You are on page 1of 2

Setelah mahasiswa mempelajari materi pada Sesi 8, yaitu Alasan

Pembenar dan Alasan Pemaaf dalam Hukum Pidana, mahasiswa/i


diminta untuk memberikan penjelasan atau tanggapan terhadap materi
diskusi mengenai......

"alasan pembenar dan pemaaf dalam hukum pidana termasuk


perbedaannya, berikan dasar hukum untuk masing-masing dan contoh
kasus dan berikan pula analisis atas kasus yang saudara buat!"

Selamat mengerjakan, tetap semangat dan jaga kesehatan.

Jawab

Alasan pembenar dalam hukum pidana atau yang disebut Rechtvaardigingsground


yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yang
dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan yang patut dan benar. Alasan pembenar
dikenal juga fait justificatif atau rechtfertigungsgrund. Alasan pembenar menghapuskan
sifat melawan hukumnya perbuatan, meskipun perbuatan ini telah memenuhi rumusan
delik dalam undang-undang. Kalau perbuatannya tidak melawan hukum maka tidak
mungkin ada pemidanaan.
Contoh kasusnya adalah : Dalam hal densus 88 melakukan tindakan tembak di tempat
terhadap pelaku terorisme, mana dimungkinkan terjadi perampaskan nyawa seseorang.
Dalam hal ini, tentunya merupakan suatu pelanggaran tindak pidana pembunuhan dan
pelanggaran hak, namun dalam hal ini dapat diberlakukan alasan pembenar. Dasar aturan
hukum dari dilakukan tembak di tempat terhadap teroris adalah Pasal 48 KUH Pidana
tentang adanya daya paksa, Pasal 49 ayat (1) KUH Pidana yang mengatur tentang
pembelaan terpaksa, Pasal 50 KUH Pidana yang menyatakan barang siapa melakukan
perbuatan untuk menjalankan undang-undang, tidak boleh dihukum, Pasal 51 KUHP ayat
(1) menyatakan bahwa barang siapa melakukan perbuatan untuk menjalankan perintah
jabatan yang diberikan oleh kuasa yang berhak akan itu, tidak boleh dihukum.
Menurut saya, dalam hal penegakkan hukum, dimana penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya, dalam hal penangkapan penjahat atau pelanggar hukum yang
mana melawan petugas dan atau dimungkinkan adanya perlawanan, dalam hal tindakan
tegas berupa penembakan terhadap pelaku tindak pidana yang mana dimungkinkan suatu
cedera dan atau dimungkinkan terjadinya kematian terhadap pelaku tindak pidana yang
melawan merupakan suatu tindakan yang dapat dibenarkan.

Alasan Pemaaf dalam hukum pidana yaitu alasan yang menghapuskan kesalahan
terdakwa. Perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat melawan hukum jadi
tetap merupakan perbuatan pidana, tetapi dia tidak dipidana karena tidak ada kesalahan.
Alasan pemaaf atau alasan penghapus kesalahan dikenal juga dengan
schulduitsluittingsground-fait d’excuse, entschuldgungsfrund,
schuldausschliesungsgrund. Alasan pemaaf menyangkut pribadi si pembuat, dalam arti
bahwa orang ini tidak dapat dicela menurut hukum dengan perkataan lain ia tidak
bersalah atau tidak dapat dipertanggungjawabkan, meskipun perbuatannya bersifat
melawan hukum.
Contoh kasusnya adalah : Pada kasus perkara Pidana, Putusan Pengadilan negeri
Tangerang No. 115/Pid.B/2006/PN.TNG tanggal 24 april 2006 jo Mahkamah Agung
No.1850k/Pid/2006, di mana terdakwa Rici Lusiyani Binti Sukri melakukan tindakan
penganiayaan terhadap korban Erlin Harliati yang mengakibatkan matinya korban. Secara
pidana telah melanggar Pasal 351 ayat (3) KUH Pidana di mana melakukan tindak pidana
penganiayaan yang mengakibatkan mati. Dalam putusan hakim menyatakan bahwa
perbuatan terdakwa Rici Lusiyani Binti Sukri sebagaimana didakwakan kepadanya
terbukti sah dan meyakinkan, tetapi kepadanya tidak dapat diminta pertanggungjawaban
pidananya. Alasan putusan ini adalah pertimbangan hukum karena keadaan jiwanya yang
tidak normal yang sebagaimana menurut Pasal 44 KUH Pidana, pelaku yang
sakit/terganggu jiwanya/tidak mampu bertanggung jawab tidak boleh dihukum, yang
mana hal ini dibuktikan berdasarkan keterangan ahli Dr. Rosmalia Suparso, sp Kj dan
bukti visum et refertum Psychiatrium No. 445.I/6370-Isi/12/2005 tanggal 23 November
2005 yang berkesimpulan bahwa dalam diri terdakwa (Rici Lusiyani Binti Sukri) terdapat
gangguan kejiwaan berat yang diistilahkan dalam kedokteran sebagai gangguan Psikotik
Polimorfik Akut dengan gejala Skizofrenia.
Menurut saya, walaupun terdapat sakit maupun gangguan kejiwaan, dalam hal bilamana
seseorang telah melakukan dan terbukti melakukan yang melanggar ketentuan pidana,
seharusnya tetaplah di pidana, sehingga menurut saya perlunya revisi perundang-
undangan dalam pengaturan ketentuan hukuman terhadap pelaku tindak pidana yang
mana dibuktikan bahwa kondisi pelaku sakit dan ataupun terdapat gangguan kejiwaan.
Beberapa solusi yang dimungkinkan adalah mendirikan rumah tahanan khusus bagi
pelaku tindak pidana yang mana terdapat kondisi sakit dan atau gangguan kejiwaan,
sebab hal ini guna menghindari kejadian serupa atau tindakan pidana lainnya yang
dimungkinkan dilakukan oleh pelaku di kemudian hari.

Pustaka

Eddy, 2021, buku materi pokok (bmp), “ Hukum Pidana”, hal 9.1-8.50,, tangerang selatan
:universitas terbuka
Salem, 2018, “Penggunaan Tindakan Tembak di tempat terhadap pelaku terorisme oleh
densus 88 dikaitkan dengan asas Praduga Tidak Bersalah”, ISSN Online : 2622-7045
Izaak, 2016, Lex Crimen vol.V/no.6/Ags/2016, “Penerapan Alasan Penghapus Pidana
dan Pertimbangan Hukumnya”

You might also like