You are on page 1of 12

EnviroScienteae 11 (2015) 175-186 ISSN 1978-8096

KAJIAN PERILAKU BEKANTAN (Nasalis larvatus)


PADA KONSERVASI EKS SITU DI PT INDOCEMENT TARJUN

Teguh Iman Basoeki1), Yudi Firmanul Arifin2), Moehansyah3), Abdi Fithria4)


1)
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat
bteguhiman@yahoo.com
2)
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
yudifirmanul@yahoo.com
3)
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
h.moehansyah@gmail.com
4)
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
abdifithriasylva9999@gmail.com

Keywords : Bekantan, Ex-Situ Conservation, Behaviour

Abstract

Research was aimed to study the behavior of Bekantan (Nasalis larvatus) in ex-situ
conservation at PT Indocement Tarjun. The research of Bekantan’s behavior used several
methodology. Firstly, it was observed several kinds and compositions of daily food which
was consumed by Bekantan. Secondly, it was also observed the average daily behavior such
as : the movement, the visual body condition and the growth in weight and height of
Bekantan. The Observations were done for 2 months in 4 sample of the research. The results
were compared to the Bekantan’s behavior which lived in its nature habitat. The results
showed that there was no difference of its behavior in the study of food composition between
the Bekantan in ex-situ conservation compare to the Bekantan in its nature habitat. In
average, Bekantan in ex-situ conservation ate 76% leaves’tip. It was also investigated that
several kinds of food eaten by Bekantan in ex-situ conservation, such as : “balaran” leaf (
Ipomea sp ), “kacangan” leaf ( Calopogonium caerulium), which are usually planted as cover
crop, and “ketapang’s” tip of leaf ( T. catappa ). The daily activity of Bekantan’s behavior in
ex-situ conservation was shown that there was no difference of its behavior compare to the
Bekantan in its nature habitat. The Bekantan in its nature habit was mainly doing no activity,
except resting and sleeping. The Bekantan in ex-situ conservation had more activity of
movement. They moved, jumped, swinged, and walking using 2 or 4 feet. The conclusion of
this research was found a similar eating habits of Bekantan in ex-situ conservation at PT
Indocement Tarjun and Bekantan which lived in its habit. The investigation of food
compositions showed that about 76% of both Bekantan ate leaves. The leaves’s tip could get
from both tips of tree leaf or vegetables. There was a changing of Bekantan’s behavior in term
of its movement. Bekantan in ex-situ conservation moved with jumping, swinging, and
walking with 2 or 4 feet, hanging, and propagation.

Pendahuluan (Jolly,1972) adalah binatang khas endemik


Kalimantan dan menjadi symbol binatang
Bekantan (Nasalis larvatus) masuk khas Kalimantan Selatan melalui Surat
dalam golongan monyet ekor panjang Keputusan Gubernur Kepala Daerah
dengan ordo Primata, Family Tingkat I Kalimantan Selatan No. 29 Tahun
Cercophitecidae, Sub Family Colobinae 1990 tentang Penetapan Identitas Daerah
176 Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186

Provinsi Tingkat I Kalimantan Selatan yang kematian bekantan karena sakit dan stress
penetapannya disetujui oleh DPRD TK I terperangkap jaring atau jebakan yang
Kalimantan Selatan, melalui persetujuan dibuat oleh masyarakat.
DPRD No. 161 /112 / DPRD, tanggal 28 Langkah konservasi eks situ bekantan
Maret 1990. ini tentunya sangat baik jika juga dilakukan
Bekantan atau juga bisa dinamakan pengamatan terhadap pola perilaku
Proboscis monkey telah dinyatakan sebagai bekantan di konservasi eks situ untuk
binatang langka bahkan sejak Pemerintahan kemudian dibuatkan laporan
Hindia Belanda juga telah membuat terdokumentasi yang nantinya bisa dibuat
peraturan perlindungannya melalui sebagai dasar acuan dalam tindakan
Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun selanjutnya untuk konservasi bekantan. Hal
1931. Sejak tahun 2011 sudah inilah yang menjadi latar belakang dalam
dikategorikan langka (endangered) oleh tesis ini untuk mengetahui kemampuan
International Union for Concervation of perilaku bekantan di konservasi eks situ
Nature and Natural Resources – IUCN, khususnya di konservasi eks situ PT
Sepesies ini terdaftar sebagai Appendix I Indocement Tarjun. Data penelitian
dalam CITES ( 01/07/1975 ) dan di merupakan analisa dari data yang telah
Indonesia primata yang satu ini telah lebih dilakukan sejak konservasi eks situ
dulu dilindungi oleh peraturan perundang- dilakukan sehingga analisa pengamatan
undangan, seperti UU No.5/1990 tentang yang lebih mendalam dalam periode
Konservasi Sumberdaya Hayati dan pengamatan di February 2015 sampai
Ekosistemnya, SK Menteri Kehutanan No. dengan Maret 2015.
301/Kpts-II/1991 (10 Juni 1991), SK Penelitian yang dilakukan dalam
Menteri Kehutanan No. 882/Kpts-11/1992 mengamati perilaku bekantan di konservasi
(08 September 1992), serta PP No.7/1997 eks situ ini adalah antara lain dengan
tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa mengamati dan melakukan kajian perilaku
yang dilindungi dan sebelumnya SK makan bekantan sehingga didapatkan jenis
Menteri Pertanian No. dan komposisi pakan untuk kemudian
327/Kpts/Um/7/1772. dibandingkan dengan jenis dan komposisi
Salah satu sumber dari kelangkaan pakan bekantan di habitat alaminya. Kajian
dari bekantan adalah keberadaan habitat perilaku juga dilakukan terhadap kesehatan,
asli bekantan yang terus berkurang karena pertumbuhan, dan aktifitas harian dari
pembukaan lahan atau alih fungsi lahan, masing-masing bekantan yang
membuat pola hidup bekantan berubah dikonservasi.
termasuk menghindari kontak langsung Pengamatan perilaku dilakukan
dengan manusia sehingga pola perpindahan selama 24 jam sehingga perilaku makan,
dari lokasi satu ke lokasi lain semakin lebar gerak-gerik, tingkah laku
dan luas. Hal ini juga menyebabkan didokumentasikan dan dideskripsikan
gangguan terhadap pertumbuhan dan sebagai sebuah narasi yang diharapkan
perkembangbiakan bekantan. Fakta lain hasil data-data kajian bisa menjadi data dan
bahwa kurang pedulinya masyarakat awam prosedur dalam konservasi Bekantan di
terhadap perlindungan hewan bekantan konservasi eks situ lainnya.
pada khususnya membuat sebagian
masyarakat memburu bekantan. Metode Penelitian
Kerusakan habitat asli juga
menyebabkan bekantan pada khususnya di Lokasi penelitian dilaksana-kan di
musim kemarau memaksa bekantan untuk konservasi eks situ milik PT Indocement
turun mencari makanan dan minum sampai Tunggal Prakarsa Tbk, P12 Tarjun,
ke daerah pemukiman. Hal ini yang Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten
menyebabkan salah satu penyebab Kotabaru. Lokasi ini dipilih karena
Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186 177

merupakan area konservasi yang resmi dan sekitar jika dibandingkan dengan kondisi
legal yang sejak tahun 2010 telah aktual di area konservasi bekantan juga
mempunyai izin konservasi dari Dirjen tidak ada perbedaan signifikan. Data yang
PHKA. Dalam konservasi Bekantan secara didapatkan selama pengamatan juga
eks situ memiliki komposisi 1 kelompok menunjukkan bahwa suhu minimum adalah
Bekantan yang terdiri dari Jantan Dewasa, 23 oC dan suhu maksimum adalah 28 oC
Induk Dewasa, Remaja, dan Bayi yang dimana pada bulan Januari sampai dengan
diharapkan dapat mewakili pengamatan dan Maret 2015 adalah masih musim hujan.
penelitian yang lengkap untuk berbagai usia Tingkat kelembaban juga rata–rata antara
dan ukuran Bekantan. Penelitian dimulai 78–90%. Sedangkan curah hujan mencapai
dari Februari 2015–Maret 2015 yang 60 mm dan hal ini juga masih seperti rona
diharapkan selain untuk mendapatkan data awal lingkungan.
aktual pada saat penelitian juga untuk Area konservasi eks situ bekantan
mendapatkan data-data dokumentasi total luas sekitar 0,5 Ha yang secara
perusahaan sebagai data sekunder. bertahap terus dilakukan penghijauan
Rancangan penelitian berupa analisa data sehingga diharapkan area konservasi seperti
kuantitatif berupa pengamatan jumlah, hutan alami namun tetap dalam kandang
komposisi, dan jenis pakan serta berat terbatas. Desain kandang terbatas dan
badan yang kemudian menjadi analisa tertutup dibuat dari rangka baja dan ditutup
diskriptif. Juga dilakukan pengamatan dengan kawat yang tidak mudah berkarat,
kualitatif berupa pengamatan visual kondisi kuat, namun tetap bisa lentur untuk
tubuh dan gerak-gerik aktifitas. Data-data menghindari terjadinya luka jika ada
kemudian di deskriptifkan sebagai perilaku pergerakan bekantan. Lantai kandang
aktifitas harian bekantan pada konservasi disemen dan dengan kemiringan sekitar 3o,
eks situ. hal ini untuk memudahkan perawatan dan
pembersihan kotoran di dalam kandang.
Area konservasi terdiri dari beberapa
Hasil dan Pembahasan bangunan yang menjadi satu kesatuan
dalam konservasi eks situ bekantan yang
Analisa data tentang rona awal secara meliputi :
umum lingkungan di PT Indocement dan 1. Kandang Utama dengan dimensi
sekitarnya yang juga menggambarkan rona panjang sisi–sisi (S) adalah 12 M ,
tentang habitat alami bekantan yang berada Diagonal (D) adalah 12 M, dan Tinggi
di sekitar PT Indocement karena habitat Kandang (T) adalah 7,2 M
alami bekantan juga ada disekitar PT 2. Gudang stok untuk tempat
Indocement yang berupa hutan mangrove, penyimpanan dan penimbangan bahan
rawa galam, rawa nipah dan secara khusus pakan dan vitamin yang diperlukan.
rona kondisi aktual di area konservasi 3. Kandang isolasi yang berfungsi ketika
bekantan yang ada sekarang. Hasil bekantan dari alam datang pertama kali
pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada untuk proses adaptasi.
perbedaan signifikan dari kondisi rona awal 4. “Septic tank” yang dibangun untuk
sampai dengan sekarang terhadap mengolah kotoran dari hewan bekantan
perubahan suhu rata–rata tahunan baik suhu sehingga menjamin area tetap bersih
minimum dengan rata–rata 22 oC maupun dan sehat.
suhu maksimum dengan rata–rata 31 oC. 5. Rumah pengamatan yang baru
Perbedaan tidak signifikan dari dibangun sehingga pengamatan dan
kondisi rona awal sampai sekarang juga bagi tamu yang ingin melihat bekantan
terjadi pada kelembaban rata–rata yaitu tidak lagi terlalu mengganggu
antara 75%–90%, curah hujan maksimal bekantan.
antara 30–40 mm per tahun. Keadaan rona
178 Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186

Kandang bekantan dibagi menjadi 2 area konservasi umum sehingga ketika


bagian sisi yang dipisahkan dengan pintu malam hari lebih mirip seperti di hutan
sekat. Pembagian kandang menjadi 2 ini alaminya dengan penerangan dari cahaya
ditujukan untuk beberapa tujuan yaitu bintang dan bulan. Bagian atap kandang di
memisahkan bekantan yang memerlukan sudut atas bangunan rumah–rumahan
perawatan khusus, kandang adaptasi diberikan atas permanen sehingga juga
tambahan untuk bekantan yang baru datang melindungi bekantan dari panas matahari
dari alam, memudahkan jika kandang perlu dan kehujanan. Beberapa bagian atap juga
perawatan. Masing–masing bagian sekat ditutup dengan terpal yang juga berfungsi
juga dilengkapi dengan meja makanan mengurangi cahaya dan panas langsung
dengan posisi diatas dengan tujuan matahari serta curah hujan.
makanan tidak berada di lantai sehingga Penelitian perilaku bekantan pada
bahan pakan terjaga kebersihan dan konservasi eks situ PT Indocement Tarjun
kesehatan. Juga dibangun rumah–rumahan ternyata mendapatkan jenis pakan baru
untuk tempat tinggal dan tidur bekantan yang belum terdaftar di literatur
dan tali–tali yang berfungsi untuk latihan sebelumnya. Jenis pakan tersebut adalah
atau bermain bekantan. daun balaran ( Ipomea sp ), daun kacangan
Pemenuhan kebutuhan bekantan (Calopogonium caerulium) tanaman yang
untuk air minum, mandi, dan main air di biasa dipakai sebagai tanaman cover crop,
dalam kandang disediakan bak yang berisi pucuk daun ketapang ( T. catappa ) untuk
air dan air diganti setiap hari. Untuk jenis daun–daunan.
pencahayaan tidak diperlukan, hanya
memanfaatkan cahaya lampu penerangan

Tabel 1. Jenis pakan baru bekantan di konservasi eks situ PT Indocement Tarjun
Jenis Pakan
No Keterangan
Nama daerah Spesies
1 Balaran Ipomea sp. Pucuk daun
2 Kacangan Calopogonium caerulium / Mucuna bracteata Pucuk daun
3 Pucuk Ketapang T. catappa Pucuk daun
4 Bayam Amaranthus sp Sayuran
5 Katu Sauropus Sayuran
6 Jagung Zea mays sp Sayuran
7 Terong Solanum melongena Sayuran
8 Sawi Brassica rapa var. parachinensis Sayuran

Untuk jenis pakan bekantan berupa Balaran dan kacangan adalah jenis
sayur diperoleh data baru yaitu bayam, pakan yang dominan dimakan oleh
daun katu, jagung, terong, dan sawi. bekantan di konservasi eks situ PT
Sedangkan untuk jenis buah yaitu pisang Indocement Tarjun sebagai ganti pucuk
mauli, semangka, melon, dan pepaya. Jenis daun pohon di habitat alaminya. Balaran
pakan baru yang diperoleh dapat dan kacangan bisa menjadi alternatif
dibudidayakan dan banyak dijual dipasaran pengganti makanan alami seperti kelubut,
sehingga tentunya penemuan jenis pakan daun loa, maupun pucuk daun brunei
baru bekantan ini bisa dimanfaatkan dalam karena memiliki kandungan nutrisi yang
konservasi eks situ lain yang lokasinya jauh hampir sama baik protein, lemak,
dari habitat alami bekantan. karbohidrat, maupun nilai kalori. Terong
Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186 179

dan kangkung menjadi makanan favorit menetapkan aturan komposisi pakan daun
bekantan dari sayuran, sedangkan daun sekitar 75% dari total jumlah pakan perhari.
katu lebih disukai oleh bekantan betina Komposisi pakan daun bisa didapatkan dari
terutama pada saat kondisi hamil dan pucuk daun maupun sayuran. Komposisi
menyusui. Namun pemberian kangkung antara pucuk daun dan sayuran yang bisa
akan dibatasi jika mulai ada tanda–tanda berbeda–beda setiap hari dikarenakan
bekantan sakit diare yang berarti indikasi disesuaikan kemampuan tenaga pencari
bekantan kembung. pakan dan kondisi alam/cuaca.
Untuk jenis buah-buahan masih
didominasi dengan pisang kepok sedang Tabel 2. Tabel perbandingan komposisi
(tidak mentah dan tidak matang) kemudian pakan
diikuti pisang mauli yang tidak terlalu

Habitat hutan karet

Konservasi eks situ


Habitat Mangrove
matang. Pisang kapok menjadi sumber

(Soendjoto,2005)
(Bismark,1994)

PT Indocement
(Yeager,1989)
Habitat rawa
karbohidrat utama bagi bekantan di

Jenis Pakan

gambut

Tarjun
konservasi eks situ, sedangkan pisang
mauli menjadi tambahan karena jika
diberikan terlalu banyak akan berpengaruh
terhadap pencernaan bekantan dengan
indikasi “feses” akan sedikit lembek dan
cenderung cair. Jenis pakan baru lainnya
Daun 51,94 81,14 80,9 75,74
baik berupa pucuk daun, sayuran, dan buah
yang didapatkan dalam penelitian menjadi Buah 6,80 8,38 6,80 24,25
menu selingan dan pilihan rasa. Bunga 11,68 7,68 11,30 0
Namun pemberian jenis pakan yang
Kulit 2,80 2,80 0,95 0
di makan oleh bekantan di konservasi eks
kayu,
situ PT Indocement Tarjun selain untuk
serangga,
memenuhi kebutuhan nutrisi bekantan juga
dll
perlu diperhatikan dampak ketika kondisi
bekantan diindikasikan sakit, maka jenis
dan komposisi pakan diatur. Misal seperti Tabel 3. Tabel kebutuhan pakan bekantan
kangkung yang apabila dimakan berlebih di konservasi eks situ
akan mengakibatkan bekantan seperti Pakan Konservasi eks situ
kembung dan sedikit diare, oleh karenanya No Nama Umur Berat Tarjun
PT Indocement Pakan
komposisinya dikurangi dan dihentikan 2015 Badan rata2
sementara. Jenis pakan yang diberikan 1 Rambo (Tahun) 13 (Kg)16 (Kg/hari)
12,5
ternyata juga mempunyai nilai nutrisi yang 2 Jane 11 11 6,0
hampir sama dengan jenis pakan yang 3 Mario 5 4 6,0
terdapat di literatur. 4 Satrio 5 4 6,0
Kajian dalam perilaku terhadap 5 Febi 4 2 1,6
komposisi pakan bekantan di konservasi
6 Anakan 1 1 0,7
eks situ menunjukkan bahwa kebutuhan
komposisi pakan untuk bekantan masih 7 Anakan 1 1 0,7
tetap dan tidak menunjukkan perbedaan
antara yang dikonservasi eks situ di PT Tabel perbandingan pakan bekantan
Indocement Tarjun dengan bekantan yang di konservasi eks situ dimana terjadi variasi
hidup di alam. Walaupun terdapat jenis konsumsi pakan antara 25-40% dari berat
pakan baru namun secara komposisi masih badan bekantan dengan konsumsi paling
tidak berbeda yang disebabkan bahwa besar adalah pada bekantan jantan hingga
prosedur pemberian pakan di konservasi 39% berat badan sekali makan. Namun
eks situ PT Indocement Tarjun juga terjadi hal yang menarik yaitu pada
180 Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186

bekantan jantan remaja yang Posisi istirahat adalah kondisi bekantan


mengkonsumsi sekitar 75% dari berat duduk-duduk santai setelah makan atau
badan sekali makan. Hal ini kemungkinan menikmati suasana, seringkali juga
untuk mencukupi energi yang dikarenakan dengan mata tertutup tapi situasi masih
bekantan jantan remaja lebih aktif dalam terjaga. Posisi istirahat bekantan juga
bergerak sedangkan perbandingan didominasi dengan posisi duduk.
konservasi eks situ di PT Indocement Kegiatan tidur dan istirahat
Tarjun dengan konservasi eks situ yang mendominasi perilaku aktifitas harian
telah ada masih belum bisa dilakukan bekantan. Waktu tidur bekantan remaja
karena kekurangan data yang sebanding. dan dewasa rata-rata 720-725 menit
Bahkan jika dibandingkan dengan yang per harinya, sedangkan untuk bekantan
pernah dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim anak/bayi bisa mencapai 750 menit.
Bontang tahun 1993, bekantan yang Waktu istirahat yang paling banyak
dikonservasi diberikan jenis pakan dan adalah bekantan dewasa, hal ini karena
komposisi pakan yang jauh dari jenis dan untuk menghemat pemakaian energi
komposisi pakan pada bekantan di habitat berlebih. Sedangkan pada bekantan
alaminya. remaja dan anak waktu istirahat
Perilaku bekantan dalam konservasi berkurang karena kebutuhan untuk
eks situ secara umum tidak berbeda dengan kegiatan jalan/main dan sosial lainnya.
perilaku bekantan di alam/habitat aslinya. Aktifitas jalan/main merupakan
Perilaku yang dapat diamati berupa : kegiatan bekantan untuk kebutuhan
a. Aktifitas harian bekantan dimulai dari mencari makan, berpindah tempat,
bangun antara jam 05:30–06:00 pagi. bermain. Pada bekantan dewasa,
Lebih dominan dengan istirahat aktifitas jalan hanya digunakan sedikit
dibandingkan aktifitas lainnya dan hanya untuk saat makan dan berpindah
mulai tidur pada sekitar jam 19:00. tempat berbeda dengan bekantan
Aktifitas harian dikelompokkan remaja yang masih ada aktifitas main,
menjadi beberapa kegiatan dominan dan berayun.
yaitu tidur, istirahat, makan,
jalan/main, dan sosial lainnya. Tidur
bekantan adalah keadaan pada saat
bekantan benar-benar tidur dengan
mata tertutup. Bekantan tidur hampir
diwaktu yang bersamaan dimulai
sekitar jam 19:00 ketika cahaya
matahari berganti dengan cahaya
bulan. Posisi tidur bekantan di
konservasi eks situ PT Indocement
Tarjun lebih dominan dengan posisi
duduk, hal ini menyesuaikan dari
kondisi kandang dan rumah istirahat di Gambar 1. Posisi duduk istirahat di
area konservasi eks situ. Rumah konservasi eks situ PT
istirahat terbuat dari bak plastik yang Indocement Tarjun
digantung di ujung atas atap kandang.
Khusus bekantan jantan dewasa karena
berasal dari alam dengan kebiasaan
tidur tengkurap seperti di alam,
kadang–kadang jika bekantan jantan
merasa aman maka akan tidur
tengkurap di atas tali.
Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186 181

Gambar 1. Lanjutan.

Tabel 4. Data perilaku aktifitas harian bekantan di konservasi eks situ PT Indocement Tarjun
Bekantan Umur Aktifitas harian ( menit )
No
Nama Kelamin 2015 Tidur Istirahat Makan Jalan Sosial
/main
1 Rambo Jantan 13 720 420 165 25 110
2 Jane Betina 11 720 305 85 25 305
3 Mario Jantan 6 720 300 135 285 5
4 Satrio Jantan 6 720 295 155 265 5
5 Febi Betina 4 750 310 155 175 50
6 Bayi Jantan 1 750 90 25 125 0

Tabel 5. Perilaku aktifitas rata-rata harian untuk semua umur dan jenis bekantan di
konservasi eks situ PT Indocement Tarjun dibandingkan dengan bekantan yang
hidup di ala
Aktivitas (%)
Lokasi
Makan Jalan Istirahat Sosial Lain-lain
Taman Nasional 63,2 19,2 16,2 1,4 0,0
Bako (Salter et al,
1985) Margasatwa
Suaka 13,1 18,8 65,1 0,7 2,4
Samunsam (Salter et
al, 1985)
Taman Nasional 23,2 25,2 42,3 9,3 0,0
Kutai (Bismark,
1994)
Konservasi eks situ 8,8 11,0 74,4 5,7 -
PT Indocement, 2015

Aktifitas sosial yang dilakukan remaja sehingga perilaku aktifitas


bekantan antara lain bekutuan, harian untuk istirahat berkurang untuk
“grooming”, dan seksual. Khusus pada mengasuh anak.
bekantan betina pada saat dilakukan b. Perilaku pergerakan bekantan untuk
pengamatan dalam posisi hamil dan berpindah tempat pada konservasi eks
melahirkan bayi pada tanggal 19 situ di PT Indocement Tarjun lebih
February 2015 namun bayi ditemukan bervariasi. Perilaku pergerakan
mati pada tanggal 16 Maret 2015 bekantan untuk berpindah tempat
dengan dugaan dibunuh oleh bekantan dilakukan dengan melompat, berayun,
182 Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186

berjalan baik dengan 2 kaki maupun 4 memegang batang/cabang daun dan


kaki, bergelantung, merambat. menarik 6-8 daun dengan tangan
Perubahan perilaku ini terkondisi kemudian daun dimakan dan batang
karena desain kandang konservasi eks dibuang. Ketika pucuk daun telah
situ. Pada kondisi di alam, bekantan cukup, bekantan memilih sayuran atau
melakukan pergerakan dengan buah pisang kapok sebagai pilihan
melangkah menggunakan 4 kaki selingan. Pisang kapok dibuang
menyisir batang pohon dan kemudian kulitnya dan dimakan isinya. Secara
melompat ke batang atau dahan yang bergantian makan antara pucuk
lain dalam mencari makan. Namun daun/sayuran dengan buah dan tetap
kondisi perilaku bekantan di alam daun sebagai prioritas. Bekantan jantan
berbeda dengan bekantan di konservasi dewasa sebagai raja mendominasi
eks situ. Bekantan melakukan makan terlebih dahulu bersama induk
pergerakan bisa dengan melompat, betina. Bekantan remaja dan anak–
berayun, berjalan tegak dengan 2 kaki, anak makan setelah jantan dan induk
merambat dengan perpegangan di betina selesai makan. Kondisi makan
jaring kawat. Pergerakan yang terjadi dengan jantan dewasa terlebih dahulu
karena adaptasi bekantan terhadap ketika dalam satu kelompok terdapat
kondisi kandang konservasi eks situ. jantan lain yang remaja sehingga
dianggap oleh jantan dewasa sebagai
gangguan dan dalam rangka jantan
dewasa melindungi induk betina.

Gambar 3. Perilaku bekantan makan di


konservasi eks situ PT
Indocement Tarjun
d. Perilaku lain yang menarik yang
didapatkan selama pengamatan
bekantan pada konservasi eks situ di
Gambar 2. Pergerakan berjalan tegak PT Indocement Tarjun adalah bahwa
dengan 2 kaki dan merambat di bekantan lebih aktif menggunakan
konservasi eks situ PT Indocement tangan bagian kiri untuk memasukkan
Tarjun makanan ke dalam mulut. Didapatkan
c. Perilaku pada saat makan selalu juga bahwa bekantan untuk buang air
mengutamakan daun/sayur, sedikit pertama di sekitar jam 6:00-6:30 atau
buah sebagai selingan. Bekantan kurang lebih 30 menit setelah
memulai makan dengan menyantap bekantan bangun tidur di pagi hari.
pucuk daun terlebih dahulu dengan Untuk tanda-tanda stress pada
memilih daun-daun muda sebagai bekantan adalah mulai bersuara yang
prioritas. Untuk daun balaran, kelubut, di awali oleh bekantan jantan ketika
dan kacangan dimakan dengan cara ada orang/makhluk lain yang
Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186 183

merupakan ancaman bagi kelompok Indocement Tarjun didapatkan jenis


bekantan. Stress lanjutan yaitu dengan pakan baru bekantan. Kesehatan
buang air kecil dengan tetap bersuara bekantan ternyata juga tetap sehat
yang lebih nyaring, namun stress dengan bukti bahwa hasil uji “feses”
seperti ini tidak dijumpai ketika tidak terdapat cacing yang
petugas kandang “keeper” sedang menunjukkan bahwa bekantan sehat.
melakukan aktifitas harian saat Pertumbuhan bekantan juga tidak
memberikan makan bekantan atau mengalami hambatan pada saat
membersihkan kandang. Kondisi bekantan di konservasi dengan bukti
bahwa tingkat stress tidak terjadi bahwa data tinggi duduk dan berat
ketika petugas kandang melakukan badan bekantan di konservasi eks situ
aktifitas harian menunjukkan bahwa tidak berbeda dengan bekantan yang
bekantan juga mempunyai hidup di alam
kemampuan untuk adaptasi pada 2. Perilaku pada saat makan selalu
lingkungan yang telah rutin dilakukan mengutamakan daun/sayur, sedikit
dan tidak menimbulkan ancaman buah sebagai selingan. Lebih aktif
keamanan bagi bekantan. menggunakan tangan bagian kiri untuk
e. Hal lain yang menarik untuk di bahas memasukkan makanan ke dalam mulut.
adalah perubahan warna bulu ketika Bekantan jantan dewasa sebagai raja
bekantan bayi yang berwarna gelap mendominasi makan terlebih dahulu
ketika lahir dan berubah warna bersama induk betina. Bekantan remaja
menjadi warna coklat/merah bekantan dan anak–anak makan setelah jantan
pada umumnya pada umur bekantan dan induk betina selesai makan.
sekitar 6-8 bulan. Untuk panjang ekor 3. Daftar komposisi pakan bekantan di
pada bekantan mula rata-rata 1,2 kali konservasi bekantan di konservasi eks
lebih panjang dibanding tinggi duduk situ tidak berbeda dengan di alam yaitu
dan akan sebanding dengan tinggi 75–85% berupa pucuk daun. Pucuk
duduk ketika bekantan sudah mulai daun bisa didapatkan dari pucuk daun
dewasa. Ditemukan juga bahwa maupun sayuran hijau.
bekantan jantan remaja umur 4-5 4. Terjadi perubahan
tahun sudah mulai belajar kawin, hal pergerakan/perpindahan tempat
ini yang menjadi salah satu penyebab bekantan di konservasi eks situ.
bahwa bekantan dewasa/raja selalu Pergerakan bekantan lebih bervariasi
melindungi/menjaga bekantan betina dengan melompat, berayun, berjalan
dari gangguan bekantan remaja. baik dengan 2 kaki maupun 4 kaki,
bergelantung, merambat yang
diakibatkan dari proses adaptasi
Kesimpulan bekantan pada kondisi kandang
konservasi eks situ
1. Dugaan pada hipotesa awal bahwa 5. Bekantan ( Nasalis larvatus ) adalah
terjadi dampak perilaku hidup, binatang yang telah dinyatakan langka
kesehatan, dan pertumbuhan bekantan dan dilindungi dan menjadi prioritas
di kandang penangkaran sebagai untuk dilakukan konservasi baik in
konservasi eks situ di PT Indocement situ maupun eks situ.
Tarjun yang mungkin berbeda dengan
bekantan yang hidup di habitat aslinya,
ternyata tidak terbukti. Perilaku hidup
dari jenis dan komposisi pakan masih
sama dengan bekantan di alam
walaupun di konservasi eks situ PT
184 Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186

Daftar Pustaka Bismark, M. 1987. Aspek ekologi dan


konservasi hutan mangrove di
Agoramoorthy, G., C. Alagappasamy and Taman Nasional Kutai Kalimantan
M.J. Hsu. 2004. Can Proboscis Timur. Duta Rimba 13 ( 87-88
Monkey Be Successfully ):16-22
Maintained in Captivity ? A Case Bismark, M. 1994. Parasit Biawak (
of Swings and Roundabouts. Varanus salvator ) Aponomma
Technical Report. Zoo Biology lucasi di Cagar Alam Kepulauan
23:533-544. Krakatau. Bul. Pen. Hut. 558 : 14 –
Alikodra, H.S. & A.H. Mustari. 1994. 25.
Study on ecology and conservation Bismark, M. 1995. Konsumsi pakan
of proboscis monkey ( Nasalis bekantan dalam penangkaran. Bul.
larvatus wurmb ) at Mahakam Pen. Hut. 589:27 – 38.
River Delta, East Kalimantan : Bismark, M. 1997. Pengelolaan habitat dan
Behaviour and habitat function. populasi bekantan ( Nasalis
Annual Report of Pusrehut. larvatus ) di Cagar Alam Pulau
Alikodra, H.S. 1997. Populasi dan perilaku Kaget. Kalimantan Selatan.
bekantan ( Nasalis larvatus ) di Diskusi Hasil Penelitian, Pusat
Samboja Koala, Kalimantan Litbang Hutan dan Konservasi
Timur. Media Konservasi 5(2):67- Alam.
72 Bismark, M. 2009. Biologi Konservasi
Atmoko, T., A. Ma’ruf. I. Syahbani & M.T. Bekantan ( Nasalis larvatus )
Rengku, 2007. Kondisi habitat Boonratana, R. 2000. Ranging Behaviour
dalam penyebaran bekantan ( of proboscis monkey ( Nasalis
Nasalis larvatus wurmb ) di Delta larvatus) in the lower
Mahakam, Kalimantan Timur. Kinabatangan, Northen Borneo.
Prosiding Seminar Pemanfaatan International Journal of
HHBK dan Konservasi Primatology 21:497-518
Biodiversitas menuju Hutan CSI, April 2005, Enviroment & Social
Lestari. Impact Assesment ( ESIA )
Bennett, E.L. and A.C.Sebastian. 1998. guidelines, Version 1.0, WBCSD.
Social organization and ecology of CSI, Desember 2011, Guidelines on Quarry
proboscis monkey ( Nasalis Rehabilition, WBCSD
larvatus) in mixed coastal forest in Gron.K.J. 2009. February 25. Primate
Sarawak. International Journal of Factsheets : Probiscis Monkey (
Primatology 9 (3): 233 – 255 Nasalis larvatus ) Conservation.
Bismark, M. 1980. Populasi dan Tingkah Indonesian Proboscis Monkey PHVA.
laku Bekantan ( Nasalis larvatus ) 2004. Population biology and
di Suaka Margasatwa Tanjung modeling. Bogor: 4-6 Desember
Putting, Kalimantan Tengah. 2004.
Bogor: Laporan Lembaga Jolly, A. 1972. The evolution of primate
Penelitian Hutan No. 357 behavior. Mac-Millan Publishing
Bismark, M. 1986. Perilaku bekantan ( Co., Inc. New York.
Nasalis larvatus ) dalam Kern, J.A. 1964. Observation on the habit
memanfaatkan lingkungan hutan of the proboscis monkey ( Nasalis
bakau di Taman Nasional Kutai, larvatus wurmb ), made in the
Kalimantan Timur. Thesis Brunei Bay area. Borneo Zoologica
Magister Sains, Program 49: 183 -192.
Pascasarjana IPB, Bogor MacKinnon. 1987. Conservation status of
primates in Malaysia, with special
Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186 185

reference to Indonesia. Primate larvatus van wurmb ) in Sarawak.


Conservation 8 :175-183. Primates 26 (4) : 436 – 451.
McNelly, J.A., K.R. Miller, W.V. Reid, Soendjoto, M.A. 2005. Adaptasi bekantan (
R.A. Miltermeier and T.B. Werner. Nasalis larvatus ) terhadap hutan
1990. Conserving the world’s karet : Studi kasus di Kabupaten
biological diversity. IUCN, Gland. Tabalong, Kalimantan Selatan.
Switzerland. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana,
Megantara, E.R. 1989. Ecology, behavior Institut Pertanian Bogor.
and sociality of Presbytis femoralis Soendjoto, M.A., H.S. Alikodra, M.
in the Central Sumatra. Bismark & H. Setijanto. 2005.
Comparative Primatology Vegetasi tepi baruh pada habitat
Monographs No.2. bekantan (Nasalis larvatus) di
Meijaard, E. Mathewson, P. Spehas, S. hutan karet Kabupaten Tabalong,
2008. Evaluating Orangutan census Kalimantan Selatan. Biodiversitas
techniques using nest decay rates : 6(1):40-44.
implication for population Soendjoto, M.A., H.S. Alikodra, M.
estimates. Ecological Application. Bismark & H. Setijanto. 2006.
Vol (1 ) no (1) :208-221. Jenis dan komposisi pakan
Meijaard, E. and V. Nijman. 2000. bekantan ( Nasalis larvatus wurmb
Distribution and conservation of ) di hutan karet kabupaten
proboscis monkey ( Nasalis Tabalong, Kalimantan Selatan.
larvatus ) in Kalimantan Indonesia. Biodiversitas 7(1):33-38
Biol. Conserv. 92: 15 -24. Soerianegara, I., D. Sastradipraja, H.S.
Meijaard, E., H.D. Rijksen, S.N. Alikodra dan M. Bismark. 1994.
Kartikasari. 2001. Diambang Studi habitat sumber pakan dan
kepunahan! Kondisi orangutan liar perilaku bekantan (Nasalis
di awal abad ke 21. Gibbon larvatus) sebagai parameter
Fondation Indonesia. ekologi dalam mengkaji sistem
Montheith and M.H. Unsworth, 1991. pengelolaan habitat hutan
Principles of environmental mangrove di Taman Nasional
physics. Second edition. Edward Kutai. PPLH. Institute Pertanian
Alnold. London. Bogor. Bogor
Payne, J., Francis C. M. & Phillipps. K. Todd, J.W. and R.M. Hansen. 1973. Plant
1985. A field guide to the fragments in the feces if bighorns
mammals of Borneo. The Sabah as indicators of feeding habits. J. of
Society with World Wildlife Fund Wildlife Management 37 (3) : 363-
Malaysia, Kota Kinabalu. 366.
PT Pupuk Kaltim Bontang.1993. Pakan Yasaningthias, G. 2010. Aktifitas makan,
bekantan di eks situ PT Pupuk kualitas dan kuantitas pakan pada
Kaltim Bontang bekantan (Nasalis larvatus) yang
Primata info net. 2010. Primata info net : diberi berbagai jenis pakan di
sexually antagonistic selection on Taman Safari Indonesia. Skripsi.
primate size ( Departemen Biologi. Fakultas
http://pin.primate.wisc.edu ) MIPA. Institut Pertanian Bogor.
Salter, R.E,. N.A. Mackenzie, N. Tidak dipublikasikan.
Nightingale, K.M. Aken, and P. Yeager, C.P. 1989. Feeding ecology of the
Chai. 1985. Habitas use, ranging proboscis monkey (Nasalis
behavior and food habits of larvatus), concern with it’s
proboscis monkey (Nasalis distribution in and around the
Bukit Soeharto protection forest.
186 Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186

Tropical Rain Forest Research


Project. DCA Report.
Yeager, C.P. 1992. Changes in proboscis
monkey ( Nasalis larvatus ) group
size and density at Tanjung Putting
National Park, Kalimantan Tengah,
Indonesia. Tropical Biodiversity I
(1) : 49 – 55.

You might also like