You are on page 1of 12

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN PADA ANAK MEWARNAI GAMBAR


DI RUANG PERAWATAN ANAK LANTAI II
RS MEGABUANA KOTA PALOPO
TAHUN 2022/2023

OLEH:

SERI GOMMO

N.22.04.013

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INSTITUSI

Irmawati Iskandar, S.Kep.,Ns Ratnasari Iskandar , S.Kep.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS)

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

TAHUN AJARAN

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak usia sekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang
menakutkan. Anak usia sekolah belum mampu membedakan antara fantasi dan
realita. Mereka menganggap bahwa hospitalisasi merupakan hukuman atas
tindakan mereka, terlebih lagi selama anak menjalani perawatan di rumah sakit,
biasanya ia akan dilarang untuk banyak bergerak dan harus banyak beris tirahat.
H al ini tentunya mengecewakan anak, karena ia tidak mempunyai banyak waktu
untuk bermain aktif di rumah sakit. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan
kecemasan anak (Dora alfiyanti, 2007).
Kecemasan terbesar anak usia sekolah adalah kecemasan akan kerusakan tubuh
(Potter dan Perry, 2001). Semua prosedur atau tindakan keperawatan baik
yang menimbulkan nyeri maupun tidak, keduanya menyebabkan kecemasan bagi
anak us ia pra s ekolah s elama hos pitalis as i.P erala tan medis yang bers ih
diras akan cukup menyeramkan bagi anak-anak. Begitu juga dengan bau obat
yang menyengat dan penampilan para staf rumah sakit dengan baju yang
berwarna putih yang s e o l a h t e r l i h a t m e n a k u t k a n b a g i a n a k ( D o r a alfiyanti,
2007).
Mempersiapkan anak untuk menghadapi prosedur atau tindakan keperawatan
akan mengurangi kecemasan, meningkatkan sikap kooperatif, dan mendukung
ketrampilan mereka serta meningkatkan kognitif dan kerjasama anak. Ada
beberapa mekanisme koping sederhana yang bisa diajarkan misalnya relaksasi,
menarik napas, berhitung, memasase tangan atau menyanyi. Semua teknik
tersebut dapat dimodifikasi dengan aktivitas bermain (Dora alfiyanti, 2007).
Dengan bermain, anak melepaskan ketakutan, kecemasan, mengekspresikan
kemarahan dan permusuhan. Bermain merupakan cara koping paling efektif untuk
mengurangi kecemasan dan meningkatkan kooperatif anak dalam prosedur
keperawatan (Wong, 2001).
B. Tujuan Terapi Bermain
1. Tujuan Umum
Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan meminimalkan
hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selama ± 20 menit, anak dapat:
a. Menyalurkan energi anak
b. Mengembangkan kreativitas anak
c. Meningkatkan motivasi anak
d. Meningkatkan kognitif anak
e. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat
C. Manfaat Terapi Bermain
1. Untuk anak-anak sebagai salah satu terapi pengobatan dan menghilangkan kejenuhan
terhadap suasana rumah sakit.
2. Sebagai sarana orang tua untuk mengetahui suasana hati anak saat bermain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk mengungkapkan
konflik yang ada dalam dirinya yang awalnya anak belum sadar bahwa dirinya
sedang mengalami konfik.
M enurut F os ter dan P earden bermain didefinisikan sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh seorang anak s ecara sungguh- sungguh sesuai dengan
keinginannya sendiri / tanpa paksaan dari orang tua maupun lingkungan dimana
dimaksudkan semata hanya untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan.
Dengan bermain seorang anak dapa mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi, serta
daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih efektif
terhadap berbagai sumber stress.
B. Fungsi bermain
a. Perkembangan sensori motorik
Permainan akan membantu perkembangan gerak halus dan pergerakkan kasar
anak dengan cara memainkan suatu objek yang sekiranya anak merasa senang.
b. Perkembangan kognitif
Membantu anak untuk mengenal benda- benda yang ada disekitarnya.
Misalnya m en ge na lk an an ak de ng an w a rn a d an bentuk.
c. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas pada anak bisa dengan cara memberikan balok- balok
yang banyak kemudian biarkan anak untuk menyusunnya menajdi bentuk-
bentuk yang dia inginkan, kemudian tanyakan bentuk apa yang sudah dia buat.
d. Perkembangan sosial
Dapat dilakukan dengan mengajari anak berinteraksi dengan orang lain
ataupun teman sebayanya.
e. Kesadaran diri (self awareness)
Dengan bermain anak sadar akan kemampuannya sendiri, kelemahannya dan
tingkah laku terhadap orang lain
f. Perkembangan moral
Dapat dipeoleh dari orang tua,orag lain yang ada disekitar anak.
g. Komunikasi
Bermain merupakan alat komunikasi terutama pada anak yang masih belum
dapat menyatakan perasaannya secara verbal.
C. Tujuan bermain
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit,
pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah
sakit.
D. Faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain
a. Tahap perkembangan.
Setiap perkembangan mempunyai potensi/keterbatasan dalam pe rm ai na n.
A n ak um ur 3 ta hu n a la t permainannya berbeda dengan anak yang berumur
8 tahun.
b. Status kesehatan.
Pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotor/kognitif terganggu.
Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada permaiannya dan ada saat-saat
dimana anak sama sekali tidak punya keinginan untuk bermain.
c. Jenis kelamin.
Pada saat usia sekolah biasanya anak laki-laki enggan bermain dengan anak
perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunitas tersendiri, dimana anak
wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain sesama laki-laki. Tipe
dan alat permainanpun akan berbeda, misalnya anak laki-laki suka main bola,
pada anak perempuan suka main boneka.
d. Lingkungan.
Lokasi dimana anak berbeda sangat mempengaruhi pola permainan anak. Dikota-
kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-layangan, paling- paling
mereka bermain game karena memang tidak ada/jarang ada tanah lapang/lapangan
untuk bermain, berbeda dengan didesa yang masih banyak terdapat tanah-tanah
kosong.
e. Alat permainan yang cocok. Disesuaikan dengan tahap perkembangannya
sehingga anak menjadi senang untuk menggunakannya.
E. Prinsip-prinsip dalam aktifitas bermain
1. Perlu energi ekstra
2. Waktu yang cukup
3. Alat permainan
4. Ruang untuk bermain
5. Pengetahuan cara bermain
6. Teman bermain
F. Klasifikasi Bermain
Berdasarkan isi permainan :
1. Sosial Affective Play
2. Sense of Pleasure Play
3. Skill Play
4. Games atau Permainan
5. Unoccupied Behaviour
6. Dramatic Play
G. Pelaksanaan Terapi Bermain Untuk Anak Usia Sekolah
1. Pengorganisasian
a. Leader
Tugas :
1) Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapis
2) Menjelaskan tujuan terapi bermain
3) Menjelaskan aturan terapi permainan
b. Co. Leader :
Tugas :
1) Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan
2) Menyampaikan jalannya kegiatan
3) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya
c. Observer :
Tugas :
Mengevaluasi jalannya kegiatan
d. Fasilitator :
Tugas :
1) Memfasilitator kegiatan yang diharapkan
2) Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
3) Sebagai Role Model selama kegiatan
H. Jenis Permainan Yang Cocok Untuk Usia Anak Sekolah
1. Dramatic Play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain.
Contoh: Anak memerankan sebagai ayah atau ibu.
2. Skill Play
Pada permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak khususnya motorik kasar
dan halus.
Contoh : Bermain bongkar pasang.
3. Assosiative Play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan yang lain,
tetapi tidak terorganisir. Tidak ada pemimpin yang memimpin permainan dan tujuan
yang tidak jelas.
Contoh: anak-anak bernyanyi sesuai selera masing-masing.
4. Cooperative Play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas tetapi tujuan dan pimpinan
permainan jelas.
Contoh : anak-anak bernyanyi bersama-sama dengan satu orang menjadi pemimpin.
I. Tahap Kerja Bermain Usia Anak Sekolah
1. Stimulasi Sosial
Anak bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan. Contoh: bermain
pasir bersama-sama.
2. Stimulasi Keterampilan
Mengetahui kemampuan keterampilan yang ada pada anak sehingga dapat
mengetahui bakat anak.
Contoh: Menggambar, bernyanyi, menari.
3. Stimulasi Kerjasama
Anak mampu bekerjasama dalam permainan.
Contoh: anak-anak bermain menyusun puzzle,bermain bola.
J. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Hari, tanggal : Kamis, 12 januari 2023
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : Ruang Perawatan Anak Lt.2
K. Jenis Permainan
Mewarnai Gambar
L. Deskripsi Permainan
Mewarnai gambar merupakan salah satu terapi bermain yang dapat di lakukan
pada anak usia pra sekolah. Gambar yang digunakan untuk diwarnai adalah
gambar sederhana dengan karakteristik yang sudah dikenal pada anak usia pra
sekolah. Pada umumnya anak usia pra sekolah sudah mampu mengenal objek-objek
yang pernah dilihatnya. Sebelum memulai permainan mewarnai, anak akan
diberikan petunjuk tentang aturan permainan. Anak dapat mewarnai gambar
dengan warna sesukanya ataupun mengikuti dari contoh yang sudah disediakan
oleh perawat. Jika anak-anak kesulitan dalam mewarnai, perawat akan membantu
dan memfasilitasinya. Orang tua anak akan dilibatkan untuk membantu proses
bermain.
M. Sasaran
Sasaran terapi bermain ini untuk anak usia sekolah 6-12 tahun
N. Metode
Demonstrasi
O. Alat yang di gunakan
1. Gambar
2. Pensil warna
P. Teknik Pelaksanaan Aktifitas Bermain
1. Persiapan
a) Menyiapkan alat- alat yang akan digunakan dalam hal ini adalah gambar
dan pensil warna.
b) Menyiapkan anak dan keluarganya (An.F dan orangtuanya)
2. Pembukaan
a) Salam terapeutik
Memberi salam terapeutik pada anak sehangat mungkin
b) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan An. F saat ini.
3. Kegiatan inti
a) Kontrak
Menjelaskan kepada anak dan keluarga tentang permainan dan manfaat
bagi anak. Membuat kontrak waktu untuk bermain 5-15 menit. Menjelaskan
tentang cara bermain.
b) Kegiatan bermain
Sebelum memulai permainan perawat menjelaskan teknik mewarnai
gambar. Setelah An.F mengerti maka permainan dimulai. An.F bermain
dengan antusias dan semangat yang tinggi untuk bisa menyelesaikan
gambarnya. Komunikasi dan interaksi terjaga dengan baik selama proses
bermain. Keluarga (ibunya) juga ikut terlibat mendampingi An.F dalam
bermain. Proses bermain berlangsung sema 30 menit dan An.F dapat
menyelesaikan mewarnai gambar dengan bantuan dari orang tua /
ibu dan perawat.
4. Penutup
a. Menanyakan kepada klien tentang perasaannya setelah bermain
b. Memberi kesimp untuk permainan yang telah dilakukan
c. Memberi salam terapeutik
Q. Evaluasi
a. Evaluasi struktural
Sebelum pelaksanaan kegiatan, pre planning, alat dan kontrak pasien telah
disiapkan sebelumnya.
b. Evaluasi Proses
Rencana pelaksanaan kegiatan direncanakan dilakukan pada hari Kamis tanggal 12
januari pukul 09.15 – Selesai.
1) Mahasiswa melakukan terapi bermain sesuai dengan yang telah
direncanakan.
2) Orang tua antusias dan berperan aktif dalam mengikuti terapi bermain
3) Mahasiswa melakukan pendekatan lebih
4) intensif dengan klien secara perlahan-lahan
5) K l i e n m u l a i m a u u n t u k m e m e g a n g a l a t
6) permainan dengan bantuan ibu klien
7) 80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir
c. Evaluasi hasil
An.F dapat menyelesaikan permainan dengan baik walau dalam keterbatasan,
keluarga ikut membantu proses bermain dan interaksi perawat dengan An.F
tetap terjaga dengan baik. An.F mengatakan senang dengan permainannya
dan merasa terhibur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hospitalisasi merupakan keadaan yang tidak menyenangkan untuk anak-
anak. Proses hospitalisasi membuat anak kehilangan waktu bermain dengan
teman- temannya. Selain itu, hospitalisasi juga menyebabkan kebosanan untuk
anak- anak. Kebutuhan bermain yang terganggu selama proses hospitalisasi
dapat diatasi dengan pemberian terapi bermain sesuai dengan usia dan karakteristik
anak. Pemberian terapi ini dapat efek hospitalisasi seperti bosan cemas dan juga dapat
meningkatkan kooperatif anak. Selain itu terapi bermain dapat mengalihkan
perhatian anak dari sakitnya. Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam
memberikan terapi bermain pada anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya
waktu, energy, alat permainan, teman bermain, dan lingkungan.
B. Saran
1. Pemberian terapi bermain disesuaikan dengan karakter dan usia anak Alat- alat
permainan yang disediakan di rumah sakit sebaiknya yang beragam sehingga
anak dapat menentukan sendiri permainannya
2. Pemberian terapi bermain sebaiknya diberikan setiap hari sesuai dengan kondisi
anak.
3. Terapi bermain sebaiknya tetap diberikan pada
4. anak yang mengalami bedrest .
Lampiran Dokumentasi

You might also like