You are on page 1of 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/356984453

FENOMENA ADIKSI INTERNET DAN MEDIA SOSIAL PADA GENERASI XYZ

Article  in  ETNOREFLIKA Jurnal Sosial dan Budaya · October 2021


DOI: 10.33772/etnoreflika.v10i3.1081

CITATIONS READS

0 13

6 authors, including:

Imelda Uli Vistalina Simanjuntak Endang Darwati


Universitas Mercu Buana Politeknik Negeri Bandung
33 PUBLICATIONS   18 CITATIONS    2 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Desti Madya Saputri Hurianti Vidyaningtyas


Telkom University Telkom University
18 PUBLICATIONS   18 CITATIONS    11 PUBLICATIONS   16 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Imelda Uli Vistalina Simanjuntak on 25 October 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya ISSN: 2252-9144 (Cetak)
Volume 10, Nomor 3, Oktober 2021: 290 - 308 ISSN: 2355-360X (Online)
10.33772/etnoreflika.v10i3.1081

FENOMENA ADIKSI INTERNET DAN MEDIA SOSIAL


PADA GENERASI XYZ
THE PHENOMENON OF INTERNET AND SOCIAL MEDIA
ADDICTION IN XYZ GENERATION
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak1, Endang Darwati2, Desti Madya
Saputri3, Hurianti Vidyaningtyas4, Sulistyaningsih5, Dimitri Mahayana6
1, 2, 3, 4, 5, 6
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, Jl. Ganesha No. 10, Bandung
40132, Indonesia
1
Email korespondensi: 33220020@std.stei.itb.ac.id

Diterima: 15 Januari 2021; Direvisi: 28 Oktober 2021; Disetujui: 28 Oktober 2021


Copyright © 2021 The Author
This is an open access article
under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

How to cite (APA): Simanjuntak, I. U. V., Darwati, E., Saputri, D. M., Vidyaningtyas, H.,
Sulistyaningsih, & Mahayana, D. (2021). Fenomena adiksi internet dan media sosial pada generasi
XYZ. ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, 10(3), 290–308. https://doi.org/10.33772/
etnoreflika.v10i3.1081

ABSTRACT

The phenomenon of internet and social media addiction has attracted the attention of many people.
We have conducted a research to examine whether or not the phenomenon of addiction to the internet
and social media is a scientific reality. Then, we follow up this research. About 2014 respondents
have been surveyed. Pearson’s Product Moment and Cronbach's Alpha tests were conducted to find
out whether or not all the questions on this survey questionnaire were valid and reliable. The Chi
Square hypothesis test was put forward Helmert’s theory around 1960; Helmert was a German
Mathematical Physicist who mainly studied the field of Geodesy, even though Ernst Abbe and Irenne
Jules Bienayme had already discovered this Chi Square distribution. The results of the internet
addiction survey showed that 74.68% of respondents were not addicted and the rest were addicted
mildly, moderately and severely. For the social media addiction survey, 79.94% of respondents were
not addicted and the rest were addicted. Variables affecting addiction are age, occupation, and
education. Internet and social media addiction is mostly experienced by Generation Y and Z, while
Generation X has less addiction. The results of the measurement of Internet and social media
addiction include scientific reality and attention should be paid to it and steps should be taken in the
context of prevention and recovery for those who are addicted. Prevention and recovery for those who
are addicted can be done by involving three major components: family, community, and state.

Keywords: addiction, internet, social media, generation XYZ

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 2, Juni 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 290
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

ABSTRAK
Fenomena adiksi internet dan media sosial menarik perhatian banyak kalangan saat ini. Oleh
karena itu, telah dilakukan penelitian kajian saintifik terhadap pengguna jaringan internet di
indonesia, apakah fenomena kenyataan saintifik atau tidak. Sebanyak 2014 responden telah
disurvei. Untuk validasi setiap pertanyaan kuesioner telah di uji dengan metode Pearson
Product Moment dan Cronbach’s Alpha sebelum dilakukan survey. Teknik pengujian ini
dikemukan oleh Helmert pada 1960 seorang ahli fisika dan matematik berkebangsaan
Jerman. Hasil surveiadiksi internet menunjukkan sebanyak 74,68 % responden tidak
teradiksi dan sisanya teradiksi baik level mild, moderate maupun severe. Untuk survei adiksi
media sosial, 79,94 % responden tidak teradiksi dan sisanya teradiksi. Variabel yang
berpengaruh terhadap adiksi adalah usia, pekerjaan dan pendidikan. Adiksi internet dan
media sosial paling banyak dialami generasi Y dan Z, sedangkan generasi X lebih sedikit
adiksinya. Hasil pengukuran adiksi internet dan sosial media termasuk realitas saintifik dan
harus ada perhatian serta langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka pencegahan maupun
pemulihan bagi yang sudah teradiksi. Pencegahan serta pemulihan bagi yang sudah teradiksi
bisa dilakukan dengan melibatkan tiga komponen besar yaitu keluarga, masyarakat dan
negara.
Kata kunci: adiksi, internet, media sosial, generasi XYZ

PENDAHULUAN keandalan alat ukur. Teknik uji validitas


Fenomena adiksi internet dan menggunakan metode Product Moment.
media sosial menarik perhatian banyak Proses validitas yaitu dengan memberi
kalangan, baik para akademisi dan para kode pada hasil isian sesuai dengan
peneliti. Keduanya tidak dapat dipisahkan petunjuk IAT dari Dr. Kimberly Young,
dari kehidupan modern sekarang ini. dimana menggunakan skala likert dengan
Fenomena adiksi internet dan media tambahan nilai 0, jika pertanyaan tersebut
sosial termasuk pada kondisi behavioral tidak relevan dengan responden. Metode
addiction, kondisi seseorang tidak dapat Cronbach’s Alpha dipilih untuk menguji
mengontrol diri dalam mengunakan reabilitasnya. Selanjutnya dilakukan pro-
teknologi internet, sehingga mengganggu ses cleaning data responden, dengan
tingkat produktivitasnya sehari-hari. mengeliminasi data yang redundan dan
Produksi hormon dopamin mengaki- tidak sesuai (data yang terdapat kesalahan
batkan reaksi yang berlebihan, seperti pengisian). Pada tahap cleaning, terdapat
reaksi yang disebabkan oleh penggunaan 2014 data responden kemudian dilakukan
narkoba, perjudian dan minuman ter- lagi pengujian hipotesis dengan metode
larang. chi-square.
Kajian ini bertujuan untuk melihat Sejak pandemi Covid-19, proses
apakah fenomena adiksi internet dan belajar mengajar di Indonesua beralih
media sosial pada generasi XYZ sudah dari tatap muka menjadi metode daring.
kenyataan saintifik atau tidak. Menggu- General Manager Kasperksy, Yeo Siang
nakan metode kuantitatif deskriptif ter- Tiong berpendapat bahwa dari seluruh
hadap 2014 responden dari usia 12-65 pengguna internet di Indonesia adalah
tahun dari berbagai daerah di Indonesia remaja usia 15-19 tahun sebanyak 91%
secara random. Telah dilakukan peng- (Detikinet, 2020).
ujian validitas dan reabilitas setiap per- Berdasarkan penjabaran latar be-
tanyaan dalam kuisioner, dan hasilnya lakang dan studi literatur di atas, maka
semua variabel valid dan reliabel. Peng- penelitian ini bertujuan menjabarkan
ujian validitas bertujuan untuk mengecek apakah adiksi terhadap internet dan me-

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 291
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

dia sosial merupakan fenomena nyata real bangan teknologi dan informasi. Jurki-
atau tidak. Penelitian ini menggunakan ewicz (2000), menyatakan bahwa
metode Pearson chi Sqaure untuk meng- generasi ini disebut generasi yang tang-
ukur variabel (usia, jenis kelamin, guh, karena memiliki karakter mandiri
pendidikan, pekerjaan dan domisili) yang dan loyal. Dengan ciri khas pekerja keras,
berpengaruh terhadap adiksi internet dan mengutamakan citra, ketenaran dan juga
media sosial. Melalui artikel ini diharap- uang.
kan kesadaran masyarakat semakin me- Menurut Lyons (2004), generasi
ningkat dalam menjaga kesehatan psi- Y adalah generasi millenial atau mile-
kologis di masa pandemic, dan menjadi nium yang hidup pada masa internet
dasar kajian pemerintah dalam menyusun sudah sangat dikenal masyarakat. Karak-
aturan dan kebijakan publik lainnya teristik tiap generasi ini berbeda-beda
terhadap generasi XYZ pada masa bergantung pada tempat dimana ia
pandemi. dibesarkan, sosial keluarganya dan strata
Menurut Kupperschmidt (2000), ekonomi. Kekhasan pada pola-pola ko-
generasi adalah sekumpulan individu munikasi generasi ini sangat terbuka
yang memiliki persamaan data diri se- sehingga membedakan generasi ini deng-
perti: usia, tahun kelahiran, lokasi tempat an generasi-generasi sebelumnya karena
tinggal, dan kejadian penting dalam pengaruh perkembangan teknologi.
kehidupan yang memiliki pengaruh besar Dill (2015), menyatakan bahwa
dalam tahap pertumbuhan mereka. Forbes Magazine pernah melakukan sur-
Bencsik dan kawan-kawan vei terhadap generasi Z di Amerika
(2016), menyatakan bahwa sulit untuk Utara, Selatan, Afrika, Eropa, Asia dan
membagi kelompok setiap generasi Timur Tengah sebanyak 49 ribu anak-
secara tepat. Oleh karena itu, generasi anak. Hasilnya, generasi Z ialah generasi
tidak dibagi secara tajam, tetapi yang global awal yang nyata serta memiliki
terpenting ada ciri khas yang memadai kesamaan dengan generasi Y. Hanya saja
untuk seluruh kelompok umur pada perbedaannya mereka dapat melakukan
umumnya. Secara karakteristik, generasi kegiatan multi tasking yang berkaitan
dibedakan menjadi 6 generasi yang dengan dunia maya, lebih lagi sehingga
dijabarkan dalam Tabel 1. mempengaruhi kepribadiannya masing-
Tabel 1. Pembagian Generasi
masing responden.
McCrindle (2011), menyatakan
Veteran generation 1925-1946 bahwa generasi Alfa merupakan generasi
Baby boom generation 1946-1960
X generation 1960-1980
yang lahir setelah Generasi Z. Mereka
Y generation 1980-1995 dilahirkan oleh orang tua yang masuk ke
Z generation 1995-2010 dalam generasi Y atau generasi Mille-
Alfa generation 2010 + nials. Generasi ini adalah generasi terak-
Sumber: (Bencsik dan kawan-kawan,2016) rab dengan teknologi digital dan diklaim
Howe & Strauss (1991) menya- sebagai generasi tercerdas dibandingkan
takan bahwa veteran generation atau generasi sebelumnya. Christina Sterbenz
silent generation merupakan generasi (2014), menyitir pendapat dari Mc
disiplin dan konservatif sedangkan gene- Crindler yang memprediksi bahwa gene-
rasi baby boom merupakan angkatan rasi Alfa adalah generasi yang susah ber-
generasi yang memiliki sifat materialistis pisah dari gadget, kurang dalam berso-
serta memiliki orientasi terhadap waktu sialisasi, kurang juga dari sisi daya krea-
yang lebih besar. Generasi X adalah ge- tivitasnya dan cenderung memiliki sifat
nerasi yang lahir pada tahun perkem- individualis, juga kurang menghargai

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 292
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

pro-ses dan senang dengan hal yang mengendalikan diri sendiri untuk
instan. mengontrol durasi waktu menggunakan
Adiksi Internet umumnya dika- internet; f) mengabaikan kehidupan sosial
tegorikan dengan label “kecanduan (neglect to social life), seseorang yang
teknologi” (Griffiths, 2000). Adiksi inter- mengabaikan kehidupan sosial secara
net adalah pengguna komputer yang sengaja demi mengakses internet.
kompulsif (Black dkk, 1999). Menurut Penelitian ini bertujuan untuk
Young, definisi adiksi internet adalah melakukan analisis hasil survei, dan me-
ketidakmampuan untuk mengontrol peng- lakukan pembahasan tentang adiksi inter-
gunaan internet yang mengakibatkan net dan media sosial di Indonesia, khu-
kerusakan serius berbagai aspek kehidup- susnya terkait fenomena adiksi pada
an (Kimberly Young, 1998). generasi X, Y dan Z.
Pada tahun 1996, seorang psi- Beberapa kajian pustaka
kolog bernama Kimberly Young menjadi mengenai fenomana adiksi internet dan
orang yang pertama mempublikasikan media sosial, Sari dkk (2018), dalam
masalah dari penggunaan internet ini, penelitiannya berjudul “Tingkat Kecan-
dimana dia memiliki seorang pasien yang duan Internet pada Remaja Awal”
mengalami cemas, depresi dan iritabel menyatakan bahwa siswa yang mengala-
jika berhenti dari menggunakan internet mi kecanduan internet berdampak negatif
(Aboujaoude, E. 2010). Kemudian Young pada diri sendiri, terlihat pada hubungan
mengembangkan Internet Addiction Test sosial dan hasil belajar. Populasi
(IAT) berdasarkan kriteria DSM-IV yang penelitian adalah 596 siswa SMA N 7
salah satunya adalah untuk judi patologis Padang dan sampel sebanyak 240 siswa.
(Kimberly Young, 1998). IAT ciptaan Pemilihan sampel menggunakan teknik
Young ini merupakan alat penyaringan proporsional random sampling. Hasil
paling populer yang terdiri dari 20 item penelitian mengungkapkan bahwa adiksi
dan telah terbukti dapat diandalkan dan internet pada remaja awal berada pada
valid (Zoi Tsimtsiou et all, 2014). kategori sedang dengan nilai persentase
Enam aspek adiksi internet sebesar 49%. Berdasarkan dua indikator
berdasarkan Internet Addiction Test yaitu interpersonal, masalah kesehatan
(IAT) (Kimberly Young, 1996), yaitu: a) dan masalah manajemen waktu.
ciri khas (salience), Seseorang dengan Kemudian Wisti H. P. (2018), dalam pe-
pikiran dan bereaksi berlebihan terhadap nelitian dengan tema “Pengaruh Ke-
internet dan suka berfantasi mengenai terampilan Sosial dan Pola Komunikasi
internet; b) pemakaian yang berlebihan Keluarga Terhadap Kecenderungan Adik-
(excessive use), kegiatan menggunakan si Internet”, memperlihatkan bahwa
internet yang berlebihan sehingga lupa adiksi internet dipengaruhi oleh variavel
waktu atau pengabaian kegiatan rutini- keterampilan sosial, pola komunikasi
nitas yang penting dalam keseharian; c) keluarga, dan variabel demografi. Uji
pengabaian pekerjaan (neglect to work), hipotesisnya menunjukkan bahwa lama
seseorang yang mengabaikan pekerja- kepemilikan smartphone, tingkat kelas,
annya karena menggunakan internet, keterampilan kontrol emosi dan kontrol
sehingga produktivitas dan kinerjanya social, berpengaruh pada adiksi internet.
menurun; d) antisipasi (anticipation), Kedua penelitian di atas, memilih sampel
menggunakan internet untuk menghindar- responden pada usia remaja dikarenakan
kan diri dari permasalahan dikehidupan sebelumnya penelitian Andreo & Svoli
nyata; e) ketidakmampuan mengontrol (2012), menyimpulkan bahwa anak-anak
diri (lack of control), tidak mampu dengan rata-rata usia 14 sampai 15 tahun,

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 293
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

cenderung mudah terkena adiksi internet. (APJII) pada tahun 2017 pengelompokan
Oleh itu, variabel usia berpengaruh pada pengguna internet berdasarkan tingkat
tingkat adiksi internet. pendidikan dan hasilnya semakin tinggi
Pantu (2018) dalam penelitian pendidikan terakhir responden, maka
dengan judul “Kecanduan Sosial Media semakin tinggi pula intensitas menggu-
Ditinjau dari Perbedaan Gender”, mene- nakan internet. Sedangkan pada APJII
liti apakah jenis kelamin berpengaruh (2014) dengan judul “Profil Pengguna
pada tingkat kecanduan sosial media. Internet di Indonesia” dari sisi pekerjaan
Subjek penelitian berasal dari Universitas responden, bahwa pengguna internet di
Muhammadiyah Malang sebanyak 85 Indonesia mayoritas bekerja di bidang
responden. Metode penelitian menggu- perdagangan dan jasa. Dan hasil survei
nakan social media disorder scale dan tersebut didapati pada responden dengan
Teknik analisis t-test. Hasilnya menun- domisili rata-rata hampir setiap provinsi,
jukkan, ada perbedaan yang cukup baik daerah urban maupun rural.
signifikan diantara mahasiswa perempuan
dan laki-laki dalam tingkat kecanduan Gambar 1. Pengguna internet berdasarkan
pekerjaan
sosial media (M: Laki-laki, 20,79;
Perempuan, 23,81). Penelitian ini men-
jadi referensi hipotesa variabel jenis
kelamin dalam mengukur pengaruh
adiksi internet dan media sosial dalam
kajian saintifik ini.
Rahardjo dkk (2020) dalam
penelitian “Adiksi Media Sosial pada
Remaja Pengguna Instagram dan
WhatsApp: Memahami Peran Need
Fulfillment dan Social Media Enga- Sumber: (APJII,2014)
gement”, melakukan survei terhadap 384
Seiring dengan bertambahnya
orang responden sebagai pengguna
angka penetrasi internet setiap tahun,
Instagram dan WhatsApp. Responden
pengguna internet belum merata secara
dengan domisili Jabodetabek dan
geografisnya di seluruh Indonesia. Menu-
beberapa kota lainnya. Teknik analisis
rut hasil survei APJII (2014) pengguna
menggunakan metode SEM. Hasil pene-
internet di Indonesia yang berdomisili di
litian menunjukkan bahwa jenis peme-
Indonesia bagian barat mencapai 36.9%
nuhan atas kebutuhan serta kelekatan
dari total penduduk di pulau Jawa. Dan
pada media sosial akan mempengaruhi
pemakai internet di wilayah Indonesia
tingkat adiksi media sosial pada
bagian Barat mayoritas tinggal di rumah-
responden. Dua kebutuhan yang mem-
rumah pribadi mereka (sebanyak 33,3%).
pengaruhi adiksi media sosial platform
Sedangkan pemakai internet di wilayah
instagram yaitu kebutuhan di dalam
Indonesia bagian Timur mayoritas me-
membangun relasi sosial yang hangat,
nempati rumah milik orang tuanya
nyaman dan senang. Pada platform
(64,4%). e-Marketer melakukan survei
whatsapp, kebutuhan yang mempengaru-
pada tiap orang yang mengakses internet
hi yaitu kebutuhan multitasking, relasi
berdasarkan setidaknya satu kali dalam
sosial yang nyaman, kesenangan, aman
sebulan berhasil mendudukkan Indonesia
dan dapat mengendalikan situasi.
di peringkat ke-6 terbesar di dunia
Selanjutnya, data Asosiasi Pe-
(Kominfo, 2019).
nyelenggara Jasa Internet Indonesia

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 294
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

Peneliti dari divisi Ilmu Kese- Langkah selanjutnya adalah me-


hatan Jiwa, Fakultas Kedokteran nentukan variabel yang digunakan untuk
Universitas Indonesia (FKUI-RSCM) mengukur adiksi berdasarkan 6 (enam)
bekerjasama dengan peneliti dari Fakul- aspek adiksi internet, yang pertama
tas Psikologi Universitas Katolik Atma adalah time yang didefenisikan saat sese-
Jaya, melakukan survei dan meneliti orang lebih suka menghabiskan banyak
bahwa pandemi covid-19 berdampak waktu di internet, termasuk media sosial
pada meningkatnya ketergantungan ma- yang mempengaruhi ketidakpuasan hidup
syarakat terhadap internet. Penelitian (Sahin, 2017). Kedua, relationship, yang
yang dilakukan pada orang dewasa di didefinisikan saat seseorang menggu-
Indonesia menunjukkan hasil yang nakan internet dan media sosial dipenga-
meningkat 5x lipat selama pandemi. ruhi oleh relasi dengan teman (Veronica
Dengan jumlah responden sebanyak &Samuel, 2016). Ketiga, productivity,
4.734 dari orang dewasa. Kecanduan yang didefinisikan saat seseorang mera-
internet meningkat 5x lipat selama pan- sakan kemalasan dalam melakukan
demi, yaitu dari sebelumnya hanya 3% aktivitas kehidupan nyata serta menyia-
menjadi 14,4%. Sebanyak 96% dari total nyiakan waktu (Prabandari & Yuliati,
responden mengakses telepon pintar 2016). Keempat, thought yang didefini-
dengan durasi rata-rata 10 jam per hari sikan sebagai rahasia yang bersifat
(Media Indonesia, 2020). Para peneliti negatif dan ketakutan dalam kehidupan
dalam studi adiksi tersebut menyam- nyata.
paikan bahwa situasi seperti ini layak Ada empat hipotesis yang akan
diwaspadai karena pemakaian internet diukur besar pengaruhnya terhadap ting-
secara berlebihan akan menyebabkan rasa kat adiksi berdasarkan jawaban respon-
cemas juga depresi semakin berat, den pada survei 20 (dua puluh) perta-
mendorong perilaku kompulsif serta nyaan, mengikuti kaidah IAT Kimberly
memperburuk adiksi. Young. Bobot pilihan jawaban atas setiap
Sampel pada survei penelitian ini pertanyaan mengacu pada opsi jawaban,
adalah seluruh rakyat Indonesia dima- yaitu dari tidak pernah, jarang, kadang-
napun berada yang disebar secara acak, kadang, sering, sangat sering dan selalu.
baik dari segi jenis kelamin, usia, pen- Didasarkan pada survei Kimberly Young,
didikan, pekerjaan, dan domisili. Untuk jawaban tersebut kemudian dikonver-
proses validasi dan reabilitas, tiap sikan ke bilangan numerik, dapat dilihat
variabel diuji dengan jumlah responden pada gambar 2 berikut ini.
sebanyak 200 (dua ratus) orang. Penyu-
sunan kuesioner menggunakan sarana Gambar 2. Opsi Jawaban Kuisioner
Google Form dan disebarkan melalui
whatsapp melalui kontak pribadi dan
grup.
Pertanyaan-pertanyaan untuk
mengetahui tingkat adiksi seseorang
menggunakan metode IAT yang disusun
Kimberly Young (Young, 1996). Terdiri
dari 20 pertanyaan yang mewakili tingkat
adiksi berdasarkan 6 (enam) aspek adiksi METODE PENELITIAN
terhadap internet yaitu salience, excessive Penelitian dimulai dari penyu-
use, neglect work, anticipation, lack of sunan kuesioner, pra survei dengan
control, dan neglect social life. menguji tingkat validitas dan reabilitas

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 295
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

dari kuesioner, kemudian dilakukan ana- 𝑟11 = nilai reabilitas yang dicari
lisis variabel yang diduga memiliki 𝑛 = jumlah item pertanyaan yang diuji
hubungan dengan adiksi internet dan 𝜎𝑡 = nilai variansi setiap item
media sosial serta kajian dari sudut pan-
dang filsafat sains. Uji Validitas untuk Variabel-variabel
Pra survei dilaksanakan dari tang- Survei Adiksi Internet dan Sosial
gal 27 s.d 31 Oktober 2020, dan Media
diperoleh sebanyak 200 responden. Pada tanggal 31 Oktober 2020
Sedangkan survei dilaksanakan pada selama 1 (satu) hari, disebar survei per-
tanggal 1 s.d. 4 November 2020 dan tama untuk selanjutnya dilakukan vali-
menghasilkan 2206 data mentah. dasi dan reabilitas kuisioner yang tersebar
Selanjutnya dilakukan pengolahan awal acak. Berikut ini hasil uji validitas untuk
berupa cleaning data untuk menghapus internet addiction terhadap variabel time.
data yang duplikat sehingga tersisa 2014 Tingkat signifikansi antar butir per-
data yang akan diolah pada tahap tanyaan lebih kecil dari 0,05 yang artinya
selanjutnya. pertanyaan tersebut dapat digunakan
untuk mengukur variabel time. Kemudian
Validitas dan Reabilitas Kuisioner tahap uji validitas terhadap variabel rela-
Uji validitas bertujuan untuk tionship yang dipaparkan dapat dilihat
mengecek keandalan alat ukur. Validitas bahwa tingkat signifikansi antar butir
adalah alat ukur yang tepat dalam meng- pertanyaan lebih kecil dari 0,05 yang
ukur kevalidan suatu data. Uji validitas artinya pertanyaan tersebut dapat
dilakukan menggunakan metode perhi- digunakan untuk mengukur variabel
tungan korelasi Product Moment . Relationship. Tahap selanjutnya uji
validitas terhadap variabel productivity
terinci bahwa tingkat signifikansi antar
butir pertanyaan lebih kecil dari 0,05
Keterangan: yang artinya pertanyaan tersebut dapat
r𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara variabel 𝑥 digunakan untuk mengukur variabel
dan variabel 𝑦 productivity. Kemudian uji validitas
𝑁 = jumlah sampel data terhadap variabel thought. Berdasarkan
hasil pengujian, tingkat signifikansi antar
Tingkat validitas diperoleh deng- butir pertanyaan lebih kecil dari 0,05
an mengamati tingkat signifikansi bila ≤ yang artinya pertanyaan tersebut dapat
0,05 maka alat ukur dikatakan valid. digunakan untuk mengukur variabel
Proses validitas yaitu dengan memberi thought. Terakhir, uji validitas variabel
kode pada hasil isian sesuai dengan internet addiction, bahwa tingkat
petunjuk IAT dari Dr. Kimberly Young signifikansi antar butir pertanyaan lebih
dimana menggunakan skala likert dengan kecil dari 0,05 yang artinya pertanyaan
tambahan nilai 0, jika pertanyaan tersebut tersebut dapat digunakan untuk
tidak relevan dengan responden. Uji mengukur variabel internet addiction.
validitas penelitian ini menggunakan Pada tanggal dan durasi yang
software IBM SPSS V.20. Pada pene- sama, juga dilakukan survei uji validitas
litian ini, uji reabilitas menggunakan untuk social media addiction pada 200
metoda Cronbach’s Alpha. responden pertama. Berikut ini hasil uji
validitas untuk social media addiction
terhadap variabel time, tingkat signi-
Keterangan: fikansi antar butir pertanyaan lebih kecil

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 296
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

dari 0,05 yang artinya pertanyaan menyatakan bahwa r11 sebesar 0,679
tersebut dapat digunakan untuk meng- yang berarti variabel time berada pada
ukur variabel time. Uji validitas variabel range 0,60 < r11 ≤ 0,80 reliabilitas
relationship menyatakan bahwa tingkat tinggi. Hal ini menunjukkan kuesioner ini
signifikansi antar butir pertanyaan lebih sudah reliabel untuk menjaring setiap
kecil dari 0,05 yang artinya pertanyaan tanggapan responden.
tersebut dapat digunakan untuk meng- Selanjutnya uji reliabilitas variabel
ukur variabel relationship. Kemudian uji relationship menyatakan bahwa r11
validitas terhadap variabel productivity sebesar 0,518 yang berarti variabel
menyatakan bahwa tingkat signifikansi relationship berada pada range 0,40 <
antar butir pertanyaan lebih kecil dari r11 ≤ 0,60 reliabilitas sedang. Hal ini
0,05 yang artinya pertanyaan tersebut menunjukkan kuesioner ini cukup
dapat digunakan untuk mengukur vari- reliabel untuk menjaring setiap tanggapan
abel productivity. Selanjutnya uji vali- responden. Kemudian uji realibilitas
ditas variabel thought menyatakan bahwa variabel productivity menyatakan bahwa
tingkat signifikansi antar butir pertanyaan r11 sebesar 0,767 yang berarti variabel
lebih kecil dari 0,05 yang artinya productivity berada pada range 0,60 <
pertanyaan tersebut dapat digunakan r11 ≤0,80 reliabilitas tinggi. Hal ini
untuk mengukur variabel thought. Setelah menunjukkan kuesioner ini sudah reliabel
itu, tahap uji validitas variabel social untuk menjaring setiap tanggapan
media addiction menyatakan bahwa ting- responden. Uji reliabilitas variabel
kat signifikansi antar butir pertanyaan thought menerangkan bahwa r11 sebesar
lebih kecil dari 0,05 yang artinya 0,754 yang berarti variabel thought
pertanyaan tersebut dapat digunakan berada pada range 0,60<r11≤0,80 relia-
untuk mengukur variabel social media bilitas tinggi. Hal ini menunjukkan
addiction. kuesioner ini sudah reliabel untuk men-
Reliabilitas merupakan ukuran jaring setiap tanggapan responden. Uji
yang memperlihatkan bahwa alat ukur reliabilitas variabel internet addiction.
yang digunakan memiliki keandalan Nilai aplha, mean, standar deviasi dan
sebagai alat ukur. Berdasarkan Guilford, korelasinya menerangkan bahwa r11
klasifikasi koefisien reliability (r11) sebesar 0,771 yang berarti variabel
dibagi menjadi 5 (lima) tingkatan: internet addiction berada pada range
- r11 ≤ 0,2 = reliabilitas sangat rensudah 0,60<r11≤0,80 reliabilitas tinggi. Hal ini
- 0,20 < r11 ≤ 0,40 = reliabilitas rendah menunjukkan kuesioner ini sudah reliabel
- 0,40 < r11 ≤ 0,60 = reliabilitas sedang untuk menjaring setiap tanggapan
- 0,60 < r11 ≤ 0,80 = reliabilitas tinggi responden.
- 0,80 < r11 ≤ 1,00 = reliabilitas sangat Uji reliabilitas untuk variabel-
tinggi variabel penelitian Social Media
Untuk melihat koefisien realibility, addiction dijabarkan sebagai berikut: Uji
penelitian ini menggunakan uji reliability realibilitas terhadap variabel time
dengan mengamati alpha cronbach menyatakan bahwa r11 sebesar 0,771
menggunakan tools IBM SPSS 20.0. yang berarti variabel time berada pada
range 0,60 < r11 ≤ 0,80 reliabilitas
Uji Reliabilitas untuk Variabel-varia- tinggi. Hal ini menunjukkan kuesioner ini
bel Survei Internet dan Social Media sudah reliabel untuk menjaring setiap
Addiction. tanggapan responden. Uji reliabilitas
Berikut adalah nilai alpha, mean, variabel relationship menerangkan bahwa
standar deviasi dan nilai korelasinya ter- r11 sebesar 0,597 yang berarti variabel
hadap variabel time. Hasil pengujian
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 297
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

relationship berada pada range 0,40 < pengujian hipotesis dengan metode chi-
r11 ≤0,60 reliabilitas sedang. Hal ini square.
menunjukkan kuesioner ini cukup Chi-square merupakan salah satu
reliabel untuk menjaring setiap tanggapan jenis dari jenis-jenis uji komparatif non-
responden. Tahap berikutnya uji relia- parametrik yang diterapkan pada dua
bilitas variabel productivity menya-takan variable untuk skala data kedua variabel
bahwa r11 sebesar 0,790 yang berarti berupa nominal (Hadi, 2000). Jika dari 2
variabel productivity berada pada range variabel tersebut terdapat 1 variabel
0,60 < r11 ≤ 0,80 reliabilitas tinggi. Hal berupa skala nominal, maka dilakukan uji
ini menunjukkan kuesioner ini sudah chi-square. Data diasumsikan berasal dari
reliabel untuk menjaring setiap tanggapan sampel acak. Beberapa syarat uji ini
responden. Tahap selanjutnya uji relia- diantaranya adalah jumlah responden
bilitas terhadap variabel thought mene- yang digunakan harus besar, hal ini
rangkan bahwa r11 sebesar 0,811 yang dikarenakan syarat penggunaan uji chi-
berarti variabel thought berada pada square yaitu:
range 0,80<r11≤1,00 reliabilitas sangat 1) Tidak ada sel dengan nilai frekuensi
tinggi. Hal ini menunjukkan kuesioner ini kenyataan (F0) bernilai 0 (Nol);
sangat reliabel untuk menjaring setiap 2) Apabila ukuran tabel kontingensi 2 x
tanggapan responden. Dengan demikian 2, maka tidak boleh ada 1 sel saja
uji reliabilitas variabel social media yang memiliki frekuensi harapan (Fh)
addiction menyatakan bahwa r11 sebesar kurang dari 5;
0,859 yang berarti variabel social media 3) Apabila ukuran tabel lebih dari 2 x 2,
addiction berada pada range 0,80 < r11 ≤ misal 2 x 3, maka jumlah sel dengan
1,00 reliabilitas sangat tinggi. Hal ini frekuensi harapan yang kurang dari 5
menunjukkan kuesioner ini sangat tidak boleh melebihi 20%.
reliabel untuk menjaring setiap tanggapan Apabila tabel kontingensi ber-
responden. ukuran 2 x 2, maka formulasi yang
digunakan adalah continuty correction.
HASIL DAN PEMBAHASAN Apabila tabel kontingensi berukuran 2 x
Uji Hipotesis Chi Square 2, tetapi tidak memenuhi syarat dalam uji
Setelah melakukan uji validitas chi-square, maka formulasi yang digu-
dan reabilitas setiap pertanyaan pada nakan adalah fisher exact test. Sedang-
kuesioner, hasilnya semua variabel valid kan apabila bentuk tabel kontingensi
dan reliabel untuk mengukur adiksi lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, formulasi
terhadap internet dan media sosial dengan yang digunakan adalah pearson chi-
tingkat signifikansi antar butir pertanyaan square (Supranto, 2000). Uji chi-square
lebih kecil dari 0,05 (valid) dan nilai r11 dapat diformulasikan sebagai berikut:
pada range 0,60 < r11 ≤ 0,80 (reabilitas
tinggi) pada 200 responden. Kemudian
survei disebar secara acak pada tanggal 1 Keterangan:
- 4 November 2020 dan mendapatkan x2 = Distribusi atau nilai Chi-square
2206 data mentah. Selanjutnya dilakukan 0i = Frekuensi observasi (pengamatan)
proses cleaning data untuk mengeli- ke-i
minasi data-data yang redundan serta data = Nilai Frekuensi ekspektasi (harapan)
yang kurang sesuai (akibat kesalahan
pengisian). Proses cleaning data ini ke-i
menghasilkan 2014 data yang siap untuk
diolah pada tahap selanjutnya yaitu tahap

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 298
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

Adapun tahapan dalam pengujian chi- derajat kebebasan 2, dan nilai P > 0.05.
square yaitu: Ini artinya tidak cukup data untuk
1) Merumuskan hipotesis H0 dan H1. H0 menerima H1, artinya H0 diterima. Uji
menunjukkan tidak ada hubungan hipotesis ini menyimpulkan tidak ada
antara dua variabel. H1 menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dan adiksi
ada pengaruh antara dua variabel media sosial berdasarkan jawaban dari
2) Menghitung nilai frekuensi harapan responden pada penelitian ini. Nilai rata-
(Ei) rata pada responden perempuan dan laki-
laki tidak mengindikasikan adanya
perbedaan yang besar.
3) Menghitung distribusi chi-square Pada hipotesis hubungan usia deng-
4) Menentukan taraf signifikansi α an adiksi internet, didapatkan x2 hitung
5) Mencari nilai x2 dengan batas kritis sebesar 114.54 > x2 tabel sebesar 9.488
taraf signifikansi (α) = 0.05 dan dengan derajat kebebasan 4, dan nilai P <
derajat kebebasan atau degree of 0.05. Ini artinya cukup data untuk
freedom (DF) = (Jumlah baris – 1) menerima H1, artinya H0 ditolak. Hal ini
(Jumlah kolom – 1) mengindikasikan adanya hubungan antara
6) Menentukan kriteria pengujian: Jika usia dengan adiksi internet. Terdapat
x2 hitung ≤ x2 tabel, maka H0 kecenderungan yang menunjukkan bahwa
diterima; Jika x2 hitung > x2 tabel, pada responden dengan usia kurang dari
maka H0 ditolak; Jika nilai sig- 25 tahun memiliki rata-rata nilai total
nifikansi ≥ 0.05 maka H0 diterima; IAT yang tinggi, baik pada kelompok
Jika nilai signifikansi < 0.05 maka H0 adiksi mild, moderate maupun severe.
ditolak. Jadi berdasarkan usia, hasil survei adiksi
7) Membandingkan x2 hitung dengan x2 internet menunjukkan bahwa kelompok
tabel atau nilai signifikansi dengan α yang lebih muda memiliki kecende-
keputusan H0 ditolak atau diterima. rungan tingkat adiksi internet yang lebih
8) Menyusun kesimpulan, ada atau tinggi.
tidaknya pengaruh antar variabel. Pada hipotesis hubungan usia
dengan nilai IAT untuk adiksi sosial
Pengujian hipotesis hubungan media, didapatkan x2 hitung sebesar
jenis kelamin dengan adiksi internet 78.93 > x2 tabel sebesar 9.488 dengan
dilakukan dengan analisis chi-square, derajat kebebasan 4, dan nilai P < 0.05.
didapatkan x2 hitung sebesar 2.64 < x2 Ini artinya cukup data untuk menerima
tabel sebesar 5.991 dengan derajat H1, artinya H0 ditolak. Hal ini meng-
kebebasan 2, dan nilai P > 0.05. Ini indikasikan adanya hubungan antara usia
artinya tidak cukup data untuk menerima dengan nilai dengan adiksi sosial media.
H1, artinya H0 diterima. Uji hipotesis ini Nilai total IAT berdasarkan usia,
menyimpulkan bahwa tidak ada hubung- menunjukkan bahwa pada responden
an antara jenis kelamin dan adiksi dengan usia kurang dari 25 tahun
internet berdasarkan jawaban dari res- memiliki rata-rata nilai total IAT yang
ponden pada penelitian ini. Nilai rata-rata tinggi, baik pada kelompok adiksi mild,
pada responden laki-laki dan perempuan moderate maupun severe. Jadi berda-
tidak menunjukkan adanya perbedaan sarkan usia, hasil survei adiksi media
yang signifikan. sosial menunjukkan bahwa kelompok
Kemudian pengujian hipotesis yang lebih muda, memiliki kecende-
hubungan jenis kelamin dengan adiksi
rungan tingkat adiksi media sosial yang
media social, didapatkan x2 hitung sebe-
le-bih tinggi.
sar 4.54 < x2 tabel sebesar 5.991 dengan
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 299
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

Pada pengujian hipotesis hu- Hal ini mengindikasikan adanya


bungan pendidikan dengan nilai IAT hubungan antara pekerjaan dengan nilai
untuk adiksi internet, didapatkan x2 dengan adiksi internet. Terdapat kecen-
hitung sebesar 20.38 > x2 tabel sebesar derungan yang menunjukkan bahwa pada
12.592 dengan derajat kebebasan 6, dan responden dengan pekerjaan pelajar atau
nilai P < 0.05. Ini artinya cukup data maha-siswa dan pegawai memiliki rata-
untuk menerima H1, artinya H0 ditolak. rata nilai total IAT yang tinggi baik pada
Hal ini mengindikasikan adanya kelompok adiksi mild, moderate maupun
hubungan antara pendidikan dengan nilai severe. Jadi berdasarkan pekerjaan, ha-
dengan adiksi internet. Terdapat kecende- sil survei adiksi internet menunjukkan
rungan yang menunjukkan bahwa pada bahwa kelompok dengan pekerjaan pe-
responden dengan pendidikan lulusan lajar atau mahasiswa dan pegawai, me-
Strata 1 (S1) memiliki rata-rata nilai total miliki kecenderungan tingkat adiksi inter-
IAT yang tinggi, baik pada kelompok net yang lebih tinggi.
adiksi mild, moderate maupun severe. Pengujian hipotesis untuk melihat
Jadi berdasarkan pendidikan, hasil survei hubungan pekerjaan dengan nilai IAT
adiksi internet menunjukkan bahwa ke- untuk adiksi media sosial, didapatkan x2
lompok dengan pendidikan sarjana, me- hitung sebesar 68.57 > x2 tabel sebesar
miliki kecenderungan tingkat adiksi 9.488 dengan derajat kebebasan 4, dan
internet yang lebih tinggi. nilai P < 0.05. Ini artinya cukup data
Tahap selanjutnya pengujian hipo- untuk menerima H1, artinya H0 ditolak.
tesis hubungan pendidikan dengan nilai Hal ini mengindikasikan adanya hu-
IAT untuk adiksi media sosial, dida- bungan antara pekerjaan dengan nilai
patkan x2 hitung sebesar 15.58 > x2 tabel dengan adiksi media sosial. Terdapat
sebesar 12.592 dengan derajat kebebasan kecenderungan yang menunjukkan bahwa
6, dan nilai P < 0.05. Ini artinya cukup pada res-ponden dengan pekerjaan
data untuk menerima H1, artinya H0 pelajar atau mahasiswa dan pegawai,
ditolak. Hal ini meng-indikasikan adanya memiliki rata-rata nilai total IAT yang
hubungan antara pendidikan dengan nilai tinggi baik pada kelompok adiksi mild,
dengan adiksi media sosial. Terdapat moderate maupun severe. Jadi ber-
kecenderungan yang menunjukkan bahwa dasarkan pekerjaan, hasil survei adiksi
pada res-ponden dengan pendidikan media sosial menunjukkan bahwa ke-
lulusan strata 1 (S1) memiliki rata-rata lompok dengan pekerjaan pelajar atau
nilai total IAT yang tinggi baik pada mahasiswa dan pegawai, memiliki kecen-
kelompok adiksi mild, moderate mau-pun derungan tingkat adiksi media sosial yang
severe. Jadi berdasarkan pendi-dikan, lebih tinggi.
hasil survei adiksi media sosial menun- Pengujian hipotesis untuk me-lihat
jukkan bahwa kelompok dengan pendi- hubungan domisili dengan nilai IAT
dikan sarjana, memiliki kecenderungan untuk adiksi internet, didapatkan x2
tingkat adiksi media sosial yang lebih hitung sebesar 3.69 < x2 tabel sebesar
tinggi. 11.07 dengan derajat kebebas-an 5, dan
Pengujian hipotesis untuk me-lihat nilai P > 0.05. Ini artinya tidak cukup
hubungan pekerjaan dengan nilai IAT data untuk menerima H1, artinya H0
untuk adiksi internet, didapatkan x2 diterima. Hal ini mengindikasikan tidak
hitung sebesar 84.45 > x2 tabel sebesar adanya hubungan signifikan antara
9.488 dengan derajat kebe-basan 4, dan domisili dengan nilai dengan adiksi inter-
nilai P < 0.05. Ini artinya cukup data net. Jadi berdasarkan domisili, hasil
untuk menerima H1, artinya H0 ditolak. survei adiksi internet menunjukkan

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 300
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

bahwa kelompok responden dengan do- Derajat Nilai P-


milisi pulau Jawa memiliki kecen- Kategori Kesimpulan
Kebebasan Value
derungan tingkat adiksi internet yang
Jenis 2 0,266 tidak
lebih tinggi. Kelamin berpengaruh
Pengujian hipotesis untuk me-lihat Usia 4 0,000 berpengaruh
hubungan domisili dengan nilai IAT
Pendidikan 6 0,000 berpengaruh
untuk adiksi media sosial, didapatkan x2
Pekerjaan 4 0,002 berpengaruh
hitung sebesar 1.47 < x2 tabel sebesar
Domisili 5 0,594 tidak
11.07 dengan derajat kebebasan 5, dan berpengaruh
nilai P > 0.05. Ini artinya tidak cukup
Jenis 2 0,103 tidak
data untuk me-nerima H1, artinya H0 Kelamin berpengaruh
diterima. Hal ini mengindikasikan tidak Usia 4 0,000 berpengaruh
adanya hubungan signifikan antara do- Pendidikan 6 0,000 berpengaruh
misili dengan nilai dengan adiksi media Pekerjaan 4 0,016 berpengaruh
sosial. Jadi berdasarkan domisili, hasil Domisili 5 0,916 tidak
survei adiksi media sosial menun-jukkan berpengaruh
bahwa kelompok responden dengan
domilisi pulau Jawa memiliki kecen- Tabel 2 menunjukkan nilai p-
derungan tingkat adiksi media sosial yang value untuk setiap kelompok kategori ku-
lebih tinggi. rang dari 0.05 menyatakan bahwa, usia,
Tabel 2 menunjukkan nilai Pearson pendidikan dan pekerjaan berpengaruh
Chi-Square, derajat kebebasan dan signi- terhadap tingkat adiksi internet dan sosial
fikansi pada masing-masing variabel media. Sedangkan jenis kelamin dan
terhadap nilai IAT adiksi internet dan domisili tidak berpengaruh terhadap
media sosial sebagai berikut: tingkat adiksi internet dan sosial media.
Tabel 2. Hasil pengujian hipotesis berdasar-kan
hubungan kelompok kategori terhadap adiksi Gambar 3. Variabel yang berpengaruh terhadap
internet dan media sosial. adiksi internet dan sosial media.

Pearson
Chi-
Jenis x2
Kategori Square
Adiksi tabel
x2
hitung)
Jenis internet 2.64 5.991
Kelamin
Usia internet 114.54 9.488

Pendidikan internet 20.38 12.592

Pekerjaan internet 84.45 9.488

Domisili internet 3,69 11.07 Fenomena Adiksi Internet dan Media


Jenis medsos 4.54 5.991 Sosial di Kalangan Generasi XYZ
Kelamin Hasil pengujian yang diperoleh
Usia medsos 78.93 9.488 dari survei dengan jumlah responden
Pendidikan medsos 15.58 12.592 sebanyak 2014 responden Indonesia me-
Pekerjaan medsos 68.57 9.488 nyatakan bahwa terkait adiksi internet,

Domisili medsos 1,47 11.07 sebanyak 74,68 % responden tidak ter-


indikasi adiksi dan 25,32% teradiksi, baik
yang level mild, moderate dan severe.

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 301
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

Sedangkan terkait adiksi media social, Gambar 6. Hasil survei adiksi internet
sebanyak 79,94 % tidak teradiksi dan terhadap generasi.
20,06 % teradiksi, baik level mild,
moderate dan severe. Hasil pengujian ini
digambarkan pada gambar 4 dan gambar
5.

Gambar 4. Hasil survei adiksi internet.

Dari gambar 6 kita bisa melihat


bahwa untuk generasi X, yang teradiksi
internet level mild sebanyak 0,5 %, level
moderate sebanyak 0,25 % serta tidak
Gambar 5. Hasil survei adiksi media social. ada satupun yang teradiksi level severe.
Untuk generasi Y, yang teradiksi level
mild sebanyak 4,42 %, level moderate
sebanyak 0,94% serta 0,25% teradiksi
level severe. Dan untuk generasi Z, yang
teradiksi level mild sebanyak 15,14 %,
level moderate sebanyak 3,62 % serta
0,20 % teradiksi level severe.
Hasil yang teradiksi media sosial
kami sajikan lebih detil pada gambar 7 di
bawah ini:
Gambar 7. Hasil survei adiksi media sosial
terhadap generasi.

Hasil survei ini, kami olah


kembali untuk kategori yang teradiksi
saja, baik untuk adiksi internet maupun
adiksi media social. Data yang kami olah
adalah data yang dilihat dari sebaran
usianya. Kelompok usia dalam hal ini
kami representasikan sesuai kelompok
generasinya. Hasil yang teradiksi internet
kami sajikan pada gambar 6 di bawah ini:

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 302
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

Gambar 7 menyajikan data bahwa mengalami adiksi karena dipengaruhi


untuk generasi X, yang teradiksi media tingkat pendidikan dan pekerjaan mereka
sosial level mild sebanyak 0,89 %, level yang menuntut untuk kecakapan dalam
moderate sebanyak 0,20 % serta yang mengakses internet serta media sosial.
teradiksi level severe sebanyak 0,05 %. Kondisi pandemik, juga menambah
Untuk generasi Y, yang teradiksi level intensitas generasi ini dalam mengakses
mild sebanyak 3,03 %, level moderate internet dan media sosial, baik untuk
sebanyak 0,55 %, serta yang teradiksi kepentingan dalam bekerja, berbisnis,
level severe sebanyak 0,25 %. Terakhir memenuhi keperluan keluarga dalam
adalah untuk generasi Z. Data yang berbagai hal, maupun dalam rangka
teradiksi level mild sebanyak 10,97 %, membangun serta meningkatkan
level moderate sebanyak 3,92 % serta hubungan social, baik di kalangan
0,15 % teradiksi level severe. keluarga besar mereka maupun dengan
Generasi Y dan generasi Z adalah rekan lainnya.
generasi yang paling banyak mengalami
adiksi, baik internet maupun media Adiksi Internet dan Media Sosial
sosial. Kedua generasi ini adalah generasi adalah Realitas Sains
digital yang piawai dan terpikat dengan Karl Popper mengatakan bahwa
teknologi informasi dan berbagai macam suatu sistem disebut saintifik, hanya jika
jenis aplikasi komputer dari sejak dini. sistem tersebut bisa diuji dalam arti
Semua kebutuhan informasi serta memiliki kemungkinan difalsifikasi deng-
kepentingan pendidikan, mereka bisa an pengalaman (Dimitri D, 2018). Ber-
diperoleh dengan mudah dan cepat. dasarkan kriteria Popper tersebut, maka
Mereka tidak mengenal dunia tanpa hasil survei yang telah dilakukan menya-
internet atau media sosial, mereka juga takan bahwa adiksi internet dan media
generasi yang mengetahui semua hal sosial ini adalah sains. Uji hipotesa
ihwal tentang teknologi. Mereka senang pengaruh variabel jenis kelamin, usia,
dan sering berkomunikasi dengan semua pendidikan, pekerjaan dan domisili ter-
kalangan terutama lewat jejaring media hadap tingkat adiksi bisa dihitung secara
sosial. Melalui media sosial seperti empiris. Dan hasil olah uji Chi Square
whatsapp, instagram, facebook, twitter, terhadap 2014 responden, yaitu dimulai
line, telegram, SMS dan lain-lain, mereka dari pengujian validitas dan reability
bisa lebih leluasa meluapkan apa yang cronbach’s alpha menyatakan hasilnya
dirasa dan dipikir secara refleks. Kondisi adalah rata-rata diatas 0,7 (good).
umum ini ditambah lagi dengan adanya Hipothesis 1 Test (Usia dengan
pandemik, dimana kegiatan sekolah, IAT Score) Chi-Square Test dengan nilai
kuliah maupun bekerja semuanya P-Value < 0.05 menyatakan bahwa ada
dilakukan dengan menggunakan media hubungan antara umur dan skor IAT dan
internet serta media sosial. Hal inilah berdasarkan umur responden, kelompok
yang menjadi penyebab generasi Y dan Z yang lebih muda memiliki kecende-
paling banyak teradiksi internet di dalam rungan tingkat internet yang lebih tinggi.
survei ini. Skor IAT berdasarkan jenis kelamin
Generasi X menempati urutan memiliki nilai Chi-Square P-Value > 0.05
paling sedikit yang teradiksi internet sehingga menyatakan bahwa tidak ada
maupun media sosialnya. Secara umum, hubungan jenis kelamin dan nilai IAT.
mereka bukanlah generasi yang dari Jadi, IAT termasuk realitas saintifik dan
mulai lahir dekat dengan teknologi. bukan pseudo saians karena IAT telah
Sebagian besar dari genarasi X ini logis, empirik dan dapat diuji atau

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 303
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

difalsifikasikan dengan hasil uji reabilitas keluarga bisa berkolaborasi dengan


yang baik. lembaga profesional maupun non pro-
Fenomena adiksi internet dan me- fesional lainnya dalam hal terapi adiksi.
dia sosial saat ini merupakan kenyataan Terapi yang diberikan bisa berupa
yang harus mendapatkan perhatian serius konseling, psikoterapi, dan pada kasus-
dari semua pihak. Dari pemaparan hasil kasus gejala gangguan jiwa yang berat,
survei yang sudah dijelaskan di atas, bisa juga diberikan obat oleh tenaga
menyatakan bahwa dari 2014 responden, profesional.
ada sekitar 25% yang masuk ke dalam Dari sisi pemerintah, untuk men-
kategori teradiksi, baik levelnya mild, cegah dampak buruk dari penggunaan
moderate maupun severe. Generasi yang internet dan media sosial yang berle-
teradiksi adalah generasi X, Y dan Z bihan, telah dikeluarkan Surat Keputusan
dimana yang mengalami adiksi severe Bersama (SKB) 4 menteri untuk mem-
adalah dari kalangan generasi Y dan Z batasi penggunaan gadget di sekolah.
mengingat mereka adalah generasi yang Akan tetapi, realisasinya tidak mudah
sejak kecil sudah akrab dengan teknologi. karena dipengaruhi oleh kedisiplinan
Pencegahan agar adiksi ini tidak sekolah, arahan dari para guru, dan pola
semakin meluas serta usaha pemulihan asuh orang tua di rumah. Dengan demi-
bagi yang sudah teradiksi bisa dilakukan kian, pemerintah harus melakukan
dengan melibatkan tiga komponen besar campur tangan untuk pelaksanaannya
yaitu keluarga, masyarakat dan negara. agar bisa berjalan sesuai dengan program
Dari sisi keluarga, orang tua harus men- yang sudah digulirkan. Masa depan
dampingi anak-anaknya ketika mereka negara berada pada tangan-tangan gene-
mengakses gadget yang terhubung rasi mudanya, maka sudah selayaknya
kepada internet serta ketika mengakses pemerintah semakin memperketat aturan
media sosial. Para orang tua sebaiknya yang bisa mencegah adiksi serta aturan
memastikan putra-putrinya mendapatkan yang bisa menjadi payung hukum dalam
muatan atau informasi sesuai dengan penanganan kasus yang sudah teradiksi.
porsinya. Orang tua harus bisa meya-
kinkan penggunaan teknologi yang sesuai PENUTUP
untuk putra-putrinya. Mereka harus dapat Penelitian ini menunjukkan masa-
membatasi penggunaan waktu akses lah adiksi internet dan media sosial sudah
internet dan media sosial anak-anaknya, merupakan masalah nyata dan penting
karena hal tersebut akan berakibat kurang untuk diperhatikan bagi setiap individu,
baik dalam pembentukan watak dan keluarga, masyarakat dan negara.
perilakunya kelak dikemudian hari. Survei yang dilakukan pada tanggal
Dari sisi masyarakat, maka peran 1-4 November 2020 dengan jumlah
yang bisa mereka lakukan adalah kontrol responden sebanyak 2014 responden
sosial untuk pencegahan juga membantu Indonesia menyatakan bahwa terkait
dalam penyembuhan bagi yang sudah adiksi internet, bahwa 25,32 % responden
teradiksi. Masyarakat yang dimaksud telah teradiksi internet dan 79,94 % telah
adalah lingkungan di luar keluarga, bisa teradiksi media sosial. Hal ini merupakan
sekolah, lembaga profesional serta suatu fenomena yang sangat mem-
lembaga non profesional lainnya. Dalam prihatinkan, karena ada banyak dampak
rangka pencegahan, masyarakat bisa ber- negatif dari adiksi internet dan media
peran aktif dalam edukasi terkait adiksi sosial. Pada tingkatannya yang severe,
internet ini. Sedangkan dalam aspek adiksi ini mengarah pada penyakit jiwa,
penyembuhan bagi yang sudah teradiksi, seperti tidak bisa membedakan realitas

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 304
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

nyata dan realitas maya, dan bahkan DAFTAR PUSTAKA


schizophrenia. Dilihat dari angka yang
Aboujaoude, E. (2010). “Problematic
terpapar, adiksi ini bisa dianalogikan
internet Use: An overview.” World
semacam wabah penyakit psikologis dan
Psychiatry, 9, 85-90. Diunduh 11
penyakit jiwa yang menular tidak melalui
November 2020 di
virus dan bakteri, namun melalui life style
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc
atau cara hidup.
/articles/PMC2911081/
Generasi muda lebih rentan
Achab, S., Simon, O., Müller, S.,
terpapar wabah adiksi internet ini. Dari
Thorens, G., Martinotti, G.,
kelompok generasi X, Y dan Z, level
Zullino, D. & Khazaal, Y. (2015).
adiksi tertinggi yaitu severe dialami oleh
Internet addiction. in N. El-
generasi Y dan Z. Adiksi berat pada gen-
Guebaly, G. Carra & M. Galanter
erasi Y dan Z dipengaruhi oleh faktor
(Eds.). Textb. Addict. Treat. Int.
teknologi yang sangat dekat dengan
Perspect., pp. 1499–1513
mereka yang bisa mereka akses sejak
Andreou, E. & Svoli, H. (2013). “The
kecil. Sedangkan adiksi pada generasi X
association between internet user
terkait erat dengan tingkat pendidikan
characteristics and dimensions of
dan pekerjaan mereka. Walaupun secara
internet addiction among Greek
usia mereka termasuk ke dalam kelom-
adolescents.” International Jour-
pok generasi yang tidak akrab dengan
nal of Mental Health and
teknologi sejak kecil, tetapi pendidikan
Addiction, 139–148. https://doi.
serta pekerjaan mereka menuntut untuk
org/10.1007/s11469-012-9404-3
kecakapan dalam mengakses internet
APJII. (2014). Profil pengguna internet
serta media sosial.
Indonesia. Pusat Kajian Komu
Penelitian menunjukkan bahwa
nikasi Universitas Indonesia.
adiksi internet dan sosial media di Indo-
APJII. (2017). Infografis: Penetrasi &
nesia telah menjadi sebuah kenyataaan
perilaku pengguna internet Indo
dan benar-benar eksis. Adiksi Internet
nesia survei 2017.
dan sosial media di Indonesia merupakan
Ashwini Veronica, S., & Samuel, A. U.
realitas yang saintifik dan bukan hanya
(2016). Social media addiction
suatu konsep pseudo sains. Hal ini adalah
among adolescents with special
karena fenomena ini dapat dikaji logis,
reference to facebook addiction.
empirik, dan dapat diuji atau difalsifikasi.
IOSR J. Humanit. Soc. Sci., no.
Harus ada perhatian khusus serta
December, pp. 2279–837.
langkah-langkah yang dilakukan, baik
Badan Pusat Statistik. (2019). Perempuan
dalam rangka pencegahan maupun pemu-
dan laki-laki di Indonesia 2018.
lihan bagi yang sudah teradiksi. Pence-
Katalog: 2104010. Diakses 11
gahan agar adiksi ini tidak semakin
November 2020 di https://www.
meluas serta pemulihan bagi yang sudah
bps.go.id/publication/2019/12/06/c
teradiksi bisa dilakukan dengan melibat-
6fbd6440113bdaff2de1926/peremp
kan empat komponen besar yaitu pening-
uan-dan-laki-laki-di-Indonesia-
katan kendali diri, peran aktif keluarga,
2018.html
masyarakat dan negara.
Bencsik, A., Csikos, G., & Juhaz, T.
(2016). “Y and Z generations at
workplaces.” Journal of Compe-
titiveness, 8(3), 90–106. https://
doi.org/10.7441/joc.2016.03.06

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 305
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

Black DW, Belsare, G., Schlosser, S. about-the-gen-z-


(1999). Clinical features, psy- workforce/?sh=22021454fad7
chiatric comorbidity, and health- Greenfield, G. N. (1999). Psychological
related quality of life in persons Characteristics of Compulsive
reporting compulsive computer use Internet Use: A Preliminary Ana
behavior. J Clin Psychiatry., 60 lysis, Cyberpsychology Behav. 2,
(12), pp. 839–844. pp. 403–412.
Brenner, V. (1997). “Psychology of Griffiths, M. (2000). Internet addiction-
computer use: XLVII. Parameters time to be taken seriously?. Addict.
of Internet Use, Abuse and Res., 8 (5), pp. 413–418.
Addiction: The First 90 Days of Griffiths, M., Pontes, H., & Kuss, D.
the Internet Usage Survey,” (2015). Clinical psychology of
Psychol. reports 80. internet addiction: A review of its
Christina Sterbenz. (2015). “Here's who conceptualization, prevalence, neu
comes after generation Z and ronal processes, and impli cations
they'll be the most transformative for treatment Neurosci. Neuro
age group ever.” Business Insider. economics, No. January, p. 11.
Diunduh pada tanggal 11 De- Grohol, J. M. (2020). Internet addiction
sember 2020 pada https://www. guide. https://psychcentral.com/
businessinsider.com/generation- net-addiction/
alpha-2014-7-2?r=US&IR=T H. M. P. and J. B. Mark D. Griffiths,
Depkes RI. (2010). Profil kesehatan Daria J. Kuss. (2016). Where do
Indonesia tahun 2009. Diunduh 11 gambling and internet ‘addictions’
November di https://www.kemkes. belong? the status of ‘other’
go.id/download.php?file=downloa addictions mark,” Int. Gaming Res.
d/pusdatin/buletin/buletin-lansia. Unit, pp. 1–48.
pdf Hadi, S. (2000). Metodologi penelitian.
Detikinet, Inc. (2020). Anak-anak jadi Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
kecanduan medsos selama pan- Howe, N., & Strauss, W. (1991).
demi covid-19. Diunduh 12 Generations: the history of
November 2020 di https://inet. America’s future, 1584-2069.
detik.com/security/d-5092542/ Journal, T., & Vol, P. (2018). Pengaruh
anak-anak-jadi-kecanduan- keterampilan sosial dan pola ko-
medsos-selama-pandemi-covid-19 munikasi keluarga terhadap kecen
Dewi, S. L. A. dkk (2020). Perilaku derungan adiksi internet pada
generasi X dan generasi millenial remaja pengguna smartphone.
dalam penggunaan media sosial. TAZKIYA Journal of Psychology,
Jurnal Inovasi Universitas Bina 6(1), 135–152.
Darma, 14 (1). doi: 10.33557/ Jurkiewicz, C. L. (2000). Generation X
jurnalinovasi.v14i1.946 and the public employee. Public
Dill, K. (2015). “7 things employers Personnel Management, 29(1), 55.
should know about the gen Z https://doi.org/10.1177/009102600
workforce.” Forbes Magazine, 002900105
11.6. Diunduh pada 11 Desember Kominfo. (2019). Pengguna internet
2020 dari https://www.forbes. Indonesia nomor enam dunia.
com/sites/kathryndill/2015/11/06/7 Diunduh 12 November 2020 di
-things-employers-should-know- https://kominfo.go.id/content/detail
/4286/pengguna-internet-

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 306
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

Indonesia-nomor-enam- kecanduan-internet-selama-
dunia/0/sorotan_media pandemi
Kupperschmidt, B. R. (2000). Multi- Rahardjo, W., Qomariyah, N., Andriani,
generation employees: Strategies I., Hermita, M., & Gunadarma, U.
for effective management. Health (2020). Adiksi media sosial pada
Care Manager, 19 (1), 65-76 remaja pengguna instagram dan
Lyons, S. (2004). “An Exploration of whatsapp: Memahami peran need
Generational Values in Life and at fulfillment dan social media
Work.” ProQuest Dissertations engagement. 18(01), 5–16.
and Theses, 441-441. Diunduh dari https://doi.org/10.7454/jps.2020.03
http://ezproxy.um.edu.my/docview Rumpf, H.-J., Arnaud, N., Batra, A.,
/305203456?accountid=28930 Bischof, A., Bischof, G., Brand,
Mahayana, D. (2018). Filsafat ilmu M., Gohlke, A., Kaess, M., Kiefer
pengetahuan. Bandung: Penerbit and T. & Leménager. (2016).
ITB. Memorandum internetbezogene
McCrindle, M. (2011). The ABC of XYZ. störungen der deutschen gesell-
Australia: UNSW Press. schaft für suchtforschung und
Media Indonesia. (2020). Kecanduan suchttherapie (DG-Sucht), Sucht,
terhadap Internet Meningkat 5 Kali pp. 167–172.
Lipat. Diunduh 12 November 2020 Şahın, C. (2017). The predictive level of
di https://mediaIndonesia.com/ social media addiction for life
read/detail/334338-kecanduan-ter satisfaction: A study on university
hadap-internet-meningkat-5-kali- students. Turkish Online J. Educ.
lipat Technol., 2017 (December Special
Pantu, E. A., & Gorontalo, U. M. (2018). Issue INTE), pp. 515–520.
Kecanduan sosial media ditinjau Sari, A. P., Ilyas, A., & Ifdil, I. (2018).
dari perbedaan gender. SemNasPsi Tingkat kecanduan internet pada
(Seminar Nasional Psikologi) 1 remaja awal. JPPI (Jurnal Pen-
(1), 2018. Hal. 188–196. elitian Pendidikan Indonesia). 3
Park, B., Han, D. H. & Roh, S. (2016). (2), 110–117
Neurobiological findings related to Supranto, J. (2000). Statistik teori dan
internet use disorders. Psychiatry aplikasi. Jilid 1, Edisi Keenem.
Clin. Neurosci. Jakarta: Erlangga.
Prabandari, K., & Yuliati, L. N. (2016). Tsimtsiou, Z., Haidich, A. B., Kokkali,
The influence of social media use S., Dardavesis, T., Young, K. S., &
and parenting style on teenagers’ Arvanitidou, A. (2014). Greek
academic motivation and academic version of the internet addiction
achievement. J. Child Dev. Stud., 1 test: A validation study,”
(01), p. 39. Psychiatr. Q., 85 (2), pp. 187–195.
Prasasti, G. D. (2020). Studi 14,4 Persen DOI: 10.1007/s11126-013-9282-2
Orang Dewasa di Indonesia Alami Widyanto, L. & Griffiths, M. (2006).
Kecanduan Internet Selama Pan- Internet addiction: A critical
demi. Health Liputan 6. Diunduh review. Int. J. Ment. Heal. Addict.
11 November 2020 di. https:// 4, pp. 31–51.
www.liputan6.com/health/read/435 Yellowless, P. M., & Marks, S. (2007).
7452/studi-144-persen-orang- Problematic internet use or internet
dewasa-di-Indonesia-alami- addiction?. Computers in Human

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 307
Imelda Uli Vistalina Simanjuntak, Endang Darwati, Desti Madya Saputri,
Hurianti Vidyaningtyas, Sulistyaningsih, Dimitri Mahayana:
Fenomena Adiksi Internet dan Media Sosial pada Generasi XYZ

Behavior, 23, 1447-1453. doi:


10.1016/ j.chb.2005.05.004
Young, K. S. (2011).Internet addiction: A
handbook and guide to evaluation
and treatment,” New York, P. 314.
Young, K. S. (1998). Internet addiction:
The emergence of a new clinical
disorder. Cyber Psychol Behav, 1
(3), pp. 237–244.
Young, K.S. (1996). Psychology of
computer use: XL. Addictive use
of the internet: A Case that breaks
the stereotype,” Psychol, pp. 899–
902.

ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya, Vol. 10, No. 3, Oktober 2021: 290 – 308
http://journal.fib.uho.ac.id/index.php/etnoreflika | 308

View publication stats

You might also like