You are on page 1of 9

BAB Ⅰ

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Islam merupakan agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
persamaan hak dan mengakui adanya pluralisme agama. Pluralisme agama yang ada di dalam
Islam merupakan aturan yang telah ditetapkan didalam sunnatullah yang tidak bisa dirubah
maupun di tolak oleh manusia. Hal ini berarti Islam sangat menghargai adanya pluralisme
dengan mengakui adanya hak-hak penganut agama maupun ajaran-ajaran masing-masing.
Sesuai dengan dali al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 69.
َّٰ ‫صر َّٰى من ءامن بِٱّللِ وٱليو ِم ٱلءاخِ ِر وعمِ ل‬
‫ص ِل ًحا فل خوف علي ِهم ول هُم‬ َّٰ ‫إِن ٱلذِين ءامنُوا وٱلذِين هادُوا وٱ‬
َّٰ ‫لصبِـُٔون وٱلن‬
‫يحزنُون‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang
Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Ayat ini menjelaskan bahwa keselamatan pada hari akhir akan dicapai oleh semua
kelompok agama yang berbeda-beda dalam pemikiran dan pandangan agamanya berhubungan
dengan akidah dan kehidupan dengan satu syarat yaitu memenuhi kaidah iman kepada Allah,
hari akhir,dan beramal shalih.
Selainitu, Indonesia merupakan negara multikultural yang sangat beragam etnis, suku,
bahasa, budaya, agama dan gender. Negeri ini secara fisik terdiri dari 13.000 pulau, dimana di
dalam pulau-pulau tersebut terdapat subetnis yang memiliki berbagai corak bahasa dan adat
istiadat. Olehkarena itu, pluralitas dalam negeri ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin
ditolak karena pluralisme bisa dikatakan sebagai ibu kandung atau bapak moyang negeri ini.
B.Rumusan Masalah
1. Apa Yang Di Maksud Dengan Pengrtian Islam?
2. Bagaimana Yang Di Maksud Ruang Lingkup Islam?
3. Apa Yang Di Makasud Dengan Pengertian Pluralisme?
4. Bagaimana Pandangan Islam Terhadap Pluralisme?
5. Apa Saja Faktor-Faktor Tumbuh Kembangnya Plurallisme?

1
BAB Ⅱ
PEMBAHASAN

A.Pengertian Islam
Secara etimologis, Islam berasal dari bahasa arab yaitu ً ‫اسلم – يسلم – اسلم – اسلما‬ kata
‫ اسلما‬mempunyai arti “menyerahkan diri”.Dari asal kata itu dibentuk aslama yang berarti
memelihara dalam keadaan selamat dan sentosa, dan juga berarti menyerah diri, tunduk, patuh
dan taat.Kata aslama menjadi pokok dalam Islam, yang mengandung berbagai pemaknaan
disetiap pokoknya.Dengan demikian, Orang yang masuk islam maka secara otomatis orang itu
muslim, yaitu menyatakan bahwa dirinya taat, menyerahkan diri, dan pasti terjamin
keselamatan hidupnya di dunia dan di akhirat1.Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-
Baqarah ayat 112:

ْ‫س ل َ َمْ َو ْج َه هُْ ِ َلِلِْ َو ه ُ َوْ ُم ْح ِس نْ ف َ ل َ هُْ أ َ ْج ُر هُْ ِع نْ دَْ َر ب ِ ِهْ َو َلْ َخ ْو فْ عَ ل َ يْ ِه ْم‬
ْ َ ‫ب َ ل َ ىْ َم ْنْ أ‬
َْ‫َو َلْ ه ُ ْمْ ي َ ْح زَ ن ُ و ن‬
Artinya: (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Secara terminologis, Islam menurut Ahmad Abdullah Almasdoosi sebagai kaidah hidup
yang diturunkan manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi, dan terbina dalam bentuk
yang sempurna dalam Al-Qur’an yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi-Nya yang terakhir,
yaitu Nabi Muhammad yang memuat tuntunan yang jelas dan lengkap tentang aspek kehidupan
manusia baik secara spiritual maupun material.2
Sedangkan pengertian Islam secara istilah adalah sebagai agama yang mengatur
manusia agar selamat, sejahtera, aman, damai, dan menyerahkan diri kepada Allah, patuh dan
tunduk kepada-Nya serta mau beribadah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Sedangkan
di dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa agama Islam adalah agama yang diturunkan Allah
kepada Muhammad melalui malaikat jibril dengan tujuan agar manusia tersebut patuh dan
tunduk kepada-Nya3
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan
Allah kepada manusia melalui rasul-Nya yang berisi hukum-hukum untuk mengatur hubungan
segitiga yaitu hubungan antara manusia dengan Allah (hablum min Allah), hubungan manusia
dengan sesama manusia (hablum min Annas), dan hubungan antara manusia dengan
lingkungan alam semesta.
B. Ruang Lingkup Islam

1
Mahfud, Rois. AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam.Palangka Raya: Erlangga, 2011.
2
Munawar, Budhy. Argumen Islam Untuk Pluralisme Islam Progresif dan Perkembangan Diskurusnya.
Jakarta: GRASINDO, 2010.
3
Rakhmat, Jalaluddin. ISLAM dan PLURALISME Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan. SERAMBI.

2
Secara garis besar Islam memiliki ruang lingkup yang saling berkaitan yaitu
ruanglingkup keyakinan (akidah), lingkup norma (syari’at), dan prilaku (akhlak/behavior).
1. Akidah
Akidah secara etimologis berarti ikatan, simpul, perjanjian yang kuat dan kokoh. Ikatan
dalam hal ini merujuk pada makna dasar bahwa manusia sejak zaman azali sudah terikat
dengan suatu perjanjian yang kuat untuk menerima dan mengakui adanya Allah yang
menciptakan, mengatur dan menguasai dirinya.4Inti akidah adalah tauhid kepada Allah yang
berarti satu (esa) yang merupakan dasar kepercayaan yang menjiwai manusia manusia dan
seluruh aktifitas yang didedikasikan kepada Allah, dan terbebas dari perbuatan
menyekutukan Allah (syirik).
Akidah sebagai objek kajian akademik mencakup beberapa aspek diantaranya, aspek
Ilahiyah (ketuhanan), nubuwah, dan ruhaniyah arkanul iman (rukun iman). Pertama,
pembahasan aspek ilahiyah meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan Tuhan, seperrti
wujud Allah, sifat-sifat Allah, perbuatan dan nama-nama-Nya. Kedua, pembahasan tentang
nubuwah berkaitan dengan Nabi dan Rasul, kitab-kitab allah, dan kemukjizatannya. Ketiga,
aspek ruhaniyah membahas tentang segala sesuatu yang bersifat transcendental atau metafisik
seperti ruh, malaikat, jin, iblis, dan setan. Yang Keempat, sam’iyah yang membahas tentang
sesuatu yang dalil-dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah, alam barzah, azab dan kubur.
2. Syari’at
Syari’at secara etimologis berarti jalan ketempat pengairan, atau jalan pasal yang ditirut
atau tempat mengalir air di sungai. Seperti yang dijelaskan dalam QS. al-Maidah ayat 48 yang
mengandung arti jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan, yaitu agama yang
ditetapkan untuk manusia. Bagi siapapun yang mengikuti jalan yang jelas (agama) Allah SWT,
niscaya akan sampai pada tempat mengalirnya air sehingga jiwanya menjadi bersih.[8]
Ruang lingkup syariat secara umum di kategorikan ke dalam dua aspek, yaitu:
a) Ibadah adalah aturan mengenai hubungan langsung antara manusia dengan
Allah, secara garis besar terdapat dalam rukun islam yang lima.
b) Muamalah adalah peraturan mengenai hubungan manusia dengan sesama
manusia, seperti jual beli dll.
3. Akhlak
Akhlak secara bahasa merupakan jamak dari bentuk khulukun yang berarti budi pekerti,
perangai, tabiat, adat, tingkah laku, atau system prilaku yang dibuat. Sedangkan secara
terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk baik berupa
perkataan maupun perbuatan manusia, lahir dan batin.
Akhlak berarti budi pekertiatau perangai. Dalam berbagai literatur Islam, akhlak
diartikan sebagai:
a) Pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, tujuan perbuatan, serta pedoman
yang harus diikuti

4
Razak, Nasruddin. Dienul Islam. Bandung: Al ma’arif, 1989.

3
b) Pengetahuan yang menyelidiki perjalanan hidup manusia sebagai parameter
perbuatan, perkataan, dan ihwal kehidupannya
c) Sifat permanen dalam diri seseorang yang melahirkan perbuatan secara mudah tanpa
membutuhkan proses berfikir
d) Sekumpulan nilai yang menjadi pedomanberperilaku dan berbuat.5
C. Pengetian Pluralisme
Istilah “pluralisme agama” masih sering disalah fahami atau mengandung pengertian
yang kabur, meskipun secara terminologi sangat populer dan di sambut hangat secara universal.
Secara etimologis, pluralisme agama berasal dari dua kata yaitu “pluralisme” dan “agama”.
Dalam bahasa arab diterjemahkan “al-ta’addudiyahal- dinniyah”sedangkan di dalam bahasa
inggris “religious pluralism”.
Pluralisme berarti “jama” atau lebih dari satu. Sedangkan di dalam kamus bahasa
inggris pengertian pluralisme dilihat dari segi sosio-politis merupakan suatu system yang
mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras, suku, aliran maupun
partai yang tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat karakteristik diantara
kelompok-kelompok tersebut.
Para ahli di bidang sosiologi dan antropologi cenderung mendefinisikan agama dari
segi sosialnya yaitu suatu sistem kehidupan yang mengikat manusia dalam satuan-satuan atau
kelompok kehidupan sosial. Dengan demikian, definisi agama yang paling tepat adalah
mencakup semua jenis agama, kepercayaan, sekte, maupun berbagai jenis ideologi modern
seperti komunisme, humanisme, sekularisme nasionalisme dan lainnya. Dan jika pluralisme
dirangkai dengan kata agama sebagai predikatnya, maka dapat diartikan bahwa pluralitas
agama adalah kondisi hidup bersama (koeksistensi) antar agama (dalam arti yang luas) yang
berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran
masing-masing agama.6
Menurut M. Rasjidi memberikan definisi pluralisme sebatas sebagai realitas sosiologis,
bahwa pada kenyataannya masyarakat memang plural. Namun demikian pengakuan terhadap
realitas kemajemukan ini tidak berarti memberikan pengakuan terhadap kebenaran teologis
agama-agama lain. Sedangkan menurut Mukti Ali dan Ali Shihab menyatakan pluralisme
agama tidak sekedar memberikan eksistensi agama-agama lain, namun sebagai dasar
membangun sikap menghargai dan membangun keharmonisan antar umat beragama.
Definisi lebih liberal tentang konsep pluralisme agama menurut gagasan Nurcholis
Madjid, bahwa semua agama merupakan jalan kebenaran menuju tuhan. Dalam konteks ini,
Madjid menyatakan bahwa keragaman agama tidak hanya merupakan realitas sosial, tetepi
keragaman budaya justru menunjukan bahwakebenaran memang beragam. Pluralisme agama
tidak hanya dipandang sebagai fakta sosial yang fragmentatif, tetapi harus diyakini faktanya
mengenai kebenaran.7

5
Sumbulah, Umi. Islam “Radikal” dan pluralisme agama. Jakarta: Badan litbang dan diklat kementrian
agama RI, 2010.
6
Syukur, Amin. PENGANTAR STUDI ISLAM. Semarang: Pustaka Nuun, 2010.
7
Toha, Anis Malik. TREN PLURALSME AGAMA. Jakarta: Perspektif, 2005.

4
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pluralisme adalah mengakui bahwa
di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, terdapat bukan hanya agama kita sendiri,
tetapi ada pemeluk lain agama lainnya. Kita harus mengakui bahwa setiap agama dengan para
pemeluknya masing-masing mempunyai hak yang sama untuk eksis. Maka yang
harusdibangun adalah perasaan dan sikap saling menghormati, yaitu toleransi dalam arti aktif.
D. Pandangan Islam Terhadap Pluralisme
Konsep pluralisme dalam berbagai pandangan para intekektual Islam progresif telah
menjadi diskursus yang sangat luas dan mendalam dalam dunia Islam termasuk di Indonesia.
Bahkan pluralisme telah berkembang pesat dalam pemikiran Islam lewat penggalian
hermeneutika al-Qur’an. Islam tidak menafsirkan pluralitas dalam masyarakat, tetapi pluralitas
atau keanekaragaman dianggap sebagai sunanatullah (hukum Tuhan) sebagaimana pendapat
para intelektual Islam progresif.
Banyak ayat al-Qur’an yang mengandung nilai-nilai Pluralitas telah digali sisi hermeneutisnya,
diantaranya dalam al-Qur’an Surat al-Hujurat ayat 13:

َّ‫ارفُواَََّّّ إِن‬ ِ ِ ِ
َ َ‫وبَّ َوقَ بَائ لََّ ل تَ ع‬ ً ُ‫اسَّ إِّنَّ َخ لَ ْق نَا ُك ْمَّ م ْنَّ ذَ َك رَّ َوأُنْ ثَىَّ َو َج عَ لْ نَا ُك ْمَّ ُش ع‬
ُ ‫َيَّ أَيُّ َه اَّ الن‬
َّ‫أَ ْك َرمَ ُك ْمَّ عِ نْ َدَّ اّللَِّ أَتْ قَ ا ُك ْمَََّّّ إِنَّ اّللََّ عَ لِيمرَّ َخ بَِّير‬
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.

Berdasarkan ayat al-Quran ini dapat diketahui bahwa dijadikannya makhluk dengan
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan harapan agar antara satu dengan yang
lainnya dapat berinteraksi dengan baik dan positif. Dan diantara mereka diharapkan saling
menghargai perbedaan. Sikap kaum muslim kepada penganut agama lain sebagaimana
ditegaskan dalam al-Qur’an, yaitu berbuat baik kepada mereka dan tidak menjadikan
perbedaan agama sebagai alasan untuk bersikap tidak saling toleransi. Dalam al-Qur’an surat
Hud ayat 118 yang berbunyi:

َّ‫ي‬ ِِ ِ
َ ‫اسَّ أُم ةًَّ َواح َد ةًَََّّّ َوَلَّ يَ َزا لُو َنَّ ُمُْ تَ ل ف‬
َ ‫كَّ ََلَعَ لََّ الن‬
َ ُّ‫َولَ ْوَّ َش اءََّ َرب‬
Artinya: Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu,
tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.
Dari ayat ini dapat dipahami jikala Allah mau, dengan sangat mudahnya
akan menciptakan manusia dalam satu group, monolitik, dan satu agama, teta pi
Allah tidak menghendaki hal-hal tersebut.justru Allah menunjukkan pada realita,
pada hakikatnya manusia itu berbeda -beda, dan atas dasar inilah orang berbicara
tentang pluralisme kemudian setelah munculnya pluralisme, didalam al -Qur’an
pun menanggapinya melalui surat al-baqarah ayat 213 yaitu:

5
ِِ ِ
َ ِ‫ثَّ اّللَُّ الن بِي‬
ِ ‫َك ا َنَّ الن اسَّ أُم ةًَّ و‬
َُّ‫ينَّ َوأَنْ َز َلَّ مَ عَ ُه م‬ َ ِ‫يَّ مُ بَش ر‬
َ ‫ينَّ َومُ نْ ذ ر‬ َ َ‫اح َد ةًَّ فَ بَ ع‬ َ ُ
َّ‫فَّ فِيهَِّ إِل‬ َ َ‫اخ تَ ل‬
ِِ
ْ َّ‫اخ تَ لَفُ واَّ ف يهَََّّّ َومَ ا‬ ْ َّ‫يم ا‬
ِ ِ ‫ا لْكِ ت ابَّ ِب ْْل ِقَّ لِي ح ُك مَّ ب يَّ الن‬
َ ‫اسَّ ف‬ َ َْ َ ْ َ َ َ َ
َّ‫ينَّ آمَ نُواَّ لِ َم ا‬ ِ
َ ‫اتَّ بَ غْ يًاَّ بَ يْ نَ ُه ْمَََّّّ فَ َه َد ىَّ اّللَُّ ال ذ‬
ِ ِ
ُ َ‫ينَّ أُوتُوهَُّ م ْنَّ بَ عْ دَّ مَ اَّ َج اءَ ْْتُمَُّ ا لْبَ يِن‬
ِ
َ ‫ال ذ‬
َّ‫ص َراطَّ مُ ْس تَقِ يم‬ ِ َّ‫اخ تَ لَفُ واَّ فِيهَِّ ِم نَّ ا ْْل ِقَّ ِبِِذْ نِهَََِّّّ واّللَّ ي ه دِ يَّ م نَّ ي َش اءَّ إِ َل‬
ُ َ َْ َْ ُ َ َ َ ْ
Artinya: Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab
yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan
kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,
karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman
kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan
Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
Pada ayat ini menimbulkan tiga fakta yaitu kesatuan umat di bawah satu Tuhan;
kekhususan agama-agama yang di bawa oleh para nabi; dan peranan wahyu (kitab suci) dalam
mendamaikan perbedaan di antara berbagai umat beragama. Dari ketiganya merupakan
konsepsi fundamental al-Qur’an tentang pluralisme agama. Di satu sisi, konsepsi itu tidak
mengingkari kekhususan berbagai agama, dan di sisi lain menekankan kebutuhan untuk
mengakui kesatuan manusia dan kebutuhan saling memahami antar umat beragama.
Kemajemukan sangat dihargai dalam agama Islam, karena Islam sebagai al-din merupakan
agama Allah yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan, salah satu fitrah itu adalah kemajemukan
yang hakikatnya bersumber dari ajaran agama. 8
Salah satu pokok dari pluralisme agama adalah munculnya kesadaran bahwa agama-
agama berada dalam posisi dan kedudukan yang paralel. Argumen utama pluralisme dalam al-
Qur’an didasarkan pada hubungan antara keimanan yang pribadi, dan proyeksi publiknya
dalam masyarakat Islam. Berkenaan dengan keimanan pribadi itu, al-Qur’an bersifat non-
intervisionis (misalnya, segala bentuk otoritas manusia tidak boleh mengganggu keyakinan
batin individu). Sedangkan proyeksi public keimanan, sikap al-Qur’an didasarkan pada prinsip
koeksistensi, yaitu kesediaan dari umat dominan untuk memberikan kebebasan bagi umat
beragama lain dengan aturan mereka sendiri termasuk hidup berdampingan dengan
orang Muslim.9
E. Fakktor-Faktor Tumbuh Kembangnya Pluralisme
1. Faktor Internal
Faktor internal disini yaitu mengenai masalah teologis. Keyakinan seseorang yang
mutlak dan absolut terhadap apa yang diyakini dan diimaninya merupakan hal yang wajar.
Sikap absolutisme agama tak ada yangmempertantangkannya hingga muncul teori tentang

8
Usman, Ali. MENEGAKKAN PLURALISME Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh Muhammadiyah.
Jakarta: LSAF, 2008.
9
Qodir, Zuly. PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM Wacana dan Aksi Islam Indonesia. Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR, 2006.

6
relativisme agama. Pemikiran relativisme ini merupakan sebuah sikap pluralisme terhadap
agama.10
2. Faktor Eksternal
a) Faktor Sosio-Politik
Faktor ini berhubungan dengan munculnya pemikiran mengenai masalah liberalisme yang
menyuarakan kebebasan, toleransi, kesamaan, dan pluralisme. Liberalisme inilah yang menjadi
cikal bakal pluralisme. Pada awalnya liberalisme hanya menyangkut mengenai masalah politik
belaka, namun pada akhirnya menyangkut masalah keagamaan juga. Politik liberal atau proses
demokratisasi telah menciptakan perubahan yang sistematis dan luar biasa dalam sikap dan
pandangan manusia terhadapa agama secara umum. Sehingga dari sikap ini timbullah
pluralisme agama.5Situasi politik global yang kita alami saat ini menjelaskan kepada kita
secara gamblang tentang betapa dominannya kepentingan politik ekonomi barat terhadap dunia
secara umum. Dari sinilah terlihat jelas hakikat tujuan yang sebenarnya sikap ngotot barat
untuk memonopoli tafsir tunggal mereka tentang demokrasi. Maka pluralisme agama yang
diciptakan hanya merupakan salah satu instrumen politik global untuk menghalangi munculnya
kekuatan-kekuatan lain yang akan menghalanginya.11
b) Faktor Keilmuan
Pada hakikatnya, terdapat banyak faktor keilmuan yang berkaitan dengan munculnya
pluralisme. Namun yang berkaitan langsung dengan pembahasan ini adalah maraknya studi-
studi ilmiah modern terhadap agama-agama dunia, atau yang sering dikenal dengan
perbandingan agama. Diantara temuan dan kesimpulan penting yang telah dicapai adalah
bahwa agama-agama di dunia hanyalah merupakan ekspresi atau manifestasi yang beragam
dari suatu hakikat metafisik yang absolut dan tunggal, dengan kata lain semua
agama adalah sama.12

10
Yusuf Mundzirin dkk.Islam Budaya Lokal.(Jogyakarta,PokjaAkademik UIN Sunan
Kalijaga.2005), 87.
11
Sururin .Nilai-nilai Pluralisme Dalam Islam:Bingkai Gagasan Yang Berserak.(Bandung:Nuansa
2005), 87.
12
Ibid., 89.

7
BAB Ⅲ
PENUTUP
A.Kesimpulan
Islam tidak memandang pluralisme sebagai sebuah perpecahan yang berdampak
negatif, akantetapi Islam memandang pluralisme sebagai rahmat yang Allah turunkan kepada
makhluk-Nya. Dengan pluralitas, kehidupan menjadi dinamis dan tidak stagnan karena
terdapat kompetisi dari masing-masing elemen untuk berbuat yang terbaik. Hal ini membuat
hidup menjadi tidak membosankan karena selalu ada pembaruan menuju kemajuan.
Pluralisme merupakan hukum Allah yaitu bahwa Allah telah menciptakan manusia
secara plural, beragam dan berbeda-beda dan berwarna-warni bahkan tidak ada yang sama
didunia ini. Pluralisme ingin mengenalkan kepada manusia akan adanya keberanekaragaman
dalam hal budaya, pikiran, ideology, ras, keyakinan, jenis kelamin, biologis, sosial, geografis
dan sebagainya. Pluralisme merupakan pandangan dasar islam sekaligus cara yang baik untuk
mengatasi konflik dan kekerasan antar masyarakat.
Pluralisme adalah penngakuan terhadap keyakinan setiap orang atas kebenaran agama
masing-masing, kemudian mencari titik temu dan bersepakat untuk berbeda dengan sikap
saling menghargai mengenai hal yang tidak menemukan suatu titik temu. Dan apabila sudah
disepakati maka akan damai dalam perbedaan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Mahfud, Rois. AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam.Palangka Raya: Erlangga, 2011.

Munawar,Budhy.Argumen Islam Untuk Pluralisme Islam Progresif Dan Berkembangnya


Diskurusnya.Jakarta:Grasindo,2010.

Rakhmat, Jalaluddin. ISLAM dan PLURALISME Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan.


SERAMBI.

Razak, Nasruddin. Dienul Islam. Bandung: Al ma’arif, 1989.

Sumbulah, Umi. Islam “Radikal” dan pluralisme agama. Jakarta: Badan litbang dan diklat
kementrian agama RI, 2010.

Syukur, Amin. PENGANTAR STUDI ISLAM. Semarang: Pustaka Nuun, 2010.

Toha, Anis Malik. TREN PLURALSME AGAMA. Jakarta: Perspektif, 2005.

Usman, Ali. MENEGAKKAN PLURALISME Fundamentalisme-Konservatif di Tubuh


Muhammadiyah. Jakarta: LSAF, 2008.

Qodir, Zuly. PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM Wacana dan Aksi Islam Indonesia.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2006.

Yusuf Mundzirin dkk.Islam Budaya Lokal.(Jogyakarta,PokjaAkademik UIN Sunan


Kalijaga.2005), 87.

Sururin .Nilai-nilai Pluralisme Dalam Islam:Bingkai Gagasan Yang


Berserak.(Bandung:Nuansa 2005), 87.

Ibid., 89.

You might also like