You are on page 1of 17

Jurnal Ilmu Ekonomi ISSN 2302-0172

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 17 Pages pp. 11- 27

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN RELATIF DI KOTA BANDA ACEH

Sandra Andria1), Abubakar Hamzah2), Muhammad Nasir3)


1,2,3)
Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No.7, Darussalam Banda Aceh 23111, Email:SandraAndria@yahoo.com

Abstract: This study aims to determine the factors affecting poverty in Banda Aceh City. The
sample was as much as 69 households in 4 (four) villages in 4 (four) districts in Banda Aceh City.
The data in this study is primary data and secondary data. The model analysis is a logitics
regression where the independent variables are qualitative while the dependent variable is the
household characteristics, community factors, and characteristics of the region. The research
showed that the factor of households and individuals characteristics is the most important factor
affecting poverty in Banda Aceh City. These factors include the head of household education,
household size, number of family members working, the head of the family work status, region of
origin family background, home ownership status and the ability of family for entrepreneurship.
Furthermore, the factors that significantly influence community poverty is the condition of the
main road in the village of residence. While the existence of financial institutions that facilitate
people's access to capital, the presence of small-scale industries like cottage industries for the
community and range the village to city center has no significant effect on poverty. Instead factor
characteristics of the region (the availability of acreage / land sufficient to carry out production
activities and within the area / village where the coast / beaches) is not a determinant of poverty.
This means that poverty suffered a household is not significantly related to regional characteristics
factors. For that government efforts to reduce the number of poor households should be directed
toward improving the community factor, especially roads and other rural infrastructure, and
improve individual and household characteristics primarily related to level of education, level of
education, the ability to obtain employment, and the ability of households for enterpreneurship.

Keywords: Household and individual characteristics, community factors, regional


characteristics factor, poverty and logistic models.

PENDAHULUAN masih dihadapkan pada persoalan kemiskinan.


Masyarakat Provinsi Aceh sebagian Dari jumlah 224.209 Kepala Keluarga (KK)
berada di bawah garis kemiskinan. Mereka masyarakat yang berdomisili di Kota Banda
tersebar di seluruh kabupaten kota, termasuk di Aceh, sebanyak 7.853 KK di antaranya
Kota Banda Aceh sebagai Ibukota Provinsi merupakan masyarakat yang hidup di bawah
Aceh. Kemiskinan yang dialami oleh garis kemiskinan. Data tersebut diketahui
masyarakat kota erat kaitannya dengan berdasarkan hasil sensus penduduk yang
langkanya peluang kerja produktif. Penduduk, dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
baik pendatang (urbanis) maupun penduduk Banda Aceh tahun 2010. Jumlah 7.853 KK
kota yang baru masuk angkatan kerja, dengan penduduk tersebut dibagi lagi dalam dua bagian,
kemampuan yang dimiliki menciptakan yaitu fakir sebanyak 4.222 KK dan miskin
kesempatan kerja dengan memanfaatkan 3.631 KK. Para penduduk tersebut,
kehidupan kota. Sebagian di antara mereka berpenghasilan antara Rp 450 ribu hingga Rp
“terjerumus” dalam jurang kemiskinan. Hingga 900 ribu per bulan. Masuk dalam kategori fakir
tahun 2010, Pemerintah Kota Banda Aceh jika penghasilan yang diperoleh setiap bulan,

11 - Volume 2, No. 4, November 2014


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

tidak lebih dari Rp 450 ribu. Sedangkan yang mungkin berkaitan dengan kemiskinan.
kategori miskin berpenghasilan di atas Rp 450 Hubungan dari karakteristik tersebut dengan
hingga Rp 900 ribu (Anonymous, 2010). kemiskinan adalah sesuai dengan kondisi
Hingga tahun 2010 jumlah penduduk miskin di wilayah tersebut. Meskipun demikian, secara
Kota Banda Aceh masih relatif besar yakni umum tingkat kemiskinan akan tinggi di
sebanyak 7.853 kepala keluarga, dan dari total wilayah dengan ciri-ciri sebagai berikut:
kepala keluarga pada tahun tersebut sebanyak terpencil secara geografis, sumberdaya yang
224.209 Kepala Keluarga (KK). rendah, curah hujan yang rendah, dan kondisi
Secara teoritis, kemiskinan yang iklim yang tidak ramah.
diderita oleh kelompok masyarakat disebabkan Kemiskinan yang terjadi di Kota Banda
oleh beberapa faktor. Dengan kata lain, Aceh tentunya dapat dikaitkan dengan faktor-
penduduk miskin memiliki beberapa faktor seperti dijelaskan di atas, terutama faktor
karakteristik, dan karakteristik tersebut komunitas, infrastruktur, karakteristik wilayah
sekaligus dapat dipandang sebagai penyebab dan lain sebagainya. Karena itu, dalam
kemiskinan itu sendiri. World Bank (2002) menelaah kebijakan pemerintah daerah dalam
mengkategorikan karakteristik penduduk menanggulangi kemiskinan, perlu terlebih
miskin menurut komunitas, wilayah, rumah dahulu diperhatikan faktor-faktor penyebab
tangga, dan individu. Pada faktor komunitas, kemiskinan atau dalam analisis kemiskinan
infrastruktur merupakan determinan utama disebut determinan kemiskinan. Kebijakan
kemiskinan. Keadaan infrastruktur sangat erat pemerintah daerah yang berorientasi pada
kaitannya dengan tingkat kesejahteraan program pengentasan kemiskinan di Kota
masyarakat. Infrastruktur yang baik akan Banda Aceh sudah seharusnya didasarkan pada
memudahkan masyarakat untuk melakukan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
aktivitas ekonomi maupun sosial kemiskinan tersebut.
kemasyarakatan, selain itu memudahkan
investor untuk melakukan investasi di daerah Perumusan Masalah
yang bersangkutan. Indikator pembangunan Berdasarkan latar belakang penelitian
infrastruktur yang penting adalah saluran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang
irigasi, akses listrik, dan kondisi jalan utama menjadi permasalahan dalam penelitian ini
transportasi. adalah apakah faktor karakteristik rumah tangga,
Indikator lain dari karakteristik faktor faktor komunitas dan faktor karakteristik
komunitas adalah akses yang sama terhadap wilayah berpengaruh terhadap kemiskinan di
usaha atau pekerjaan seperti keberadaan Kota Banda Aceh ?
lembaga keuangan dan industri. Pada tingkat
wilayah ada bermacam-macam karakteristik

Volume 2, No. 4, November 2014 - 12


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Tujuan Penelitian umum, pilihan, kesempatan serta partisipasi


Sesuai dengan perumusan masalah di dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi.
atas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Berbagai definisi tentang kemiskinan
pengaruh faktor karakteristik rumah tangga, telah diungkapkan dan menjadi bahan
faktor komunitas dan faktor karakteristik perdebatan. Parawoto (2002: 45) menyatakan,
wilayah terhadap kemiskinan di Kota Banda kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi
Aceh. yang dialami oleh seseorang atau kelompok
orang yang tidak mampu menyelenggarakan
TINJAUAN KEPUSTAKAAN hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap
Teori Kemiskinan manusiawi. Kondisi tersebut menyebabkan
Kemiskinan adalah keadaan serba tidak terpenuhinya kebutuhan dasar atau asasi
kekurangan harta dan benda berharga yang manusia seperti sandang, pangan, papan, afeksi,
diderita oleh seseorang atau sekelompok orang keamanan, identitas kultural, proteksi, kreasi,
yang hidup dalam lingkungan serba miskin atau kebebasan, partisipasi dan waktu luang
kekurangan modal, baik dalam pengertian uang, (Fermandez dalam Firman dan Herlina,
pengetahuan, kebutuhan sosial, politik, hukum 2000:67).
maupun akses terhadap fasilitas pelayanan
umum, kesempatan berusaha dan bekerja. Lebih Keterkaitan Karakteristik Individu dan
Rumah Tangga Dengan Kemiskinan
jauh lagi, kemiskinan berarti suatu kondisi
dimana orang atau kelompok orang tidak Modal SDM dalam suatu rumah tangga
mempunyai kemampuan, kebebasan, asset dan merupakan faktor yang akan mempangaruhi
aksesibilitas untuk kebutuhan mereka diwaktu kemampuan suatu rumah tangga untuk
yang akan datang, serta sangat rentan memperoleh pekerjaan dan pendapatan. Dalam
(vulnerable) terhadap resiko dan tekanan yang hal ini, indikator yang sering digunakan adalah
disebabkan oleh penyakit dan peningkatan jumlah tahun bersekolah anggota keluarga,
secara tiba-tiba atas harga-harga bahan pendidikan kepala keluarga, dan jumlah
makanan dan uang sekolah (Suparlan, 2000:57). anggota keluarga. Bappenas yang dikutip oleh
Indra (2000:57) menyatakan bahwa Harniati (2002) menyatakan salah satu indikator
kemiskinan dipandang tidak hanya menyangkut kemiskinan di pedesaan adalah terbasnya akses
standar pendapatan atau konsumsi yang rendah, dan rendahnya mutu layanan pendidikan
melainkan juga rendahnya kebebasan berpolitik disebabkan oleh kesenjangan biaya pendidikan,
dan pengaruhnya terhadap pengambilan fasilitas pendidikan yang terbatas, biaya
keputusan yang menyangkut pemenuhan pendidikan yang mahal, kesempatan
kebutuhan dasar manusia. Hal tersebut memperoleh pendidikan yang terbatas,
berkaitan pula dengan keterbatasan fasilitas tingginya beban biaya pendidikan baik biaya

13 - Volume 2, No. 4, November 2014


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

pendidikan langsung maupun tidak langsung. anggota keluarganya untuk bekerja di atas tanah
Dengan demikian jelaslah bahwa faktor pertanian.
pendidikan merupakan salah satu faktor yang Kepemilikan modal fisik ini dan
menyebabkan kemiskinan. Secara umum kemampuan memperoleh pendapatan sebagai
semakin tinggi pendidikan anggota keluarga tenaga kerja akan menjadi modal utama untuk
maka akan semakin tinggi kemungkinan menghasilkan pendapatan keluarga. Anggota
keluarga tersebut bekerja di sektor formal rumah tangga yang tidak memiliki modal fisik
dengan pendapatan yang lebih tinggi. terpaksa menerima pekerjaan dengan bayaran
Jumlah anggota keluarga yang bekerja yang rendah dan tidak mempunyai alternatif
juga dapat dijadikan faktor determinan untuk berusaha sendiri. Komponen selanjutnya
kemiskinan. Seperti dikemukakan oleh Dillon adalah status pekerjaan, dimana status
dan Hermanto (1993) bahwa, selain jumlah pekerjaan utama kepala keluarga jelas akan
anggota rumah tangga besar, di dalam rumah memberikan dampak bagi pola pendapatan
tangga miskin ditemukan lebih banyak anggota rumah tangga.
yang kurang produktif bila dibandingkan
dengan keluarga tidak miskin. Hal ini berarti Keterkaitan Faktor Komunitas Dengan
Kemiskinan
semakin banyak anggota keluarga yang kurang
produktif akan semakin besar kecenderungan Faktor komunitas dan infrastruktur
keluarga tersebut termasuk katagori keluarga dapat dilihat sebagai determinan utama
miskin. kemiskinan. Hal ini sesuai dengan kajian World
Selanjutnya kepemilikan lahan akan Bank (2002) mengkategorikan karakteristik
menjadi faktor yang penting mengingat dengan penduduk miskin menurut komunitas, wilayah,
tersedianya lahan produktif, rumah tangga rumah tangga, dan individu. Pada faktor
dengan lapangan usaha pertanian akan dapat komunitas, infrastruktur merupakan determinan
menghasilkan pendapatan yang lebih baik. utama kemiskinan. Hal ini jug didukung oleh
Harniati (2002) menyatakan, salah satu pendapat Faturochman dan Marcelinus (1994)
indikator kemiskinan di pedesaan adalah yang menyatakan kemiskinan individu
lemahnya kepastian kepemilikan dan mengacu pada ketidakmampuan individu
penguasaan tanah. Masyarakat miskin tersebut untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
menghadapi masalah ketimpangan struktur hidup yang pokok, sedangkan kemiskinan
penguasaan dan pemilikan tanah, serta (ketertinggalan) wilayah ditentukan oleh
ketidakpastian dalam penguasaan dan ketersediaan infrastruktur bagi penduduk di
pemilikan lahan pertanian. Kehidupan rumah wilayah bersangkutan.
tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya Keadaan infrastruktur sangat erat
terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi kaitannya dengan tingkat kesejahteraan

Volume 2, No. 4, November 2014 - 14


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

masyarakat. Infrastruktur yang baik akan juga dapat memenuhi kebutuhan hidup
memudahkan masyarakat untuk melakukan berdasarkan sumber daya wilayah tersebut saja.
aktivitas ekonomi maupun sosial Kondisi seperti iklim, kesuburan tanah,
kemasyarakatan, selain itu memudahkan topografi merupakan potensi dasar suatu
investor untuk melakukan investasi di daerah wilayah, sedangkan sumber daya hayati bisa
yang bersangkutan. Indikator pembangunan merupakan modal yang bisa dikembangkan.
infrastruktur yang penting adalah saluran irigasi, Keadaan ini akan menjadi lebih buruk lagi bila
akses listrik, dan kondisi jalan utama tidak ada pengembangan wilayah yang
transportasi. Indikator lain dari karakteristik memadai.
faktor komunitas adalah akses yang sama Faktor wilayah dalam penelitian ini
terhadap usaha atau pekerjaan seperti dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu
keberadaan lembaga keuangan dan industri. masih tersedianya areal atau lahan yang
Pada tingkat wilayah ada bermacam-macam memadai untuk kegiatan produksi dan tidak
karakteristik yang mungkin berkaitan dengan atau kurang tersedianya areal atau lahan yang
kemiskinan. Hubungan dari karakteristik memadai untuk kegiatan produksi. Mengacu
tersebut dengan kemiskinan adalah sesuai pada ciri-ciri tersebut, maka perbedaan wilayah
dengan kondisi wilayah tersebut. berdasarkan tersedia atau tidak tersedianya
lahan yang memadai untuk kegiatan produksi
Keterkaitan Faktor Wilayah Dengan tentunya juga dapat menyebabkan perbedaan
Kemiskinan
kesempatan bagi bagi masyarakat untuk
Faktor wilayah juga dapat menjadi melakukan kegiatan produksi dan pada
faktor determinan kemiskinan. Secara umum akhirnya dapat menjelaskan fenomena
tingkat kemiskinan akan tinggi di wilayah kemiskinan yang sedang dianalisis.
dengan ciri-ciri sebagai berikut: terpencil secara
geografis, sumberdaya yang rendah, curah Penelitian Sebelumnya
hujan yang rendah, dan kondisi iklim yang Iskandar dkk (2010) meneliti tentang
tidak ramah (World Bank, 2002). Keterkaitan karakteristik dan akar masalah kemiskinan
antara faktor wilayah dengan kemiskinan juga kasus pada 4 tipologi desa di Kabupaten
dikemukakan oleh Hadiwigeno dan Pakpahan Sumbawah. Penelitian tersebut menemukan
(1993) menyatakan, penduduk dan rumah bahwa karakteristik kemiskinan yang ada di
tangga miskin, terutama di di pedesaan, tidak masing-masing tipologi desa sebenarnya tidak
bisa lepas dari keadaan wilayah setempat. Ada semata-mata ditentukan oleh tipologi wilayah,
wilayah-wilayah tertentu di pedesaan memiliki karena pada hampir semua tipologi desa
potensi kurang baik sehingga sulit terdapat jumlah penduduk miskin yang relatif
dikembangkan dan penduduk yang ada di sana masih besar. Kondisi ini ditentukan oleh

15 - Volume 2, No. 4, November 2014


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

indikator ekonomi sebagai faktor yang paling keuangan formal tersebut lebih akses ke
menentukan tingkat kesejahteraan/ kemiskinan kegiatan perikanan dibandingkan
masyarakat desa, dan akar masalah kemiskinan kegiatan pertanian.
masyarakat desa muncul karena hilangnya Harahap (2002) meneliti tentang
akses masyarakat terhadap sumberdaya faktor-faktor penyebab kemiskinan masyarakat
ekonomi, yang terjadi karena proses desa (Studi Kasus Desa Bulucina Tarutung,
marginalisasi, seperti kasus masyarakat Sihoda-Hoda dan Desa Gonting Jae Kecamatan
suburban, karena lemahnya kapasitas Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan).
masyarakat untuk mengoptimalkan potensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
yang ada, seperti kasus desa persawahan dan kemiskinan di tiga desa tersebut termasuk
pesisir dan juga karena aspek struktural sebagai katagori kemiskinan absolut. Adapun faktor-
dampak kebijakan, seperti kasus desa faktor penyebab kemiskinan dilihat dari faktor
pegunungan. potensi fisik dimana kondisi geografis dan
Darwis (2004) meneliti tentang faktor curah hujan tidak mendukung turut
penyebab kemiskinan, sumber pendapatan, dan mempengaruhi terjadinya kemiskinan di Desa
pengeluaran keluarga miskin lahan pesisir di Bulu Cina Tarutung, Desa Sihoda-Hoda dan di
Kabupaten Lamongan. Penelitian tersebut Gonting Jae. Kemudian rata-rata tingkat
menyimpulkan sebagai berikut: pendidikan kepala keluarga tergolong rendah
1. Faktor internal penyebab kemiskinan yakni 5,5 tahun (tidak tamat SD), tetapi di
antara lain adalah sumber daya manusia dalam pengujian secara parsial (t-test) pada
yang rendah, tergambar dari rata-rata tingkat pengujian 5% ternyata pengaruh tingkat
responden mengikuti pendidikan formal pendidikan yang rendah ini tidak signifikan
selama 7 tahun; minimnya kepemilikan terhadap pendapatan masyarakat yang
lahan; bekerja di sektor pertanian yang menyebabkan mereka miskin di desa tersebut.
dipresentasikan dari umur yang masih Daulay (2002) meneliti tentang Pengaruh
produktif dan lebih dari lima puluh Curahan Jam Kerja Total dan Eksploitasi
persen keluarga yang bekerja di lahan Terhadap Kemiskinan Petani Padi Sawah di
sendiri serta tiga puluh persen lebih Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera
responden bekerja sebagai tenaga buruh Utara. Variabel independen yang digunakan
tani. sebagai penjelas kemiskinan petani adalah
2. Faktor eksternal penyebab kemiskinan curahan tenaga kerja total, eksploitasi (harga
antara lain: lokasi yang agak jauh dari dan tenaga kerja), produktivitas, luas lahan
perekonomian daerah, kurangnya yang digunakan dan teknologi yang digunakan.
ketersediaan lahan pertanian, belum ada Sampel penelitian sebanyak 383 orang petani
lembaga keuangan formal dan lembaga yang diambil dari 20 desa dalam kabupaten

Volume 2, No. 4, November 2014 - 16


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

tersebut. Alat analisis data yang digunakan berkaitan erat dengan tingkat pendidikan.
adalah regresi linier berganda. Penelitian Oleh karena itu Sektor Pendidikan juga
tersebut menemukan sebagai berikut: harus menjadi perhatian pemerintah daerah
1. Curahan jam kerja total secara parsial jika ingin mengurangi tingkat kemiskinan.
berpengaruh negatif terhadap pendapatan 4. Pada faktor komunitas, terdapat beberapa
petani padi sawah di Kabupaten Labuhan variabel yang mengalami perubahan dari
Batu Provinsi Sumatera Utara secara tahun 1999 ke tahun 2002, yaitu variabel
signifikan dengan derajat kepercayaan 95 yang berhubungan dengan transportasi dan
persen. keberadaan industri, dimana untuk tahun
2. Eksploitasi harga secara signifikan 1999 daerah yang memiliki transportasi
berpengaruh negatif terhadap pendapatan utama darat dan dapat dilalui kendaraan
petani padi sawah dengan derajat bermotor serta terdapat industri dapat
kepercayaan 95 persen, sedangkan mengurangi peluang penduduknya menjadi
eksploitasi tenaga kerja secara parsial miskin, namun di tahun 2002 justru dapat
berpengaruh positif terhadap pendapatan menambah peluang miskin.
petani padi sawah secara signifikan dengan Mariyati (1999) mengkaji determinan
derajat kepercayaan 95 persen. terhadap kemiskinan per provinsi di Indonesia.
Studi tersebut mempelajari pengaruh dan
Usman dkk (2006) mengadakan hubungan pendidikan, pendapatan, pekerja di
penelitian yang berjudul analisis determinan sektor pertanian, dan pengangguran terhadap
kemiskinan sebelum dan sesudah desentralisasi kemiskinan di masing-masing propinsi tahun
fiskal di Indonesia. Penelitian tersebut 1999 di Indonesia. Pendapatan adalah PDRB
menyimpulkan sebagai berikut. perkapita di masing-masing propinsi.
1. Faktor determinan kemiskinan pada Pengangguran adalah proporsi angkatan kerja
karakteristik rumah tangga dan Individu yang tidak bekerja. Pekerjaan adalah Proporsi
relatif tidak berubah. penduduk yang bekerja di sektor pertanian.
2. Variabel yang dapat mengurangi Pendidikan adalah proporsi penduduk yang
kemiskinan adalah kepala rumah tangga berpendidikan SLTA ke atas Sedangkan
yang bekerja, kepemilikan aset lahan kemiskinan adalah proporsi penduduk miskin
pertanian, dan jumlah tahun bersekolah per propinsi. Berdasarkan hasil penelitian
seluruh anggota keluarga. tersebut semakin besar proporsi Angkatan Kerja
3. Pada faktor karakteristik rumah tangga dan yang tidak bekerja maka semakin besar
individu, sumberdaya manusia merupakan proporsi penduduk miskin per propinsi,
variabel penting untuk memperoleh semakin besar proporsi penduduk yang bekerja
pekerjaan, dan sumber daya manusia di sektor pertanian maka semakin besar pula

17 - Volume 2, No. 4, November 2014


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

proporsi penduduk miskin, semakin besar METODE PENELITIAN


PDRB per kapita suatu propinsi maka semakin Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian
kecil proporsi penduduk miskin di propinsi Penelitian dilakukan di Kota Banda
tersebut, semakin besar proporsi penduduk Aceh. Variabel yang dijadikan predictor
yang berpendidikan SLTA ke atas maka variable bagi kemiskinan rumah tangga
semakin kecil proporsi penduduk miskin di meliputi meliputi faktor komunitas,
setiap Propinsi di Indonesia pada tahun 1999. karakteristik rumah tangga, serta karakteristik
Peningkatan pendapatan perkapita penduduk wilayah. Hal ini disebabkan, keempat faktor
per propinsi mempunyai hubungan yang negatif tersebut dalam indikator-indikator yang
terhadap kemiskinan di Propinsi tersebut clan digunakan sudah merangkum berbagai faktor
proporsi pekerja yang bekerja di sektor yang secara teoritis ikut menjadi penyebab
pertanian propinsi tersebut mempunyai kemiskinan. Seperti faktor individu misalnya,
hubungan yang positip terhadap proporsi termasuk didalamnya pendidikan, bekerja atau
kemiskinan di propinsi tersebut, serta tidak bekerja. Faktor rumah tangga termasuk
peningkatan pendidikan yang tinggi di daerah kepemilikan lahan, pekerjaan kepala keluarga,
tersebut mempunyai hubungan yang negatif per jumlah anggota keluarga dan lain sebagainya.
propinsi di Indonesia, Sedangkan Proporsi
pengangguran mempunyai hubungan yang Jenis dan Sumber Data
positif terhadap Proporsi kemiskinan per Data yang digunakan dalam penelitian
Propinsi di Indonesia pada tahun 1999. ini terdiri dari data sekunder dan data primer.
Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi
Hipotesis Penelitian terkait yang menyediakan data tentang
Berdasarkan landasan teoritis dan hasil kemiskinan, seperti BPS, dan instansi-instansi
penelitian terdahulu yang telah dikemukakan lainnya termasuk Badan Pemberdayaan
sebelumnya, maka yang menjadi hipotesis Masyarakat Kota Banda Aceh. Sedangkan data
dalam penelitian ini sebagai berikut: primer adalah data yang diperoleh langsung
1. Faktor karakteristik rumah tangga dari pihak pertama yaitu masyarakat yang
berpengaruh signifikan terhadap terpilih menjadi sampel penelitian.
kemiskinan di Kota Banda Aceh. Pengumpulan data sekunder dilakukan
2. Faktor komunitas berpengaruh signifikan dengan metode dokumentasi terhadap catatan-
terhadap kemiskinan di Kota Banda Aceh catatan atau pun laporan-laporan yang
3. Faktor karakteristik wilayah berpengaruh menyediakan informasi tentang data-data yang
secara signifikan terhadap kemiskinan di diperlukan dalam penelitian. Sedangkan
Kota Banda Aceh. pengumpulan data primer dilakukan dengan
cara mengedarkan kuesioner kepada

Volume 2, No. 4, November 2014 - 18


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

masyarakat yang terpilih menjadi sampel Syiah 51


Kuala Tibang 16
penelitian. Kuesioner tersebut berisi Lueng Blangcut 53
Bata 16
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan Jumlah 224 69
dengan variabel yang diteliti. Masyarakat Sumber: BPS Kota Banda Aceh, 2013.
diminta untuk memberikan jawaban terhadap Keluarga atau rumah tangga dimaksud
setiap pernyataan yang diajukan. terdiri dari dua kelompok yaitu keluarga
termasuk dalam kelompok miskin dan keluarga
Teknik Penentuan Sampel termasuk dalam kelompok tidak miskin.
Karena penelitian dilakukan di Kota Indikator keluarga miskin dalam dalam
Banda Aceh maka penentuan kecamatan dan penelitian ini adalah:
desa sampel pada kecamatan dan desa yang 1. Keluarga menerima zakat fitrah.
memiliki jumlah penduduk miskin relatif besar. 2. Keluarga adalah penerima BLT di desa
Berdasarkan alasan tersebut, maka desa sampel terkait.
di Kota Banda Aceh diambil dari 4 (empat)
kecamatan, meliputi Kecamatan Ulee Kareng, Metode Analisis Data
Kecamatan Jaya Baru, Kecamatan Syiah Kuala Model analisis yang digunakan untuk
dan Kecamatan Lueng Bata. Jumlah penduduk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
miskin di desa sampel pada empat kecamatan kemiskinan adalah regresi logistik atau
tersebut sebanyak 224 rumah tangga. Penentuan disingkat Model Logit. Model Logit adalah
jumlah sampel didasarkan pada rumus Slovin. model regresi dimana variabel bebasnya
Dengan tingkat kelonggaran pengambilan bersifat kualitatif, misalnya bentuk variabel
sampel sebesar 10%, maka jumlah sampel biner (dua kategori) seperti miskin dan tidak
penelitian sebanyak 69 rumah tangga. atau miskin, miskin diberi nilai 0 sedangkan tidak
sebesar 30,46% dari jumlah keseluruhan miskin adalah 1. Dimana suatu keluarga
populasi. Pengambilan sampel pada tiap-tiap dikategorikan miskin yaitu jika keluarga
desa dilakukan secara proporsional sampling, tersebut penerima zakat fitrah dan bantuan
sehingga besarnya jumlah sampel pada tiap-tiap langsung tunai (BLT) di desa tempat tinggalnya.
desa seperti terlihat dalam tabel dibawah ini. Model Logit didasarkan pada fungsi peluang
Tabel 1 logistik kumulatif yang dispesifikasikan sebagai
Populasi dan Sampel Penelitian Berdasarkan berikut (Greene, 2000) :
Desa Penelitian
Jumlah Jumla  n  1 1
Pi  F   0   j  X ji  
Kecamat
an
Desa Keluarga h Sampel
 zi

 1 e
n
Miskin (KK) (KK)  j 1 (  0   j  X ji )
Ulee Lam 65 20 1 e j 1

Kareeng Glumpang
Jaya Lampoh 55
Baru Daya 17

19 - Volume 2, No. 4, November 2014


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

dimana, Karakteristik rumah tangga dan individu


e = bilangan dasar logaritma natural (ln) terdiri dari beberapa indikator yang
sebesar 2,71828128 meliputi:
Pi = peluang bahwa suatu obyek pengamatan a. Pendidikan tertinggi kepala keluarga,
ke-i akan tergolong ke dalam kategori yaitu jumlah masa pendidikan kepala
miskin berdasarkan nilai tertentu dari keluarga dihitung dalam satuan tahun.
variabel bebas Xj. b. Jumlah anggota keluarga, dihitung
dalam satuan orang.
Sementara variabel bebasnya (Xj) adalah c. Jumlah anggota keluarga yang bekerja,
faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan dihitung dalam satuan orang.
seperti : d. Kepala keluarga memiliki pekerjaan
1. Karakteristik wilayah tetap atau pekerjaan tidak tetap,
2. Faktor komunitas memiliki pekerjaan tetap diberi nilai 1,
3. Karakteristik rumah tangga. memiliki pekerjaan tidak tetap diberi
nilai 0.
Operasional Variabel e. Latar belakang daerah asal keluarga,
Variabel yang dioperasionalkan dalam daerah asal Banda Aceh diberi skor 1
penelitian ini terdiri dari kemiskinan sebagai dan daerah asal daerah lain selain
variabel terikat dan faktor-faktor kemiskinan Banda Aceh diberi skor 0.
sebagai variabel penjelas. Variabel kemiskinan f. Kepemilikan tempat tinggal adalah
dalam bentuk variabel biner (dua kategori) status kepemilikan rumah yang
yaitu miskin dan tidak miskin. Sedangkan ditempati, terdiri dari dua kelompok,
faktor yang mempengaruhi kemiskinan dapat rumah milik sendiri diberi nilai 1, dan
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu rumah bukan milik sendiri diberi nilai 0.
karakteristik rumah tangga, faktor komunitas, g. Kemampuan keluarga untuk
dan karakteristik wilayah. Secara lebih rinci, berwiraswasta, terdiri dari kepala
variabel-variabel tersebut seperti terlihat. keluarga membuka usaha sendiri diberi
Secara rinci variabel-variabel tersebut dapat skor 1, dan kepala keluarga bekerja
dijelaskan sebagai berikut. dengan orang lain (bukan usaha sendiri)
1. Kemiskinan diberi skor 0.
Variabel kemiskinan terdiri dari dua
katagori yaitu miskin dan tidak miskin. 3. Faktor komunitas
Miskin diberi nilai 0 sedangkan tidak Faktor komunitas terdiri dari beberapa
miskin diberi nilai 1. indikator yang meliputi:
2. Karakteristik Rumah Tangga

Volume 2, No. 4, November 2014 - 20


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

a. Jalan utama desa tempat tinggal (baik, masing-masing variabel independen variabel
ramai dilalui kendaraan roda empat =1, dependen, akan tetapi juga dapat diketahui
kurang baik, tidak ramai dilalui bentuk hubungan asosiatif variabel tersebut,
kendaraan roda empat = 0). apakah asosiasi yang terbentuk positif atau pun
b. Dekat dengan lembaga keuangan (ya negatif.
=1, tidak = 0). Berdasarkan kaidah regresi logistik,
c. Terdapat industri kecil (ya =1, tidak = penafsiran mengenai apakah suatu variabel
0). menentukan probabilitas katagori tertentu di
d. Dekat dengan pusat kota (ya =1, tidak = antara dua alternatif katagori sesuai dengan
0). katagori yang ada (miskin atau tidak miskin)
4. Faktor karakteristik wilayah didasarkan pada nilai koefisien regresi logistik.
Faktor karakteristik wilayah mengacu Nilai positif lebih dari 0 (nol) dianggap
pada ketersediaan areal atau lahan yang memiliki probabilitas 1 (satu), dan nilai negatif
memadai untuk menjalankan kegiatan dianggap memiliki probabilitas 0 (nol). Dengan
produksi, dimana masih tersedia areal atau kata lain, nilai positif diartikan sama dengan 1
lahan yang memadai untuk kegiatan (satu) dan nilai negatif diartikan sama dengan 0
produksi diberi skor 1, dan tidak atau (nol).
kurang tersedia areal atau lahan yang Hasil pengolahan data menunjukkan,
memadai untuk kegiatan produksi diberi karakteristik rumah tangga dan individu
skor 0. memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Selain itu faktor karakteristik wilayah kemiskinan di Kota Banda Aceh. Dari 7 (tujuh)
juga mengacu pada lokasi tempat tinggal indikator yang digunakan dalam karakteristik
terdiri dari jauh dari daerah pesisir diberi rumah tangga hanya 2 (dua) indikator yang
skor 1, dan dekat dengan daerah pesisir tidak berpengaruh signifikan yaitu jumlah
diberi skor 0. anggota keluarga dan jumlah anggota keluarga
yang bekerja. Sebaliknya indikator pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN kepala keluarga, status pekerjaan kepala
Peralatan analisis data yang digunakan keluarga, latar belakang daerah asal keluarga,
dalam penelitian ini adalah regresi logistik. status kepemilikan rumah dan kemampuan
Penggunaan regresi logistik didasarkan pada keluarga untuk berwiraswasta berpengaruh
alasan bahwa variabel dependen atau variabel signifikan terhadap kemiskinan di Kota Banda
terikat dalam penelitian ini berbentuk katagori Aceh. Artinya indikator-indikator tersebut
yaitu tidak miskin diberikan skor =1 dan miskin merupakan faktor determinan (faktor pembeda)
= 0. Dengan menggunakan regresi logistik tidak apakah suatu rumah tangga termasuk dalam
hanya dapat diketahui signifikansi pengaruh katagori rumah tangga miskin atau rumah

21 - Volume 2, No. 4, November 2014


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

tangga tidak miskin. Untuk lebih jelasnya produksi


Jarak daerah/desa
mengenai ringkasan hasil pengujian regresi 0.3 Tidak Tidak
tempat tinggal dengan 0.0451
02 signifikan signifikan
daerah pesisir/pantai
logistik dapat dilihat dalam tabel 2. Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.

Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat


Ringkasan Hasil Regresi Logistik Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kemiskinan di Kota Banda Aceh diketahui bahwa sebagian besar karakteristik
Interpretasi
rumah tangga dan individu mempengaruhi
Ko Berdasarkan
efi- P- Tingkat kemiskinan di Kota Banda Aceh. Karakteristik
Variabel
sie value Keyakinan
n Penelitian yang pertama adalah pendidikan tertinggi
95% 90%
0.9 Tidak Tidak kepala keluarga. Koefisien logistik untuk
0.0139
(Constant) 45 signifikan signifikan
Karakteristik indikator tersebut menunjukkan angka sebesar
Rumah Tangga & 0,0254 dengan nilai p-value sebesar 0,018 <
Individu
Pendidikan 0,05, dapat diartikan bahwa tinggi rendahnya
tertinggi kepala 0.0 Signifi Signifi
0.0254
keluarga (tahun) 18 kan kan pendidikan kepala keluarga “berasosiasi”
Jumlah anggota - 0.0 Tidak Signifi dengan kelompok rumah tangga (miskin dan
keluarga (orang) 0.0474 53 signifikan kan
Jumlah anggota tidak miskin). Sebagaimana dijelaskan
0.4 Tidak Tidak
keluarga yang bekerja 0.0292
(orang)
10 signifikan Signifikan sebelumnya nilai koefisien regresi logistik
Status pekerjaan 0.0 positif lebih besar dari 0 (nol) dianggap
0.2211
kepala keluarga 06
Latar belakang - 0.0 Signifi Signifi memiliki probabilitas 1 (satu) (skor untuk
daerah asal keluarga 0.0827 44 kan kan
Status kepemilikan 0.0 Signifi Signifi rumah tangga tidak miskin). Hal ini berarti
0.1450
rumah 35 kan kan
Kemampuan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif
0.0 Signifi Signifi
keluarga untuk 0.2602
26 kan kan terhadap ketidakmiskinan. Dengan kata lain,
berwiraswasta
Faktor semakin tinggi tingkat pendidikan kepala
Komunitas
Kondisi jalan
0.0 Signifi Signifi
keluarga semakin besar probabilitas rumah
utama di desa tempat 0.1542
23 kan kan tangga tersebut masuk dalam katagori tidak
tinggal
Keberadaan
lembaga keuangan miskin. Sebaliknya semakin rendah tingkat
- 0.5 Tidak Tidak
yang memudahkan
akses masyarakat
0.0463 44 signifikan signifikan pendidikan kepala keluarga semakin besar
terhadap permodalan probabilitas rumah tangga tersebut termasuk
Keberadaan
industri kecil seperti
0.0005
0.9 Tidak Tidak dalam katagori miskin.
industri rumah tangga 90 signifikan signifikan
bagi masyarakat Variabel yang mewakili tingkat
Jarak desa tempat
- 0.8 Tidak Tidak pendidikan yaitu jumlah tahun bersekolah yaitu
tinggal Anda dengan
0.0170 62 signifikan signifikan
pusat kota
pendidikan tertinggi kepala rumah tangga. Nilai
Faktor
Karakteristik estimasi parameter variabel ini seperti
Wilayah
Ketersediaan disebutkan di atas sangat nyata dengan arah
areal/lahan yang 0.1 Tidak Tidak
0.0830
memadai untuk 02 signifikan signifikan atau tanda yang positif, artinya pendidikan
menjalankan kegiatan

Volume 2, No. 4, November 2014 - 22


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

memegang peranan penting dalam keluarga signifikan (nyata) terhadap apakah suatu rumah
agar bisa keluar dari kemiskinan. Semakin tangga termasuk dalam kelompok rumah tangga
tinggi pendidikan kepala keluarga dan atau miskin atau tidak miskin, ditunjukkan oleh nilai
semakin tinggi rata-rata pendidikan seluruh p-value sebesar 0,410. Rumah tangga dengan
anggota rumah tangga semakin kecil peluang jumlah anggota keluarga yang bekerja relatif
rumah tangga tersebut untuk masuk menjadi banyak akan cenderung termasuk dalam
kategori miskin. kelompok rumah tangga tidak miskin.
Indikator berikutnya yang Sebaliknya rumah tangga dengan jumlah
berhubungan dengan karakteristik rumah anggota keluarga yang bekerja relatif sedikit
tangga dan individu adalah jumlah anggota cenderung masuk dalam kelompok rumah
keluarga. Indikator ini juga berasosiasi secara tangga miskin. Namun demikian keterkaitan
signifikan dengan kelompok rumah tangga antara jumlah anggota keluarga yang bekerja
(miskin dan tidak miskin), ditunjukkan oleh dengan probabilitas rumah tangga masuk dalam
nilai koefisien logistik sebesar -0,0474 dan nilai katagori miskin tidak signifikan.
p-value sebesar 0,053 > 0,05. Hal ini berarti Status pekerjaan kepala keluarga
bahwa jumlah anggota keluarga berasosiasi (kepala keluarga memiliki pekerjaan tetap atau
negatif dengan ketidakmiskinan. Namun tidak memiliki pekerjaan tetap) berpengaruh
demikian pada tingkat keyakinan 95 persen secara signifikan terhadap terhadap kemiskinan,
pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap ditunjukkan nilai koefisien regresi logistik
kemiskinan tidak signifikan. Pengaruh jumlah sebesar 0,2211 dan nilai p-value sebesar 0,006
anggota keluarga terhadap kemiskinan hanya < 0,05. Hal ini berarti bahwa status pekerjaan
signifikan (nyata) pada taraf keyakinan 90 kepala keluarga (memiliki pekerjaan tetap atau
persen. Semakin besar jumlah anggota keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap) merupakan
semakin besar probabilitas keluarga tersebut faktor penyebab kemiskinan di Kota Banda
termasuk dalam katagori miskin. Sebaliknya Aceh. Dengan kata lain, apakah rumah tangga
semakin kecil jumlah anggota keluarga semakin termasuk dalam kelompok miskin atau tidak
besar probabilitas keluarga tersebut termasuk miskin tidak terkait secara nyata dengan status
dalam katagori tidak miskin. Sehingga jumlah pekerjaan kepala keluarga (memiliki pekerjaan
anggota keluarga berpengaruh positif terhadap tetap atau tidak memiliki pekerjaan tetap).
kemiskinan, dimana semakin besar jumlah Seperti terlihat dalam Tabel 2 di atas,
anggota keluarga semakin besar pula latar belakang daerah asal keluarga (luar Kota
kemungkinan keluarga tersebut masuk dalam Banda Aceh atau asli Kota Banda Aceh)
jurang kemiskinan. berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan,
Jumlah anggota keluarga yang ditunjukkan oleh nilai p-value sebesar 0,044.
bekerja juga tidak berpengaruh secara Hal ini berarti bahwa daerah asal keluarga suatu

23 - Volume 2, No. 4, November 2014


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

rumah tangga (dari Kota Banda Aceh atau dari mengeluarkan rumah tangga dari jurang
luar Kota Banda Aceh) berasosiasi secara kemiskinan. Sebaliknya ketidakmampuan
signifikan terhadap apakah rumah tangga dalam berwiraswasta memperbesar probabilitas
tersebut termasuk dalam kelompok miskin dan rumah tangga termasuk dalam katagori miskin.
tidak miskin. Faktor komunitas hanya kondisi jalan
Status kepemilikan rumah tempat utama desa tempat tinggal yang berpengaruh
tinggal juga berpengaruh terhadap kemiskinan signifikan terhadap kemiskinan, ditunjukkan
di Kota Banda Aceh. Hal ini ditunjukkan oleh oleh nilai koefisien regresi logistik sebesar
nilai koefisien regresi logistik sebesar 0,1450 0,1542 dengan nilai p-value sebesar 0,023. Hal
dengan p-value sebesar 0,035. Semakin baik ini berarti kondisi jalan utama desa (ramai atau
status kepemilikan rumah tempat tinggal suatu tidak ramai dilalui kendaraan roda empat)
rumah tangga semakin besar kemungkinan menjadi faktor penyebab kemiskinan di Kota
rumah tangga tersebut termasuk dalam katagori Banda Aceh. Rumah tangga yang tinggal di
tidak miskin. Hal ini berarti rumah tangga yang desa yang jalan utama desa tersebut ramai
menempati rumah sendiri miliki probabilitas dilalui kendaraan roda empat, akan cenderung
yang lebih besar untuk dapat dikeluar dari masuk dalam katagori bukan rumah tangga
jurang kemiskinan. Sebaliknya rumah tangga miskin. Sebaliknya kondisi jalan utama desa
yang tidak menempati rumah sendiri memiliki yang kurang ramai dilalui kendaraan roda
probabilitas yang lebih besar untuk masuk empat memperbesar peluang rumah tangga
dalam kelompok rumah tangga miskin. untuk masuk dalam katagori rumah tangga
Terakhir kemampuan berwiraswasta miskin.
juga berpengaruh signifikan terhadap Keberadaan lembaga keuangan yang
kemiskinan di Kota Banda Aceh ditunjukkan memudahkan akses masyarakat terhadap
oleh nilai koefisien regresi logistik sebesar permodalan, ada atau tidak adanya industri
0,2602 dengan nilai p-value sebesar 0,026. kecil seperti industri rumah tangga bagi
Semakin baik kemampuan kepala keluarga masyarakat dan jarak desa tempat tinggal
dalam berwiraswasta yang ditandai dengan dengan pusat kota bukanlah penyebab
kemampuan untuk memiliki usaha sendiri, kemiskinan di Kota Banda Aceh. Secara
semakin besar probabilitas rumah tangga statistik hal ini ditunjukkan dengan nilai p-
tersebut termasuk dalam katagori tidak miskin. value masing-masing indikator tersebut yakni
Sebaliknya ketidakmampuan dalam sebesar 0,544 untuk keberadaan lembaga
berwiraswasta memperbesar peluang rumah keuangan, sebesar 0,990 untuk keberadaan
tangga masuk dalam kelompok rumah tangga industri kecil dan sebesar 0,862 untuk jarak
miskin. Hal ini berarti bahwa kemampuan desa tempat tinggal dengan pusat kota.
dalam berwiraswasta dapat menjadi Faktor karakteristik wilayah bukanlah

Volume 2, No. 4, November 2014 - 24


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

faktor determinan kemiskinan sehingga faktor tidak adanya industri kecil rumah tangga,
tersebut dapat dikatakan tidak memiliki dan jarak desa tempat tinggal ke pusat kota
pengaruh signifikan terhadap kemiskinan di tidak berpengaruh signifikan terhadap
Kota Banda Aceh. Dengan demikian hipotesis kemiskinan di Kota Banda Aceh.
pertama dan kedua yang menyatakan 3. Karakteristik wilayah (ketersediaan
karakteristik rumah tangga dan individu dan areal/lahan yang memadai untuk
faktor komunitas merupakan faktor yang menjalankan kegiatan produksi dan Jarak
mempengaruhi kemiskinan di Kota Banda Aceh daerah/desa tempat tinggal dengan daerah
dapat diterima. Sebaliknya hipotesis ketiga pesisir/pantai) tidak berpengaruh signifikan
yang menyatakan, karakteristik wilayah terhadap kemiskinan di Kota Banda Aceh.
merupakan faktor yang mempengaruhi Hal ini berarti bahwa kemiskinan yang
kemiskinan di Kota Banda Aceh ditolak. dialami oleh rumah tangga tidak secara
nyata terkait dengan apakah di desa tempat
KESIMPULAN DAN SARAN tinggal rumah tangga tersebut tersebut
Kesimpulan tersedia areal/lahan yang memadai untuk
1. Karakteristik rumah tangga dan individu menjalankan kegiatan produksi atau tidak,
yang berpengaruh signifikan terhadap dan apakah jarak desa tempat tinggal
kemiskinan di Banda Aceh, adalah tingkat tersebut dekat atau jauh dengan daerah
pendidikan kepala keluarga, status pesisir/pantai.
pekerjaan kepala keluarga, latar belakang
daerah asal keluarga, status kepemilikan Saran-saran
rumah tempat tinggal dan kemampuan Berdasarkan kesimpulan yang telah
keluarga dalam berwiraswasta. Sebaliknya diuraikan di atas, maka yang menjadi saran dan
jumlah anggota keluarga dan jumlah rekomendasi dari penelitian ini sebagai berikut.
anggota keluarga yang bekerja tidak 1. Sebaiknya program pemerintah yang terkait
berpengaruh signifikan terhadap dengan upaya mengurangi kemiskinan
kemiskinan di Kota Banda Aceh. dikalangan masyarakat Kota Banda Aceh
2. Faktor komunitas yang berpengaruh difokuskan pada perbaikan tingkat
signifikan terhadap kemiskinan di Kota pendidikan masyarakat. Karena hasil
Banda Aceh hanya kondisi jalan utama penelitian empiris membuktikan bahwa
desa (ramai dilalui kendaraan roda empat kepala rumah tangga dengan pendidikan
atau tidak ramai dilalui kendaraan roda relatif rendah cenderung termasuk katagori
empat). Sebaliknya ada tidaknya lembaga keluarga miskin. Selain itu, pemerintah juga
keuangan yang memudahkan akses harus mengambil tindakan nyata dalam
masyarakat pada permodalan, ada atau upaya pengentasan kemiskinan dengan cara

25 - Volume 2, No. 4, November 2014


Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

membantu rumah tangga untuk dapat DAFTAR PUSTAKA


memperoleh pekerjaan tetap, terutama Anonymous. 2006. Kemiskinan di Nanggroe
Aceh Darussalam, Serambi Indonesia,
rumah tangga miskin agar mereka dapat
No. 6.209 THN, Ke-40, 2 November
meningkatkan pendapatan keluarga dan 2006.
keluar dari jurang kemiskinan.
BPS. 2008. Aceh Dalam Angka, Badan Pusat
2. Sebaiknya pemerintah daerah membangun Statistik Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
infrastruktur jalan yang lebih baik guna
memenuhi kebutuhan masyarakat yang Darwis, V. 2004. Faktor Penyebab Kemiskinan,
Sumber Pendapatan dan Pengeluaran
tinggal di seluruh kawasan Kota Banda
Keluarga Miskin Lahan Pesisir di
Aceh. Hal ini didukung oleh temuan Kabupaten Lamongan, ICASERD
Working Paper No. 58, Pusat
penelitian bahwa kondisi jalan utama desa
Penelitian dan Pengembangan Sosial
(ramai atau tidak ramai dilalui kendaraan Ekonomi Pertanian, Departemen
Pertanian Jakarta.
roda empat) berpengaruh signifikan
terhadap probabilitas rumah tangga Daulay, M. 2002. Analisis Pengaruh Curahan
Jam Kerja Total dan Eksploitasi
termasuk dalam katagori miskin atau tidak
Terhadap Kemiskinan Petani Padi
miskin. Semakin baik infrastruktur jalan Sawah di Kabupaten Labuhan Batu
Provinsi Sumatera Utara, Tesis
sehingga ramai dilalui kendaraan roda
(Tidak Dipublikasikan), Program
empat, maka kegiatan ekonomi masyarakat Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, Medan.
semakin lancar dan pada akhirnya dapat
membantu mereka keluar dari jurang Daerobi, A. Sriwiyanto dan Putro (2008)
Dampak Pengembangan Sektor
kemiskinan.
Pertanian Terhadap Pengentasan
Kemiskinan di Jawa Tengah, Jurnal
Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Surakarta.

Dillon, H.S. dan Hermanto. 1993. "Kemiskinan


di negara berkembang: masalah
konseptual global", Prisma, 3: 11-22.

Djojohadikusumo, S. 1994, Perkembangan


Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori
Ekonomi Pertumbuhan dan
Ekonomi Pembangunan, LP3ES,
Jakarta.

Faturochman dan Marcelinus, M. (1994)


Karakteristik Rumah Tangga Miskin
Di Daerah Istimewa Yogyakarta,
Populasi, 5(1), 1994.

Firman dan Herlina. 2000. Analisis


Volume 2, No. 4, November 2014 - 26
Jurnal Ilmu Ekonomi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Kemiskinan dan Ketimpangan Proverty Alleviation Program in


Distribusi Pendapatan Pada Indonesia, Philosophy Doctor
Peternakan Sapi Perah (Survey di Desertation, Faculty of the School
Wilayah Kerja Koperasi Unit Desa Policy, Planning and Development,
Sinar Jaya Kabupaten Bandung), University of Southern California,
Fakultas Peternakan Universitas California.
Padjadjaran Bandung. Bandung.
Iskandar. 2010. meneliti tentang karakteristik
Greene, W. 2000. Economic Analysis. Fourth dan akar masalah kemiskinan kasus
Edition. Practice Hall, New York. pada 4 tipologi desa di Kabupaten
Sumbawah, Jurnal Ekonomi
Harahap, I. 2002. Analisis Faktor-Faktor Pembangunan, Volume 11, Nomor 1,
Penyebab Kemiskinan Masyarakat Juni 2010, hal. 122-134.
Desa (Studi Kasus Desa Bulucina
Tarutung Sihoda-Hoda dan Desa Mariyati, T. 1999. Kajian Determinan
Gonting Jae Kecamatan Barumun Terhadap Kemiskinan Per Provinsi
Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan), di Indonesia, Abstrak Jurnal.
Tesis (Tidak Dipublikasikan), Program
Pascasarjana Universitas Sumatera Parwoto. 2002. Makalah Penanggulangan
Utara. Kemiskinan (Unpublished).
Departemen Permukiman dan
Hadiwigeno, S. dan Pakpahan, A. 1993. Pembangunan Sarana Wilayah, Jakarta.
"Identifikasi wilayah miskin di
Indonesia", Prisma, 3: 23-32. Rahayu, S., Sondi, K dan Adang, R. 2000.
Analisa Pemerataan Pendapatan
Harniati. 2002. Program-Program Sektor Usahaternak Sapi Perah Rakyat
Pertanian yang Berorientasi (Survey Pada Peternak Sapi Perah
Penanggulangan Kemiskinan: Rakyat di KUD Mitra Yasa Kabupaten
Pengalaman Proyek Pembinaan Tasikmalaya), Fakultas Peternakan,
Peningkatan Pendapatan Petani- Universitas Padjadjaran, Sumedang.
Nelayan Kecil (P4K) Sebagai Model
Penanggulangan Kemiskinan di Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis, Penerbit
Pedesaan. Badan Pengembangan Andi, Yogyakarta.
Sumber Daya Manusia Pertanian,
Departemen Pertanian, Jakarta. Sumodiningrat, G. 1999, JPS dan
Pemberdayaan, Gramedia, Jakarta.
Husin, Z. 2006. Kemiskinan di Aceh: Dampak
dari Konflik dan Tsunami serta Strategi Sundaya, Y.. 2008. Perluasan Model Ekonomi
Pengentasannya, Makalah yang Rumahtangga Usaha Tani, Jurnal
disampaikan pada seminar tentang Ekonomi dan Pembangunan,
“ Problematika Kemiskinan Akibat Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas
Konflik dan Tsunami di Aceh dan Pola Ekonomi Universitas Islam Bandung.
Penanggulangannya “ yang diadakan
oleh TARI dan World Bank, pada Suparlan, P. 2000, Kemiskinan Perkotaan dan
tanggal 26 April 2006 di Banda Aceh, Alternatif Penanganannya. Ditujukan
Aceh. dalam Seminar Forum Perkotaan.
Departemen Permukiman dan
Ikhsan, M. 1999. The Disaggregation of Prasarana Wilayah, Jakarta.
Indonesian Poverty : Policy and
Analysis. Ph.D. Dissertation. Todaro, M.P., dan Smith. 2006. Pembangunan
University of Illinois, Urbana. Ekonomi, Edisi Sembilan, Jilid I,
Indra, P. 2001, An Analysis Towards Urban Erlangga, Jakarta.

27 - Volume 2, No. 4, November 2014

You might also like