Professional Documents
Culture Documents
Abstract: This study aims to determine the factors affecting poverty in Banda Aceh City. The
sample was as much as 69 households in 4 (four) villages in 4 (four) districts in Banda Aceh City.
The data in this study is primary data and secondary data. The model analysis is a logitics
regression where the independent variables are qualitative while the dependent variable is the
household characteristics, community factors, and characteristics of the region. The research
showed that the factor of households and individuals characteristics is the most important factor
affecting poverty in Banda Aceh City. These factors include the head of household education,
household size, number of family members working, the head of the family work status, region of
origin family background, home ownership status and the ability of family for entrepreneurship.
Furthermore, the factors that significantly influence community poverty is the condition of the
main road in the village of residence. While the existence of financial institutions that facilitate
people's access to capital, the presence of small-scale industries like cottage industries for the
community and range the village to city center has no significant effect on poverty. Instead factor
characteristics of the region (the availability of acreage / land sufficient to carry out production
activities and within the area / village where the coast / beaches) is not a determinant of poverty.
This means that poverty suffered a household is not significantly related to regional characteristics
factors. For that government efforts to reduce the number of poor households should be directed
toward improving the community factor, especially roads and other rural infrastructure, and
improve individual and household characteristics primarily related to level of education, level of
education, the ability to obtain employment, and the ability of households for enterpreneurship.
tidak lebih dari Rp 450 ribu. Sedangkan yang mungkin berkaitan dengan kemiskinan.
kategori miskin berpenghasilan di atas Rp 450 Hubungan dari karakteristik tersebut dengan
hingga Rp 900 ribu (Anonymous, 2010). kemiskinan adalah sesuai dengan kondisi
Hingga tahun 2010 jumlah penduduk miskin di wilayah tersebut. Meskipun demikian, secara
Kota Banda Aceh masih relatif besar yakni umum tingkat kemiskinan akan tinggi di
sebanyak 7.853 kepala keluarga, dan dari total wilayah dengan ciri-ciri sebagai berikut:
kepala keluarga pada tahun tersebut sebanyak terpencil secara geografis, sumberdaya yang
224.209 Kepala Keluarga (KK). rendah, curah hujan yang rendah, dan kondisi
Secara teoritis, kemiskinan yang iklim yang tidak ramah.
diderita oleh kelompok masyarakat disebabkan Kemiskinan yang terjadi di Kota Banda
oleh beberapa faktor. Dengan kata lain, Aceh tentunya dapat dikaitkan dengan faktor-
penduduk miskin memiliki beberapa faktor seperti dijelaskan di atas, terutama faktor
karakteristik, dan karakteristik tersebut komunitas, infrastruktur, karakteristik wilayah
sekaligus dapat dipandang sebagai penyebab dan lain sebagainya. Karena itu, dalam
kemiskinan itu sendiri. World Bank (2002) menelaah kebijakan pemerintah daerah dalam
mengkategorikan karakteristik penduduk menanggulangi kemiskinan, perlu terlebih
miskin menurut komunitas, wilayah, rumah dahulu diperhatikan faktor-faktor penyebab
tangga, dan individu. Pada faktor komunitas, kemiskinan atau dalam analisis kemiskinan
infrastruktur merupakan determinan utama disebut determinan kemiskinan. Kebijakan
kemiskinan. Keadaan infrastruktur sangat erat pemerintah daerah yang berorientasi pada
kaitannya dengan tingkat kesejahteraan program pengentasan kemiskinan di Kota
masyarakat. Infrastruktur yang baik akan Banda Aceh sudah seharusnya didasarkan pada
memudahkan masyarakat untuk melakukan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
aktivitas ekonomi maupun sosial kemiskinan tersebut.
kemasyarakatan, selain itu memudahkan
investor untuk melakukan investasi di daerah Perumusan Masalah
yang bersangkutan. Indikator pembangunan Berdasarkan latar belakang penelitian
infrastruktur yang penting adalah saluran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang
irigasi, akses listrik, dan kondisi jalan utama menjadi permasalahan dalam penelitian ini
transportasi. adalah apakah faktor karakteristik rumah tangga,
Indikator lain dari karakteristik faktor faktor komunitas dan faktor karakteristik
komunitas adalah akses yang sama terhadap wilayah berpengaruh terhadap kemiskinan di
usaha atau pekerjaan seperti keberadaan Kota Banda Aceh ?
lembaga keuangan dan industri. Pada tingkat
wilayah ada bermacam-macam karakteristik
pendidikan langsung maupun tidak langsung. anggota keluarganya untuk bekerja di atas tanah
Dengan demikian jelaslah bahwa faktor pertanian.
pendidikan merupakan salah satu faktor yang Kepemilikan modal fisik ini dan
menyebabkan kemiskinan. Secara umum kemampuan memperoleh pendapatan sebagai
semakin tinggi pendidikan anggota keluarga tenaga kerja akan menjadi modal utama untuk
maka akan semakin tinggi kemungkinan menghasilkan pendapatan keluarga. Anggota
keluarga tersebut bekerja di sektor formal rumah tangga yang tidak memiliki modal fisik
dengan pendapatan yang lebih tinggi. terpaksa menerima pekerjaan dengan bayaran
Jumlah anggota keluarga yang bekerja yang rendah dan tidak mempunyai alternatif
juga dapat dijadikan faktor determinan untuk berusaha sendiri. Komponen selanjutnya
kemiskinan. Seperti dikemukakan oleh Dillon adalah status pekerjaan, dimana status
dan Hermanto (1993) bahwa, selain jumlah pekerjaan utama kepala keluarga jelas akan
anggota rumah tangga besar, di dalam rumah memberikan dampak bagi pola pendapatan
tangga miskin ditemukan lebih banyak anggota rumah tangga.
yang kurang produktif bila dibandingkan
dengan keluarga tidak miskin. Hal ini berarti Keterkaitan Faktor Komunitas Dengan
Kemiskinan
semakin banyak anggota keluarga yang kurang
produktif akan semakin besar kecenderungan Faktor komunitas dan infrastruktur
keluarga tersebut termasuk katagori keluarga dapat dilihat sebagai determinan utama
miskin. kemiskinan. Hal ini sesuai dengan kajian World
Selanjutnya kepemilikan lahan akan Bank (2002) mengkategorikan karakteristik
menjadi faktor yang penting mengingat dengan penduduk miskin menurut komunitas, wilayah,
tersedianya lahan produktif, rumah tangga rumah tangga, dan individu. Pada faktor
dengan lapangan usaha pertanian akan dapat komunitas, infrastruktur merupakan determinan
menghasilkan pendapatan yang lebih baik. utama kemiskinan. Hal ini jug didukung oleh
Harniati (2002) menyatakan, salah satu pendapat Faturochman dan Marcelinus (1994)
indikator kemiskinan di pedesaan adalah yang menyatakan kemiskinan individu
lemahnya kepastian kepemilikan dan mengacu pada ketidakmampuan individu
penguasaan tanah. Masyarakat miskin tersebut untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
menghadapi masalah ketimpangan struktur hidup yang pokok, sedangkan kemiskinan
penguasaan dan pemilikan tanah, serta (ketertinggalan) wilayah ditentukan oleh
ketidakpastian dalam penguasaan dan ketersediaan infrastruktur bagi penduduk di
pemilikan lahan pertanian. Kehidupan rumah wilayah bersangkutan.
tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya Keadaan infrastruktur sangat erat
terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi kaitannya dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Infrastruktur yang baik akan juga dapat memenuhi kebutuhan hidup
memudahkan masyarakat untuk melakukan berdasarkan sumber daya wilayah tersebut saja.
aktivitas ekonomi maupun sosial Kondisi seperti iklim, kesuburan tanah,
kemasyarakatan, selain itu memudahkan topografi merupakan potensi dasar suatu
investor untuk melakukan investasi di daerah wilayah, sedangkan sumber daya hayati bisa
yang bersangkutan. Indikator pembangunan merupakan modal yang bisa dikembangkan.
infrastruktur yang penting adalah saluran irigasi, Keadaan ini akan menjadi lebih buruk lagi bila
akses listrik, dan kondisi jalan utama tidak ada pengembangan wilayah yang
transportasi. Indikator lain dari karakteristik memadai.
faktor komunitas adalah akses yang sama Faktor wilayah dalam penelitian ini
terhadap usaha atau pekerjaan seperti dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu
keberadaan lembaga keuangan dan industri. masih tersedianya areal atau lahan yang
Pada tingkat wilayah ada bermacam-macam memadai untuk kegiatan produksi dan tidak
karakteristik yang mungkin berkaitan dengan atau kurang tersedianya areal atau lahan yang
kemiskinan. Hubungan dari karakteristik memadai untuk kegiatan produksi. Mengacu
tersebut dengan kemiskinan adalah sesuai pada ciri-ciri tersebut, maka perbedaan wilayah
dengan kondisi wilayah tersebut. berdasarkan tersedia atau tidak tersedianya
lahan yang memadai untuk kegiatan produksi
Keterkaitan Faktor Wilayah Dengan tentunya juga dapat menyebabkan perbedaan
Kemiskinan
kesempatan bagi bagi masyarakat untuk
Faktor wilayah juga dapat menjadi melakukan kegiatan produksi dan pada
faktor determinan kemiskinan. Secara umum akhirnya dapat menjelaskan fenomena
tingkat kemiskinan akan tinggi di wilayah kemiskinan yang sedang dianalisis.
dengan ciri-ciri sebagai berikut: terpencil secara
geografis, sumberdaya yang rendah, curah Penelitian Sebelumnya
hujan yang rendah, dan kondisi iklim yang Iskandar dkk (2010) meneliti tentang
tidak ramah (World Bank, 2002). Keterkaitan karakteristik dan akar masalah kemiskinan
antara faktor wilayah dengan kemiskinan juga kasus pada 4 tipologi desa di Kabupaten
dikemukakan oleh Hadiwigeno dan Pakpahan Sumbawah. Penelitian tersebut menemukan
(1993) menyatakan, penduduk dan rumah bahwa karakteristik kemiskinan yang ada di
tangga miskin, terutama di di pedesaan, tidak masing-masing tipologi desa sebenarnya tidak
bisa lepas dari keadaan wilayah setempat. Ada semata-mata ditentukan oleh tipologi wilayah,
wilayah-wilayah tertentu di pedesaan memiliki karena pada hampir semua tipologi desa
potensi kurang baik sehingga sulit terdapat jumlah penduduk miskin yang relatif
dikembangkan dan penduduk yang ada di sana masih besar. Kondisi ini ditentukan oleh
indikator ekonomi sebagai faktor yang paling keuangan formal tersebut lebih akses ke
menentukan tingkat kesejahteraan/ kemiskinan kegiatan perikanan dibandingkan
masyarakat desa, dan akar masalah kemiskinan kegiatan pertanian.
masyarakat desa muncul karena hilangnya Harahap (2002) meneliti tentang
akses masyarakat terhadap sumberdaya faktor-faktor penyebab kemiskinan masyarakat
ekonomi, yang terjadi karena proses desa (Studi Kasus Desa Bulucina Tarutung,
marginalisasi, seperti kasus masyarakat Sihoda-Hoda dan Desa Gonting Jae Kecamatan
suburban, karena lemahnya kapasitas Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan).
masyarakat untuk mengoptimalkan potensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
yang ada, seperti kasus desa persawahan dan kemiskinan di tiga desa tersebut termasuk
pesisir dan juga karena aspek struktural sebagai katagori kemiskinan absolut. Adapun faktor-
dampak kebijakan, seperti kasus desa faktor penyebab kemiskinan dilihat dari faktor
pegunungan. potensi fisik dimana kondisi geografis dan
Darwis (2004) meneliti tentang faktor curah hujan tidak mendukung turut
penyebab kemiskinan, sumber pendapatan, dan mempengaruhi terjadinya kemiskinan di Desa
pengeluaran keluarga miskin lahan pesisir di Bulu Cina Tarutung, Desa Sihoda-Hoda dan di
Kabupaten Lamongan. Penelitian tersebut Gonting Jae. Kemudian rata-rata tingkat
menyimpulkan sebagai berikut: pendidikan kepala keluarga tergolong rendah
1. Faktor internal penyebab kemiskinan yakni 5,5 tahun (tidak tamat SD), tetapi di
antara lain adalah sumber daya manusia dalam pengujian secara parsial (t-test) pada
yang rendah, tergambar dari rata-rata tingkat pengujian 5% ternyata pengaruh tingkat
responden mengikuti pendidikan formal pendidikan yang rendah ini tidak signifikan
selama 7 tahun; minimnya kepemilikan terhadap pendapatan masyarakat yang
lahan; bekerja di sektor pertanian yang menyebabkan mereka miskin di desa tersebut.
dipresentasikan dari umur yang masih Daulay (2002) meneliti tentang Pengaruh
produktif dan lebih dari lima puluh Curahan Jam Kerja Total dan Eksploitasi
persen keluarga yang bekerja di lahan Terhadap Kemiskinan Petani Padi Sawah di
sendiri serta tiga puluh persen lebih Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera
responden bekerja sebagai tenaga buruh Utara. Variabel independen yang digunakan
tani. sebagai penjelas kemiskinan petani adalah
2. Faktor eksternal penyebab kemiskinan curahan tenaga kerja total, eksploitasi (harga
antara lain: lokasi yang agak jauh dari dan tenaga kerja), produktivitas, luas lahan
perekonomian daerah, kurangnya yang digunakan dan teknologi yang digunakan.
ketersediaan lahan pertanian, belum ada Sampel penelitian sebanyak 383 orang petani
lembaga keuangan formal dan lembaga yang diambil dari 20 desa dalam kabupaten
tersebut. Alat analisis data yang digunakan berkaitan erat dengan tingkat pendidikan.
adalah regresi linier berganda. Penelitian Oleh karena itu Sektor Pendidikan juga
tersebut menemukan sebagai berikut: harus menjadi perhatian pemerintah daerah
1. Curahan jam kerja total secara parsial jika ingin mengurangi tingkat kemiskinan.
berpengaruh negatif terhadap pendapatan 4. Pada faktor komunitas, terdapat beberapa
petani padi sawah di Kabupaten Labuhan variabel yang mengalami perubahan dari
Batu Provinsi Sumatera Utara secara tahun 1999 ke tahun 2002, yaitu variabel
signifikan dengan derajat kepercayaan 95 yang berhubungan dengan transportasi dan
persen. keberadaan industri, dimana untuk tahun
2. Eksploitasi harga secara signifikan 1999 daerah yang memiliki transportasi
berpengaruh negatif terhadap pendapatan utama darat dan dapat dilalui kendaraan
petani padi sawah dengan derajat bermotor serta terdapat industri dapat
kepercayaan 95 persen, sedangkan mengurangi peluang penduduknya menjadi
eksploitasi tenaga kerja secara parsial miskin, namun di tahun 2002 justru dapat
berpengaruh positif terhadap pendapatan menambah peluang miskin.
petani padi sawah secara signifikan dengan Mariyati (1999) mengkaji determinan
derajat kepercayaan 95 persen. terhadap kemiskinan per provinsi di Indonesia.
Studi tersebut mempelajari pengaruh dan
Usman dkk (2006) mengadakan hubungan pendidikan, pendapatan, pekerja di
penelitian yang berjudul analisis determinan sektor pertanian, dan pengangguran terhadap
kemiskinan sebelum dan sesudah desentralisasi kemiskinan di masing-masing propinsi tahun
fiskal di Indonesia. Penelitian tersebut 1999 di Indonesia. Pendapatan adalah PDRB
menyimpulkan sebagai berikut. perkapita di masing-masing propinsi.
1. Faktor determinan kemiskinan pada Pengangguran adalah proporsi angkatan kerja
karakteristik rumah tangga dan Individu yang tidak bekerja. Pekerjaan adalah Proporsi
relatif tidak berubah. penduduk yang bekerja di sektor pertanian.
2. Variabel yang dapat mengurangi Pendidikan adalah proporsi penduduk yang
kemiskinan adalah kepala rumah tangga berpendidikan SLTA ke atas Sedangkan
yang bekerja, kepemilikan aset lahan kemiskinan adalah proporsi penduduk miskin
pertanian, dan jumlah tahun bersekolah per propinsi. Berdasarkan hasil penelitian
seluruh anggota keluarga. tersebut semakin besar proporsi Angkatan Kerja
3. Pada faktor karakteristik rumah tangga dan yang tidak bekerja maka semakin besar
individu, sumberdaya manusia merupakan proporsi penduduk miskin per propinsi,
variabel penting untuk memperoleh semakin besar proporsi penduduk yang bekerja
pekerjaan, dan sumber daya manusia di sektor pertanian maka semakin besar pula
Kareeng Glumpang
Jaya Lampoh 55
Baru Daya 17
a. Jalan utama desa tempat tinggal (baik, masing-masing variabel independen variabel
ramai dilalui kendaraan roda empat =1, dependen, akan tetapi juga dapat diketahui
kurang baik, tidak ramai dilalui bentuk hubungan asosiatif variabel tersebut,
kendaraan roda empat = 0). apakah asosiasi yang terbentuk positif atau pun
b. Dekat dengan lembaga keuangan (ya negatif.
=1, tidak = 0). Berdasarkan kaidah regresi logistik,
c. Terdapat industri kecil (ya =1, tidak = penafsiran mengenai apakah suatu variabel
0). menentukan probabilitas katagori tertentu di
d. Dekat dengan pusat kota (ya =1, tidak = antara dua alternatif katagori sesuai dengan
0). katagori yang ada (miskin atau tidak miskin)
4. Faktor karakteristik wilayah didasarkan pada nilai koefisien regresi logistik.
Faktor karakteristik wilayah mengacu Nilai positif lebih dari 0 (nol) dianggap
pada ketersediaan areal atau lahan yang memiliki probabilitas 1 (satu), dan nilai negatif
memadai untuk menjalankan kegiatan dianggap memiliki probabilitas 0 (nol). Dengan
produksi, dimana masih tersedia areal atau kata lain, nilai positif diartikan sama dengan 1
lahan yang memadai untuk kegiatan (satu) dan nilai negatif diartikan sama dengan 0
produksi diberi skor 1, dan tidak atau (nol).
kurang tersedia areal atau lahan yang Hasil pengolahan data menunjukkan,
memadai untuk kegiatan produksi diberi karakteristik rumah tangga dan individu
skor 0. memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Selain itu faktor karakteristik wilayah kemiskinan di Kota Banda Aceh. Dari 7 (tujuh)
juga mengacu pada lokasi tempat tinggal indikator yang digunakan dalam karakteristik
terdiri dari jauh dari daerah pesisir diberi rumah tangga hanya 2 (dua) indikator yang
skor 1, dan dekat dengan daerah pesisir tidak berpengaruh signifikan yaitu jumlah
diberi skor 0. anggota keluarga dan jumlah anggota keluarga
yang bekerja. Sebaliknya indikator pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN kepala keluarga, status pekerjaan kepala
Peralatan analisis data yang digunakan keluarga, latar belakang daerah asal keluarga,
dalam penelitian ini adalah regresi logistik. status kepemilikan rumah dan kemampuan
Penggunaan regresi logistik didasarkan pada keluarga untuk berwiraswasta berpengaruh
alasan bahwa variabel dependen atau variabel signifikan terhadap kemiskinan di Kota Banda
terikat dalam penelitian ini berbentuk katagori Aceh. Artinya indikator-indikator tersebut
yaitu tidak miskin diberikan skor =1 dan miskin merupakan faktor determinan (faktor pembeda)
= 0. Dengan menggunakan regresi logistik tidak apakah suatu rumah tangga termasuk dalam
hanya dapat diketahui signifikansi pengaruh katagori rumah tangga miskin atau rumah
memegang peranan penting dalam keluarga signifikan (nyata) terhadap apakah suatu rumah
agar bisa keluar dari kemiskinan. Semakin tangga termasuk dalam kelompok rumah tangga
tinggi pendidikan kepala keluarga dan atau miskin atau tidak miskin, ditunjukkan oleh nilai
semakin tinggi rata-rata pendidikan seluruh p-value sebesar 0,410. Rumah tangga dengan
anggota rumah tangga semakin kecil peluang jumlah anggota keluarga yang bekerja relatif
rumah tangga tersebut untuk masuk menjadi banyak akan cenderung termasuk dalam
kategori miskin. kelompok rumah tangga tidak miskin.
Indikator berikutnya yang Sebaliknya rumah tangga dengan jumlah
berhubungan dengan karakteristik rumah anggota keluarga yang bekerja relatif sedikit
tangga dan individu adalah jumlah anggota cenderung masuk dalam kelompok rumah
keluarga. Indikator ini juga berasosiasi secara tangga miskin. Namun demikian keterkaitan
signifikan dengan kelompok rumah tangga antara jumlah anggota keluarga yang bekerja
(miskin dan tidak miskin), ditunjukkan oleh dengan probabilitas rumah tangga masuk dalam
nilai koefisien logistik sebesar -0,0474 dan nilai katagori miskin tidak signifikan.
p-value sebesar 0,053 > 0,05. Hal ini berarti Status pekerjaan kepala keluarga
bahwa jumlah anggota keluarga berasosiasi (kepala keluarga memiliki pekerjaan tetap atau
negatif dengan ketidakmiskinan. Namun tidak memiliki pekerjaan tetap) berpengaruh
demikian pada tingkat keyakinan 95 persen secara signifikan terhadap terhadap kemiskinan,
pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap ditunjukkan nilai koefisien regresi logistik
kemiskinan tidak signifikan. Pengaruh jumlah sebesar 0,2211 dan nilai p-value sebesar 0,006
anggota keluarga terhadap kemiskinan hanya < 0,05. Hal ini berarti bahwa status pekerjaan
signifikan (nyata) pada taraf keyakinan 90 kepala keluarga (memiliki pekerjaan tetap atau
persen. Semakin besar jumlah anggota keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap) merupakan
semakin besar probabilitas keluarga tersebut faktor penyebab kemiskinan di Kota Banda
termasuk dalam katagori miskin. Sebaliknya Aceh. Dengan kata lain, apakah rumah tangga
semakin kecil jumlah anggota keluarga semakin termasuk dalam kelompok miskin atau tidak
besar probabilitas keluarga tersebut termasuk miskin tidak terkait secara nyata dengan status
dalam katagori tidak miskin. Sehingga jumlah pekerjaan kepala keluarga (memiliki pekerjaan
anggota keluarga berpengaruh positif terhadap tetap atau tidak memiliki pekerjaan tetap).
kemiskinan, dimana semakin besar jumlah Seperti terlihat dalam Tabel 2 di atas,
anggota keluarga semakin besar pula latar belakang daerah asal keluarga (luar Kota
kemungkinan keluarga tersebut masuk dalam Banda Aceh atau asli Kota Banda Aceh)
jurang kemiskinan. berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan,
Jumlah anggota keluarga yang ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,044.
bekerja juga tidak berpengaruh secara Hal ini berarti bahwa daerah asal keluarga suatu
rumah tangga (dari Kota Banda Aceh atau dari mengeluarkan rumah tangga dari jurang
luar Kota Banda Aceh) berasosiasi secara kemiskinan. Sebaliknya ketidakmampuan
signifikan terhadap apakah rumah tangga dalam berwiraswasta memperbesar probabilitas
tersebut termasuk dalam kelompok miskin dan rumah tangga termasuk dalam katagori miskin.
tidak miskin. Faktor komunitas hanya kondisi jalan
Status kepemilikan rumah tempat utama desa tempat tinggal yang berpengaruh
tinggal juga berpengaruh terhadap kemiskinan signifikan terhadap kemiskinan, ditunjukkan
di Kota Banda Aceh. Hal ini ditunjukkan oleh oleh nilai koefisien regresi logistik sebesar
nilai koefisien regresi logistik sebesar 0,1450 0,1542 dengan nilai p-value sebesar 0,023. Hal
dengan p-value sebesar 0,035. Semakin baik ini berarti kondisi jalan utama desa (ramai atau
status kepemilikan rumah tempat tinggal suatu tidak ramai dilalui kendaraan roda empat)
rumah tangga semakin besar kemungkinan menjadi faktor penyebab kemiskinan di Kota
rumah tangga tersebut termasuk dalam katagori Banda Aceh. Rumah tangga yang tinggal di
tidak miskin. Hal ini berarti rumah tangga yang desa yang jalan utama desa tersebut ramai
menempati rumah sendiri miliki probabilitas dilalui kendaraan roda empat, akan cenderung
yang lebih besar untuk dapat dikeluar dari masuk dalam katagori bukan rumah tangga
jurang kemiskinan. Sebaliknya rumah tangga miskin. Sebaliknya kondisi jalan utama desa
yang tidak menempati rumah sendiri memiliki yang kurang ramai dilalui kendaraan roda
probabilitas yang lebih besar untuk masuk empat memperbesar peluang rumah tangga
dalam kelompok rumah tangga miskin. untuk masuk dalam katagori rumah tangga
Terakhir kemampuan berwiraswasta miskin.
juga berpengaruh signifikan terhadap Keberadaan lembaga keuangan yang
kemiskinan di Kota Banda Aceh ditunjukkan memudahkan akses masyarakat terhadap
oleh nilai koefisien regresi logistik sebesar permodalan, ada atau tidak adanya industri
0,2602 dengan nilai p-value sebesar 0,026. kecil seperti industri rumah tangga bagi
Semakin baik kemampuan kepala keluarga masyarakat dan jarak desa tempat tinggal
dalam berwiraswasta yang ditandai dengan dengan pusat kota bukanlah penyebab
kemampuan untuk memiliki usaha sendiri, kemiskinan di Kota Banda Aceh. Secara
semakin besar probabilitas rumah tangga statistik hal ini ditunjukkan dengan nilai p-
tersebut termasuk dalam katagori tidak miskin. value masing-masing indikator tersebut yakni
Sebaliknya ketidakmampuan dalam sebesar 0,544 untuk keberadaan lembaga
berwiraswasta memperbesar peluang rumah keuangan, sebesar 0,990 untuk keberadaan
tangga masuk dalam kelompok rumah tangga industri kecil dan sebesar 0,862 untuk jarak
miskin. Hal ini berarti bahwa kemampuan desa tempat tinggal dengan pusat kota.
dalam berwiraswasta dapat menjadi Faktor karakteristik wilayah bukanlah
faktor determinan kemiskinan sehingga faktor tidak adanya industri kecil rumah tangga,
tersebut dapat dikatakan tidak memiliki dan jarak desa tempat tinggal ke pusat kota
pengaruh signifikan terhadap kemiskinan di tidak berpengaruh signifikan terhadap
Kota Banda Aceh. Dengan demikian hipotesis kemiskinan di Kota Banda Aceh.
pertama dan kedua yang menyatakan 3. Karakteristik wilayah (ketersediaan
karakteristik rumah tangga dan individu dan areal/lahan yang memadai untuk
faktor komunitas merupakan faktor yang menjalankan kegiatan produksi dan Jarak
mempengaruhi kemiskinan di Kota Banda Aceh daerah/desa tempat tinggal dengan daerah
dapat diterima. Sebaliknya hipotesis ketiga pesisir/pantai) tidak berpengaruh signifikan
yang menyatakan, karakteristik wilayah terhadap kemiskinan di Kota Banda Aceh.
merupakan faktor yang mempengaruhi Hal ini berarti bahwa kemiskinan yang
kemiskinan di Kota Banda Aceh ditolak. dialami oleh rumah tangga tidak secara
nyata terkait dengan apakah di desa tempat
KESIMPULAN DAN SARAN tinggal rumah tangga tersebut tersebut
Kesimpulan tersedia areal/lahan yang memadai untuk
1. Karakteristik rumah tangga dan individu menjalankan kegiatan produksi atau tidak,
yang berpengaruh signifikan terhadap dan apakah jarak desa tempat tinggal
kemiskinan di Banda Aceh, adalah tingkat tersebut dekat atau jauh dengan daerah
pendidikan kepala keluarga, status pesisir/pantai.
pekerjaan kepala keluarga, latar belakang
daerah asal keluarga, status kepemilikan Saran-saran
rumah tempat tinggal dan kemampuan Berdasarkan kesimpulan yang telah
keluarga dalam berwiraswasta. Sebaliknya diuraikan di atas, maka yang menjadi saran dan
jumlah anggota keluarga dan jumlah rekomendasi dari penelitian ini sebagai berikut.
anggota keluarga yang bekerja tidak 1. Sebaiknya program pemerintah yang terkait
berpengaruh signifikan terhadap dengan upaya mengurangi kemiskinan
kemiskinan di Kota Banda Aceh. dikalangan masyarakat Kota Banda Aceh
2. Faktor komunitas yang berpengaruh difokuskan pada perbaikan tingkat
signifikan terhadap kemiskinan di Kota pendidikan masyarakat. Karena hasil
Banda Aceh hanya kondisi jalan utama penelitian empiris membuktikan bahwa
desa (ramai dilalui kendaraan roda empat kepala rumah tangga dengan pendidikan
atau tidak ramai dilalui kendaraan roda relatif rendah cenderung termasuk katagori
empat). Sebaliknya ada tidaknya lembaga keluarga miskin. Selain itu, pemerintah juga
keuangan yang memudahkan akses harus mengambil tindakan nyata dalam
masyarakat pada permodalan, ada atau upaya pengentasan kemiskinan dengan cara