Professional Documents
Culture Documents
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang
ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Bontang, 31 Desember 2021
1.1.
Perjanjian pengikatan jual beli adalah Pasal 1457 KUHPerdata yang menyebutkan “jual
beli adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain untuk membayar harga yang telah
ditetapkan”.
1.2.
Kreditor dalam Kepailitan sesuai Pasal 1 angka 2 UUK dan PKPU adalah orang yang
mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka
pengadilan. Penjelasan pasal 2 ayat 1 yang mengatur mengenai syarat pailit telah
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kreditor adalah baik kreditor, konkuren,
kreditor separatis, maupun kreditor preferen. Menurut Sutan Remy yang dimaksud
dengan kreditor sebagai peohon pernyataan pailit adalah sembarang kreditor.
1.3.
PKPU dan pilit telah diatur dalam Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang
Kepailitan dan PKPU disingkat UUK 2004 Pasal 222 ayat 2.
Pasal 222 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU memungkinkan permohonan PKPU diajukan
oleh Debitor (orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang
pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan) yang mempunyai lebih dari 1 (satu)
Kreditor, atau diajukan oleh Kreditor (orang yang mempunyai piutang karena perjanjian
atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan.
2.1.
Terhadap adanya kewenangan Yayasan untuk membentuk badan usaha tersebut, perlu
diingat ketentuan Pasal 7 ayat (3) yang menyatakan bahwa Organ Yayasan dilarang
merangkap sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau
Pengawas dari badan usaha yang dibentuk oleh Yayasan. Yayasan tidak boleh
membagikan hasil kegiatan usaha kepada Organ Yayasan. Sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan yang bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, sehingga seseorang
yang menjadi anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan harus bekerja
Jawaban UAS_HKUM4207_Hukum Dagang dan Kepailitan
2
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842
secara sukarela tanpa menerima gaji, upah, atau honor tetap. Kekayaan Yayasan baik
berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan, dilarang dialihkan
atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah,
maupun
honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus
dan Pengawas. Namun demikian, berdasarkan bunyi ketentuan Pasal 7 ayat (3) tersebut
di atas secara eksplisit hanya melarang Organ Yayasan merangkap sebagai
Direksi/Pengurus/Dewan Komisaris/Pengawas dari badan usaha milik Yayasan, dan
tidak diatur mengenai larangan bagi anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas
Yayasan untuk menjadi pemegang saham maupun karyawan dari badan usaha yang
dibentuk. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan hubungan hukum antara
Direksi/Pengurus/Dewan Komisaris/Pengawas, Pemegang Saham dan Karyawan.
Dengan demikian, secara eksplisit dapat ditafsirkan bahwa Organ Yayasan dapat
menjadi pemegang saham maupun menjadi karyawan dari badan usaha yang dibentuk
Yayasan.
Jika melihat dari sisi filosofis maka telah menyimpang; disebabkan antara lain ;
a. sulit untuk menentukan secara sederhana apa yang dipahami sebagai kegiatan
sosial benar-benar merupakan kegiatan sosial yang sama sekali terhindar dari
aspek komersial.
b. peraturan perundang-undangan. Dalam berbagai peraturan perundangundangan
dapat ditemukan ketentuan yang mensyaratkan penyelenggaraan suatu kegiatan
dilakukan oleh Yayasan. Akibatnya adalah Yayasan didirikan untuk sekedar
memenuhi persyaratan peraturan perundangundangan. Padahal Yayasan
tersebut dikelola sebagaimana layaknya sebuah PT yang merupakan badan
hukum yang mencari keuntungan.
c. Yayasan digunakan sebagaimana layaknya PT. Yayasan demikian didirikan
dengan maksud sebenarnya untuk mencari keuntungan baik langsung maupun
tidak langsung. Banyak contoh untuk hal ini. Yayasan didirikan untuk memiliki
saham, untuk mengelola gedung secara komersial, bahkan biro perjalanan yang
menawarkan perjalanan ke tempat-tempat suci sering menggunakan Yayasan
sebagai badan “usaha”-nya.
2.2.
Yayasan didefinisikan sebagai badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan bertujuan mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan,
serta tidak memiliki anggota.
Pendirian yayasan dilakukan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian
harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Namun, yang dimaksud dengan
“orang” di sini bukan hanya orang perseorangan, melainkan termasuk juga badan hukum.
2.3.
Dalam Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, yang
menyatakan bahwa anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang
Jawaban UAS_HKUM4207_Hukum Dagang dan Kepailitan
3
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842
merangkap sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau
Pengawas dari badan usaha yang dibentuk oleh Yayasan bersangkutan.
3.1.
d. memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat dari
barang dan/atau jasa yang diproduksi;
e. tidak memiliki daya pembeda;
f. merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum; dan/atau
g. mengandung bentuk yang bersifat fungsional.
3.2.
Di Indonesia telah disahkan Undang-undang tentang Merek yaitu UU No. 15 Tahun 2001
sebagai bentuk perlindungan terhadap merek-merek terdaftar. Adanya perlindungan
hukum bagi pemilik merek yang sah dimaksudkan untuk memberikan hak yang sifatnya
eksklusif (khusus) bagi pemilik merek (exclusive right) agar pihak lain tidak dapat
menggunakan tanda yang sama atau mirip dengan yang dimilikinya baik untuk barang
atau jasa yang sama atau hampir sama. Telah diaturnya syaratsyarat yang harus
dipenuhi oleh si pemohon dalam mengajukan permohonan pendaftaran merek tidak
menghilangkan sama sekali terjadinya pelanggaran merek oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab.
Sistem pendaftaran merek di Indonesia saat ini adalah sistem konstitutif, oleh karena itu
bagi pelaku usaha disarankan agar dengan cepat mendaftarkan merek dagang dan/atau
merek jasa ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Pihak pemegang merek
sebaiknya segera mengajukan gugatan ke pengadilan jika terdapat indikasi pelanggaran
merek yang dilakukan oleh pihak lain sehingga kerugian yang dialami oleh produsen
maupun konsumen tidak semakin besar.
Jawaban UAS_HKUM4207_Hukum Dagang dan Kepailitan
5
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842
3.3.
Jika pemilik merek merasa hak nya dilanggar, pemilik merek bisa melakukan gugatan
perdata, aduan pidana atau alternatif penyelesaian lainnya. Sebaiknya penyelesaian di
luar pengadilan lebih didahulukan.
Gugatan Perdata Menurut Pasal 83 UU Merek, pemilik merek terdaftar dapat menggugat
pihak lain yang menggunakan mereknya tanpa izin (tanpa hak) di Pengadilan Niaga.
Gugatan tersebut dapat berupa tuntutan ganti rugi maupun permintaan penghentian
kegiatan bisnis pelanggar merek. Hal tersebut dapat dilakukan jika pelanggar merek
menggunakan merek yang mirip atau sama persis untuk barang/jasa sejenis (di kelas
yang sama). Selain pemilik merek terdaftar, gugatan juga dapat dilakukan oleh pemilik
merek terkenal yang belum terdaftar.
Pemilik merek bisa menempuh jalur pidana jika mereknya dilanggar. Ketentuan pidana
untuk pelanggaran merek merupakan delik aduan menurut Pasal 103 UU Merek. Artinya,
pelanggaran merek tidak akan akan ditindak oleh penegak hukum tanpa aduan dari
pemilik merek. Menurut Pasal 100 UU Merek, pelanggaran merek yang sama persis dan
berjenis sama dapat dipenjara maksimal 5 tahun serta denda maksimal 2 Milyar Rupiah.
Sedangkan untuk pelanggar merek yang barangnya mirip diancam dengan pidana
penjara maksimal 4 tahun serta denda maksimal 2 Milyar Rupiah. Bahkan terdapat
ancaman pidana yang lebih berat bagi pelanggar merek yang barangnya mengakibatkan
gangguan kesehatan, lingkungan hingga kematian. Pelanggar merek tersebut akan bisa
dipidana penjara selama 10 tahun (maksimal) dan denda sampai 5 Milyar Rupiah. Tidak
hanya bagi produsen, ancaman pidana juga untuk penjual merek tiruan. Khusus penjual
merek hasil tiruan, baik berupa barang maupun jasa, dapat dipidana kurungan maksimal
1 tahun atau denda sampai 200 Juta Rupiah. Ketentuan tersebut sesuai Pasal 102 UU
Merek.
Selain menempuh jalur hukum, baik perdata maupun pidana, pemilik merek yang
dilanggar mereknya dapat menggunakan cara alternatif penyelesaian sengketa. Hal
tersebut diatur pada Pasal 93 UU Merek. Menurut penjelasan Pasal 93 UU Merek, yang
dimaksud dengan “alternatif penyelesaian sengketa” antara lain negosiasi, mediasi,
konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak. Dengan menempuh cara ini, solusi
yang ditawarkan bisa menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya, pemilik merek dapat
menawarkan penggunaan mereknya secara sah kepada pelanggar merek melalui
mekanisme lisensi merek. Hal itu dapat dilakukan dengan negosiasi kedua pihak.
Menempuh cara alternatif tidak memakan banyak waktu dan biaya. Jika cara ini tetap
buntu, sebaiknya meneruskan pada jalur pidana maupun perdata untuk memberi efek
jera bagi pelanggar merek dan mengembalikan kerugian pemilik merek yang sah.
4.1.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (UU Kepailitan), kepailitan adalah sita umum atas semua
kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di
bawah pengawasan Hakim Pengawas. Sedangkan, PKPU sendiri tidak diberikan definisi
oleh UU Kepailitan. Akan tetapi, dari rumusan pengaturan mengenai PKPU dalam UU
Kepailitan kita dapat melihat bahwa PKPU adalah sebuah cara yang digunakan oleh
debitur maupun kreditur dalam hal debitur atau kreditur menilai debitur tidak dapat atau
diperkirakan tidak akan dapat lagi melanjutkan pembayaran utang-utangnya yang sudah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dengan maksud agar tercapai rencana perdamaian
(meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditur) antara
debitur dan kreditur agar debitur tidak perlu dipailitkan (Pasal 222 UU Kepailitan juncto
Pasal 228 ayat 5 UU Kepailitan).
Jawaban UAS_HKUM4207_Hukum Dagang dan Kepailitan
6
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842
Dalam hal terdapat permohonan PKPU dan kepailitan, permohonan PKPU didahulukan
daripada kepailitan (Pasal 229 ayat 3 dan ayat 4 UU Kepailitan):
3. Apabila permohonan pernyataan pailit dan permohonan penundaan kewajiban
pembayaran utang diperiksa pada saat yang bersamaan, permohonan penundaan
kewajiban pembayaran utang harus diputuskan terlebih dahulu.
4. Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang yang diajukan setelah
adanya permohonan pernyataan pailit yang diajukan terhadap Debitor, agar dapat
diputus terlebih dahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib diajukan pada
sidang pertama pemeriksaan permohonan pernyataan pailit.
4.2.
Dalam kepailitan, harta debitur akan digunakan untuk membayar semua utang-utangnya
yang sudah dicocokkan, sedangkan dalam PKPU, harta debitur akan dikelola sehingga
menghasilkan dan dapat digunakan untuk membayar utang-utang debitur.
Upaya Hukum; Terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit, dapat diajukan
kasasi ke Mahkamah Agung (Pasal 11 ayat [1] UU Kepailitan). Selain itu terhadap
putusan atas permohonan pernyataan pailit yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, dapat diajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung (Pasal 14 UU Kepailitan).
Sedangkan Terhadap putusan PKPU tidak dapat diajukan upaya hukum apapun (Pasal
235 ayat [1] UU Kepailitan).
Yang melakukan pengurusan harta debitur jika Kepailitan adalah Kurator, sedangkan
PKPU adalah Pengurus.
Kewenangan debitur dalam Kepailitan adalah sejak tanggal putusan pernyataan pailit
diucapkan, debitur kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya
yang termasuk dalam harta pailit (Pasal 24 ayat [1] UU Kepailitan). Sedangkan PKPU
adalah debitur masih dapat melakukan pengurusan terhadap hartanya selama
mendapatkan persetujuan dari pengurus (Pasal 240 UU Kepailitan).
Jangka waktu penyelesaian dalam Kepailitan adalah setelah diputuskannya pailit oleh
Pengadilan Niaga, tidak ada batas waktu tertentu untuk penyelesaian seluruh proses
kepailitan, sedangkan Dalam PKPU, PKPU dan perpanjangannya tidak boleh melebihi
270 (dua ratus tujuh puluh) hari setelah putusan PKPU sementara diucapkan (Pasal 228
ayat [6] UU Kepailitan).
4.3.
Kepailitan dapat berakhir dengan suatu perdamaian. Perdamaian ini dilakukan dengan
cara perjanjian antara debitor pailit dengan para kreditor untuk membayar sebagaian
utangnya terlebih dahulu.
memiliki keterkaitan dan berada dalam satu undang-undang nomor 37 tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Pailit merupakan
sebuah keadaan dimana seorang debitor tidak mampu membayar utang hingga melewati
jatuh tempo. Pailit sangat berbeda dengan bangkrut, bangkrut adalah keadaan rugi
meskipun tidak memiliki utang. Sedangkan PKPU adalah upaya perdamaian yang
ditawarkan debitor untuk menyelesaikan utang-utang tersebut agar tidak dinyatakan
pailit.
Adapun kelebihan dari proses melalui permohonan pailit, debitor masih memiliki upaya
hukum dan juga hak menyampaikan perdamaian jika dirasa mampu melakukan
Jawaban UAS_HKUM4207_Hukum Dagang dan Kepailitan
7
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842
pembayaran terhadap tagihan kreditor. Di sisi lain kreditor sudah mempersiapkan resiko
terburuk jika pada akhirnya harus menerima ketika boedel pailit tidak bisa memenuhi total
tagihan dan pembayaran secara pari passu pro rata (setelah kreditor preferen dan
separatis).
Sedangkan kelebihan dari proses permohonan PKPU, adalah ada waktu yang cukup
Panjang untuk membahas skema perdamaian yang memungkinkan debitor dan kreditor
bersepakat.
Perdamaian dalam kepailitan adalah perjanjian antara debitor pailit dengan para kreditor
dimana menawarkan pembayaran sebagian dari utangnya dengan syarat bahwa setelah
melakukan pembayaran tersebut, ia dibebaskan dari sisa utangnya, sehingga ia tidak
mempunyai utang lagi. Kepailitan yang berakhir melalui akur disebut juga berakhir
perantaraan hakim (pengadilan). Akur lazimnya berisi kemungkinan seperti di bawah ini:
Perdamaian / akur diatur secara lengkap pada dalam lampiran 144-177 Undang-undang
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang. Sebagimana telah diatur pada pasal 144 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang menerangkan
bahwa Debitur pailit berhak untuk menawarkan perdamaian pada semua kreditur.
Rencana perdamaian tersebut diterima apabila disetujui oleh ½ jumlah kreditur yang
hadir dalam rapat yang minimal dihadiri oleh 2/3 jumlah kreditur kongkuren yang ada,
sebagaimana disebutkan pada pasal 144 - 163 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Jika perdamaian
tersebut dapat diterima oleh para kreditur, pengadilan akan memutuskan pengesahan
perdamaian tersebut dan sidang akan diadakan paling cepat 8 hari atau paling lama 14
hari setelah diajukannya perdamaian.
Seperti yang telah disebutkan pasal 166 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004, bahwa
apabila pengesahan perdamaian telah memperoleh kekuatan pasti, kepailitan berakhir.
Karena itu, kurator wajib melakukan perhitungan dan pertanggungjawaban kepada
debitur pailit di hadapan hakim pengawas, serta apabila dalam perdamaian tidak
ditetapkan lain, kurator harus mengembalikan semua barang, uang, buku, dan surat yang
termasuk harta pailit kepada debitur pailit.
Jawaban UAS_HKUM4207_Hukum Dagang dan Kepailitan
8
NAMA : Demas Ahmad Hasanuddin
NIM : 043412842
Namun, tidak semua penawaran pailit diterima oleh para kreditur, tidak menutup
kemungkinan bahwa penawaran tersebut mengalami penolakan. Seperti yang diatur
pada pasal 159 (2) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang menyebutkn bahwa pengadilan wajib
menolak pengesahan perdamaian apabila:
Apabila rencana perdamaian yang ditawarkan tersebut ditolak atau tidak dapat diterima,
atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum
tetap, maka harta pailit berada pada keaadaan insolvensi (pasal 178 (1) Undang-undang
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang). Kemudian, apabila perdamaian atau pegesahan perdamaian tersebut ditolak,
maka debitur pailit tidak dapat menawarkan perdamaian lagi pada kepailitan tersebut.
Referensi :