Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Research was aimed to study the behavior of Bekantan (Nasalis larvatus) in ex-situ
conservation at PT Indocement Tarjun. The research of Bekantan’s behavior used several
methodology. Firstly, it was observed several kinds and compositions of daily food which
was consumed by Bekantan. Secondly, it was also observed the average daily behavior such
as : the movement, the visual body condition and the growth in weight and height of
Bekantan. The Observations were done for 2 months in 4 sample of the research. The results
were compared to the Bekantan’s behavior which lived in its nature habitat. The results
showed that there was no difference of its behavior in the study of food composition between
the Bekantan in ex-situ conservation compare to the Bekantan in its nature habitat. In
average, Bekantan in ex-situ conservation ate 76% leaves’tip. It was also investigated that
several kinds of food eaten by Bekantan in ex-situ conservation, such as : “balaran” leaf (
Ipomea sp ), “kacangan” leaf ( Calopogonium caerulium), which are usually planted as cover
crop, and “ketapang’s” tip of leaf ( T. catappa ). The daily activity of Bekantan’s behavior in
ex-situ conservation was shown that there was no difference of its behavior compare to the
Bekantan in its nature habitat. The Bekantan in its nature habit was mainly doing no activity,
except resting and sleeping. The Bekantan in ex-situ conservation had more activity of
movement. They moved, jumped, swinged, and walking using 2 or 4 feet. The conclusion of
this research was found a similar eating habits of Bekantan in ex-situ conservation at PT
Indocement Tarjun and Bekantan which lived in its habit. The investigation of food
compositions showed that about 76% of both Bekantan ate leaves. The leaves’s tip could get
from both tips of tree leaf or vegetables. There was a changing of Bekantan’s behavior in term
of its movement. Bekantan in ex-situ conservation moved with jumping, swinging, and
walking with 2 or 4 feet, hanging, and propagation.
Provinsi Tingkat I Kalimantan Selatan yang kematian bekantan karena sakit dan stress
penetapannya disetujui oleh DPRD TK I terperangkap jaring atau jebakan yang
Kalimantan Selatan, melalui persetujuan dibuat oleh masyarakat.
DPRD No. 161 /112 / DPRD, tanggal 28 Langkah konservasi eks situ bekantan
Maret 1990. ini tentunya sangat baik jika juga dilakukan
Bekantan atau juga bisa dinamakan pengamatan terhadap pola perilaku
Proboscis monkey telah dinyatakan sebagai bekantan di konservasi eks situ untuk
binatang langka bahkan sejak Pemerintahan kemudian dibuatkan laporan
Hindia Belanda juga telah membuat terdokumentasi yang nantinya bisa dibuat
peraturan perlindungannya melalui sebagai dasar acuan dalam tindakan
Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun selanjutnya untuk konservasi bekantan. Hal
1931. Sejak tahun 2011 sudah inilah yang menjadi latar belakang dalam
dikategorikan langka (endangered) oleh tesis ini untuk mengetahui kemampuan
International Union for Concervation of perilaku bekantan di konservasi eks situ
Nature and Natural Resources – IUCN, khususnya di konservasi eks situ PT
Sepesies ini terdaftar sebagai Appendix I Indocement Tarjun. Data penelitian
dalam CITES ( 01/07/1975 ) dan di merupakan analisa dari data yang telah
Indonesia primata yang satu ini telah lebih dilakukan sejak konservasi eks situ
dulu dilindungi oleh peraturan perundang- dilakukan sehingga analisa pengamatan
undangan, seperti UU No.5/1990 tentang yang lebih mendalam dalam periode
Konservasi Sumberdaya Hayati dan pengamatan di February 2015 sampai
Ekosistemnya, SK Menteri Kehutanan No. dengan Maret 2015.
301/Kpts-II/1991 (10 Juni 1991), SK Penelitian yang dilakukan dalam
Menteri Kehutanan No. 882/Kpts-11/1992 mengamati perilaku bekantan di konservasi
(08 September 1992), serta PP No.7/1997 eks situ ini adalah antara lain dengan
tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa mengamati dan melakukan kajian perilaku
yang dilindungi dan sebelumnya SK makan bekantan sehingga didapatkan jenis
Menteri Pertanian No. dan komposisi pakan untuk kemudian
327/Kpts/Um/7/1772. dibandingkan dengan jenis dan komposisi
Salah satu sumber dari kelangkaan pakan bekantan di habitat alaminya. Kajian
dari bekantan adalah keberadaan habitat perilaku juga dilakukan terhadap kesehatan,
asli bekantan yang terus berkurang karena pertumbuhan, dan aktifitas harian dari
pembukaan lahan atau alih fungsi lahan, masing-masing bekantan yang
membuat pola hidup bekantan berubah dikonservasi.
termasuk menghindari kontak langsung Pengamatan perilaku dilakukan
dengan manusia sehingga pola perpindahan selama 24 jam sehingga perilaku makan,
dari lokasi satu ke lokasi lain semakin lebar gerak-gerik, tingkah laku
dan luas. Hal ini juga menyebabkan didokumentasikan dan dideskripsikan
gangguan terhadap pertumbuhan dan sebagai sebuah narasi yang diharapkan
perkembangbiakan bekantan. Fakta lain hasil data-data kajian bisa menjadi data dan
bahwa kurang pedulinya masyarakat awam prosedur dalam konservasi Bekantan di
terhadap perlindungan hewan bekantan konservasi eks situ lainnya.
pada khususnya membuat sebagian
masyarakat memburu bekantan. Metode Penelitian
Kerusakan habitat asli juga
menyebabkan bekantan pada khususnya di Lokasi penelitian dilaksana-kan di
musim kemarau memaksa bekantan untuk konservasi eks situ milik PT Indocement
turun mencari makanan dan minum sampai Tunggal Prakarsa Tbk, P12 Tarjun,
ke daerah pemukiman. Hal ini yang Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten
menyebabkan salah satu penyebab Kotabaru. Lokasi ini dipilih karena
Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186 177
merupakan area konservasi yang resmi dan sekitar jika dibandingkan dengan kondisi
legal yang sejak tahun 2010 telah aktual di area konservasi bekantan juga
mempunyai izin konservasi dari Dirjen tidak ada perbedaan signifikan. Data yang
PHKA. Dalam konservasi Bekantan secara didapatkan selama pengamatan juga
eks situ memiliki komposisi 1 kelompok menunjukkan bahwa suhu minimum adalah
Bekantan yang terdiri dari Jantan Dewasa, 23 oC dan suhu maksimum adalah 28 oC
Induk Dewasa, Remaja, dan Bayi yang dimana pada bulan Januari sampai dengan
diharapkan dapat mewakili pengamatan dan Maret 2015 adalah masih musim hujan.
penelitian yang lengkap untuk berbagai usia Tingkat kelembaban juga rata–rata antara
dan ukuran Bekantan. Penelitian dimulai 78–90%. Sedangkan curah hujan mencapai
dari Februari 2015–Maret 2015 yang 60 mm dan hal ini juga masih seperti rona
diharapkan selain untuk mendapatkan data awal lingkungan.
aktual pada saat penelitian juga untuk Area konservasi eks situ bekantan
mendapatkan data-data dokumentasi total luas sekitar 0,5 Ha yang secara
perusahaan sebagai data sekunder. bertahap terus dilakukan penghijauan
Rancangan penelitian berupa analisa data sehingga diharapkan area konservasi seperti
kuantitatif berupa pengamatan jumlah, hutan alami namun tetap dalam kandang
komposisi, dan jenis pakan serta berat terbatas. Desain kandang terbatas dan
badan yang kemudian menjadi analisa tertutup dibuat dari rangka baja dan ditutup
diskriptif. Juga dilakukan pengamatan dengan kawat yang tidak mudah berkarat,
kualitatif berupa pengamatan visual kondisi kuat, namun tetap bisa lentur untuk
tubuh dan gerak-gerik aktifitas. Data-data menghindari terjadinya luka jika ada
kemudian di deskriptifkan sebagai perilaku pergerakan bekantan. Lantai kandang
aktifitas harian bekantan pada konservasi disemen dan dengan kemiringan sekitar 3o,
eks situ. hal ini untuk memudahkan perawatan dan
pembersihan kotoran di dalam kandang.
Area konservasi terdiri dari beberapa
Hasil dan Pembahasan bangunan yang menjadi satu kesatuan
dalam konservasi eks situ bekantan yang
Analisa data tentang rona awal secara meliputi :
umum lingkungan di PT Indocement dan 1. Kandang Utama dengan dimensi
sekitarnya yang juga menggambarkan rona panjang sisi–sisi (S) adalah 12 M ,
tentang habitat alami bekantan yang berada Diagonal (D) adalah 12 M, dan Tinggi
di sekitar PT Indocement karena habitat Kandang (T) adalah 7,2 M
alami bekantan juga ada disekitar PT 2. Gudang stok untuk tempat
Indocement yang berupa hutan mangrove, penyimpanan dan penimbangan bahan
rawa galam, rawa nipah dan secara khusus pakan dan vitamin yang diperlukan.
rona kondisi aktual di area konservasi 3. Kandang isolasi yang berfungsi ketika
bekantan yang ada sekarang. Hasil bekantan dari alam datang pertama kali
pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada untuk proses adaptasi.
perbedaan signifikan dari kondisi rona awal 4. “Septic tank” yang dibangun untuk
sampai dengan sekarang terhadap mengolah kotoran dari hewan bekantan
perubahan suhu rata–rata tahunan baik suhu sehingga menjamin area tetap bersih
minimum dengan rata–rata 22 oC maupun dan sehat.
suhu maksimum dengan rata–rata 31 oC. 5. Rumah pengamatan yang baru
Perbedaan tidak signifikan dari dibangun sehingga pengamatan dan
kondisi rona awal sampai sekarang juga bagi tamu yang ingin melihat bekantan
terjadi pada kelembaban rata–rata yaitu tidak lagi terlalu mengganggu
antara 75%–90%, curah hujan maksimal bekantan.
antara 30–40 mm per tahun. Keadaan rona
178 Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186
Tabel 1. Jenis pakan baru bekantan di konservasi eks situ PT Indocement Tarjun
Jenis Pakan
No Keterangan
Nama daerah Spesies
1 Balaran Ipomea sp. Pucuk daun
2 Kacangan Calopogonium caerulium / Mucuna bracteata Pucuk daun
3 Pucuk Ketapang T. catappa Pucuk daun
4 Bayam Amaranthus sp Sayuran
5 Katu Sauropus Sayuran
6 Jagung Zea mays sp Sayuran
7 Terong Solanum melongena Sayuran
8 Sawi Brassica rapa var. parachinensis Sayuran
Untuk jenis pakan bekantan berupa Balaran dan kacangan adalah jenis
sayur diperoleh data baru yaitu bayam, pakan yang dominan dimakan oleh
daun katu, jagung, terong, dan sawi. bekantan di konservasi eks situ PT
Sedangkan untuk jenis buah yaitu pisang Indocement Tarjun sebagai ganti pucuk
mauli, semangka, melon, dan pepaya. Jenis daun pohon di habitat alaminya. Balaran
pakan baru yang diperoleh dapat dan kacangan bisa menjadi alternatif
dibudidayakan dan banyak dijual dipasaran pengganti makanan alami seperti kelubut,
sehingga tentunya penemuan jenis pakan daun loa, maupun pucuk daun brunei
baru bekantan ini bisa dimanfaatkan dalam karena memiliki kandungan nutrisi yang
konservasi eks situ lain yang lokasinya jauh hampir sama baik protein, lemak,
dari habitat alami bekantan. karbohidrat, maupun nilai kalori. Terong
Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186 179
dan kangkung menjadi makanan favorit menetapkan aturan komposisi pakan daun
bekantan dari sayuran, sedangkan daun sekitar 75% dari total jumlah pakan perhari.
katu lebih disukai oleh bekantan betina Komposisi pakan daun bisa didapatkan dari
terutama pada saat kondisi hamil dan pucuk daun maupun sayuran. Komposisi
menyusui. Namun pemberian kangkung antara pucuk daun dan sayuran yang bisa
akan dibatasi jika mulai ada tanda–tanda berbeda–beda setiap hari dikarenakan
bekantan sakit diare yang berarti indikasi disesuaikan kemampuan tenaga pencari
bekantan kembung. pakan dan kondisi alam/cuaca.
Untuk jenis buah-buahan masih
didominasi dengan pisang kepok sedang Tabel 2. Tabel perbandingan komposisi
(tidak mentah dan tidak matang) kemudian pakan
diikuti pisang mauli yang tidak terlalu
(Soendjoto,2005)
(Bismark,1994)
PT Indocement
(Yeager,1989)
Habitat rawa
karbohidrat utama bagi bekantan di
Jenis Pakan
gambut
Tarjun
konservasi eks situ, sedangkan pisang
mauli menjadi tambahan karena jika
diberikan terlalu banyak akan berpengaruh
terhadap pencernaan bekantan dengan
indikasi “feses” akan sedikit lembek dan
cenderung cair. Jenis pakan baru lainnya
Daun 51,94 81,14 80,9 75,74
baik berupa pucuk daun, sayuran, dan buah
yang didapatkan dalam penelitian menjadi Buah 6,80 8,38 6,80 24,25
menu selingan dan pilihan rasa. Bunga 11,68 7,68 11,30 0
Namun pemberian jenis pakan yang
Kulit 2,80 2,80 0,95 0
di makan oleh bekantan di konservasi eks
kayu,
situ PT Indocement Tarjun selain untuk
serangga,
memenuhi kebutuhan nutrisi bekantan juga
dll
perlu diperhatikan dampak ketika kondisi
bekantan diindikasikan sakit, maka jenis
dan komposisi pakan diatur. Misal seperti Tabel 3. Tabel kebutuhan pakan bekantan
kangkung yang apabila dimakan berlebih di konservasi eks situ
akan mengakibatkan bekantan seperti Pakan Konservasi eks situ
kembung dan sedikit diare, oleh karenanya No Nama Umur Berat Tarjun
PT Indocement Pakan
komposisinya dikurangi dan dihentikan 2015 Badan rata2
sementara. Jenis pakan yang diberikan 1 Rambo (Tahun) 13 (Kg)16 (Kg/hari)
12,5
ternyata juga mempunyai nilai nutrisi yang 2 Jane 11 11 6,0
hampir sama dengan jenis pakan yang 3 Mario 5 4 6,0
terdapat di literatur. 4 Satrio 5 4 6,0
Kajian dalam perilaku terhadap 5 Febi 4 2 1,6
komposisi pakan bekantan di konservasi
6 Anakan 1 1 0,7
eks situ menunjukkan bahwa kebutuhan
komposisi pakan untuk bekantan masih 7 Anakan 1 1 0,7
tetap dan tidak menunjukkan perbedaan
antara yang dikonservasi eks situ di PT Tabel perbandingan pakan bekantan
Indocement Tarjun dengan bekantan yang di konservasi eks situ dimana terjadi variasi
hidup di alam. Walaupun terdapat jenis konsumsi pakan antara 25-40% dari berat
pakan baru namun secara komposisi masih badan bekantan dengan konsumsi paling
tidak berbeda yang disebabkan bahwa besar adalah pada bekantan jantan hingga
prosedur pemberian pakan di konservasi 39% berat badan sekali makan. Namun
eks situ PT Indocement Tarjun juga terjadi hal yang menarik yaitu pada
180 Teguh Iman Basoeki, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 175-186
Gambar 1. Lanjutan.
Tabel 4. Data perilaku aktifitas harian bekantan di konservasi eks situ PT Indocement Tarjun
Bekantan Umur Aktifitas harian ( menit )
No
Nama Kelamin 2015 Tidur Istirahat Makan Jalan Sosial
/main
1 Rambo Jantan 13 720 420 165 25 110
2 Jane Betina 11 720 305 85 25 305
3 Mario Jantan 6 720 300 135 285 5
4 Satrio Jantan 6 720 295 155 265 5
5 Febi Betina 4 750 310 155 175 50
6 Bayi Jantan 1 750 90 25 125 0
Tabel 5. Perilaku aktifitas rata-rata harian untuk semua umur dan jenis bekantan di
konservasi eks situ PT Indocement Tarjun dibandingkan dengan bekantan yang
hidup di ala
Aktivitas (%)
Lokasi
Makan Jalan Istirahat Sosial Lain-lain
Taman Nasional 63,2 19,2 16,2 1,4 0,0
Bako (Salter et al,
1985) Margasatwa
Suaka 13,1 18,8 65,1 0,7 2,4
Samunsam (Salter et
al, 1985)
Taman Nasional 23,2 25,2 42,3 9,3 0,0
Kutai (Bismark,
1994)
Konservasi eks situ 8,8 11,0 74,4 5,7 -
PT Indocement, 2015