You are on page 1of 9

Vol. 9 No.

1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

LAPORAN PENELITIAN

Perbedaan Kitosan Berat Molekul Rendah dan


Tinggi Terhadap Jumlah Sel Limfosit pada
Proses Penyembuhan Luka
Pencabutan Gigi
(The Differences Effect Between Low and High
MolecularWeight Chitosan on Number of
Lymphocyte Cells in the Wound Healing
Process of Dental Extraction)
Felinda Gunawan*, Sularsih**, Soemartono***
*Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah
**Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah
***Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

ABSTRACT

Background: Molecular weight is one of the chitosan characteristic that affects the
effectiveness application for wound healing of dental extraction. Chitosan could improve
wound healing process because of its anti inflammation property and improve proliferation
phase. Lymphocyte cell is one of the main cells that act during inflammatory phase. Purpose:
the aim of this experiment is to account lymphocyte cell in wound healing of dental extraction
using chitosan with different molecular weight. Materials and Methods: 54 Male Rattus
Norvegicus were divided into 3 groups. Group I is control group (without chitosan). Group II
was given low molecular weight chitosan. Group III was given high molecular weight
chitosan. Rats were sacrificed by decapitation on day 5 and day 7 post extraction then they
were examined histopatologically to see the change in lymphocyte cell number. Result: Data
were statistically analyzed with One Way ANOVA and LSD with degree of significant p< 0,05
showed significant difference between high molecular weight chitosan group and low
molecular weight chitosan group after 5 and 7 days observation. Conclusion: High
molecular weight chitosan was found more effective to decrease lymphocyte cell amounts
more than low molecular weight chitosan in wound healing of dental extraction process.

Keywords: Chitosan, molecular weight, lymphocyte cell, wound healing

Correspondence: Sularsih, Departement of Materials Science and Techmology Dentistry,


Imu Material dan Teknologi, Faculty of Dentistry, Hang Tuah University, Arief Rahman
Hakim 150, Surabaya, Phone 031-5912191, Email: l4rs_dentist@yahoo.co.id

113
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

ABSTRAK

Latar belakang: Berat molekul merupakan salah satu karakteristik dari kitosan yang
mempengaruhi efektifitas aplikasi untuk penyembuhan luka pencabutan. Kitosan dapat
menunjang proses penyembuhan luka karena dapat sebagai anti-inflamasi dan mendukung
tahapan proliferasi. Sel limfosit merupakan salah satu sel yang berperan utama dalam proses
inflamasi. Tujuan: Mengetahui perbedaan pengaruh antara kitosan berat molekul rendah
dan tinggi terhadap jumlah sel limfosit pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi.
Bahan dan Metode: 54 Rattus Norvegicus jantan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok
I adalah kelompok kontrol (tanpa kitosan), kelompok II diberi kitosan gel berat molekul
rendah, kelompok III diberi kitosan gel berat molekul tinggi. Dilakukan pengamatan pada
hari ke-5 dan ke-7. Tikus didekaputasi dan mandibula tikus diambil kemudian dibuat sediaan
histopatologi untuk melihat jumlah sel limfosit. Hasil: Analisa statistik One Way ANOVA dan
LSD dengan derajat kemaknaan p< 0,05 menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
kelompok kitosan berat molekul tinggi dan rendah pada pengamatan hari ke-5 dan ke-7
Simpulan: Kitosan berat molekul tinggi lebih efektif terhadap penurunan jumlah sel limfosit
pada proses penyembuhan luka pencabutan gigi.

Kata kunci: Kitosan, berat molekul, sel limfosit, penyembuhan luka

Korespondensi: Sularsih, Bagian Imu Material dan Teknologi, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Hang Tuah, Arief Rahman Hakim 150, Surabaya, Telepon 031-5912191, Email:
l4rs_dentist@yahoo.co.id

PENDAHULUAN mengembalikan fungsi dan estetik dari


gigi yang telah dicabut.8 Percepatan
Proses penyembuhan luka terdiri penyembuhan luka setelah pencabutan
dari empat fase terintegrasi yaitu fase gigi merupakan hal utama yang perlu
hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan diperhatikan pada pencabutan gigi
remodeling jaringan.1,2,3 Peristiwa agar dapat segera merestorasi gigi
setiap tahap harus terjadi secara tepat yang hilang.9
dan teratur. Ada banyak faktor yang Berbagai metode dikembangkan
dapat mempengaruhi penyembuhan dalam penganganan luka untuk
luka yang mengganggu satu atau lebih menghasilkan penyembuhan luka yang
tahapan dalam proses ini, sehingga optimal, salah satunya adalah
menyebabkan perbaikan jaringan pendekatan penyembuhan
menjadi terganggu.2 Proses menggunakan biomaterial. Kitosan
penyembuhan luka pencabutan gigi merupakan biomaterial yang telah
melibatkan proses perbaikan pada teruji dapat menunjang proses
jaringan keras yaitu tulang alveolar penyembuhan luka.3,9,10,11,12 Kitosan
dan jaringan lunak yaitu ligamen merupakan biopolimer karbohidrat
periodontal dan gingiva.4,5,6 alami hasil dari deasetilasi dari chitin,
Kehilangan gigi akan komponen utama dari cangkang
menyebabkan gangguan fungsi Crustasea sp. seperti kepiting, udang,
fonetik, mastikasi, dan estetik.7 dan crawfish yang banyak didapat dari
Prostetik konvensional seperti bridge limbah
dan partial denture maupun implan seafood.12,13,14 Kitosan merupakan
digunakan untuk merestorasi, kopolimer dari Nasetil-glukosamin

114
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

dan N-glukosamin. Sejak penyembuhan luka karena absorpsi


penemuannya sekitar 200 tahun lalu, yang sangat cepat oleh jaringan saat
kitosan sebagai polimer alam kationik, diaplikasikan secara topikal pada
telah banyak digunakan sebagai luka.11 Kitosan berat molekul rendah
topical dressing pada manajemen luka lebih mudah diabsorbsi secara in vivo
karena memiliki sifat antimikroba, daripada kitosan berat molekul
tidak toksik, biokompatibel, tinggi.12
biodegradable, hemostatik dan Sel limfosit bermigrasi pada luka
memodulasi fungsi sel-sel inflamasi mengikuti sel-sel inflamasi dan
dan kemudian memepercepat makrofag. Sel limfosit T muncul
granulasi dan proses penyembuhan secara signifikan pada hari ke-5 luka
berikutnya sehingga terjadi percepatan sampai hari ke-7 dan puncaknya saat
penyembuhan luka.14 fase proliferasi akhir
Efektivitas bahan kitosan dapat (lateproliferative)/ fase awal
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu remodeling (earlyremodelling).2,17
berat molekul, derajat deasetilasi, Peran sel limfosit dalam proses
viskositas, kelarutan, dan pH.9,13,14 penyembuhan luka adalah melepaskan
Beberapa peneliti telah menemukan limfokin yang mempengaruhi populasi
bahwa percepatan proses dari sel-sel radang lainnya.3,18 Sel
penyembuhan luka oleh kitosan terkait limfosit T merupakan sel limfosit
dengan struktur kimianya. Parameter dengan jumlah tertinggi yang berperan
utama yang mempengaruhi dalam perekrutan makrofag ke daerah
karakteristik kitosan adalah berat luka dengan mengeluarkan limfokin
molekul dan derajat deasetilasi. Di berupa macrophage aggregating
pasaran, kitosan yang diproduksi factor (MAF) dan macrophage
secara komersial tersedia dalam chemotactic factor (MCF).3 Limfosit
beraneka ragam sumber kitosan juga mempengaruhi sel fibroblas
dengan range berat molekul yang untuk menunjang tahap proliferasi
bermacam-macam. Oleh karena itu, dengan dengan menghasilkan sitokin,
karakterisik ini penting untuk seperti IL-2 dan fibroblast activating
dijadikan pertimbangan efektivitasnya factor.17
dalam aktivitas biomedis untuk Beberapa studi telah dilaporkan
mengoptimalkan aplikasi dan hasil pada penggunaan kitosan sebagai
yang diinginkan. Kitosan dengan berat akselerator yang dapat mempercepat
molekul tinggi dan derajat deasetilasi penyembuhan luka. Larutan kitosan
tinggi telah ditemukan lebih efektif dari limbah kepiting secara nyata
daripada kitosan berat molekul sedang dapat membantu penyembuhan luka
atau rendah dalam penyembuhan luka pada kulit mencit. Secara mikroskopik
bakar.11 Dengan menurunnya berat kitosan dapat mempercepat infiltrasi
molekul, ukuran partikel juga makin sel radang, pertumbuhan jaringan ikat,
menurun.15 Kitosan berat molekul dan re-epitelisasi. Kitosan mampu
tinggi memiliki viskositas yang tinggi, meningkatkan jumlah sel limfosit pada
sedangkan kitosan berat molekul pengamatan hari ke-2 dan penurunan
rendah memiliki viskositas yang lebih jumlah limfosit pada hari ke-4 hingga
rendah dan panjang rantai molekul ke-6 luka insisi kulit mencit.3 Kitosan
yang pendek.16 Kitosan dapat segera gel 1% dengan derajat deasetilisasi
menimbulkan efek pada proses >75% yang diaplikasikan pada luka

115
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

pencabutan gigi Rattus Norvegicus Disposable syringe 1cc dan 3cc,


telah terbukti dapat meningkatkan Absorbable sutures, toples tempat
jumlah sel osteoblas, sel fibroblast dan sampel, sarung tangan, masker, berker
kolagen tipe I pada lama pengamatan glass, timbangan, pinset, rotary
7 dan 14 hari.9 Kitosan dengan microtome, label, slide, cover glass,
konsentrasi 0.25%, 0.5%, 0.75% dan petridish, sarung tangan, mikroskop,
1% bersifat tidak toksik.19 kamera Bahan yang digunakan pada
Berdasarkan latar belakang penelitian ini adalah : Bahan penelitian
diatas, peneliti ingin membuktikan hewan coba pada penelitian ini terdiri
pengaruh penggunaan kitosan yang atas kitosan cangkang kepiting
memiliki berat molekul tinggi dan SigmaAldrich low molecular weight,
rendah terhadap penurunan jumlah sel kitosan cangkang kepiting Sigma-
limfosit pada pengamatan hari ke-5 Aldrich high molecular weight, Asam
dan ke-7 dalam proses penyembuhan asetat 1%, NaOH, Alkohol 70%,
luka pencabutan gigi. ketamin hydrochloride dan xylazine
hydrochloride, buffer formalin 10%,
alkohol 80%, alkohol 95%, alkohol
BAHAN DAN METODE 100% (absolute), NaOH 50%, Xylene,
buffer paraffin, asam nitrat 5%,
Jenis penelitian yang dilakukan pewarnaan haematosiklin eosin (HE).
adalah penelitian true experimental Pembuatan kitosan gel
dengan rancangan penelitian the post dilakukan melarutkan 1 gr bubuk
test only control group design. Teknik kitosan dalam 100 ml asam asetat 1%
pengambilan sampel adalah secara pH sekitar 4,0 sesuai dengan aturan
simple random sampling. pabrik dalam bekker glass sehingga
Besar sampel pada penelitian ini menjadi sediaan bentuk gel.
adalah 54 ekor Rattus Norvegicus Kemudian gel ditetesi denga NaOH
jantan strain Wistar usia 3 bulan, berat sehingga didapatkan pH dalam kisaran
badan 150-200 gr dibagi dalam 3 netral.9
kelompok: kelompok kontrol (P1), Semua alat disterilkan dengan
kelompok kitosan berat molekul panas kering 160°C selama 1 jam.
rendah (P2), kelompok kitosan berat Hewan coba dianastesi menggunakan
molekul tinggi (P3). Masing-masing ketamine dengan dosis 25 mg/kg BB
kelompok dibagi dua, kelompok dan xylazine dengan dosis 10 mg/kg
pengamatan hari ke-5 dengan BB yang dilarutkan dalam larutan
kelompok pengamatan hari ke-7. isotonic saline solution steril lalu
Sehingga menjadi 6 perlakuan: kontrol diambil 0,2 ml/ 200 gram BB dan
hari ke-5 (P1.1), kontrol hari ke-7 disuntikkan pada paha kanan atas
(P1.2), kitosan berat molekul rendah secara intramuskular. Kemudian
hari ke-5 (P2.1), kitosan berat molekul dilakukan pencabutan gigi insisif kiri
rendah hari ke-7 (P2.2), kitosan berat rahang bawah pada tikus
molekul tinggi hari ke-5 (P3.1), kitosan menggunakan alat modifikasi tang dan
berat molekul tinggi hari ke-7 (P3.2). elevator. Pastikan tidak ada sisa gigi
Alat digunakan pada penelitian ini yang tertinggal di dalam soket gigi.
terdiri atas : pinset, tang modifikasi Soket gigi kemudian diirigasi
elevator khusus untuk mencabut gigi menggunakan saline solution. Kitosan
tikus, Needle holder, gunting, gel dengan berat molekul rendah dan

116
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

tinggi dalam syringe berdiameter kecil Tabel 1. Rerata dan simpang baku jumlah
dimasukkan ke dalam soket tempat sel limfosit pada luka pencabutan gigi
luka pencabutan gigi, kemudian Kelompok Rerata ± Simpang
dilanjutkan menjahit lukanya dengan Baku
teknik simpul tunggal menggunakan P1.1 23,11 ± 8,492
absorbable sutures.9 P2.1 16,89 ± 7,590
Pada masing-masing kelompok P3.1 10,22 ± 4,265
9 ekor didekaputasi pada hari ke-5 dan P1.2 14,00 ± 8,216
9 ekor pada hari ke-7. Kemudian P2.2 12,44 ± 4,362
diambil spesimen rahang bawah kiri P3.2 5,67 ± 1,803
tikus dan segera di euthanasia.6,20
Spesimen rahang dibuat dalam bentuk Uji hipotesis menggunakan uji
preparat potongan sagital dengan One way ANOVA dengan p<0.05
pengecatan HE. Setelah itu dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh
pemeriksaan histopatologi pada 1/3 pemberian kitosan dengan berat
apikal soket dengan pembesaran 400x molekul rendah dan tinggi terhadap
pada 3 lapang pandang kemudian perbedaan rerata jumlah sel limfosit
dihitung jumlah sel limfosit. Hasil pada luka pencabutan gigi.
perhitungan diambil rata-ratanya.9 Hasil uji One Way ANOVA
Data yang diperoleh dari hasil menunjukkan adanya perbedaan
penelitian ditabulasi dan dianalisis bermakna pada jumlah sel limfosit
secara deskriptif yang bertujuan untuk pada setiap kelompok perlakuan.
memperoleh gambaran distribusi dan Selanjutnya, uji LSD digunakan untuk
peringkasan data guna memperjelas menentukan perbedaan yang paling
penyajian hasil, kemudian dilakukan bermakna antar kelompok perlakuan.
uji hipotesis menggunakan statistik
analitik dengan nilai p=0,05 Rerata Jumlah Sel Limfosit
menggunakan program SPSS versi 20. 30

HASIL 20

Data hasil penelitian rerata dan


simpang baku jumlah sel limfosit 10
dapat dilihat pada Tabel 1.
Sebelum dilakukan uji hipotesis, 0
maka setiap kelompok diuji P1.1 P2.1 P3.1 P1.2 P2.2 P3.2
normalitasnya dengan menggunakan
uji Kolomogorov-Smirnov. Hasil uji Jumlah Limfosit
KolomogorovSmirnov menunjukkan Gambar 1. Grafik perbandingan rerata
bahwa data berdistribusi normal dan jumlah sel limfosit pada masing-masing
hasil uji Levene didapatkan nilai kelompok perlakuan
signifikansi 0.075 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data hasil Hasil uji LSD dapat dilihat pada tabel
penelitian homogen (p> 0,05). 2.

117
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

Tabel 2. Tabel hasil uji LSD PEMBAHASAN


Kelom- Mean Kelom- Mean Sig
pok pok Luka pencabutan gigi melalui
P1.1 23.11 P1.2 14.00 0.004* serangkaian proses penyembuhan
P2.1 16.89 0.041*
P2.2 12.44 0.001* luka. Agar dapat segera merestorasi
P3.1 10.22 0.000* gigi yang hilang, percepatan
P3.2 5.67 0.000* penyembuhan luka setelah pencabutan
P1.2 14.00 P2.1 16.89 0.335 gigi merupakan hal utama yang perlu
P2.2 12.44 0.603
P3.1 10.22 0.209 diperhatikan pada pencabutan gigi.6,9
P3.2 5.67 0.007* Kitosan merupakan biomaterial yang
P2.1 16.89 P2.2 12.44 0.141 telah teruji dapat menunjang proses
P3.1 10.22 0.029*
P3.2 5.67 0.000*
penyembuhan luka3,5,9,14,11
P2.2 12.44 P3.1 10.22 0.458 Kitosan merupakan biopolimer
P3.2 5.67 0.027 alami derivat dari deasetilasi kitin,
P3.1 10.22 P3.2 5.67 0.131 yang didapatkan pada pada binatang
bercangkang Crustacea sp seperti
kepiting.12,13,14 Kitosan merupakan
polimer yang tersusun dari kopolimer
dari glukosamin (D-GlcN) dan N-
asetilglukosamin (D-GlcNA).12
Kitosan banyak digunakan sebagai
topical dressing pada luka karena
Gambar 2. Sel limfosit pada kelompok memiliki sifat antimikroba, tidak
pengamatan hari ke-5 toksik, biokompatibel, biodegradable
(tanda hijau). Pembesaran 400x dan hemostatik. Selain itu, kitosan
(A) Kelompok P1.1 (kontrol) memiliki kemampuan memodulasi
(B) Kelompok P2.1 (BM rendah)
fungsi dari sel-sel inflamasi seperti sel
(C) Kelompok P3.1 (BM tinggi)
limfosit serta mendukung proses
granulasi dan organisasi luka.3,14 Berat
molekul merupakan salah satu
karakteristik utama pada kitosan yang
mempengaruhi proses penyembuhan
luka. Peran awal kitosan dalam proses
penyembuhan luka pencabutan gigi
adalah sifatnya yang hemostatik. Sifat
kation kitosan adalah linier
polielektrolit, bermuatan positif.21
Kitosan yang bermuatan positif
memiliki kemampuan untuk mengikat
membran darah merah yang
bermuatan negatif sehingga dengan
cepat dapat terbentuk blood clot pada
Gambar 2. Sel limfosit pada kelompok fase hemostasis dan mempercepat
pengamatan hari ke-7 proses penyembuhan luka. 22
(tanda hijau). Pembesaran 400x Mukoadesif secara umum
(A) Kelompok P1.2 (kontrol) diartikan sebagai adesi (perlekatan)
(B) Kelompok P2.2 (BM rendah)
(C) Kelompok P3.2 (BM tinggi)
bahan dengan mukosa.5 Lapisan

118
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

mukosa terdiri atas glikoprotein signifikan pada pengamatan hari ke-5.


disebut mucin yang kaya akan muatan Jumlah sel limfosit pada kelompok
negatif. Seperti yang telah kontrol dengan berat molekul tinggi
disampaikan sebelumnya bahwa berbeda signifikan pada pengamatan
kitosan bermuatan positif sehingga hari ke-7, tetapi antara kelompok
akan menghasilkan ikatan dengan kontrol dengan kelompok berat
muatan negatif mucin.21 Pada kitosan molekul rendah tidak signifikan.
berat molekul tinggi, ukuran partikel Jumlah sel limfosit pada kelompok
besar dan memiliki viskositas tinggi kontrol lebih besar dibanding kedua
sehingga aplikasi kitosan gel lebih kelompok kitosan pada hari ke-5 dan
mudah juga penetrasi pada lapisan ke-7. Pada kelompok kitosan dengan
mucin juga meningkat sehingga berat molekul tinggi menunjukkan
mukoadhesi lebih kuat, mudah jumlah sel limfosit yang paling sedikit.
melekat pada jaringan dibanding berat Hal ini membuktikan bahwa
molekul rendah. 5,22 pemberian kitosan membuat kerja
Pada saat proses penyembuhan limfosit menjadi lebih efektif sehingga
luka pencabutan gigi, sel limfosit mempercepat penyembuhan luka.
banyak terdapat pada jaringan Sesuai dengan penelitian sebelumnya
granulasi yang ada pada hari ke-3 oleh Djamaluddin (2009) bahwa
hingga hari ke-7 pasca pencabutan pemberian kitosan dari limbah
gigi.5 Pada penelitian ini jumlah cangkang krustasea meningkatkan
limfosit kelompok kontrol hari ke-5 jumlah sel limfosit pada hari ke-2 dan
dan kontrol hari ke-7 menunjukkan jumlah sel limfosit menurun pada hari
perbedaan yang signifikan. Hal ini ke-4 dan ke-6 luka insisi kulit mencit.
karena jumlah sel limfosit T Pada kelompok berat molekul
meningkat signifikan pada hari ke-5 tinggi jumlah limfosit menunjukkan
luka sampai hari ke-7 dan berkurang perbedaan yang signifikan dibanding
secara signifikan pada hari ke-7 luka kelompok berat molekul rendah pada
di mukosa rongga mulut.17,23 hari ke-5 dan ke-7. Kitosan berat
Jumlah sel limfosit pada molekul tinggi memiliki monomer N-
kelompok berat molekul rendah hari asetil yang lebih banyak dibanding
ke-5 dengan hari ke-7 tidak berbeda kitosan berat molekul rendah.11 Pada
signifikan. Pada kelompok kitosan fase inflamasi, sel fagosit seperti sel
berat molekul tinggi hari ke-5 dengan PMN dan sel makrofag mengeluarkan
ke-7 juga tidak menunjukkan enzim lisosim.24 Enzim lisosim akan
perbedaan yang signifikan. Jumlah sel mendegradasi kitosan menjadi N-
limfosit pada kelompok berat molekul asetil-D-glukosamin dimer aktif dan
rendah dan tinggi sama-sama makin molekul- molekul yang lebih kecil
menurun. Hal ini dikarenakan luka (monomer).9,22 Kemudian monomer
telah mengalami penyembuhan lebih N-asetil glukosamin berikatan dengan
cepat dan peradangan berkurang reseptor utama pada makrofag untuk
sehingga menunjang percepatan proses kitosan yaitu mannose receptor.25
penyembuhan luka.3 Setelah berikatan dengan reseptor,
Jumlah sel limfosit pada kitosan di internalisasi oleh sel
kelompok kontrol dengan berat makrofag dan memicu migrasi dan
molekul rendah dan tinggi proliferasi sel makrofag. Sel makrofag
menunjukkan perbedaan yang yang teraktivasi menghasilkan

119
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

peningkatan aktivitas metabolik, 3. Djamaluddin AM. 2009. Pemanfaatan


Khitosan dari Limbah Krustasea untuk
menstimulasi sekresi growth factor, Penyembuhan Luka pada Mencit (Mus
sitokin IL-12, IL-6, dan IL-23, musculus albinus). Skripsi, Institut
mengenalkan antigen kepada limfosit Pertanian Bogor, Bogor. H. 8.
T, sehingga meningkatkan respon dari 4. Farina R, Trombelli L. 2011. Wound
healing of extraction sockets. Endodontic
limfosit.26 Sel limfosit yang banyak Topics. Dentistry & Oral Sciences
teraktifasi selanjutnya menghasilkan Source, Ipswich, MA, 25(1): 43-16.
sitokin IL-2 sehingga proses inflamasi 5. Budianto B. 2013. Pengaruh Kitosan Gel
dapat berlangsung lebih cepat. Sel 1% yang Memiliki Berat Molekul Tinggi
dan Rendah Terhadap Jumlah Sel
limfosit juga menghasilkan fibroblast Osteoblas pada Proses Penyembuhan
activating factor yang mempengaruhi Luka Pencabutan Gigi. Skirpsi,
sel fibroblas yang akan menunjang Universitas Hang Tuah, Surabaya. H.
tahap penyembuhan luka berikutnya.17 38,22.
6. Steiner GG, Francis W, Burrell R, Kallet
Dengan monomer N-asetil pada MP, Steiner DM, Macias R. 2008. The
kitosan berat molekul tinggi yang Healing Socket And Socket
lebih banyak dapat meningkatkan Regeneration. Available from
kemampuan kitosan pada sel limfosit www.Endoexperience.com/userfiles/file/u
nnamed/The%20He
sehingga menjadi lebih aktif.11 Blood aling%20Socket%20And%20Socket%20
clot yang terbentuk juga lebih kuat Regeneration.pdf.
pada soket bekas pencabutan gigi yang 7. Ayu DA. 2011. Kesehatan Gingiva pada
Pengguna Gigi Tiruan Cekat di Pulang
diberi kitosan berat molekul tinggi. Kodingareng. Skripsi. Fakultas
Sedangkan pada kitosan berat molekul Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
rendah, ukuran partikel lebih kecil dan Makassar. Available from
memiliki viskositas yang rendah http://repository.unhas.ac.id/handle/1234
56. Diakses 9 September 2013.
sehingga aplikasi kitosan gel lebih 8. Chawaf BA. 2011. Healing of human
sulit dibanding kitosan gel berat extraction sockets augmented with Bio-
molekul tinggi.5,22, 27 Oss Collagen after 6 and 12 weeks.
Dissertation, Universitätsmedizin Berlin.
P.8-1.
9. Sularsih. 2011. Penggunaan Kitosan
SIMPULAN dalam Proses Penyembuhan Luka
Pencabutan Gigi Rattus Norvegicus.
Dari hasil penelitian ini dapat Tesis, Universitas Airlangga, Surabaya.
disimpulkan bahwa terdapat H. 48-42.
10. Budihargono O, Yuliati A, dan Rianti D.
perbedaan antara pengaruh kitosan gel 2013. Peningkatan Mobilisasi Sel
berat molekul rendah dengan berat Polimorfonuklear Setelah Pemberian Gel
molekul tinggi terhadap jumlah sel Kitosan 1% pada Luka Pencabutan Gigi
limfosit. Kitosan berat molekul tinggi Cavia Cobaya. Material Dental Journal
Universitas Airlangga January: 6-1.
lebih efektif terhadap penurunan 11. Alsarra IA. 2009. Chitosan Topical Gel
jumlah sel limfosit. Formulation in the Management of Burn
Wounds. International Journal of
Biological Macromolecules, 45: 21-16.
DAFTAR PUSTAKA 12. Prashanth RN, Tharanathan H. 2007.
Chitin/Chitosan: Modifications and Their
Unlimited Application Potential an
1. Gosain A, DiPietro LA. 2004. Aging and Overview. Trends in Food Science &
Wound Healing. World J Surg, 28: 326- Technology 18, 117131.
321. 13. Kim F. 2004 . Physicochemical and
2. Guo S, Dipietro LA. 2010. Factors Functional Properties of Crawfish
affecting Wound Healing. J Dent Res, Chitosan as Affected by Different
89(3): 229-219.

120
Vol. 9 No. 1 Februari 2015 ISSN : 1907-5987

Processing Protocols. Thesis, Lousiana 20. Pierce S. 2006. Euthanasia of Mice and
State University. H. 7-6. Rats. P. 1. Available from
14. Dai T, et al. 2011. Chitosan Preparations http://www.bu.edu/orccommittees/iacuc/p
for Wounds and Burns: antimicrobial and olicies-andguidelines/euthanasia-of-
Wound Healing Effects. Expert Rev Anti rodents/. Diakses 29 Juli 2013.
Infect Ther, 9(7):879- 857. 21. Albert. 2011. Pengaruh Konsentrasi H202
15. Chattopadhyay DP and Inamdar MS. dan Konsentrasi Asam Asetat dalam
2012. Studies on Synthesis, Proses Pembuatan Kitosan. Skripsi,
Characterization and Viscosity Behaviour Universitas Sumatra Utara, Medan.
of Nano Chitosan. Res. J. Engineering Available from
Sci., 1(4), 15-9. http://repository.usu.ac.id/handle/123456
16. Maeda Y, Kimura Y. 2004. Antitumor 789/29148. Diakses 9 Juni 2013.
Effects of Various LowMolecular-Weight 22. Aranaz I, Mengíbar M, Harris R, Paños I,
Chitosans Are Due to Increased Natural Miralles B, Acosta N, Galed G dan Heras
Killer Activity of Intestinal Intraepithelial Á. 2009. Functional Characterization of
Lymphocytes in Sarcoma 180– Bearing Chitin and Chitosan. Current Chemical
Mice. J. Nutr. 134: 950–945. Biology, 3: 230-203.
17. Suryadi IA, Asmarajaya AAGN, 23. Larjava H. 2012. Oral Wound Healing :
Maliawan S. 2013. Proses Penyembuhan Cell Biology and Clinical Management.
dan Penanganan Luka. Bagian/SMF Ilmu Oxford: Wiley-Blackwell. P. 47.
Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran 24. Freier T, Koh HS, Kazazian K, Shoichet
Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum MS. 2005. Controlling cell adhesion and
Pusat Sanglah Denpasar. Available from degradation of chitosan films by N-
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/articl acetylation. Biomaterials 26: 5878-5872.
e/download/4885/3671. Diakses 26 Juni 25. Mori T, Murakami M, Okumura M,
2013. Kadosawa T, Uede T, Fujinaga T. 2005.
18. Agramula G. 2008. Aktivitas Sediaan Mechanism of Macrophage Activation by
Salep Ekstrak Batang Pohon Pisang Chitin Derivates. J. Vet. Med. Sci., 67(1):
Ambon (Musa paradisiaca var 56-51.
sapientum) dalam Proses Persembuhan 26. Kumar V, Abbas AK, dan Aster JC.
Luka Mencit. Skripsi. Institut Pertanian 2011. Robbins Basic Pathology. 9th Ed.
Bogor. Philadelphia: Elsevier Saunders. P. 72-29.
http://repository.ipb.ac.id/handle/1234567 27. Alemdaroglu C, Degim Z, Celebi N, Zor
89/3352. Diakses 25 September 2013. H. F, Ozturk S, Erdogan D. 2006. An
46. investigation on burn wound healing in
19. Ariani MD, Yuliati A, Adiarto T. 2009. rats with chitosan gel formulation
Toxicity Testing of Chitosan from Tiger containing epidermal growth factor.
Prawn Shell Waste on Cell Culture. Dent. Burns, 32: 319-32.
J. (Maj. Ked. Gigi), 42(1): 20-15.

121

You might also like