You are on page 1of 15

PRE-PLANNING

PROGRAM TERAPI BERMAIN KOLASE DENGAN MENEMPEL KAIN FLANEL


PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DENGAN MASALAH :
UNTUK MENGURANGI TINGKAT KECEMASAN
HOSPITALISASI DIRUANG MELATI II
RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA

Disusun Oleh :
I GUSTI NGURAH KARDI SAPUTRA
IMAM ARIP PURWANTO
RHINA AYU AGUSTIN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI BERMAIN KOLASE DENGAN MENEMPEL KAIN FLANEL

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan dambaan setiap keluarga, keluarga mengharapkan anaknya tumbuh
dan berkembang secara optimal (sehat fisik, mental/kognitif, dan sosial) dapat
dibanggakan, serta berguna bagi nusa dan bangsa. Anak dalam proses mencapai dewasa
harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang, tercapainya tumbuh kembang yang
optimal tergantung pada potensi biologik (Soetjiningsih, 2013, hlm.2).
Proses tumbuh kembang anak merupakan proses berkesinambungan mulai dari lahir
sampai dewasa. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal,
sesuai dengan anak seusianya dan sesuai dengan parameter baku perkembangan anak
(Maryunani, 2010, hlm.35). Proses tumbuh kembang pada anak hospitalisasi akan
terganggu dikarenakan banyak mengalami trauma dan stress.
Hospitalisasi pada anak adalah suatu proses karena suatu alasan yang direncanakan
atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai anak dapat dipulangkan kembalai ke rumah. Selama proses tersebut,
anak dapat mengalami berbagai kejadian berupa pengalaman yang sangat traumatik dan
penuh dengan stres (Supartini, 2014, hlm.188). Untuk mengurangi hospitalisasi pada anak
diperlukan terapi bermain.
Bermain merupakan unsur yang sangat penting untuk perkembangan anak baik fisik,
emosi mental, intelektual, kreativitas, maupun sosial. Kegiatan ini juga membutuhkan
benda yang digunakan saat dilakukan terapi bermain yaitu alat bermain. Alat bermain
merupakan salah satu alat untuk menstimulasi pertumbuhan dan berkembangan anak atau
perangsangan yang datangnya dari luar dari lingkungan luar di luar individu anak
(Soetjiningsih, 2012, hlm. 214).
Terapi bermain dapat menstimulasi pertumbuhan otot - ototnya, kognitif dan juga
emosinya karena anak bermain dengan seluruh emosinya, perasaan, dan pikirannya. Pokok
atau inti dari terapi bermain adalah kesenangan dan mereka akan dapat kesempatan cukup
untuk mengenal sekitarnya sehinga anak dapat lebih kreatif dan cerdas dibandingkan
dengan mereka yang semasa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain (Suriadi &
Yuliani, 2010, hlm. 173). Salah satu permainan yang dapat meningkatkan kemampuan
kognitif adalah dengan mengenal bentuk gambar melalui kegitan menempel gambar kain
flanel.
Salah satu kegiatan bermain yang berkaitan dengan perkembangan motorik halus
adalah melalui kegiatan kolase. Kegiatan kolase merupakan salah satu kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Kolase adalah teknik
menggabungkan beberapa objek menjadi satu. Kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat
dengan menggabunghkan tehnik melukis (lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-
bahan tertentu bisa berupa bahan alam, bahan buatan, bahan bekas dan sebagainya.
Misalnya kertas berwarna, kertas koran, kain flanel, kertas kalender, kain perca, benang
dan lain sebagainya. (Sumanto, 2005: 94).

B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. TIU (Tujuan Intruksional Umum)
Setelah diberikan terapi bermain selama 1x30 menit, diharapkan anak dapat belajar
dan bermain melalui permainan menempel kain flannel berbentuk hewan serta dapat
mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya.
2. TIK (Tujuan Intruksional Khusus)
a. Dapat berinteraksi dengan sesama teman
b. Dapat mengembangkan imajinasinya
c. Dapat mengembangkan kemampuan motorik halusnya
d. Dapat melatih kesabaran agar hasil tempelan rapi
e. Dapat meningkatkan kreativitasnya
f. Dapat mengungkapkan kegembiraan atau rasa senang

C. KARAKTERISTIK SASARAN
Kegiatan menempel gambar sesuai pola ini dilakukan kepada anak dan keluarga di ruang
terapi bermain melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta

D. PENGORGANISASIAN
1. Leader : Rhina Ayu Agustin
2. Observer : I Gusti Ngurah Kardi Saputra
3. Fasilator : Imam Arip Purwanto

E. URAIAN TUGAS
1. Leader
a. Menjelaskan tujuan bermain
b. Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
c. Menjelaskan aturan bermain pada anak
d. Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Fasilitator
a. Menyiapkan alat-alat permainan
b. Memberi motivasi kepada anak untuk mendengarkan apa yang sedang dijelaskan.
c. Mempertahankan kehadiran anak
d. Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam.
3. Observer
a. Mencatat dan mengamati respon klien secara verbal dan non verbal
b. Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
c. Mencatat dan mengamati peserta aktif dari program bermain
d. Melaporkan hasil observasi

F. KRITERIA ANAK
1. Kriteria Inklusi
a. Keadaan umum baik
b. Anak yang kooperatif
c. Anak berusia 3-6 tahun
d. Anak yang tidak terpasang oksigen, tranfusi dan infus diekstremitas bawah.
e. Anak yang tiak menunjukkan intoleransi aktivitas
f. Anak yang tidak mengalami cidera muskuloskeletal
2. Kriteria Eksklusi
a. Anak yang keadaan umumnya lemah dan intoleransi aktivitas
b. Anak yang sesak nafas dan terpasang oksigen
c. Anak yang terpasang tranfusi dan infus diekstremitas bawah.

G. PROSES SELEKSI
1. Identifikasi klien yang masuk dalam criteria
2. Membuat kontrak dengan keluarga klien
a. Menjelaskan tujuan kegiatan
b. Menjelaskan waktu dan tempat kegiatan
c. Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam bermain

H. WAKTU
Hari/Tanggal :
Waktu :
Lokasi : Ruang terapi bermain Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta

I. MEDIA
1. Celengan dari kardus : 5 lembar
2. Lem : 3 buah
3. Kain flannel berbentuk hewan : 25 buah

J. METODE
1. Ceramah
2. Bermain bersama
3. Demonstrasi / memberi contoh

K. SETTING TEMPAT

C
I
K K
P P
P P
K K

KETERANGAN : : Penyaji
: Fasilitator

: Pasien
P
: Keluarga pasien
K : Pembimbing Klinik
C
I
L. Uraian Struktur Kegiatan
1. Hari / tanggal :
2. Tempat : Ruang terapi bermain anak Melati 2 RSUD Dr. Moewardi
3. Waktu :
4. Jumlah Anggota : 3-6 orang
5. Metode : bermain kolase dengan menempel gambar dari kain flanel
6. Perilaku yang diharapkan dari anggota
- Klien (anak) dapat saling memperkenalkan diri dan menyebutkan hobi dan
cita-citanya
- Klien (anak) dapat berimajinasi membuat bentuk yang diharapkan terapis
- Klien (anak) dapat meningkatkan sosialisasi dan mengekpresikan perasaan
melalui permainan ini
- Klien (anak) dapat merasa nyaman berinteraksi dengan pasien lain dan juga
perawat
7. Perilaku yang diharapkan leader
- Menjelaskan tujuan aktivitas
- Memperkenalkan anggota terapis
- Menjelaskan aturan permainan
- Memberikan respon yang sesuai dengan perilaku anggota
- Menyimpulkan keseluruhan aktivitas anggota
8. Perilaku yang diharapkan dari fasilitator
- Mampu memfasilitasi klien yang kurang aktif
- Mampu memotivasi klien
9. Perilaku yang diharapkan dari Observer
- Mampu mengobservasi jalannya terapi bermain
- Mengamati dan mencatat jumlah anggota yang hadir
- Melaporkan tentang hasil terapi pada masing-masing anak.
- Membuat kesimpulan, evaluasi dan mendiskusikan tentang kondisi anak
kepada orang tua, untuk ditindak lanjuti oleh orang tua.

M. KEGIATAN PENYULUHAN
No Tahap/waktu Kegiatan Terapi Bermain Kegiatan Peserta
1 Pembukaan 5 Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam pembuka a. Menjawab salam
menit
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Menjelaskan kontrak waktu dan c. Perkenalan
d. Memperhatikan
topik
e. Orang tua hadir
d. Menjelaskan pada anak atau
dideakat anak
keluarga tentang tujuan dan
manfaat bermain
e. Melibatkan orang tua untuk hadir
didekat anak
f. Bersosialisasi melalui permainan

2 Pelaksanaan 20 Fase Kerja


menit a. Menyebutkan alat-alat yang akan a. Memperhatikan
digunakan b. Memperhatikan cara
b. Menjelaskan cara permainan permainan
c. Memberi kesempatan anak untuk c. Memperkenalkan
memperkenalkan diri diri
d. Mengajak anak bermain d. Bermain bersama
e. Mengevaluasi respon anak dengan antusias dan
f. Memberi reinforcement mengungkapkan
g. Menilai hasil kreatifitas yang perasaannya
dibuat oleh anak e. Menjawab
h. Memberikan reward f. Memperhatikan
g. Mendengarkan
h. Memperhatikan
3 Penutup Fase Terminasi
5 menit a. Menyudahi permainan a. Memperhatikan
b. Menanyakan perasaan anak b. Memperhatikan
c. Memberikan
sesudah bermin
c. Memberikan masukan tanggapan
d. Menyimpulkan hasil penyuluhan d. Menjawab
e. Mengevaluasi pasien dan
pertanyaan yang
jalannya penyuluhan
diajukan
f. Mengucapkan terimakasih atas
e. Memperhatikan
peran pasien dan orang tua f. Menjawab salam
g. Salam penutup

N. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara dimulai
b. Peserta minimal 3-5 orang
c. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
d. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan
e. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi bermain dilakukan
1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan dilaksanakan.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dibantu fasilitator memandu terapi bermain dari awal hingga akhir
kegiatan
b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung
c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung
d. Anak mau dan dapat menempel gambar sesuai tema dengan tepat, didampingi oleh
fasilitator
e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses bermain
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiwa tercapai dengan baik
g. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing
3. Evaluasi Hasil
a. Mengenal benda dengan baik : 90%
b. Penggunaan bermain kolase menempel kain flanel berbentuk hewan sesuai tema
dengan tepat sehingga dapat membantu anak melatih motorik halus : 90%
c. Membantu anak dalam melatih imajinasi dan kemampuan kognitif lainnya seperti
imitasi, simbolisme dan pemecahan masalah. Hal ini membantu anak belajar lebih
banyak tentang lingkungan saat ia menempel kain flanel dengan baik : 90%
d. Membantu anak untuk tenang disaat frustasi atau marah. Menempel kain flanel
dapat menghasilkan efek menenangkan pada si anak dan berguna untuk
mengajarkan keterampilan manajemen kemarahan, dan lebih nyaman untuk
mengekspresikan dengan baik : 90%
e. Mengembangkan keterampilan sosial saat ia bermain bersama dengan anak-anak
lain dan dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk latihan bekerja sama dan
berbagi dengan baik : 90%
LANDASAN TEORI

1. KECEMASAN
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan
keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan
tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu
kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang seperti rasa
kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, rasa mau
buang air kecil dan buang air besar. Perasaan ini disertai perasaaan ingin bergerak untuk
lari menghindari hal yang dicemaskan (Stuart and Sundeen, 2011).Hospitalisasi diartikan
adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan dirawat
disebuah institusi seperti rumah perawatan (Stevens, 2010).
Penyebab terjadinya kecemasan sukar untuk diperkiraan dengan tepat. Hal ini
disebabkan oleh adanya sifat subyekif dari kecemasan, yaitu : Bahwa kejadian yang sama
belum tentu dirasakan sama pula oleh setiap orang. Dengan kata lain suatu rangsangan
atau kejadian dengan kualitas den kuantitas yang sama dapat diinterprestasikan secara
berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Teori kognitif menyatakan bahwa reaksi kecemasan timbul karena kesalahan mental.
Kesalahan mental ini karena kesalahan menginterpetasikan suatu situasi yang bagi
individu merupakan sesuatu yang mengancam. Melalui teori belajar sosial kognitif,
Bandura menyatakan bahwa takut dan kecemasan di hasilkan dari harapan diri yang
negatif karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat mengatasi dari situasi yang
secara potensial mengancam bagi mereka.
Sedangkan berdasarkan sumber timbulnya kecemasan, Freud (Dalam Calvin S. Hall,
1993) membedakan kecemasan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Kecemasan Neurotik (Neurotic Anxiety), yaitu
kecemasan yang berhubungan erat dengan mekanisme pembelaan diri, dan juga
disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, konflik-konflik emosional yang serius,
frustasi, serta ketegangan-ketegangan batin;
b. Kecemasan Moral (Anxiety of moral conscience/super
ego), yaitu rasa takut akan suara hati, di masa lampau pribadi pernah melanggar norma
moral dan bisa di hukum lagi, misalnya takut untuk melakukan perbuatan yang
melanggar ajaran agama;
c. Kecemasan Realistik (Realistic Anxiety), yaitu rasa
takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, misalnya takut pada ular berbisa.

2. HOSPITALISASI
Dalam Supartini (2014), hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu
alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Penelitian
membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapt menjadi suatu pengalaman yang
menimbulkan trauma, baik pada anak, maupun orang tua. Sehingga menimbulkan reaksi
tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua dalam
perawatan anak selama di rumah sakit. Oleh karena itu betapa pentingnya perawat
memahami konsep hospitalisasi dan dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar
dalam pemberian asuhan keperawatan (Supartini, 2014).
Tingkah laku pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dikenal menurut Stevens
tahun 2010 dari :
a.Kelemahan untuk berinisiatif.
b.Kurang/ tak ada perhatian tentang hari depan.
c.Tak berminat (ada daya tarik).
d.Kurang perhatian cara berpakaian dan segala sesuatu yang bersifat pandangan luas.
e.Ketergantungan dari orang-orang yang membantunya.

3. Reaksi Hospitalisasi Berdasarkan Periode Perkembangan Anak


Saat dirawat di rumah sakit atau tengah menjalani proses hospitalisasi, klien (dalam
hal ini adalah anak), tentu akan mengalami stress akibat dari segala macam bentuk
perubahan yang ia alami, seperti perubahan lingkungan, suasana, dan lain sebagainya.
Stressor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada anak Menurut
Novianto dkk, 2009:
a. Masa bayi (0-1 tahun)
Dampak perpisahan, usia anak > 6 bulan terjadi stanger anxiety (cemas), menangis
keras.
1) Pergerakan tubuh yang banyak
2) Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan
b. Masa todler (2-3 tahun)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya dengan :
1) Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain.
2) Putus asa menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat
bermain, sedih, apatis.
3) Pengingkaran / denial.
4) Mulai menerima perpisahan.
5) Membina hubungan secara dangkal.
6) Anak mulai menyukai lingkungannya.
c. Masa prasekolah (3-6 tahun)
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkan
reaksi agresif.
1) Menolak makan
2) Sering bertanya
3) Menangis perlahan
4) Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
d. Masa sekolah (6-12 tahun)
Perawatan di rumah sakit memaksakan ;
1) Meninggalkan lingkungan yang dicintai.
2) Meninggalkan keluarga.
3) Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan.
e. Masa remaja (12-18 tahun)
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Reaksi yang
muncul ;
1) Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan.
2) Tidak kooperatif dengan petugas.
3) Bertanya-tanya.
4) Menarik diri.
5) Menolak kehadiran orang lain.

4. FOKUS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai keinginan untuk kesenangan
dan kepuasan kepada anak-anak dan kelompoknya. Jenis permainan anak usia pra sekolah
dibagi atas; buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, kertas untuk
belajar melipat, gunting, air dll.

5. Pendekatan yang digunakan dalam hospitalisasi (Novianto dkk, 2009) :


a. Pendekatan melalui metode permainan.
Metode permainan merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan
konflik dalam dirinya yang tidak disadari. Kegiatan yang dilakukan sesuai keinginan
sendiri untuk memperoleh kesenangan.

6. Intervensi Perawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi.


a. Fokus intervensi keperawatan adalah
1) Meminimalkan stressor.
2) Memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada
anggota keluarga.
3) Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit.
b. Pada hari pertama lakukan tindakan :
1) Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
2) Kenalkan pada pasien yang lain.
3) Berikan identitas pada anak.
4) Jelaskan aturan rumah sakit.
5) laksanakan pengkajian.
6) Lakukan pemeriksaan fisik.
c. Intervensi yang dapat dilakukan perawat dalam mengatasi reaksi hospitalisasi adalah
sebagai berikut :
1) Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress dapat dilakukan dengan cara :
2) Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
3) Mencegah perasaan kehilangan control.
4) Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri.
d. Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan dengan cara:
1) Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak.
2) Modifikasi ruang perawatan.
3) Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah.
4) Surat menyurat, bertemu teman sekolah.
e. Mencegah perasaan kehilangan control dapat dilakukan dengan cara :
1) Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
2) Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
3) Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
4) Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam
perencanaan kegiatan.
f. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dapat dilakukan dengan
cara :
1) Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri.
2) Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak.
3) Menghadirkan orang tua bila memungkinkan.
4) Tunjukkan sikap empati.
5) Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan
melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis
anak menerima informasi ini dengan terbuka
g. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak dapat dilakukan dengan cara :
1) Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk
belajar.
2) Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.
3) Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
4) Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
5) Memberi support kepada anggota keluarga.
h. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
1) Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
2) Mengorientasikan situasi rumah sakit.

7. Terapi Bermain Kolase dengan Menempel Kain Flanel Untuk Anak Usia 3-6 tahun
a. Deskrisi
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mampu mengembangkan kreatifitasnya dan
sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan
kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik,
mengembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan
pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi
serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini
seperti benda-benda di sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar,
kertas untuk belajar melipat, gunting dan air.
Kolase adalah teknik menggabungkan beberapa objek menjadi satu. Kolase
adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabunghkan tehnik melukis (lukisan
tangan) dengan menempelkan bahanbahan tertentu bisa berupa bahan alam, bahan
buatan, bahan bekas dan sebagainya. Misalnya kertas berwarna, kertas koran, kertas
kalender, kain prca, benang dan lain sebagainya. (Sumanto, 2007)
Dengan menggunakan kegiatan kolase dengan berbagai media diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak terutama dalam melatih kemampuan
jari-jemari tangan, keterampilan menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai
aktivitas, serta melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran anak dalam mengerjakan
tugas yang berhubungan dengan motorik halus. Peningkatan motorik halus
menggunakan kegiatan kolase ini adalah ketika anak memberi lem pada kain flanel
dengan rapi tidak kebanyakan atau terlalu sedikit, menyusun bahan kolase dengan
kreatif dan rapi, serta tepatnya mereka dalam merekatkan bahan kolase tersebut dengan
rapi dan tidak belepotan.
b. Jenis Permainan
Langkah-Langkah Terapi Bermain Kolase dengan Menempel Kain flanel
1. Sediakan alat dan bahan :
- Celengan dari kardus
- Kain flannel warna warni
- Lem
2. Siapkan celengan berbahan kardus yang sudah didasari kain flannel polos

3. Tempel kain flanel sesuai tema dengan menggunakan lem

4. Lihat hasil celengan yang sudah ditempelkan kain flannel


DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM


Soetjiningsih dan Ranuh. (2012). Tumbuh Kembang Anak.Jakarta: EGC
Supartini. (2014). Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta: EGC
Suriadi & Yuliani.(2010). Asuhan Keperaatan Pada Ana Kedisi 2. Jakarta : Sagung Seto

You might also like