Professional Documents
Culture Documents
3408-Article Text-18218-1-10-20210706
3408-Article Text-18218-1-10-20210706
Revitalisasi Taman Festival Bali dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar
Ni Luh Ayu Sumawati1, Ni Wayan Nurwarsih2, Ida Bagus Gede Parama Putra3
1,2,3
Program Studi Arsitektur, Universitas Warmadewa, Jl.Terompong No. 24, Denpasar, Indonesia
e-mail: ayusumawati17061@gmail.com 1
ABSTRACT
Revitalization is an effort to revive historic buildings/areas that are in decline, have strategic potential
and value that can be utilized so as to increase economic, social and cultural productivity. The selection of this
research location is at the Bali Festival Park in Denpasar City, this park is one of the buildings / heritage areas
in Denpasar City. The location of this research is based on considerations, unused buildings must have historical,
social, and cultural values that can be lifted and maintained, as well as strategic locations and adequate city
infrastructure. The Bali Festival Park is experiencing degradation, and efforts need to be made to revive it with
functions and a more flexible and attractive environment for the community, artists, and communities to interact,
work, and reminisce on past memories of the Bali Festival Park, gradually Taman Festival Bali Bali will find
itself, and dispel the mystical rumors that are spreading. This research examines the assets of the Bali Festival
Park and can be used as the beginning of a new life in the Bali Festival Park, by implementing interventions that
are suitable for use in this Bali Festival Park. The results of this study obtain a design that can revive the Bali
Festival Park by connecting and creating harmony between old and new, between history and the future.
ABSTRAK
Revitalisasi menjadi upaya dalam menghidupkan kembali bangunan/ kawasan bersejarah yang
mengalami penurunan, memiliki potensi dan nilai strategis yang dapat dimanfaatkan sehingga meningkatkan
produktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Pemilihan lokasi penelitian ini yaitu berada pada Taman Festival Bali
di Kota Denpasar, Taman ini menjadi salah satu bangunan/ kawasan heritage di Kota Denpasar. Lokasi penelitian
ini didasari dengan dasar pertimbangan, bangunan yag tak terpakai harus memiliki nilai histori, sosial, dan
budaya yang dapat diangkat dan dipertahankan, serta lokasi yang strategis dan infrastruktur kota yang memadai.
Taman Festival Bali mengalami degradasi, dan perlu adanya upaya untuk memvitalkan kembali dengan fungsi
dan lingkungan yang lebih fleksibel dan menarik bagi masyarakat, seniman, maupun komunitas untuk
berinteraksi, bekerja, dan mengenang memori masa lalu dari Taman Festival Bali, dengan begitu lambat laun
Taman Festival Bali akan menemukan dirinya sendiri, dan menghilangkan rumor mistis yang menyebar.
Penelitian ini mengkaji Aset Taman Festival Bali dan dapat digunakan sebagai awal dari kehidupan baru di
Taman Festival Bali, dengan menerapkan intervensi yang cocok digunakan pada Taman Festival Bali ini. Hasil
penelitian ini memperoleh desain yang dapat memvitalkan kembali Taman Festival Bali dengan menghubungkan
dan menciptakan keharmonisan antara lama dengan baru, antara sejarah dengan masa depan.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 1 June 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 143
Revitalisasi Taman Festival Bali Dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar
tambah yang terhadap produktivitas ekonomi, alternative dalam melindungi dan melestraikan
sosial dan budaya. (Yuniarman, 2017). sebuah ruang ataupun bangunan tua yang sudah
tidak berfungsi lagi karena sudah rusak ataupun
Revitalisasi menjadi suatu upaya karena sudah tidak layak utilitas, fungsi dan
pelestarian suatu asset/ warisan budaya yang struktur bangunannya.
merupakan kekayaan budaya yang mempunyai
nilai penting terhadap pemahaman dan Adaptive reuse menjadi salah satu cara
pengembangan sejarah. Kota Denpasar untuk upaya konservasi bangunan, secara
memiliki bangunan-bangunan heritage yang umum adaptive reuse menjadi alternative dalam
terdegradasi dan dibiarkan begitu saja dan melindungi serta menjaga bangunan bersejarah
lambat laun menjadi lapuk. Jika aset itu tidak dengan metode mengalihkan fungsi lama
dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, bahkan menjadi fungsi baru yang dapat bermanfaat bagi
kurang mendapat perhatian pemerintah, masyarakat sekitar maupun kawasan itu sendiri.
sehingga bangunan/ kawasan tersebut menjadi (Sofiana, 2014)
lahan tidur milik negara.
Maka dari itu, Taman Festival Bali
Salah satunya, Taman Festival Bali dirancang ulang dengan fungsi baru dengan
merupakan kawasan heritage di Kota Denpasar lingkungan yang fleksibel, dan menarik bagi
yang menjadi daya tarik dan memperkuat kesan seniman, masyarakat, atau bahkan komunitas
mistis di Padang Galak, Kesiman Petilan. untuk bekerja, berinteraksi, dan memamerkan
Taman Festival Bali ini beroperasi pada tahun aset lokal serta dapat tumbuh berkembang
1997 hingga pertengahan tahun 1999, hingga masa yang akan datang, sehingga
mengalami kebangkrutan karena krisis Kawasan/ Bangunan Heritage dapat hidup
moneter, kekurangan dana operasional serta kembali. Pada Revitalisasi Taman Festival Bali
ketidaksesuaian fungsi bangunan pada saat itu. ini diharapkan dapat menciptakan
Taman Festival Bali dahulunya merupakan keseimbangan antara sejarah dan masa depan,
wisata dengan wahana yang megah dan mewah antara lama dan baru, hidup dan berkunjung.
sekelas Disneyland dan Dunia Fantasi (Dufan)
Ancol.Taman Festival Bali ini memiliki lahan Fungsi baru yang direkomendasikan
seluas 8,98 hektar (DenpasarKota, 2019). dapat lebih fleksibel dan sesuai dengan
Fasilitas yang terdapat pada Taman Festival kebutuhan Kota Denpasar. Yakni, pada tahun
Bali ini yaitu Gedung Teater 3D (Teater Turbo), 2019 Kota Denpasar diresmikan sebagai Kota
Kebun Binatang, Ampitheater, Gunung Buatan Kreatif Indonesia dan termasuk sebagai kota
yang dapat meletus secara berkala, Danau parameter pengembangan ekonomi kreatif
Buatan, Wahana Permainan, Waterpark, Pabrik ditengah revolusi 4.0 (Hendrayana, 2019).
Bir dan Gedung Pertunjukan Teater Pangestu Berpedoman pada budaya dan kearifan lokal
yang menjadi bangunan ikonik pada Taman masyarakat Bali yang mampu menghadirkan
Festival Bali. Gedung Pertunjukan Teater sebuah kegiatan kerja sama serta kolaborasi
Pangestu ini memiliki atap berbentuk lumbung sehingga tercipta ide dan gagasan baru dari
yang terbuat dari struktur baja, diantara semua potensi lokal yang ada disekitar.
bangunan yang ada, bangunan ini yang paling
unik. Taman Festival Bali ini juga menjadi Creative Hub atau Pusat Kreatif
lahan bekas pekamaman korban pesawat dan menjadi sebuah tempat komunitas kreatif lokal
menjadi tempat monument tragedy Pan Am sebagai sebuah pokok pangkal dalam hal yang
American Airways pada tahun 1974. Maka dari berdaya cipta untuk mendukung semangat
itu Taman Festival Bali memiliki nilai sejarah orang-orang kreatif dengan berbagai
(Historical Value) yang perlu dipertahankan. spesialisasi yaitu bisnis, teknologi, seni dan
budaya. Creative Hub ini dirancangan dengan
Revitalisasi Taman Festival Bali ini tetap berpedoman terhadap budaya dan kearifan
dirancang dengan metode Adaptive Reuse, lokal dan dapat membawa kehidupan baru
menjadi jawaban dalam menghidupkan kembali kepada Taman Festival Bali, tanpa melupakan
kawasan/ bangunan heritage Taman Festival aset-aset dan nilai histori yang dimiliki Taman
Bali. Adaptive Reuse diterapkan sebagai Festival Bali.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 1 June 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 144
Revitalisasi Taman Festival Bali Dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 1 June 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 145
Revitalisasi Taman Festival Bali Dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 1 June 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 146
Revitalisasi Taman Festival Bali Dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 1 June 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 147
Revitalisasi Taman Festival Bali dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar
Adapun Katerogi Intervensi yang dapat digunakan dalam merevitalisi dengan metode adaptive reuse ini:
Penerapan internvensi pada bangunan yang ada di Taman Festival Bali, sebagai berikut :
Untuk
memberikan Membentuk
Bangunan ini menjadi ikonik dari TFB karena struktur ruang baru pada hubungan antara
rangka atap yang berbentuk lumbung menjadi daya interior dari lama dengan
tarik, dulunya bangunan ini difungsikan tempat bangunan ikonik baru.
mengadakan pertunjukan dansa ini
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Mei 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 148
Revitalisasi Taman Festival Bali dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar
Dalam penelitian ini akan difokuskan Strategi Penerapan Adaptive Reuse pada
pada area depan yang terdapat bangunan ikonik Taman Festival Bali di Kota Denpasar
dari Taman Festival Bali dan area ini berada
dekat dengan jalan utama, selain untuk Strategi penerapan adaptive reuse yang dinilai
mempermudah aksebilitas juga sebagai fokal tepat untuk di Taman Festival Bali, di Kota
point utama untuk menarik wisatawan maupun Denpasar, sebagai berikut :
masyarakat untuk berkunjung.
1. Memvitalkan kembali Taman Festival Baru
Pada Area terencana memiliki dengan membuat fungsi baru yang didasari
presentase 80% secara Arsitektural yang pada tingkat struktur dan penggunaan
mampu mewadahi fungsi baru dan site sisanya kembali material aslinya.
akan menjadi fungsi support area yang dimana 2. Memanfaatkan semaksimal mungkin area
menjadi daya tarik tersendiri, yang publik dengan menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kedepannya akan direncanakan layak dan nyaman, seperti : adanya
kembali maupun ditata. Luas area terencana pemeliharaan bangunan yang struktur nya
seluas 0,81 Ha dari luas total keseluruhan site masih dapat digunakan kembali,
Taman Festival bali seluas 8,98 Ha, menciptakan ruang hijau dengan
menempatkan taman yang dihiasi pohon
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume x, Nomor x Mei 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 149
Revitalisasi Taman Festival Bali Dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar
perindang, membuat jalur pendestrian yang yaitu: zona utama, zona penunjang, zona servis.
aman dan nyaman untuk semua umur. Zona utama Creative hub ini dibagi 2 yaitu zona
khusus untuk incubator bisnis dan zona seni dan
Dari hasil analisa tapak, selanjutnya budaya.
dilakukan penzonasian sesuai dengan fungsi
yang akan disesuaikan dengan kebutuhan.
Penerapan zoning ini dibagi menjadi 3 bagian
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 1 June 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 150
Revitalisasi Taman Festival Bali Dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 1 June 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 151
Revitalisasi Taman Festival Bali Dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar
Dalam penyusunan jurnal ini, adapun pihak Arsitektur Universitas Bandar Lampung,
yang memberikan saran dan masukan pada 45.
penelitian dari jurnal ini, saya ucapkan Putra, I. B. (2019). Kajian Adaptive Reuse
terimakasih kepada : Bangunan Dalam Konteks Mitigasi
Bencana di Kota Denpasar. Jurnal
1. Yth. Bapak I nyoman Gede Maha Putra, S.T., Arsitektur Zonasi, Vol. 2, No.1.
Runa, I. W. (2008). Buku Ajar Konservasi
M. Sc., Ph.D. selaku Lektor Fakultas Teknik
Arsitektur. Denpasar: Universitas
dan Perencanaan, Universitas Warmadewa. Warmadewa.
2. Yth. Bapak A. A. Gede Raka Gunawarman, Sofiana, R. (2014). Strategi Penerapan Konsep
S.T., M.Sc. selaku Lektor Fakultas Teknik Adaptive Re-use Pada Bangunan Tua
dan Perencanaan, Universitas Warmadewa. Studi Kasus: Gedung PT. P.P.I di
3. Keluarga penulis yang membantu dan Kawasan Kota Tua Jakarta. ISSN : 2407 -
mendukung secara materi dan non materi, 1846.
serta semua pihak yang telah membantu Yuniarman, K. d. (2017). Revitalisasi Bangunan
dalam penulisan ini. Tua Kota Tua Ampenan Sebagai Kawasan
Heritage di Kelurahan Ampenan Tengah
Kota Mataram. Jurnal Planoearth, Vol. 2,
DAFTAR PUSTAKA No.1, Hal. 34-38.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 1 June 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 152