You are on page 1of 7

Jurnal ProNers, Volume 5, No 1, 2020

Correlation Between Parenting With Social Intreraction in Autism Children In


Pontianak City
Nurmanila1, Agus Fitriangga2, Faisal Kholid Fahdi3
1,3
Prodi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpur
2
Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Corresponding Author : nurmanila57@gmail.com

ABSTRACT
Background: Autism is a severe developmental disorder that appears in beginning in the
first three years of their life and continuing throughout their life if left untreated. WHO in
2018 reported that 1 in 160 children have autism spectrum disorders. In 2019, a total of
91 children were diagnosed with autism spectrum disorders in Pontianak city. This data
was obtained based on the report of 5 handling children places with autism spectrum
disorders in Pontianak city, West Kalimantan. Autism spectrum disorder starts from
childhood to last through adolescence and adulthood. Parenting is one of the factors that
has a major influence on the formation of children character. Purpose: To find out whether
there is a correlation between parenting parent with sosial interaction in autism children
in Pontianak City. Method: Quantitative research using Cross Sectional design with
correlative hypotheses. This study was conducted to 74 respondents of parents (mothers).
The instrument used Parenting Styles and Dimensions Questionnaire-Short Form sheet and
the Checklist for Evaluation of Autism Therapy Questionnaire. Test used in this research
was the Contingency Coefficient test with decision making using V Cramer's value. Result:
The results of this research obtained a democratic parenting (41.9%) which results in good
social interaction (24.3%). P value of 0,000 and 95% value or ik 3,260 (1,246-8,533).
Conclusion: There is a correlation between parenting and social interaction in autism
children in Pontianak City.

Keywords: Parenting, Autism, Social Interaction.

ABSTRAK
Latar Belakang : Autisme merupakan gangguan perkembangan berat yang muncul pada
masa kanak-kanak dimulai dalam tiga tahun pertama kehidupannya dan berlanjut selama
hidupnya bila tidak ditangani. Gangguan spektrum autisme dimulai dari masa kanak-kanak
hingga bertahan hingga remaja dan dewasa. Pola asuh adalah salah satu faktor yang
berpengaruh besar terhadap pembentukkan karakter anak. Tujuan : Mengetahui ada atau
tidaknya hubungan antara pola asuh dengan interaksi sosial pada anak autis di kota
Pontianak. Metode : Penelitian kuantitatif menggunakan desain Cross Sectional dengan
hipotesis Korelatif dengan responden 74 orang tua (ibu). Instrumen yang digunakan adalah
lembar kuesioner Parenting Styles and Dimensions Questionnaire-Short Form dan
kuesioner Checklist Evaluasi Terapi Autisme Uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu
uji Koefisien Contingency dengan pengambilan keputusan menggunakan nilai V Cramer’s.
Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan pola asuh demokratis (41,9%) yang menghasilkan
interaksi sosial baik (24,3%). Nilai p 0,000 dan nilai or ik 95% 3,260 (1,246-
8,533).Kesimpulan : Ada hubungan antara Pola asuh orang tua dengan interaksi sosial
pada anak autisme di Kota Pontianak di karenakan berbagai faktor.

Kata Kunci : Pola Asuh, Autisme, Interaksi Sosial.


Jurnal ProNers, Volume 5, No 1, 2020

PENDAHULUAN Orang tua juga mengatakan sulit dalam


Autisme adalah gangguan mengasuh anak dengan autisme karena
perkembangan yang kompleks pada anak. orang tua tidak memahami apa yang anakya
Gejala yang tampak adalah gangguan inginkan.
dalam hal perkembangan: perkembangan Penyebab autisme diduga akibat
interaksi dua arah, perkembangan interaksi gangguan neurobiologis pada susunan
timbal balik, dan perkembangan perilaku syaraf pusat yaitu faktor genetik, gangguan
(Suharni, 2016). pertumbuhan sel otak pada janin, gangguan
Data dari WHO tahun 2018 pencernaan, keracunan logam berat pada
melaporkan bahwa 1 dari 160 anak-anak saat masa kehamilan dan gangguan
memiliki gangguan spektrum autisme. autoimun. Salah satunya penyebab autisme
Gangguan spektrum autisme dimulai dari adalah faktor genetika dan pengaruh
masa kanak-kanak hingga bertahan hingga lingkungan, virus, gangguan fungsi imun,
remaja dan dewasa. Prevalensi gangguan kelainan organ otak, gangguan
spektrum autisme seluruh dunia di dapatkan gastrointestinal dan paparan logam berat
Amerika Serikat 2018 meningkat dari ketika anak dalam kandungan, seperti
negara lainnya menjadi 168:10.000 anak. timbal, merkuri, kadmium, spasma infantil,
Tahun 2010 di Indonesia terdapat 1,14% rubella kongenital, sklerosis tuberosa,
dari jumlah penduduk Indonesia yaitu lipidosis serebral dan anomali komosom X
237,5 juta jiwa, atau sekitar 2,4 juta jiwa rapuh (Priyatna, 2010).
anak Indonesia mengalami gangguan Salah satu faktor yang
spektrum autis (BPS, 2010). mempengaruhi sikap dan perilaku seorang
Berdasarkan pengumpulan data di 5 anak adalah pola asuh orang tua dan
tempat, baik pusat terapis dan sekolah keluarga. Pola asuh mempunyai peranan
khusus di Kota Pontianak, jumlah anak yang sangat penting bagi perkembangan
autis berjumlah 91 orang. Data dari Rumah perilaku moral pada anak karena dasar
Autis Sayang Pontianak berjumlah 6 orang, perilaku moral pertama di peroleh anak dari
RSJD Sungai Bangkong berjumlah 22 dalam rumah yaitu dari orang tuanya.
orang, Autis Center berjumlah 14 orang, Dalam penelitian Riandini membagi pola
SLB Kinasih berjumlah 9 orang dan asuh pada anak menjadi tiga bentuk yaitu
Sekolah Luar Biasa Autis Kalimantan Barat Authoritative (Demokratis), Indulgent
berjumlah 40 orang. (Permissive), dan Authoritarian (Otoriter)
Hasil studi pendahuluan didapatkan (Riandini, 2015).
tempat penelitian masih menggunakan Pola asuh authoritative adalah pola
DSM-IV dalam mendiagnosa autisme yaitu asuh yang cenderung menyebabkan anak
dengan mengalami keterbatasan memiliki sifat bersahabat, memiliki percaya
berkomunikasi, perilaku berulang dan diri, mampu mengendalikan (self control),
berinteraksi dengan orang lain (Lestari L, sikap sopan, mau bekerjasama, memiliki
2017). rasa ingin tahunya tinggi, mempunyai
tujuan atau arah yang jelas, berorientasi
Berdasarkan wawancara dari 3
terhadap prestasi, berani berpendapat
orang tua. Salah satu orang tua mengatakan
tidak mengetahui masalah gangguan yang (Riandini, 2015).
di alami anak karena orang tua beranggapan Pola asuh permissive adalah orang
bahwa anak hanya mengalami tua mendidik anak secara bebas, anak
keterlambatan biasa. Orang tua mengetahui dianggap sebagai orang dewasa (muda), ia
anaknya mengalami gangguan yang tidak diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk
biasa karena seiring bertambahnya umur melakukan apa saja yang dikehendaki.
anak tersebut tidak mengalami kemajuan. Semua yang dilakukan anak adalah benar
Jurnal ProNers, Volume 5, No 1, 2020

dan tidak perlu mendapatkan teguran, menggunakan Uji Koefisien Kontingensi


arahan (bimbingan) sehingga anak dengan penarikan kesimpulan akhir
cenderung memiliki cirri-ciri bersikap menggunakan nilai V Cramers
impulsive dan agresif, suka bersikap (Notoatmodjo, 2015).
memberontak, kurang memiliki rasa
percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas HASIL DAN PEMBAHASAN
arahnya, prestasinya rendah (Riandini, 1. Analisis Univariat
2015). Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia Anak, Jenis Kelamin
Pola asuh authoritarian adalah pola
Anak, Usia Orang Tua, Jenis Kelamin
asuh yang penuh dengan pembatasan dan
Orang Tua, Tingkat Pendidikan dan
hukuman (kekerasan) dengan cara orang
Pekerjaan Orang Tua (n=74)
tua memaksakan kehendaknya, sehingga
orang tua memegang kendali penuh dalam Karakteristik Jumlah
mengontrol anak-anaknya namun tetap
memberikan kasih sayang pada anaknya F %
(Atmadiyanti, 2018). Usia Anak
1-3 (Remaja Awal) 6 8,1
Dari tiga jenis pola asuh tersebut, 3-6 (Remaja Tengah) 20 27,0
dampaknya bagi perkembangan anak juga 6-12 (Remaja Akhir) 39 52,7
berbeda-beda. Melihat kurangnya 10-19 (Remaja) 9 12,2
pengetahuan orang tua tentang pola asuh Jenis Kelamin Anak
Laki-laki 61 82,4
yang diberikan kepada anak-anak dan Perempuan 13 17,6
kerterkaitan dari pola asuh dengan interaksi
sosial pada anak autisme yang berbeda- Usia Orang Tua
beda, maka peneliti tertarik untuk meneliti 17-25 (Remaja Akhir) 2 2,7
tentang “Hubungan Pola Asuh Orang Tua 26-35 (Dewasa Awal) 14 18,9
36-45 (Dewasa Akhir) 49 66,2
dengan Interaksi Sosial pada Anak Autis di 46-55 (Lansia Awal 9 12,2
Kota Pontianak”. Jenis Kelamin Orang Tua
Perempuan 74 100

BAHAN DAN METODE Pendidikan Orang Tua


Penelitian ini merupakan penelitian SD 9 12,2
assosiatif dengan hipotesis Korrelatif. SMP 9 12,2
Desain yang digunakan dalam penelitian ini SMA 37 50,0
adalah Cross Sectional dengan jumlah Perguruan Tinggi 19 25,7
responden sebanyak 74 orang yang Pekerjaan Orang Tua
Karyawan Swasta 20 27,0
memiliki anak dengan gangguan autisme di Wirausaha 3 4,1
Kota Pontianak (Dharma, 2015). Buruh 4 5,4
Instrumen yang digunakan pada PNS 2 2,7
penelitian ini adalah kuesioner Parenting Tidak Bekerja 45 60,8
Styles and Dimensions Questionnaire-
Short Version (PSDQ) dan Autism
Treatment Evaluation Checklist (ATEC). Dari tabel di atas dapat disimpulkan
Kuesioner PSDQ terdiri dari 30 pertanyaan bahwa pada umur anak paling banyak
dan ATEC terdiri dari 20 pertanyaan didapat pada anak usia sekolah pada
(Atmadiyanti, 2018). rentang 6-12 tahun dengan responden
Analisa data pada penelitian ini sebanyak 39 orang (52,7%). Berdasarkan
menggunakan analisis statistik komputer. hasil penelitian menunjukkan mayoritas
Setelah data terkumpul kemudian karakteristik anak autis dengan jenis
dilakukan pengelolaan data dengan kelamin didapatkan pada anak laki-laki
dengan kategori baik dengan responden
Jurnal ProNers, Volume 5, No 1, 2020

sebanyak 24 orang (39,3%). Hal ini sesuai nilai dalam hidup masyarakat (Andriani,
dengan teori yang dijabarkan oleh Martiani 2018).
dimana Jenis kelamin anak autis lebih Hasil penelitian didapatkan paling
banyak didapatkan pada laki-laki namun banyak ibu yang bekerja sebagai wirausaha
anak perempuan penyandang autisme menerapkan pola asuh otoriter sebanyak
biasanya mempunyai gejala yang lebih (66,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian
berat dan hasil intelegensinya lebih rendah Andriani dimana status ekonomi dan
dari pada anak laki-laki (Martiani, 2012). pekerjaan juga mempengaruhi pola asuh
Hasil penelitian didapatkan bahwa karena orang tua dengan status ekonomi
umur orang tua paling banyak adalah buruk akan lebih keras pada anak
rentang dewasa akhir atau sekitar usia 36- sedangkan orang tua dengan ekonomi baik
45 tahun dengan responden sebanyak 49 akan lebih memanjakan anak. Orang tua
orang (66,2%). Hal ini sesuai dengan teori yang memiliki tingkat ekonomi buruk
yang dijabarkan oleeh Atmadiyanti dimana membutuhkan waktu lebih lama untuk
orang tua yang berada pada usia dewasa bekerja sehingga cenderung lebih jarang
madya dan akhir sudah mengalami berkumpul dengan keluarga di rumah
kematangan fisik dan psikologis sehingga (Setyaningsih, 2015).
dapat mengontrol dengan baik emosi yang
terjadi dan dengan menghadapi masalah-
masalah tersebut dalam melatih 2. Analisis Bivariat
kedewasaannya yang akan membuat orang Tabel 4.2 Pola Asuh Orang Tua Dengan
tua dapat menempatkan diri dan berusaha Interaksi Sosial Pada Anak Autis Di Kota
mencari penyelesaian masalahnya Pontianak
Interaksi Sosial Anak Autis
(Atmadiyanti, 2018). R P
Pola Asuh Kurang Sedang Baik
Hasil penelitian menunjukkan Orang Tua
karakteristik pola asuh dengan jenis F % F % F %
kelamin orang tua. Pola asuh yang
diberikan untuk anak secara keseluruhan Otoriter 3 10,0 14 46,7 13 43,3 0,38 0,00
Demokratis 6 19,4 7 22,6 18 58,1 7 0
adalah ibu dengan persentasee 100%. Hal Permissive 9 69,2 3 23,1 1 7,7
ini sejalan dengan penelitian Maharani
yang menunjukkan bahwa ibu lebih banyak
memberikan pengasuhan anak dirumah
Di atas dapat kita lihat gambaran
dibandingkan ayah sehingga memiliki
pola asuh dan interaksi sosial anak autis.
waktu lebih lama dengan anak (Maharani,
Pola asuh ibu yang paling banyak adalah
2019).
pola asuh demokratis dengan hasil 6
Karakteristik riwayat pendidikan
kategori kurang, 7 kategori sedang, dan 18
responden yang paling banyak yaitu SMA
kategori baik, total persentase 41,9.%. Pola
dengan jumlah responden 37 orang
asuh otoriter dengan hasil 3 kategori
(50,0%). Hal ini sejalan dengan penelitian
kurang, 14 kategori sedang dan 13 kategori
Andriani dimana orang tua yang
baik. Pola asuh yang paling sedikit adalah
berpendidikan tinggi akan memiliki cara
permissive dengan hasil hasil 9 kategori
pandang yang lebih terbuka dan lebih
kurang, 3 kategori sedang, 1 kategori baik,
toleran dari pada orang tua yang
berpendidikan rendah (Setyaningsih, total persentase 17,6%.
2015). Orang tua yang pendidikannya Hal ini didukung oleh penelitian
rendah akan kesulitan melihat dan Suharni yang menyatakan bahwa pola asuh
mendidik anaknya (Maharani, 2019). demokratis memperlihatkan ciri-ciri
Orang tua bertugas sebagai pendidik alami adanya kesempatan untuk anak
namun bila pendidikannya sendiri rendah berpendapat mengenai peraturan yang di
maka akan sulit untuk memahami beberapa langgar sebelum hukuman dijatuhkan, dan
Jurnal ProNers, Volume 5, No 1, 2020

memberikan pujian kepada perilaku yang hubungan yang terdapat dalam variable.
benar (Suharni, 2016). Nilai r pola asuh orang tua adalah 0,387.
Hal itu menunjukkan adanya hubungan
Tabel 4.3 Hasil Koefisien Kontingensi yang lemah antara pola asuh orang tua
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan dengan interaksi sosial anak autis.
Interaksi Sosial Pada Anak Autis di Penelitian Setyaningsih juga
Pontianak menyatakan ada hubungan positif antara
Kelompok p value R value pola asuh orang tua dengan interaksi sosial
anak autis (Setyaningsih, 2015). Penelitian
Pola Asuh Orang 0,000 0,387
Tua dengan Pratiwi menyatakan berbagai konsep
Interaksi Sosial teoritis, pola asuh yaitu pengasuhan yang
pada Anak Autis bertujuan untuk meningkatkan atau
mengembangkan kemampuan anak dan
memberikan hasil yang lebih baik apabila
Interaksi Sosial Baik OR ayah dan ibu menjalankan pengasuhan
P (IK
Tidak Ya 95%) bersama (coperanting) yaitu orang tua
n % n % saling bekerja sama bukan saling
Pola Tidak 29 69,0 13 40,6 bertentangan dalam merawat dan menjaga
3,260
Asuh perkembangan anak baik fisik dan
0,016 (1,246-
Demo Ya 13 31,0 19 59,4
8,533)
kratis psikisnya (Pratiwi, 2019).
Total 42 100 32 100 Pola asuh orang tua didapatkan
adanya hubungan yang signifikan terhadap
Hubungan Pola Asuh Orang Tua interaksi sosial anak autis. Hal ini
Dengan Interaksi Sosial Pada Anak disebabkan orang tua membiasakan anak
Autis Di Kota Pontianak menentukan perasaan secara tepat,
Setelah dilakukan uji statistik menyatakan kebutuhan emosinya,
ditemukan nilai P pada pola asuh adalah mengajarkan anak untuk menghormati
0,000 sehingga dapat dilihat jika nilai P < perasaan orang lain, menunjukkan sikap
0,05. Nilai OR sebesar 3,260 dengan empati kepada orang lain, serta tidak
interval kepercayaan 95% antara 1,24 memaksakan kehendak terhadap anak.
sampai dengan 8,53. Selain pola asuh, Ada tiga institusi
Berdasarkan hal tersebut maka dan lingkungan pendidikan yang
dapat ditarik kesimpulan jika ada hubungan berpengaruh terhadap pembentukan
yang signifikan antara pola asuh orang tua kepribadian anak, yaitu: 1) Keluarga; 2)
dengan interaksi sosisl pada anak autis yang Sekolah; 3) Masyarakat. Karakter
di lakukan oleh anak usia sekolah dengan seseorang dapat dilihat dari bagaimana
tipe pola asuh demokratis dan anak dengan pendidikan dan pola asuh orangtua di
interaksi sosial baik. Dan nilai or rumah. Karakter seseorang dibentuk dari
dinyatakan signifikan atau bermakna yang apa yang dipelajarinya di sekolah, dalam
berarti dapat mewakili keseluruhan keluarga di rumah, dan di masyarakat.
populasi. Seorang anak tidak akan memiliki karakter
Nilai P <0,05 memang yang baik, jika salah satu dari tempat
menunjukkan ada hubungan di antara kedua bermasalah (Hasanah, 2016).
variable namun nilai kolerasi (r)
menunjukkan masih ada hubungan yang
lemah antara pola asuh dengan interaksi SIMPULAN SARAN
sosial anak autis. Selama nilai r belum Simpulan
menunjukkan angka 0 maka masih terdapat Hasil penelitian ini didapatkan nilai
hubungan antar variable. Semakin dekat p 0,000 yang berarti ada hubungan antara
nilai r dengan angka 1 maka semakin besar pola asuh orang tua dengan interaksi sosial
Jurnal ProNers, Volume 5, No 1, 2020

pada anak autis di Kota Pontianak. Lestari, L. (2017). Tumbuh Kembang dan
Penelitian kualitatif di butuhkan untuk Perawatan Dini untuk Anak dengan
mengkaji lebih dalam tema ini ke depannya. Ganguan Spektrum Autis.
Saran Yogyakarta: Fitramaya
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai evidence based Lestari L, Herini ES, Gamayanti IL. (2017).
bagi Fakultas Kedokteran Program Studi Caregivers’ experience in meeting
Keperawatan Universitas Tanjungpura self-care needs of disorder: A
tentang hubungan pola asuh dengan qualitative study. Belitung Nursing
interkasi sosial anak autis. Bagi orang tua Journal, 3(4):316-328.
dapat memberikan kontribusi dan masukan https://doi.org/10.33546/bnj.123
untuk mengetahui pentingnya pola asuh dan
keadaan lingkungan yang kondusif bagi Maharani, A. P., & Panjaitan, R. U. (2019).
pertumbuhan anak. Bagi perawat keluarga Resiliensi dan Hubungannya
atau komunitas untuk Pendidikan kesehatan dengan Tingkat Stres Orang Tua
mengenai jenis-jenis pola pengasuhan serta yang Memiliki Anak Penyandang
dampaknya bagi pembentukan karakter Autism Spectrum Disorder. Jurnal
anak. Ilmu Keperawatan Jiwa , 2(1):47-
54.
DAFTAR PUSTAKA
Martiani, M., Herini, E. S., & Purba, M. B.
Andriani, P. P. (2018). Pola Asuh Orang (2012). Pengetahuan dan Sikap
Tua Pada Anak Jalanan. Universitas Orang Tua Hubungannya dengan
Lampung, 32-38. Pola Konsumsi dan Status Gizi
Anak Autis. Jurnal Gizi Klinik
Atmadiyanti, A. L., Sriati, A., & Indonesia , 8(3):135-143.
Nurhidayah, I. (2018). Hubungan
Notoatmodjo, S. (2015). Metodelogi
Tingkat Kecemasan Oramg Tua
penelitian kesehatan. Jakarta:
dengan Pola Asuh pada Anak
Renika Cipta.Priyatna, A. (2010).
Spektrum Autisme di SLB Kota
Amazing Autism! : Memahami,
Bandung. Jurnal Kesehatan, 9(1):1-
Mengasuh, dan Mendidik Anak
10.
Autis. Jakarta: Elex Media
Badan Pusat Statistik. (2010). Informasi Komputindo.
Mengenai Autisme dan
Pratiwi, S. E., & Sukmawati, F. (2019).
Pendidikannya. Jakarta: Badan
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan
Pusat Statistik. Available from
Diet Bebas Gluten/Kasein terhadap
http://www.ditbb.or.id//new.
Perbaikan Gejala Autism Spectrum
(Accessed April 26, 2019).
Disorder (ASD). Jurnal Dakwah ,
Dharma, K. K. (2015). Metodoloogi 13(1):169-179.
Penelitian Keperawatan: Panduan
Riandini, S. (2015). Pengaruh Pola Asuh
Melaksanakan dan Menerapkan
dengan Perkembangan Komunikasi
Hasil Penelitian. Jakarta: Trans
Anak Autis kepada Orang Tua.
Infomedia.
Majority, 4(8):99-105.
Hasanah, U. (2016). Pola Asuh Orangtua
Setyaningsih, W. (2015). Hubungan Pola
Dalam Membentuk Karakter Anak.
Asuh Orang Tua dengan
Elementary, 2(2):3-11.
Perkembangan Sosial Anak
Autisme di SLB Harmoni
Jurnal ProNers, Volume 5, No 1, 2020

Surakarta. Jurnal Kesehatan, 6(2):


123-129.
Suharni, Eka, N. L., & Maemunah, N.
(2016). Hubungan Pola Asuh Orang
Tua terhadap Interaksi Sosial pada
Anak Autis di Yayasan Insan
Mandiri JL. Pisang Kipas No. 34 A
Kelurahan Jatimulyo Malang.
Nursing News, 1(1): 137-143.

You might also like