaskan lebih mudah dipahami. Dari segi cara
menjelaskan, asisten adalah orang yang tegas ketika memberikan pengarahan dan
juga penjelasan dari asisten sangat jelas sehingga praktikan jadi lebih mudah dan
cepat memahami. Dan sedikit saran untuk asisten mengecek terlebih dahulu
ketersediaan alat yang akan digunakan sebelum praktikum dimulai.
7.2.3 Saran Untuk Praktikum Selanjutnya
Ketika akan melakukan percobaan, alangkah baiknya praktikan selanjutnya
mempersiapkan dan memahami materi tugas pendahuluan terlebih dahulu.
Contohnya mengenai hukum newton 1, hukum newton 2, dan hukum newon 3,
gerak lurus beraturan (GLB), dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Dan
praktikan disarankan untuk melakukan percobaan dengan cermat dan teliti agar
dapat bisa akurat.
PESAWAT ATWOOD
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Laboratorium Teknik Lt. 3 Kampus II UMI, Jln. Urip Sumoharjo km. 05 Makassar
Makassar
7.3 Ayat-Ayat Yang Berhubungan

“dan matahari berjalan ditempat perederaannya. Demikian ketetapan yang


Maha perkasa lagi Maha mengetahui” (QS. Yasin : 38)
Hubungan ayat tersebut dengan percobaan pesawat atwood ini adalah pada
ayat tersebut disebutkan bahwa matahari berjalan ditempat peredarannya berarti
matahari tersebut mengalami gerak lurus beraturan, dimana GLB (gerak lurus
beraturan) itu sendiri memiliki arti gerak lurus yang memiliki kecepatan yang tetap.
Sesuai dengan arti ayat diatas.

PESAWAT ATWOOD

You might also like