You are on page 1of 22

Konstelasi Perkembangan Hermeneutika dalam Filsafat Ilmu

sebagai Atribusi Metode Penafsiran Hukum

Fajar Sugianto*, Tomy Michael**, Afdhal Mahatta***


*Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan Jakarta
**Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
***Program Studi Hukum Bisnis Universitas Agung Podomoro
Email: fajar.sugianto@uph.edu

Naskah diterima: 22 April 2021


Naskah direvisi: 29 September 2021
Naskah diterbitkan: 30 November 2021

Abstract
This study aims to understand the constellation of the development of hermeneutics as a legal interpretation method in
providing scientifically justifiable interpretations of legal texts. The method used is normative juridical with a philosophical
approach, a law approach, and a comparative approach using secondary data. Hermeneutic philosophy does not only question
the understanding of a rule of law, but what happens by understanding a rule of law. The process of how to understand the
law and the process of legal interpretation are the main focus because they will form a legal understanding that determines
a person’s steps and follow-up after understanding the law. Legal interpretation of the text of the law based on hermeneutic
philosophy allows judges to use their authority to add meaning to the text of the law as a form of law formation and creation.
The results show that hermeneutics is correct as a method of legal interpretation in providing interpretations of legal texts
which are essentially a person’s means and ways to interpret problems; in this case the judge builds understanding and obtains
valid results in examining and deciding a case. Knowledge of the existence of hermeneutics that has been tested for truth so
that the results of the interpretation are measurable and tested, while using hermeneutics as an interpretation as a method of
legal interpretation. Mastery of hermeneutics should be one of kind that will produce good results.
Keywords: hermeneutics; philosophy; legal interpretation; rechtsvinding

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami konstelasi perkembangan hermeneutika sebagai metode penafsiran
hukum dalam memberikan hasil interpretasi teks hukum yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metode yang digunakan ialah yuridis normatif dengan pendekatan filsafat, pendekatan undang-undang,
dan pendekatan perbandingan dengan menggunakan data sekunder. Filsafat hermeneutika tidak hanya
mempersoalkan pemahaman suatu aturan hukum, tetapi apakah yang terjadi dengan memahami suatu aturan
hukum. Proses bagaimana memahami hukum dan proses intepretasi hukum menjadi fokus utama karena
keduanya akan membentuk pemahaman hukum yang menentukan langkah dan tindak lanjut seseorang
setelah memahami hukum. Penafsiran hukum terhadap teks undang-undang berbasis filsafat hermeneutika
memungkinkan hakim menggunakan kewenangannya untuk menambah makna teks undang-undang sebagai
wujud pembentukan dan penciptaan hukum. Hasilnya menunjukkan hermeneutika adalah benar sebagai
metode penafsiran hukum dalam memberikan hasil interpretasi teks hukum yang hakikatnya sebagai sarana dan
cara manusia untuk menafsirkan persoalan; dalam hal ini hakim membangun pemahaman dan memperoleh
hasil yang sahih dalam memeriksa dan memutus suatu perkara. Pengetahuan tentang adanya hermeneutika yang
telah terujui kebenarannya sehingga hasil penafsiran tersebut terukur dan teruji, sementara sebagai penggunaan
hermeneutika sebagai penafsiran sebagai suatu metode penafsiran hukum. Penguasaan hermeneutika sebaiknya
satu jenis dimana hal itu akan menghasilkan hasil yang baik.
Kata kunci: hermeneutika; filsafat; penafsiran hukum; penemuan hukum

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 307
I. Pendahuluan dari yang sebelumnya tak dapat ditangkap oleh
Para pengkaji hukum di Indonesia perlu intelegensia menjadi dipahami.
menyadari sepenuhnya bahwa ragam istilah Menurut Hans-Georg Gadamer, kajian
hukum yang ada dalam berbagai literatur hermeneutika merupakan fenomena pemahaman
hukum di Indonesia sering menimbulkan dan penafsiran yang benar terhadap apa yang
suatu penafsiran yang beragam pula. Istilah dipahami bukan hanya merupakan masalah
hukum yang terdapat dalam tradisi ilmu yang cocok bagi metodologi ilmu pengetahuan.3
hukum Belanda, seperti hukum tata negara Sebelumnya sudah ada hermeneutika teologis dan
atau staatrecht, hukum perdata atau privaatrecht, hermeneutika hukum, yang secara teoritis tidak
hukum pidana atau straafrecht, dan hukum banyak berhubungan tetapi kedua hermeneutika
administrasi atau administratiefrecht.1 tersebut merupakan bantuan bagi aktivitas
Demikian pula dengan pengertian praktisi seorang hakim atau pendeta yang telah
hermeneutik di Indonesia, penafsiran sebagai menyelesaikan pendidikan teoritisnya. Penerapan
suatu metode penemuan hukum secara historis adalah sebuah unsur pemahaman itu sendiri.
memiliki relevansi dengan tradisi hermeneutika Hubungan ini, menempatkan sejarahwan hukum
yang sudah sangat tua usianya. Memasuki era dan praktisi hukum pada level yang sama, sehingga
kontemporer, interpretasi terhadap undang- menurut Gadamer, yang pertama secara eksklusif
undang dapat dilakukan melalui hermeneutika. mempunyai tugas “kontemplatif” dan lainnya
Hermeneutika hukum menjadi penting bagi mempunyai tugas praktis.4
hakim menemukan hukum. Melalui proses Sama dengan Schleirmacher, tujuan
dan mendasarkan kepada metode, hukum yang fundamental untuk meletakkan hermeneutika
ditemukan merupakan proses kualifikasi fakta- umum sebagai seni pemahaman pada hakekatnya
fakta dalam cahaya kaidah-kaidah hukum dan sama, apakah teks itu berupa sebuah dokumen
proses penafsiran kaidah-kaidah hukum dalam hukum, kitab-kitab keagamaan, atau karya sastra.
cahaya fakta-fakta. Pada proses ini, hakim dapat Teks sesungguhnya ada dalam bahasa, karenanya
menggunakan kombinasi metode penafsiran gramatika digunakan untuk memperoleh makna
penemuan hukum, seperti penafsiran gramatikal sebuah kalimat; gagasan umum berinteraksi
dan penafsiran doktrinal. dengan struktur grammatis untuk membentuk
Hermenutika berasal dari bahasa Inggris makna, terhadap apapun tipe dokumen
hermeneutic. Akar kata hermeneutika berasal tersebut. Pemahaman bahasa diformulasikan,
dari istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein akan membentuk hermeneutika umum, yang
berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia dapat digunakan sebagai basis dan inti semua
“interpretasi”.2 Kata Yunani hermeios mengacu hermeneutika “khusus”. Kata Schleiermacher,
pada seorang pendeta bijak Delphic. Kata hermeneia belumlah eksis, malahan, terdapat beragam
dan kata kerja yang lebih umum hermeneuein dan hermeneutika khusus, khususnya filologi, teologi
kata benda hermenneia dialokasikan pada Dewa dan hukum. Adapun hermeneutika filologi di
Hermes, dari sanalah kata itu berasal. Tepatnya, dalamnya tidak ada koherensi sistematika.5
Hermes diasosiasikan dengan fungsi transmisi apa Demikian juga hermeneutika diyakini
yang ada dibalik pemahaman manusia kedalam oleh Schleiermacher harus terkait dengan yang
bentuk yang dapat ditangkap intelegensia manusia. 3 Jean Grondin, 2007, “Gadamer’s Basic Understanding of
Bentuk kata yang beragam itu mengasumsikan Understanding (The Cambridge Companion to Gadamer)”,
https://www.cambridge.org/core/books/cambridge-
adanya proses menggiring sesuatu atau situasi companion-to-gadamer/gadamers-basic-understanding-of-un
derstanding/7D8B507EE6A3275466ACFC0F6A16A03A
1 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum : Paradigma, Metode Dan ,<https://doi.org/10.1017/ccol0521801931.003>, diakses
Dinamika Masalahnya, Jakarta: Elsam dan HuMa, 2003, hal. 90. tanggal 11 Februari 2021.
2 Liliane Welch dan Richard E. Palmer, “Hermeneutics, 4 Ibid.
Interpretation Theory in Schleiermacher, Dilthey, Heidegger 5 David Hill, “German Philosophy: A Very Short Introduction”,
and Gadamer”, The Journal of Aesthetics and Art Criticism, Vol. Journal of Contemporary European Studies, Vol. 19, No. 2, Juli
30, No. 2, September 1971, hal. 260-262. 2011, hal. 299-300

308 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021


konkrit, eksis, dan berperilaku dalam proses Pada perspektif yang lebih filosofi,
pemahaman dialog. Hermeneutika menurutnya hermeneutik merupakan aliran filsafat yang
sungguh merupakan “seni pemahaman”.6 Pendapat mempelajari hakikat hal mengerti atau memahami
Schleiermacher diikuti Ast dan Wolf bahwa “sesuatu”. Kata “teks” atau “sesuatu” dalam
hermeneutika adalah ilmu tentang kaidah atau norm, pengertian yang sedang dibahas berupa “teks
tentang interpretasi terhadap bahan-bahan hukum. hukum atau peraturan perundang-undangan”, ia
Metode hermeneutis sangat diperlukan kapasitasnya menjadi “objek” yang ditafsirkan.
untuk memahami makna sinnvertehen menurut Oleh karenanya dalam upaya memahami dan
tradisi ilmu hukum, tetapi makna itu hanya menafsirkan teks hukum tersebut tidak dapat
dapat ditemukan kalau si penafsir memahami dilepaskan dari tiga landasan akar filsafat ilmu
makna pada zamannya. Tugas penafsir adalah yang saling berkaitan, yaitu ontologi, epistemologi,
mengkomunikasikan kedua makna itu, dan hasil dan aksiologi.
tafsirannya diperlukan untuk memahami makna teks Hermeneutika hukum sebelumnya sudah
hukum yang berlaku sekarang, terhadap fakta sosial ada dan banyak digunakan, karena hermeneutika
masalah hukum yang dihadapi. Berdasarkan hal merupakan bantuan bagi para praktisi hukum.
tersebut, penelitian hermeneutis dalam ilmu hukum Hermeneutika dapat dikatakan merupakan
diarahkan untuk kepentingan yang bersifat praktis, seni pemahaman, sebagai bagian dari filsafat
guna mencapai saling pengertian atau konsensus.7 ilmu yang dapat digunakan dalam interpretasi
Perkembangan hermeneutika tidak lagi yang tujuannya untuk menjelaskan bahasa teks
mempersoalkan pemahaman suatu aturan hukum, hukum yang dijadikan objek penafsiran, baik
tetapi hakikat yang terjadi dengan memahami dari arti grammatikal beserta ciri. Tujuannya
suatu aturan hukum. Penafsiran hukum terhadap untuk menguji hubungan sesuatu teks hukum
teks undang-undang berbasis filsafat hermeneutika atau peraturan perundang-undangan dan sejarah
(penafsiran hermeneutika) memungkinkan hakim suatu ketentuan hukum di masa lalu yang masih
menggunakan kewenangannya untuk menambah diberlakukan hingga sekarang terhadap fakta
makna teks undang-undang sebagai pembentukan sosial yang sedang dihadapai oleh masyarakat.
dan penciptaan hukum. Agar interpretasinya benar, seseorang
Pandangan hermeneutic menekankan bahwa harus menjelaskan dengan benar faktor-faktor
hukum telah memperdengarkan kepada masyarakat. konseptual yang terlibat dalam penggunaan
Hakikatnya interpretasi hukum harus dilakukan interpretasi itu. Hanya dengan cara itu seseorang
terus menerus, agar sebuah keputusan adil dapat diyakini bahwa pikiran yang cepat berubah dapat
diambil. Sebuah keputusan tidak dapat dianggap dihindari dan ukuran yang obyektif dapat dicapai,
adil meskipun keputusan itu sahih. Ini artinya yaitu dengan penggunaan metode yang dapat
keputusan adalah peristiwa yang dijamin dengan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Mengacu
sebuah aturan yang sahih dan yang terprogram. pada kiblat di Mahkamah Konstitusi bahwa
Momen pengambilan keputusan bukanlah dari sekian banyak macam metode interpretasi
kontinum, orang mempertahankan rentetan konstitusi yang ada atau berkembang dalam
waktu, melainkan sebuah keputusan yang adil praktik peradilan di Mahkamah Konstitusi (baik
harus “merobek waktu dan membangkang yang digunakan oleh pemohon, termohon, pihak
terhadap berbagai dilektika”.8 terkait, saksi, ahli, maupun hakim konstitusi),
hanya metode interpretasi konstitusi tertentu saja
6 Ibid. yang boleh dipilih dan digunakan oleh hakim. Pada
7 Viplov Dhone, “Ambedkar’s Dhamma or Buddha and Plato
Minus Dialectics”, Economic and Political Weekly, Vol. 56, No. praktik peradilan, metode interpretasi konstitusi
2, Januari 2021, hal. 21-26. yang satu dapat digunakan oleh hakim bersama-
8 Anthon F. Susanto, Hesti Septianita, dan Rosa Tedjabuwana, sama dengan metode penafsiran konstitusi yang
“A New Paradigm in Indonesian Legal Research from
Positivistic to Participatory”, Journal of Advanced Research in lainnya. Tidak ada keharusan bagi hakim hanya
Dynamical and Control Systems, Vol. 11, No. 5 Special Issue, boleh memilih dan menggunakan satu metode
Desember 2019, hal. 904-908.

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 309
interpretasi konstitusi tertentu saja, misalnya dalam konteks penerapan hermeneutika
hanya memilih dan menggunakan metode hukum.11
penafsiran ‘originalisme’ yang mendasarkan diri 2. Alef Musyahadah Rahmah mengkaji
pada original intent. Hakim dapat menggunakan hermeneutika dengan judul Hermeneutika
beberapa metode interpretasi konstitusi itu secara Hukum sebagai Alternatif Metode Penemuan
bersamaan.9 Pada akhirnya, penafsiran tidak Hukum bagi hakim untuk Menunjuang
menjadi dasar utama ketika diberi kebebasan Keadilan Gender. Tulisan ini menekankan
artinya kebebasan tersebut harus menjadi landasan bahwa hermeneutika hukum sebagai suatu
kuat bagi dirinya untuk memberikan putusan. pendekatan dapat diaplikasikan untuk
Tiada keharusan sebetulnya menunjukkan membangun penafsiran hukum yang
ketidakmampuan dalam melakukan penafsiran. komprehensif, sehingga konstruksi hukum
Mengacu pada pemikiran Aristoteles bahwa yang dibangun tidak terjebak hanya dan
konsep pemikiran harus nyata – bukan ide.10 semata pada penafsiran teks. Menurutnya,
Berkaitan dengan hermeneutika sebagai selama ini kecenderungan hakim dalam
metode penafsiran hukum yang memberikan hasil memutus perkara yang berkaitan dengan
interpretasi hukum, terdapat beberapa penelitian perempuan khususnya sebagai korban yang
ataupun kajian yang dilakukan peneliti atau pada akhirnya kurang memberikan keadilan
penulis lainnya, antara lain: gender. Pendekatan hermeneutika hukum
1. Jazim Hamidi menuangkan hasil kajian/ mempertimbangkan keterkaitan antara teks,
penelitiannya dalam buku berjudul konteks, dan kontekstualiasasi yang sejalan
Hermeneutika Hukum (Sejarah, Filsafat dan dengan metode yang diterapkan oleh feminis
Metode Tafsir) berisi tentang ajaran filsafat, dalam memahami dan mengungkapkan
teori-teori, dan metode penemuan hukum kebenaran yaitu “pengalaman perempuan”.
alternatif kontemporer. Setiap orang mengkaji Penalaran hakim akan menjadi tidak biasa,
tentang teori penemuan hukum (terutamanya yakni salah satunya dengan menerapkan
oleh para hakim), orientasi kajianya tertuju feminist practical reasoning dengan melakukan
hanya kepada metode penafsiran hukum dan perbincangan dan mendengarkan the unknown
konstruksi hukum yang lazim digunakan. in women s experience. 12
Substansi buku ini secara sistematis diawali 3. Urbanus Ura Weruin, Dwi Andayani B.,
dengan sejarah hermeneutika pada umumnya, dan St. Atalim menkajinya dengan judul
kemudian dilengkapi dengan pengertian, Hermeneutika Hukum: Prinsip dan Kaidah
ruang lingkup hermeneutika. Pembahasan Interpretasi Hukum. Fokus diarahkan
dilanjutkan dengan membahas asal-usul kepada menggali dan merumuskan kaidah,
kehadiran hermeneutika hukum, esensi, prinsip, atau patokan yang sudah seharusnya
urgensi hermeneutika hukum, termasuk digunakan sebagai acuan dalam memahami,
kelebihan dan kekurangan hermeneutika menganalisis, menginterpretasikan, dan
hukum sebagai alternatif metode penemuan mengungkapkan kompleksitas maksud dan
hukum baru, serta dilengkapi dengan analisis makna teks hukum serta penerapannya dalam
atas beberapa putusan hakim di pengadilan proses pengadilan. Makna yang dimaksud
harusnya secara keseluruhan atau holistic,
9 Muchammad Ali Safa’at, Widodo Ekatjahjana, Fatmawati; bukan sekedar makna literer. Norma, aturan,
Saifuddin, Feri Amsari, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi,
Jakarta: Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik dan prinsip tersebut terdiri dari prinsip-
Indonesia, 2011, hal. 21.
10 Giovanni Gellera dan Jon W. Thompson, 15 Juli 2017, 11 Jazim Hamidi, Hermeneutika Hukum (Sejarah-Filsafat & Metode
“An Analysis of Aristotle’s-Nicomachean Ethics”, <https://doi. Tafsir), Malang: UB Press, 2011, hal. 53, 71, 89, 121.
org/10.4324/9781912281848> https://www.taylorfrancis. 12 Alef Musyahadah Rahmah, “Hermeneutika Hukum Sebagai
com/books/mono/10.4324/9781912281848/analysis- Alternatif Metode Penemuan Hukum Bagi Hakim Untuk
aristotle-giovanni-gellera-jon-thompson, diakses tanggal 14 Menunjang Keadilan Gender”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol.
Februari 2021. 13, No. 2, 2013, September 2013, hal. 293-306.

310 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021


prinsip umum, sikap dan kehendak baik diri pada hermeneutika. Artinya dalam
penafsir, tujuan interpretasi, kepentingan perkembangan keilmuan yang, sangat banyak
masyarakat, struktur sistem hukum, hingga penafsir menjadikan adanya konstanitas dalam
bagaimana memahami dan memperlakukan rujukan pemikiran seseorang tersebut. Perilaku
norma hukum sebagai teks. Artikel hasil demikian akan menjadikan hermeneutika sebagai
penelitian kepustakaan dan studi empiris penengah dalam metode penafsiran hukum yang
praktik pengadilan yang mengungkapkan seringkali memunculkan ketidakpastian hukum.
aplikasi hermeneutika hukum. 13 Hal ini menjadi penting karena penafsiran juga
4. Kajian Habubul Umam Taqiuddin harus melihat apa yang akan terjadi di masa
berjudul Hermeneutika Hukum sebagai mendatang. Selain itu, tulisan ini diarahkan
Teori Penemuan Hukum Baru. Tulisan untuk membangun pemahaman dengan cara
ini berangkat dari sudut pandang bahwa mengkonstelasikan perkembangan hermeneutika
perspektif hermeneutika, putusan pengadilan sebagai metode penafsiran hukum, penemuan
merupakan proses pembuktian guna hukum dengan mendudukannya dalam filsafat
mendapatkan kebenaran hukum dari ilmu sesuai dengan ontologinya, aksiologi serta
berbagai sudut pandang: hukum, tradisi, antologinya, sehingga memperluas atribusi
masyarakat, tujuan sosial, kontekstual, hermeneutika setelah seseorang menjadi paham.
kontekstual, dan sebagainya. Hermeneutika Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah
hukum merupakan ajaran filsafat mengenai dalam tulisan ini ialah bagaimana konstelasi
mengerti/memahami sesuatu, atau metode perkembangan hermeneutika dalam filsafat ilmu
interpretasi terhadap teks dimana metode sebagai metode penafsiran hukum? Tujuannya
dan teknik menafsirkannya dilakukan secara adalah untuk memahami konstelasi perkembangan
holistik dalam bingkai keterkaitan antara hermeneutika sebagai metode penafsiran hukum
teks, konteks, dan kontekstualisasi. Teks dalam memberikan hasil interpretasi teks hukum
tersebut bisa berupa teks hukum, peristiwa yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
hukum, fakta hukum, dokumen resmi negara,
naskah kuno atau kitab suci. Hermeneutika II. Metode Penulisan
sebagai sebuah metode penemuan makna Metodologi penulisan ini bersifat yuridis
teks harus selalu memperhatikan tiga normatif dengan beberapa pendekatan yaitu:
komponen pokok, yaitu teks, konteks, dan pendekatan filsafat (philosophical approach);
upaya kontekstualisasi. Hermeneutika hukum pendekatan undang-undang (statute aproach);
berfungsi sebagai metode untuk interpretasi dan pendekatan perbandingan (comparative
atas teks hukum/peraturan perundangan approach).15 Peneliti menggunakan data sekunder
yang dijadikan dasar pertimbangannya serta yang berupa bahan hukum primer, sekunder,
interpretasi atas peristiwa dan fakta akan dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan
sangat membantu hakim dalam memeriksa cara pencarian dan penelusuran bahan hukum.
dan memutus perkara di pengadilan.14 Bahan lainnya yang mendukung yang memiliki
relevansi dan koherensi dalam penulisan ini
Beberapa tulisan tersebut meneliti dan juga digunakan untuk mendukung objek
berfokus pada hermeneutika sama seperti kajian penulisan dan tetap berfokus pada pembahasan.
ini. Namun, kebaruan penulisan ini adalah Kegiatan yang dilakukan ialah mengidentifikasi
menggagas kebebasan berpikir yang menyandarkan bahan hukum, inventarisasi bahan tersebut,
13 Urbanus Ura Weruin, Dwi Andayani B., dan St. Atalim, klasifikasi bahan hukum, serta interpretasi dan
“Hermeneutika Hukum: Prinsip dan Kaidah Interpretasi mensistemisasi bahan-bahan tersebut. Analisis
Hukum”, Jurnal Konstitusi, Vol. 13, No. 1, Maret 2016, hal.
data dilakukan untuk menganalisis makna dari
96-123.
14 Habubul Umam Taqiuddin, “Hermeneutika Hukum sebagai 15 Roberto Scarciglia, “Reconsidering Comparative
Teori Penemuan Hukum Baru”, Jurnal Ilmiah Mandala Methodology in Administrative Law”, Beijing Law Review,
Education, Vol. 2, No. 2, Oktober 2016, hal. 326-334. Vol. 10, No. 04, Desember 2019, hal. 1051–1065.

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 311
bahan yang disajikan guna memahami fakta yang ditafsirkan dalam terang tradisi. Perbedaan
muncul dipermukaan, yang kemudian disajikan ini juga terwujud dalam bentuk sosio-religius
dalam bentuk analisa deskriptif kualitatif. yang berbeda-beda. Pada masa-masa inilah
hermeneutika menjadi kegiatan yang sangat
penting dan memiliki implikasi sosio-politis yang
III. Filsafat Hermeneutika dalam Filsafat
Ilmu dan Kedudukannya sebagai Metode sangat luas.17
Penafsiran Hukum Persoalan mendasar terkait dengan
hermeneutika atau interpretasi atas teks kitab suci
A. Beberapa Potret Sejarah Perkembangan
pada waktu itu, antara lain, kesatu, apa makna
Hermeneutika
yang tepat dan genuine atau asli atau orisinil
Sejarah munculnya hermeneutika dapat dicari dari teks kitab suci sebagaimana dikehendaki
dalam bidang teologi, filsafat, dan sastra. Paling Tuhan, serta bagaimana kitab suci sampai ke
awal hermeneutika dipahami sebagai interpretasi generasi yang datang setelah teks itu lahir; kedua,
Bible. Selanjutnya dikembangkan menjadi ilmu bagaimana teks kitab suci ini dapat beroperasional
sosial. Seiring dengan perkembangan zaman, dan fungsional dalam masyarakat yang berbeda
hermeneutika kemudian juga digunakan untuk karakter, cara pandang, corak hidup, dan kultur
penafsiran terhadap hukum. budayanya dengan masyarakat saat teks tersebut
1. Hermeneutika pada jaman klasik lahir; ketiga, apakah jaminan sebuah penafsiran
Hermeneutika dapat dilacak sejak Yunani atau pemahaman itu dapat diterima dimasa kini
kuno oleh Aristoteles (384-322 SM) dalam risalah dan masa mendatang; keempat, bisakah pesan
besarnya dalam Organon, Peri hermeneias, terkenal teks kitab suci itu disampaikan tanpa mengalami
diterjemahkan dengan On Interprestation. Dalam distorsi atau penyimpangan makna; dan kelima,
bentuk kata benda terdapat dalam Oedipus at siapa yang kompeten atau mempunyai otoritas sah
Colonus, juga ditemukan dalam karya Plato. untuk melakukan interpretasi teks kitab suci dan
Ditemukan pula dalam karya beberapa penulis lainnya. Berbagai persoalan hermeneutika atas
awal terkenal, misalnya Xenophon, Plutarch, teks atau wahyu tersebut menunjukkan sebagian
Euripedes, Epicurus, Lucretius, dan Longinus.16 besar belum bisa terpecahkan pada zaman itu.18
Perkembangan berikutnya hermeneutika
dipergunakan sebagai metode atau seni untuk 2. Hermeneutika pada abad 17 sampai dengan
menafsirkan naskah-naskah sejarah kuno abad 19
serta kitab suci. Tradisi Kristiani menerapkan Penggunaan kata hermeneutika mengikuti
hermeneutika pada teks-teks dari perjanjian lama. arah kecenderungan umum dan menunjukkan
Orang-orang Kristen kuno menafsirkan teks-teks secara khusus prinsip-prinsip interpretasi Bible.
itu dengan wawasan baru yang tidak dimiliki oleh Terekam dalam buku judul, Hermeneutica sacra sive
orang-orang yang tidak beragama Yahudi, yaitu methodus exponendarum sacrarum litterarum, karya
pengalaman iman akan Yesus Kristus yang wafat J.C. Dannhauer pada tahun 1654. Kemudian
dan bangkit, karena itu teks-teks Perjanjian Lama tercatat pertama kali penggunaannya di dalam
dipahami “secara kristiani” hasil tafsir termuat Oxford English Dictionary tahun 1737, dengan
dalam perjanjian baru. makna sebagai, “bersikap bebas dengan tulisan
Pada masa agama Kristen terpecah, karena suci seperti sama sekali tidak diperkenankan
perbedaan prinsip-prinsip hermeneutika. Disatu menggunakan beberapa kaidah yang kita ketahui
sisi golongan Protestan memegang prinsip sola
scriptura (hanya Kitab Suci), pada sisi lain gereja 17 Anthon F. Susanto, Hesti Septianita, and Rosa Tedjabuwana,
“A New Paradigm in Indonesian Legal Research…”, hal. 904-
Katolik memegang prinsip tradisi. Kitab suci
908.
18 Jake Johnson, “A Hermeneutic of Divine Relationship:
16 Bikash Sharma, “Plato, Aristotle & the Dialectics of Poetry”, Implications for the Education and Training of Christian
International Journal on Integrated Education, Vol. 3, No. 9, Marriage and Family Therapists”, Christian Higher Education,
September 2020, hal. 6-10. Vol. 19, No. 4, April 2020, hal. 235-253.

312 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021


dari sekedar hermeneutika seperti apa adanya”.19 grammatika; filologi tidak menyatakan hal-hal
Pengembangan teori hermeneutis pada abad faktual dan empiris yang berakhir di dalam dirinya
18, dapat ditinjau dari konsep hermeneutika sendiri tetapi sebagai wahana untuk menangkap
diberikan pada masa tiga tokoh besar; Friedrich isi luar dan dalam sebuah karya, sebagai satu
August Wolf dan Friedrich Ast dan Freidrich kesatuan. Kesatuan ini menunjukkan kesatuan
Daniel Ernst Schleiermacher. Filsuf Friedrich lebih luas dari “spirit”. Karena pertemuannya
August Wolf (1759-1824) lebih dikenal dari dengan “spirit”, maka studi filologi memiliki
Friedrich Ast. Namun pertentangan terjadi nilai “spiritual”. Konsep kesatuan spiritual
ketika Wolf kurang peduli terhadap sistem. Ia kemanusiaan Einheit des Geistes merupakan basis
mendefinisikan hermeneutika sebagai “ilmu konsepsi Ast tentang lingkaran hermeneutis.
tentang kaidah yang dengannya makna tanda-tanda Tugas hermeneutika secara eksplisit dibagi oleh
dikenali”. Umumnya kaidah-kaidah itu berbeda Ast ke dalam tiga bagian atau bentuk pemahaman,
dari objek, sehingga muncul hermeneutika untuk yaitu historis, grammatis, dan geistige. Ketiganya
puisi, sejarah, atau untuk hukum. Menurut Wolf merupakan tiga level eksplanasi. Hermeneutik
setiap kaidah dapat dicapai melalui praktik; untuk pertama ini memerlukan tidak hanya pengetahuan
itu dasar hermeneutika adalah sebuah praktik faktual dengan milieu historis, tetapi juga
daripada sebagai teoritis.20 Pendapat Wolf, pengetahuan bahasa, transformasi historis dan
prosedur untuk membuat masalah menjadi terang karakter individual itu sendiri. Hermeneutik
harus didasarkan pemahaman baik bagi eksplanasi “makna” mengacu pada eksplorasi kegeniusan
lisan atau tulisan. Karena itu Wolf menjadikan masa itu dan kegeniusan pengarang. Misalnya,
hermeneutika dalam tiga level; level interpretatio pernyataan Aristoteles dapat mempunyai makna
grammatica, level historica, dan level philosophica. berbeda dengan pernyataan yang serupa milik
Wolf selalu menekankan terhadap hal praktis dan Plato. Bahkan dalam dua karya yang sama tulisan-
faktual; namun untuk mempertemukan perbedaan tulisan yang sama secara literal dapat berbeda-
problem dalam pandangan tentang kaidah, tidak beda dalam pengertian dan maknanya melalui
ada dasar kesatuan sistematik. Kaidah-kaidah itu penempatannya dalam kaitannya dengan karya
merupakan kesatuan atau agregat observasi tentang secara keseluruhannya. Dalam pemikiran Ast,
kesulitan-kesulitan khusus dalam interpretasi.21 konsep tentang proses pemahaman itu sendiri
Filsuf Freidrich Ast (1778-1841) menerbitkan sebagai Nachbildung, reproduksi. Dalam karyanya
dua karya utamanya mengenai filologi pada tahun Grundlinien der Grammatik, Hermeneutik und Kritik,
1808: Grundlinien der Grammatik, Hermeneutik und Ast melihat proses pemahaman sebagai repetisi
Kritik (Basic Elements of Grammar, Hermeneutics atau pengulangan proses kreatif. 23
and Critisism) dan (Grundriss der Philologie (Outlines Pandangan cara pemahaman ini berlaku
of Philology). Buku Grundlines der Grammatik, secara esensial seperti juga dilakukan Schlegel,
Hermeneutik und Kritik disusun sebagai pengantar Schleiermacher dan selanjutnya. Konsep
bagi Grundriss der Philologie. Buku tersebut pengetahuan sebagai Nachbildung ini, hermeneutika
menjelaskan tentang tujuan dan objek studi secara signifikan melampaui hermeneutika filologis
filologi.22 Filologi menurut Ast, bukan persoalan dan teologis pada masa sebelumnya.
manuskrip dan penonjolan keilmuan tentang Dalam bidang teologi, hermeneutika
19 José Angel García Landa, “Theories of Interpretation:
dikembangkan oleh Friedrich Daniel Erst
Classical to Romantic Hermeneutics”, SSRN Electronic Schleiermacher yang lahir pada tahun 1768 di
Journal, Januari 1993, hal. 22-23. Breslau. Schleiermacher mengembangkan konsep
20 Richard E. Palmer, ““Phenomenology” Edmund Husserl’s
Article for the Encyclopaedia Britannica (1927)”, Journal of hermeneutika dari formula awal yang dikelompok-
the British Society for Phenomenology, Vol. 1, No. 3, Oktober kelompokkan sebagai aporisme pada tahun 1805
2014, hal. 869-889. dan 1806, sebagai hasil dialog kritis dengan Ast
21 Ibid.
22 A. G. Pleydell-Pearce, “Hermeneutics. Richard E. Palmer”, dan Wolf. Seruannya terhadap konsepsi baru
Journal of the British Society for Phenomenology, Vol. 1, No. 3,
Oktober 2014, hal. 84-85. 23 Ibid., hal 85.

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 313
hermeneutika yang telah membuka kuliahnya pada Edmund Husserl, Heidegger mendapatkan teknik
tahun 1819 mengacu kepada kalimat pertamanya konseptual serta menemukan sesuatu metode
untuk dua filsuf terkenal, dan judul Adademiereden yang dapat membuka proses kebenaran eksistensi
pada tahun 1829 adalah “On the Concept of manusia dalam cara tertentu, yang tidak ditemukan
Hermeneutics in Relation to F.A. Wolf’s Indications dalam pemikiran Dilthey atau Nietzsche.27 Berbeda
and Ast Manual”.24 Untuk itu pengetahuan tentang dengan Heidegger, Husserl telah mendekati suatu
karya Wolf dan Ast merupakan prasyarat untuk gagasan untuk membawa fungsi kesadaran sebagai
memahami Schleiermacher. Sebagian dari konsep subyektivitas transendental kedalam pemikiran.
Wolf dan Ast merupakan esensi hermeneutika Heidegger justru melihat petunjuk kearah hakikat
yang berkesinambungan, pantas diperhatikan keberadaan; keberadaan yang mengungkapkan
oleh seseorang yang berusaha menembus arah diri sendiri dalam pengalaman hidup terbebaskan
varian dan kompleksitas hermeneutika secara dari kontekstualisasi, spesialisasi, dan pemikiran
keseluruhan. yang berpusat pada gagasan.
Mendekati akhir abad ke-19, Wilhelm Heidegger berpandangan bahwa fakta
Dilthey (1822-1911), mulai melihat hermeneutika keberadaan merupakan persoalan yang masih
sebagai fondasi geisteswissenschaften yaitu, semua lebih fundamental ketimbang kesadaran dan
ilmu sosial dan kemanusiaan. Semua disiplin yang pengetahuan manusia, sementara Husserl
menafsirkan ekspresi-ekspresi “kehidupan batin cenderung menganggap fakta keberadaan sebagai
manusia”, baik dalam bentuk ekspresi isyarat sebuah datum atau kesadaran, karena itu terhadap
sikap, perilaku historis, kodifikasi hukum, karya pandangan keduanya perlu dilakukan revisi lebih
seni, atau sastra.25 jauh dalam epistemologi. Banyak konsepsi awal
Heidegger dapat ditelusuri kedalam pemikiran
Husserl, namun keduanya ditempatkan dalam
3. Hermeneutika pada era kontemporer
suatu konteks yang baru dan dalam tujuan yang
Memasuki abad ke-20, bobot kajian
berbeda. Husserl tidak pernah menggunakan
hermeneutik mengalami perdebatan seru oleh para
term dalam mengacu pada karyanya, sementara
filsuf kontemporer yang mengarah pada persoalan
Heidegger dalam karya Being and Time menyatakan
mengenai pemahaman sebagai sebuah proses
bahwa dimensi otentik suatu metode fenomenologi
ontologi dan epistemologi. Martin Heidegger
membuatnya bersifat hermeneutis; proyeknya
menggunakan kata “hermeneutika” dalam konteks
dalam Being and Time adalah “hermeneutik
pencarian yang lebih luas akan ontologi yang lebih
Dasein”. Dalam filologis dan teologi diasumsikan
“fundamental”. Heidegger menginginkan suatu
adanya bias anti sains, pemaksaan yang sama juga
metode yang akan mengungkapkan hidup dalam
dilakukan kedalam pemikiran “hermeneutika
termnya sendiri, dalam Being and Time (1927) ia
filologis” Gadamer yang menandai kata itu sendiri
mengutip pemahaman Dilthey akan hidup dari
dengan menekankan anti saintisme.28
luar kehidupan itu sendiri. Sejak awal Heidegger
Momen yang sangat menentukan dalam
mencari metode yang melampaui dan menjadi
perkembangan teori hermeneutika modern terjadi
akar konsepsi Being barat.26 Melalui fenomenologi
pada tahun 1960 dengan dipublikasikannya
buku Wahrheit und Method: Grundzzuge einer
24 N. Kholis Hauqola, “Hermeneutika Hadis: Upaya Memecah
Kebekuan Teks”, Teologia, Volume 24, Nomor 1, Januari –
philosophischen hermeneutik Truth and Method:
Juni 2013. Element of a Philosophical Hermeneutics karya filsuf
25 Timothy D. Mooney, 29 September 2020. “Wilhelm Heidelberg, Hans Georg Gadamer. Karya ini
Dilthey (1833-1911) International Encyclopedia of the
Social & Behavioral Sciences: Second Edition”, https:// merupakan sebuah hermeneutika filsafat yang
plato.stanford.edu/entries/dilthey/, diakses tanggal 3 bersandarkan pada ontologi bahasa.
Maret 2021.
26 Muhammad Arif, “Hermeneutika Heidegger dan 27 Ibid.
Relevansinya terhadap Kajian Al-quran”, Jurnal Studi Ilmu- 28 Joshua Mousie, “Unfinished Circlings: Schelling’s
Ilmu al-Qur’an dan Hadis, Vol. 16, No. 1, Januari 2015, hal. Hermeneutic History”, Analecta Hermeneutica, Vol. 1, 2009,
89-91. hal. 186-203.

314 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021


Telaah filosofis Gadamer tersebut hanya dapat Kepentingan hermeneutik dari filsuf dimulai
dibandingkan dengan dua karya monumental hanya ketika kekeliruan berhasil dihindari.
lainnya yang ditulis pada abad 20, karya Joachim Kemudian sejarahwan dan dogmatisian menguji
Wach Das Verstehen dan karya Emilio Betti Teoria sebuah kebenaran yang meluas melampaui apa
Generalle della Interpretazionne. Karya Wach ditulis yang mereka ketahui, sejauh kehadiran fana
pada akhir tahun 1920-an dan memperlihatkan mereka bisa dilihat di dalam apa yang mereka
horizon pemikiran konsepsi hermeneutika kerjakan.30
Dilthey. Mengutip pendapat yang sering diterangkan
Sementara Betti mengajukan gagasan oleh Soetojo Prawirohamidjojo, bila tanpa
memformulasikan teori umum yang inklusif mempelajari dan mengetahui sejarah suatu
dan sistematik serta untuk mengembangkan ketentuan hukum yang diberlakukan secara
suatu bangunan aturan yang menjadi dasar benar, maka akan mengalami kesulitan
bagi keseluruhan bentuk interpretasi yang lebih memahami apa sesungguhnya yang dimaksudkan
valid. Bagi Betti, Heidegger menjadi ancaman dan dikehendaki oleh ketentuan hukum
bagi gagasan sebenarnya tentang nilai-nilai valid yang diberlakukan. Menggambarkan guna
dalam filologi dan historiografi secara obyektif. menghayati dan memahami sesuatu ketentuan
Lahirnya karya Truth and Method oleh Gadamer, hukum diberlakukan, peranan sejarah hukum
menjadikan teori hermeneutika memasuki fase menduduki posisi yang sangat penting dan ia
baru yang penting. Konsepsi hermeneutika lama tidak dapat diabaikan begitu saja.
sebagai basis metodologis, khususnya bagi ilmu- Mengikuti jejak Schleiermacher, Gadamer
ilmu kemanusiaan geisteswissenschaften, telah tidak melupakan para pendahulunya, seperti Ast
ditinggalkan. Hermeneutika tidak dimaknai dan Wolf yang telah meletakkan dasar bahwa
sebagai suatu disiplin pembantu yang bersifat hermeneutika adalah ilmu tentang kaidah atau
umum bagi kemanusiaan tetapi sebagai upaya norm, tentang interpretasi terhadap bahan-bahan
filosofis untuk memandang pemahaman sebagai hukum, dan menjelaskannya dalam buku judul
sebuah proses ontologis dalam diri manusia.29 Die Exemplarische Bedeutung der Juristen Hermeneutik
Menurut Gadamer, penulisan dan penelitian The Exemplary Significance of Legal Hermeneutics.
historis akan direduksi pada ketiadaan atau nullit, Dipaparkan oleh Gadamer, hermeneutika yuridis,
apabila ditarik kesimpulan dari ruang kajian yaitu metode interpretasi yang digunakan dalam
sejarah. Gadamer membenarkan penyelidikan ilmu hukum dogmatik.31
kedalam sejarah semantik, ini berarti: penerapan Filsuf yang muncul belakangan, Paul
merupakan sebuah unsur pemahaman itu sendiri. Ricoeur, dalam karyanya De I’intretation (1965),
Dalam hubungan ini, menempatkan sejarahwan mendefinisikan hermeneutika yang mengacu
hukum dan praktisi hukum atau pengacara balik pada fokus eksegesis tekstual sebagai elemen
pada level yang sama, maka menurut Gadamer distingtif dan sentral dalam hermeneutika.
yang pertama secara eksklusif mempunyai tugas Dimaksudkan dengan hermeneutika teori tentang
‘kontemplatif’ dan yang lain mempunyai tugas kaidah-kaidah yang menata sebuah eksegesis,
praktis. dengan kata lain, sebuah interpretasi teks
Sejarawan hukum, tentu saja juga harus partikular atau kumpulan potensi tanda-tanda
mengevaluasi “secara historis” hukum yang keberadaan yang dipandang sebagai sebuah teks.
dipahami secara benar, berarti dia harus menilai Menurut Ricoeur, ada dua sindrom yang
makna historisnya. Sejarahwan hukum seperti sangat berbeda dari hermeneutika pada masa
hakim mempunyai metode sendiri dalam
menghindari kekeliruan-kekeliruan dan Gadamer 30 Patryk Szaj, “Hermeneutics at the Time of the Anthropocene:
sepenuhnya sepakat dengan sejarahwan hukum. The Case of Hans-Georg Gadamer”, Environmental Values,
Vol. 30, No. 2, April 2021, hal. 235-254.
29 Donald Jenner, Hermeneutic Philosophy: History as the Singular 31 Roger P. Ebertz, “Beyond Worldview Analysis: Insights from
Ground of Thought, London: Cogito Publication, 1983, hal. Hans-Georg Gadamer on Christian Scholarship”, Christian
56-57. Scholar’s Review, Vol. 36, No. 1, September 2006, hal. 13-28.

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 315
modern: pertama, yang dipresentasikan oleh Manullang mengatakan bahwa aspek metodologis
demitologisasinya Bultmann, yang harmonis di dalam hukum sebagaimana dikenal dalam ilmu
berkaitan dengan simbol dalam usaha untuk hukum, termasuk adanya aspek ontologis di dalam
memperoleh makna tersembunyi didalamnya; filsafat hukum, karena kedua cabang pengetahuan
kedua, berusaha untuk menghilangkan simbol itu dikenal dalam struktur epistemologis hukum.
sebagai representasi kesemua realitas. Ia Namun yang jadi masalah adalah, jikalau hal
menghancurkan topeng dan ilusi dalam upaya ini tidak bisa dihindari, sekurang-kurangnya
rasional yang sungguh-sungguh pada model setiap tulisan hukum itu memberikan disclaimer
“demistifikasi”. Sebagai contoh tiga tokoh sehingga kesan sesat pikir sedari awal telah
demistifikasi besar: Marx, Nietsche, dan Freud. dihindari.34 Bandingkan dengan pemikiran
Ketiga tokoh itu secara aktif menentang agama; Gracia bahwa eksistensi manusia di bumi ini
berpikir benar adalah mewujudkan kecurigaan, ditandai dengan adanya tulisan atau teks. Tulisan
keraguan dan menghilangkan keyakinan kesalehan atau teks merupakan sebuah bukti akan tingginya
individu di dalam realitas.32 Hermeneutika pada peradaban yang dimiliki oleh komunitas manusia
masa modern dapat digunakan sebagai salah satu dimanapun ia berada. Dengan adanya tulisan atau
metode interpretasi terhadap ketentuan hukum teks, manusia dapat menceritakan akan apa yang
yang diberlakukan, terkait erat dengan historisnya terjadi di masanya kepada seluruh manusia yang
dan memfokuskannya pada grammatis atau bahasa menjadi generasi setelahnya.35
teks yang tertera untuk mengetahui makna yang Sejak awal wacana modern tentang her-
tersembunyi didalamnya. Artinya makna tersebut meneutika, tidak terlepas dari interpretasi dan
harus mampu diuraikan dengan baik sehingga eksplanasi terhadap teks hukum, dan keterkaitan
makna tersebut tidak menghasilkan ambiguitas hermeneutika sebagai ilmu tentang kaidah
lagi. Dalam buku Pengetahuan dan Metode norma. Dalam perspektif ilmu hukum sebagai
Karya-Karya Penting Foucoult, Filsuf Michel ilmu normatif, interpretasi dan eksplanasi yang
Foucault berbicara banyak tentang metodologi merupakan dua sisi dalam hermeneutika memain-
dan epistemologi, dua hal yang dianggap sangat kan peranan penting, baik dalam penyusunan
penting dalam perbincangan tentang produksi hukum baru, maupun dalam mengolah bahan-
pengetahuan. Foucault berasumsi, antara bahan hukum menjadi keputusan hukum guna
pengetahuan dan kebenaran, antara pengetahuan menghadapi kasus-kasus hukum yang faktual.
dan fakta, selalu ada sebuah hubungan yang Hermeneutika karena itu di dalam hukum normatif
sistematik. Foucault setuju terhadap para filsuf berarti interpretasi pasal-pasal, ayat-ayat suatu
analitis yang beranggapan, pengetahuan adalah undang-undang yang diberlakukan dan terkait
sesuatu yang selalu bisa dikalahkan atau defeasible. dengan grammatikal bahasa teks, sejarahnya dan
Harus selalu ada perdebatan dan perbincangan kegunaannya bagi kehidupan praktis sesuai dengan
yang dilakukan setelah lahirnya karya karena karya perkembangan pada jamannya.
intelektual adalah sebuah renungan mendalam
tentang kondisi masyarakat pada umumnya dalam
B. Beberapa Atribut Hermeneutika
masa dan periode tertentu.33
Di Indonesia, tulisan hermeneutika dalam Definisi hermeneutika yang telah diuraikan
bidang hukum belum banyak. Dua diantara sebelumnya merupakan tahapan-tahapan historis
tulisan ilmuwan hukum Indonesia yang dapat yang menunjukkan suatu “peristiwa” atau
ditemukan; dalam karya E. Fernando M. pendekatan penting dalam persoalan interpretasi.

34 E. Fernando M. Manullang, “Sesat Pikir Aplikasi


32 Liliane Welch dan Richard E. Palmer, “Hermeneutics, Hermeneutika Hukum Menurut Hans-Georg Gadamer”,
Interpretation Theory in Schleiermacher…”, hal. 260-262. Jurnal Hukum & Pembangunan, Vol. 48, No. 2, Desember
33 João Leite Ferreira-Neto, “Michel Foucault and Qualitative 2018, hal. 393-410.
Research in Human and Social Sciences”, Forum Qualitative 35 Nablur Rahman Annibras, “Hermeneutika J.E. Gracia
Sozialforschung, Vol. 19, No. 3, September 2018, Art. 23, hal. (Sebuah Pengantar)”, Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al- Qur’an
1-18. dan Tafsir, Vol. 1, No. 1, Juni 2016, hal. 71-78.

316 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021


Definisi-definisi tersebut dapat dikatakan pendekatan 2. Hermeneutika menurut metodologis
Bible, filologis, saintifik, geistewssenshaften, eksis- filosofis
tensial, dan kultural. Masing-masing definisi ini Perkembangan rasionalisme dan lahirnya
secara esensial merepresentasikan sudut pandang teologi klasik pada abad ke-18 berpengaruh
hermeneutika. Hermeneutika melahirkan suatu besar terhadap hermeneutika Bible, baik mazab
pandangan berbeda, tetapi melegitimasikan kisi-kisi interpretasi Bible “grammatis” maupun “historis”.
tindakan interpretasi, khususnya interpretasi teks. Keduanya menegaskan, metode interpretasi
1. Menurut teori hermeneutika sebagai yang diaplikasikan pada Bible, juga dapat
eksegesis Bible diaplikasikan pada buku yang lain. Tantangan
Pemahaman paling awal dan mungkin masih ini, seperti penelitian Kurt Fror dalam bukunya
tersebar luas dari kata “hermeneutika” merujuk “Hermeneutika Bible”. Kebenaran aksidental
kepada prinsip-prinsip interpretasi Bible. Terdapat historis digambarkan sebagai hal yang inferior bagi
justifikasi historis menyangkut definisi ini, karena “kebenaran pikiran”, para penafsir Bible meyakini
kata itu memasuki penggunaan modern sebagai kebenaran kitab suci melebihi ruang waktu dan
kebutuhan yang muncul dalam buku-buku yang historis. Bible tidak menceritakan kepada manusia
menginformasikan kaidah-kaidah eksegesis kitab tentang kebenaran yang pada akhirnya dia tidak
suci atau skriptur. Alasan tersebut didasarkan judul akan mengakui melalui penggunaan pemikiran,
buku Hermeneutica sacra sive methodus exponendarum dengan begitu tugas aksegesis menerobos
sacrarum litterarum, karya J.C. Dannhauer, yang kedalam teks dengan menggunakan pikiran dan
diterbitkan pada tahun 1654. Dari buku ini mendapatkan kebenaran moral, dengan demikian
seseorang akan sepakat, hermeneutika dibedakan metode hermeneutika Bible secara esensial menjadi
dari eksegesis sebagai metodologi interpretasi. sinonim dengan teori interpretasi yang skular,
Distingsi antara komentar aktual atau eksegesis misalnya filologi klasik. Konsepsi hermeneutika
dan kaidah-kaidah, metode, atau teori penataannya yang jelas-jelas bernuansa Bible secara perlahan
atau hermeneutika muncul semenjak penggunaan menjelma kedalam hermeneutika sebagai kaidah-
paling awal dan tetap menjadi definitif bagi kaidah umum dari eksegesis filologi. Metode
hermeneutika baik teologi, maupun diperluas hermeneutika Bible lambat laun secara esensial
dalam referensi sastra non Bible. berkembang menjadi teori interpretasi yang juga
Sementara istilah “hermeneutika” itu sendiri dapat diaplikasikan pada kaidah-kaidah umum
tercatat hanya dari abad ke-17, penerapan pada disiplin ilmu lain termasuk hukum.37
penafsiran tekstual dan teori-teori interpretasi 3. Hermenutika sebagai ilmu pemahaman
keagamaan, sastra, hukum telah mulai sejak linguistik
jaman klasik. Adanya implikasi dari ruang Schleiermacher punya distingsi pemahaman
lingkup hermeneutika yang luas (sebagai sistem hermeneutika sebagai “ilmu” atau “seni”
interpretasi baik yang implisit maupun ekplisit) pemahaman. Konsepsi hermeneutika ini
kedalam definisi hermeneutika yang diaplikasikan mengimplikasikan kritik radikal dari sudut
pada sastra Bible dan non Bible, menjadi sangat pandang filologi, karena ia berusaha melebihi
luas seakan tak terkendali. Hal yang penting konsep hermeneutika sebagai sejumlah kaidah
dan dibutuhkan adalah pemahaman mendalam dan berupaya membuat hermeneutika sistematis-
terhadap fenomena interpretasi itu sendiri, koharen, sebuah ilmu yang mendeskripsikan
pemahaman filosofis yang memadai baik secara kondisi-kondisi pemahaman dalam semua dialog.
epistemologis maupun ontologis.36 Hasilnya bukan hermeneutika filologi tapi
“hermeneutika umum” atau allgemeine hermeneutik
yang prinsip-prinsipnya bisa digunakan sebagai
36 Desti Samarenna, “Berteologi Dalam Konteks Indonesia 37 Serhii Sannikov, “History and Hermeneutic Horizons of
Modern”, Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan the Bible Commentaries in the Slavic Context”, Ukrainian
Warga Jemaat, Vol. 1, No. 1, Juni 2017, hal. 19-28. Religious Studies, Vol. 80, 2016, hal. 80-93.

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 317
fondasi bagi semua ragam interpretasi teks.38 adalah hermeneutika baik isi sekaligus metode.40
Dipertegas hermeneutika merupakan sebuah Heidegger melengkapi hermeneutika merupakan
ilmu atau seni pemahaman yang dapat digunakan ontologi pemahaman, baik isi sekaligus metode,
interpretasi terhadap semua ragam teks. pusat persoalan filosofis pemahaman sejarah,
eksistensi dan realita, yang berhubungan erat
4. Hermeneutika sebagai Fondasi Geistewis-
dengan persoalan epistemologi dan ontologi.
senchaften
Wilhelm Dilthey sebagai pemikir besar 6. Hermeneutika sebagai sistem interpretasi:
filsafat pada akhir abad ke-19. Dia melihat menemukan makna vs. Ikonoklasme
hermeneutika adalah inti disiplin yang dapat Paul Ricoeur mendefinisikan hermeneutika
melayani sebagai fondasi bagi geistewissenchaften yang mengacu, pada fokus eksegesis tekstual
yaitu, semua disiplin yang dapat memfokuskan sebagai element distingtif dan sentral dalam
pada pemahaman seni, aksi, dan tulisan manusia. hermeneutika. “Yang dimaksudkan dengan
Menafsirkan ekspresi hidup manusia, apakah itu hermeneutika adalah teori tentang kaidah-kaidah
berkaitan dengan hukum, karya sastra, maupun yang menata sebuah eksegesis, dengan kata lain
kitab suci, membutuhkan tindakan pemahaman sebuah interpretasi teks partikular ataupun
historis. Dalam pemahaman historis, secara kumpulan potensi tanda-tanda keberadaan yang
fundamental berbeda dari pendekatan kuantitatif, dipandang sebagai sebuah teks.”
apa yang harus berperan dalam pemahaman Dinyatakan Ricouer, tidak ada kitab-kitab
historis adalah pengetahuan pribadi mengenai aturan universal bagi eksegesis tetapi hanya ada
apa yang dimaksudkan manusia.39 Hermeneutika teori-teori yang terpisah dan bertentangan yang
merupakan inti pemahaman menafsirkan semua memfokuskan pada kaidah-kaidah interpretasi.41
ekspresi kehidupan manusia yang berkaitan Tegasnya, hermeneutika dalam ilmu hukum
dengan hukum atau karya sastra melalui tindakan merupakan satu sarana atau tools yang dapat
pemahaman historis, untuk mengetahui apa yang digunakan untuk melakukan interpretasi terhadap
dimaksudkan manusia melalui pengetahuan sebuah teks hukum yang berlaku.42
pribadi.
C. Filsafat Ilmu
5. Hermeneutika fenomologi dasein dan
pemahaman eksistensial Ada beberapa bidang konsentrasi utama
dalam filsafat ilmu:
Martin Heidegger dalam menghadapi persoalan
1) studi: i) konsep-konsep, pengandaian-
ontologis meminjam metode fenomenologis
pengandaian dan metodologi ilmu; ii) analisis
dari gurunya, Edmund Husserl. Hermeneutika
konseptual dan linguistiknya; dan iii) ekstensi
dalam konteks ini tidak mengacu pada ilmu atau
dan rekonstruksi bagi aplikasi yang lebih
kaidah interpretasi teks atau pada metodologi
konsisten dan lebih tepat dalam memperoleh
bagi geistewissenchaften. Analisis Heidegger
pengetahuan;
mengindikasikan bahwa “pemahaman” dan
2) studi dan pembenar proses-proses penalaran
“interpretasi” merupakan fondasional keberadaan
yang digunakan dalam ilmu dan struktur
manusia. Maka dengan demikian “hermeneutika”
simboliknya;
dasein Heidegger melengkapi, khususnya sejauh
3) studi tentang bagaimana ilmu yang beragam
ia mempresentasikan ontologi pemahaman, juga
dipandang sebagai hermeneutika; penelitiannya 40 Joshua Kerr, “Thinking through Sound: Martin Heidegger
and Wallace Stevens”, Journal of Speculative Philosophy, Vol.
33, No. 4, Desember 2019, hal. 553-570.
41 Dónal P. O’Mathúna and Matthew R. Hunt, “Ethics and
38 Mohammad Fateh, “Hermeneutika Sahrur: (Metode Crisis Translation: Insights from the Work of Paul Ricoeur”,
Alternatif Interpretasi Teks-teks Keagamaan)”, Religia: Jurnal Disaster Prevention and Management: An International Journal,
Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. 13, No. 1, April 2017, hal. 1-21. Vol. 29, No. 2, Juni 2019, hal. 175-186.
39 Iryna Liashenko, “Wilhelm Dilthey: Understanding the 42 Widia Fithri, “Kekhasan Heremeneutika Paul Ricoeur”,
Human World”, Philosophy and Cosmology, Vol. 20, Januari Tadjid: Jurnal Ilmu Keislaman Dan Ushuluddin, Vol. 17, No. 2,
2018, hal. 163-169. Desember 2019, hal. 187-211.

318 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021


bersifat saling terkait, serupa, atau berbeda bila berguna bagi kehidupan praktis.44 Mencari
dan tingkat dimana mereka menunjukan kebenaran ilmu tersebut, dalam filsafat sains
suatu paradigma metode ilmiah; dikenal empat aliran yaitu, Empiris, Rasionalisme
4) studi tentang konsekuensi-konsekuensi Kritis, Paradigma Kuhn dan Hermeneutik.
pengetahuan ilmiah bagi hal-hal seperti: Pertama aliran Empirisme. Mengklaim hanya
persepsi kita tentang proses-proses realitas ilmulah dapat memberikan pengetahuan yang
atau alam semesta; hubungan logika dan sah dan pengetahuan ilmiah itu bersifat empiris.
matematika dengan realitas; status entitas- Karenanya hanya kenyataan yang dapat diobservasi
entitas teoritas; sumber-sumber pengetahuan oleh panca indera yang dapat dijadikan ilmu.
dan keabsahannya; hakikat kemanusiaan, Kedua, aliran Rasionalisme Kritis. Meyakinkan
nilainya dan tempatnya dalam proses-proses pengetahuan ilmiah harus obyektif dan teoritik
sekitarnya. serta dapat diobservasi pada saat analisis terakhir.
Aliran ini menganggap verifikasi tidaklah cukup
Filsafat ilmu juga dapat dipakai sebagai
untuk sebuah teori ilmiah, karena itu metode yang
terjemahan dari suatu cabang filsafat tradisional,
ilmiah menurut aliran ini adalah deduktif, bukan
yaitu epistemologi yang merupakan salah satu dari
induktif. Ketiga, aliran paradigma Thomas Kuhn.
komponen filsafat ilmu, disebabkan didalamnya
Aliran ini meyakinkan bahwa setiap kegiatan
dibahas persoalan sumber pengetahuan dan
ilmiah seharusnya didasarkan pada paradigma
kebenaran dan logik. Objek penelitian dan atau
tertentu yang dianut dan dijabarkan melalui
pokok persoalan subject matter dalam filsafat ilmu,
permasalahan yang dipilih dalam kedudukan
secara umum, filsafat ilmu merupakan aliran
ilmuwan melihat sebuah fenomena. Keempat
filsafat yang mendasari ilmu dan rasional sehingga
aliran Hermeneutik. Aliran ini didasarkan pada
dalam pembahasannya harus meliputi tiga
segala sesuatu dibalik teks atau bahasa tulisan
komponen pokok persoalan filsafat ilmu, yaitu
yang dapat diamati. Hermeneutik sendiri adalah
ontologi, epistemologi dan aksiologi.43
teori yang secara khusus memperbincangkan tafsir
Penulisan disini mengenai persoalan ontologi
menafsir. Maka sangat terkait dengan interpretasi
yang dibahas objek penelaahan ilmu dan ruang
atas simbol-simbol khususnya bahasa.
lingkupnya serta hukum dan sistemnya. Mengenai
Menurut Jujun S. Suriasumantri, setiap jenis
persoalan epistemologi, yang dibahas tentang
pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik
bagaimana memperoleh ilmu, masalah kebenaran
mengenai apa ontologi, bagaimana epistemologi,
dan kriterianya, kaidah atau metodologinya.
dan untuk apa aksiologi pengetahuan tersebut
Tentang aksiologi, yang dipermasalahkan tentang
disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; jadi
nilai ilmu sama dengan ilmu itu bersifat neutral
ontologi terkait dengan epistemologi ilmu, dan
atau tidak dan atau sama dengan ada ilmuwan
epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu
yang bersifat netral atau tidak.
dan seterusnya. Jadi kalau ingin membicarakan
Dalam filsafat sains dikenal ada tiga teori
epistemologi ilmu, maka hal ini harus dikaitkan
kebenaran. Pertama, teori korespondensi, kedua
dengan ontologi dan aksiologi.45
teori koherensi, dan ketiga, teori prakmatik. Teori
Pernyataan tersebut, bila dikaji lebih
Korespondensi memandang suatu pernyataan
mendalam dengan pendapat para filsuf terkemuka
benar bila sesuai atau sebanding dengan kenyataan
dunia yang menulis pengetahuan tentang
yang menjadi obyeknya. Teori Koherensi
hermeneutika, ternyata berbeda dengan yang
berpendapat suatu pernyataan benar apabila
telah diuraikan terdahulu. Yaitu: pada awal
sesuai dengan pernyataan sebelumnya. Teori
abad permulaan, ada filsuf yang menyatakan
Prakmatik menyatakan suatu pernyataan itu benar
44 Abu Tamrin, ‘Relasi Ilmu, Filsafat Dan Agama Dalam
43 Tony Wiyaret Fanggidea dan Dina Datu Paonganan, “Filsafat Dimensi Filsafat Ilmu’, SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya
Hermeneutika: Pergulatan Antara Perspektif Penulis Dan Syar-I, Vol. 6, No. 1, April 2019, hal. 71-96.
Pembaca”, Jurnal Filsafat Indonesia, Vol. 3, No. 3, September 45 Jujun S. Suriаsumаntri, Ilmu dаlаm Perspektif, Yogyakarta:
2020, hal. 102-108. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016, hal. 105.

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 319
ontologi merupakan satu-satunya kajian terhadap berdasarkan hukum sebab-akibat causality yang
hermeneutika Bible. Memasuki abad pertengahan, pasti dan tetap.
terdapat filsuf lain yang menyatakan epistemologi Deduktif merupakan metode berfikir secara
termasuk pula di dalam kajian hermeneutika, umum lalu mengambil kesimpulan khusus, atau
sedangkan pada abad ke- 20, terjadi tarik menarik dari soal abstrak menjadi yang konkrit. Induksi
antara pemahaman ontologi atau epistemologi bertolak dari putusan khusus menjadi putusan
sebagai kajian hermeneutika. umum, atau dari soal konkrit menjadi abstrak.
Uraian diatas, menunjukkan kajian untuk Dapat diketahui bahwa yang pertama merupakan
jenis pengetahuan tentang hermeneutika, kajian cara “dari atas ke bawah”, karena coba mencari
ontologi tampaknya dapat berdiri sendiri, sebab dari suatu gejala dengan asumsi bahwa
demikian pula kajian epistemologi tidak secara hukum yang berkaitan sudah diketahui, yang
langsung berhubungan dengan ontologi, bahkan kedua merupakan cara dari bawah ke atas karena
dalam kajian hermeneutika Bible telah terjadi berusaha mencari suatu hukum melalui hipotesis.
saling tarik menarik antara pemahaman ontologis Pemahaman terhadap kedua jenis penjelasan
dan epistemologi. Menunjukkan ketiga akar saintifik tersebut perlu diketahui beberapa konsep
filsafat tidak selalu harus saling berkaitan, namun asas, yaitu: eksplanasi atau penjelasan, dan
untuk sebuah kajian hermeneutika terhadap eksplanandum atau apa yang hendak dijelaskan.
suatu peraturan perundang-undangan yang Dapat dikatakan terdapat membawa yang
diberlakukan, kajiannya tentu tidak boleh terlepas dimaksudkan: law atau hukum, cause atau sebab,
dengan tiga landasan akar filsafat ilmu yang saling dan effect atau akibat.
berkaitan: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Mengenai model deduktif, apabila berlaku
sesuatu permasalahan, maka tidak dapat mengelak
1. Ontologi inevitable selain itu akan berlaku perkara baru
Ontologi merupakan bagian dari filsafat yang lain setelah itu. Jelasnya, setiap sebab pasti
ilmu yang menanyakan apa obyek dari ilmu, membawa kepada akibat tertentu. Jadi dikatakan
bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, bersifat deterministik atau menentukan karena
serta bagaimana hubungan antara obyek tadi bertolak dari premi hukum general law, universal
dengan daya tangkap manusia.46 Ontologi berasal law, law like statement atau sebab-sebab causes yang
dari bahasa Inggris ontology; dari bahasa Yunani membolehkan orang dapat membuat peramalan
on, ontos ada, keberadaan, tentang ilmu. Teori atau predic tentang kejadian akan datang seperti
mengenai yang ada, yang berada secara terbatas mana yang terdapat dalam hukum fisik.
sebagaimana adanya dan apa yang secara hakiki Memang kepentingan hukum sebab-akibat
dan secara langsung termasuk ada tersebut.47 tidak dapat ditolak, terutama dalam bidang sains
Seperti dijelaskan Dilthey, terdapat dua jenis tidak dapat berdiri tanpa pengakuan wujudnya
ilmu, ilmu sains dan ilmu sains natural yang susunan hukum sebab-akibat. Sebaliknya dalam
dikatakan mempunyai pola hukum yang bersifat bidang sains sosial dan kemanusiaan teori tidak
umum dan menyeluruh. Istilah hukum disini ia dapat dibina tanpa adanya susunan dan struktur
bermaksud adanya hubungan sebab dan akibat dalam kejadian tertentu.
atau causa and effect yang tetap, dengan sifat seperti Disamping permasalahan prinsip ontologi
ini maka dapat dibuat prediksi kejadian yang akan sains, sebenarnya masalah yang lebih besar dari
datang yang biasanya akan berlaku tepat seperti segi ontologinya juga adanya keterbatasannya pada
yang ditentukan determined. Sebenarnya prinsip bidang empirik. Ciri suatu saintifik yang sangat
penjelasan saintifik atau scientific explanation dibanggakan ialah penekanan yang berlebihan
merupakan suatu bentuk penjelasan yang terhadap aspek objektivitas, sehingga mengabaikan
aspek subyektivitas yang terdapat pada manusia.
46 Ibid. Perasaan subjektif dianggap tidak ilmiah,
47 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka karena itu harus dikesampingkan pengaruhnya.
Utama, 2002, hal. 313.

320 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021


Unsur objektivitas yang sering ditekankan, ciri satu kesatuan untuk memberikan eksplanasi utuh
saintifik juga tidak dapat diterima secara mutlakterhadap gejala sebab dan akibat (causality).49
karena mengandung unsur subjektivitas seperti Mengenai masalah ilmu, yang terpenting ialah
yang terdapat dalam bidang sains sosial dan aliran rasionalisme, menekankan kepercayaan
kemanusiaan.48 kepada kemampuan dan akal pikiran atau reason
Di tangan Gadamer konsep hermeneutika untuk menyingkapkan ilmu dan kebenaran. Aliran
berubah menjadi persoalan ontologi ilmu. Yaitu, ini menekankan bahwa manusia mempunyai
dari persoalan tentang sarana untuk memperoleh kekuatan sendiri untuk mengetahui dengan pasti
ilmu pengetahuan pada persoalan tentang tentang berbagai permasalahan.50
kewujudan manusia didunia. Baginya, kewujudan Di samping aliran rasionalisme, aliran yang
yang sesungguhnya ialah usaha manusia untuk penting ialah empirisisme yang mementingkan
menafsirkan dunianya. Penafsiran itu berlangsung pengalaman panca indera atau sense sebagai sumber
berdasarkan adanya suatu arus timbal balik antarapengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan melalui
yang mengenal yang dikenal, antara pembaca dan akal itu disebut pengetahuan a priori, yakni sebelum
pengarang, jadi dunia yang luas diperkecil oleh mengalami terlebih dulu, sebaliknya pengetahuan
Gadamer menjadi dunia penafsiran teks tertulis. melalui panca indera disebut pengetahuan
Ontologi dalam ilmu hukum adalah a posteriori, karena datang setelah melalui
permasalahan hukum. Permasalahannya harus pengalaman terlebih dahulu. Pengetahuan a priori
bersifat nasional, tidak parsial berdasarkan rasional perlu dimantapkan oleh pengetahuan
situsional kedaerahan atau tertentu. Hukum a posteriori empirikal agar derajat keyakinannya
atau nomos dirumuskan dalam perspektif teori bertambah mantap. Pada prinsipnya terdapat 3
ilmu, ilmu sains sosial dan kemanusiaan, bagi teori klasik tentang kebenaran atau truth:
kepentingan rakyat di negaranya. 1) teori kebenaran korespondensi atau
correspondence theory of truth;
2. Epistemologi 2) teori kebenaran koherensi atau coherence/
Epistemologi merupakan pembahasan Consistence theory of truth; dan
mengenai bagaimana mendapatkan pengetahuan, 3) teori kebenaran pragmatik atau pragmatic
yaitu kesatu, tentang apakah sumber pengetahuan; theory of truth.51
kedua, apakah hakikat, jangkauan dan ruang Mengenai teori kebenaran korespondensi
lingkup pengetahuan; ketiga, Apakah manusia maksudnya ialah kesesuaian atau kesepadanan
dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan. antara pernyataan ide dengan kenyataan realiti.
Selain itu, pembahasan ini sampai tahap Bertolak dari pada prinsip empirikal dan
pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap realisme objektif teori ini, menekankan bahwa
manusia. kebenaran ialah saling berkesesuaian antara ide
Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia atau kepercayaan dengan realiti atau fakta, yakni
bukan saja tahun tentang sesuatu, melainkan dengan membandingkan atau menyamakan
juga tahu mengapa terjadi sesuatu. Dengan dengan realiti. Teori ini dikatakan bersifat
menetahui sebab musabab dalam pengertian luas, empirikal, karena segala ide atau kepercayaan itu
maka pengetahutan menjadi episteme atau ilmu. baru dianggap benar, apabila cocok atau accord
Kedudukan ilmu tersusun atas pengetahuan- atau bersetuju atau agree dengan realiti, bukannya
pengetahuan merujuk kepada hal-hal yang realiti yang harus cocok dengan ide.
biasa dimiliki oleh setiap manusia, dan apabila
49 Aristotles, The Methaphysics, London: Penguin Classics, 2004,
pengetahuan ini terkonsep dan tersistemasi, maka hal. 82-86.
ia meningkat menjadi ilmu atau sains, dan dapat 50 William Outhwaite, “Book Review: Enlightened Common
Sense: The Philosophy of Critical Realism”, European Journal
selalu dihubungkan dengan ilmu lain, menjadi
of Social Theory, Vol. 22, No. 1, April 2019, hal. 127-130.
51 Acep Rohendi, “Logico-Hypothetico-Verificatif Sebagai
48 Rini Fitria, “Memahami Hermeneutika dalam Mengkaji Metoda Imiah Dalam Mencari Ilmu Pengetahuan Yang
Teks”, Syi’ar, Vol. 16, No. 2, Agustus 2016, hal. 33-42. Benar”, Yustisia, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, hal. 13.

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 321
Mengenai teori kebenaran koherensi, dan perasaan pengkaji ke dalam situasi yang
kemunculannya boleh dianggap sebagai reaksi dikaji. Sebagai teori kepahaman atau Theory of
terhadap kesulitan yang terdapat pada teori Understanding, Verstehen ialah merasakan sedalam-
kebenaran korespondensi yang berasalkan dalamnya sebagai sarana untuk dapat mengetahui
prinsip empirikal tersebut. Bertolak dari prinsip motif atau alasan penggerak yang menyebabkan
rasional dan idealisme subjektif, teori ini orang melakukan sesuatu. Epistemologi dalam
menekankan adanya saling berhubungan antara kajian ilmu hukum ialah, secara bulat menyusun
ide dengan pernyataan atau statement. Suatu ketentuan hukum yang benar untuk menjawab
prosisi itu bernilai benar apabila mempunyai permasalahan empiris dengan berpihak pada
hubungan dengan prosisi yang terdahulu yang kepentingan seluruh rakyat di negaranya.53
sudah benar. Jadi kesesuaian atau keserasian ide
dengan ide sebelumnya, atau putusan dengan 3. Aksiologi
putusan sebelumnya, atau pengetahuan dengan Aspek aksiologi mempertanyakan untuk
keseluruhan pengetahuan yang dimiliki. apa pengetahuan yang berupa ilmu tersebut
Kemudian tentang teori kebenaran progmatik dipergunakan, bagaimana kaitannya antara cara
atau pragmatic theory of tructh, walaupun per- penggunaan tersebut dengan kaidah moral,
kembangannya agak lampau, namun termasuk bagaimana kaitannya antara teknik prosedur yang
antara tiga teori klasik tentang kebenaran. Prinsip merupakan operasional metode ilmiah dengan
teori pragmatik sangat mementingkan segi-segi norma moral / profesional.54 Aksiologi merupakan
akibat praktikalnya. Sesuai ide itu dikira benar suatu aspek falsafah ilmu yang menyangkut
apabila mempunyai nilai praktik atau dapat tentang teori nilai atau value theory.
dilaksanakan dan membawa hasil memuaskan. Teori nilai menyangkut tentang etika dan
Terdapat prinsip lain bahwa ide itu harus berguna moral. Etika lebih bersifat teori sedangkan moral
atau bermanfaat. bersifat praktikal dalam lingkup masyarakat
Teori pengetahuan atau epistemologi tertentu. Keduanya dipakai untuk maksud yang
merupakan titik berat konsep hermeneutik versi sama. Teori nilai mengkaji tentang nilai guna
Dilthey. Menurut Dilthey, terdapat perbedaan sesuatu, yaitu sama ada bernilai atau tidak bernilai,
antara sains natural atau naturwissenschaften, dengan penting atau tidak penting, serta baik atau buruk.
ilmu kemanusiaan atau geisteswissenschaften.52 Setiap manusia mempunyai sistem nilainya
Untuk memahami perbedaan antara kedua tersendiri dalam menentukan baik buruknya
bidang ilmu ini Dilthey menggunakan beberapa sesuatu yang berdasarkan ukuran yardstick
konsep asas, yaitu Erlebnis, Ausdruck, Erklaren, dan dan kepentingan masing-masing.55 Karena itu,
Verstehen. Erlebnis ialah pengalaman sejati inward aksiologi dalam kajian ilmu hukum merupakan
experience hasil dari pada proses timbal balik antara nilai hukum ketentuan undang-undang yang
pengalaman lama dan baru. Ciri khas seseorang diberlakukan menurut etika dan moral bernilai
itu jelas melalui cara dia membuat berangkulan baik dan adil serta ada kepastian hukum pada
atau zusammenhang antara kedua pengalaman itu, seluruh rakyat saat diberlakukan.
yang lalu mengungkapkan diri dengan ungkapan D. Tujuan dan Peranan Hermeneutika dalam
Ausdruck yang berbentuk suatu ucapan, gagasan, Ilmu Hukum
atau karya seni. Erklaren ialah menjelaskan atau Tujuan hermeneutika menurut Wolf, “untuk
explain sesuatu fenomena menurut hukum sebab- menangkap pikiran yang dituliskan atau bahkan
akibat seperti dalam sains natural. Verstehen yang
53 Anak Agung Istri Ari Atu Dewi, “Urgensi Hermeneutika
dipakai bidang kemanusiaan untuk memahami Hukum dalam Memahami…, hal. 160-175.
atau understand perasaan, pikiran dan tingkah laku 54 Kirom, Syahrul Kirom, “Filsafat Ilmu dan Arah
orang yang dikaji dengan menempatkan fikiran Pengembangan Pancasila: Relevansinya dalam
Mengatasi Persoalan Kebangsaan”, Jurnal Filsafat, Vol.
52 Sholikah, “Pemikiran Hermeneutika Wilhelm Dilthey (1833- 21, No. 2, Agustus 2016, hal. 99-117.
1911 M)”, Al Hikmah Jurnal Studi Keislaman, Volume 7, 55 Hilary Greaves, “Population Axiology”, Philosophy Compass,
Nomor 2, September 2017, hal. 113. Vol.12, No. 11, November 2017, hal. e12442.

322 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021


yang dikatakan penulis seperti yang inginkan”.56 kasus.60 Pemahaman menghadapi kasus yaitu
Interpretasi adalah dialog, dialog dengan untuk tercapainya keadilan hukum. Terdapat
penulis. Seorang penafsir atau interpreter harus pemahaman lain bahwa tujuan hermeneutika
“peka” dalam memahami yang dimaksudkan dalam ilmu hukum digunakan untuk menafsir
untuk dijelaskan pada orang lain. Penafsir dan menjelaskan teks-teks hukum tertulis dan ciri-
harus memiliki bakat umum berempati dengan cirinya, baik arti grammatikal maupun historisnya,
pikiran-pikiran orang lain; harus memiliki pada untuk mencapai teks yang dipelajari itu relevan
pikiran-pikiran asing”. Tanpa bakat dialog, bakat dan signifikan pada masa kini.61 Adapun peranan
memasuki pikiran orang lain, eksplanasi karena hermeneutika dalam ilmu hukum dapat digunakan
itulah, hermeneutika-menjadi tidak mungkin. sebagai metode atau sarana interpretasi terhadap
Wolf menegaskan hermeneutika harus ketentuan hukum yang diberlakukan terkait
memiliki dua sisi, pemahaman atau verstehenden dengan historisnya dan memfokuskannya pada
dan eksplanasi atau erklarenden, kemudian ia grammatis teks undang-undang yang tertera untuk
membagi metode hermeneutik kedalam tiga level mengetahui makna hukum yang tersembunyi.
hermeneutika, yaitu: interpretatio grammatica, Ian Mc Leod menegaskan interpretasi harus
historica, dan philosophica.57 Tujuan langkah dilakukan dengan memperhatikan prinsip
grammatis berkaitan dengan semua hal dimana kontekstualisme. Prinsip ini meliputi prinsip
pemahaman bahasa dapat membawa pada noscitur as sociis, prinsip ejusdem generis, dan prinsip
tujuan interpretasi. Tujuan langkah historis expression unius exclude exclusion alterius. Prinsip
memperhatikan tidak hanya fakta-fakta kehidupan noscitur a sociis pada pokoknya mengartikan bahwa
pengarang, supaya mendatangkan pengetahuan suatu hak diketahui dari keterhubungannya
faktual dari kehidupan pengarang. Fakta-fakta (associated), sehingga suatu kata harus diartikan
historis penting untuk mengetahui karakter fisik dalam rangkaiannya. Menurut Ian, penfasiran
dan geografis sejarah sebagai suatu yang mungkin. juga memerlukan pembatasan sehingga maknanya
Adapun tujuan langkah filosofis dari interpretasi secara khusus dalam kelompoknya (prinsip
digunakan uji logika atau kontral terhadap dua ejusdem generis). Mengingat penfasiran hukum
level yang lain. merupakan upaya pemecahan dan permasalah
Eksplanasi atau erklaren menurut Dilthey hukum tertentu, khususnya dalam memahami
digunakan untuk menjelaskan atau explain hukum, maka menurut prinsip expression unius
sesuatu fenomena, menurut hukum terjadinya exclude exclusion alterius mengarahkan bahwa satu
sebab-akibat.58 Pemahaman atau verstehen sebagai konsep yang digunakan untuk satu hal tidak
sarana untuk dapat mengetahui motif atau alasan berlaku umum untuk yang lain.62
yang menyebabkan berbuat sesuatu, dengan Beberapa hal tersebut menunjukkan berbagai
menempatkan pikiran dan perasaan pengkaji metode interpretasi. Lantas metode manakah
dengan pihak yang dikaji.59 yang paling tepat? Hakim harus memutuskan
Interpretasi dan eksplanasi dalam perspektif sesuatu yang tidak boleh ditolaknya, karena hakim
ilmu hukum sebagai ilmu normatif merupakan memiliki kebebasan untuk menjatuhkan pilihan
dua sisi dalam hermeneutika memainkan berdasarkan pertimbangan metode yang paling
peranan penting baik dalam bahan hukum baru tepat dan paling menyakinkan sehingga dapat
maupun dalam mengolah bahan-bahan hukum 60 Lintong. O. Siahaan, “Hermeneutika Hukum Sebagai
menjadi keputusan hukum guna menghadapi Alternatif Metode Penemuan Hukum Bagi Hakim Untuk
Menunjang Keadilan Gender”, Dinamika Hukum, Vol. 13,
No. 2, April 2013, hal. 293-305.
56 Muflihah, “Hermeneutika Sebagai Metoda Interpretasi Teks 61 Agus Budi Susilo, “Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Al-qur’an”, Mutawâtir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, Volume dalam Perspektif Filsafat Hermeneutika Hukum (Suatu Solusi
2, Nomor 1, Juni 2012, hal. 55. Terhadap Problematika Penegakan Hukum Di Indonesia)”,
57 Ibid. Jurnal Hukum Dan Peradilan, Vol. 2, No. 3, September 2018),
58 Anak Agung Istri Ari Atu Dewi, “Urgensi Hermeneutika hal. 214-226.
Hukum dalam Memahami Problem…, hal. 160-175. 62 Ian McLeod, Legal Method, London: Macmillan Education,
59 Ibid. 1993, hal 31-35.

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 323
menghasilkan hasil yang paling memuaskan, dan Indikasi Geografis, Menteri adalah Menteri
terukur, dan teruji serta dapat dipertahankan. yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
Untuk menafsirkan melalui metode yang dirasa di bidang hukum. Untuk menyediakan
paling tepat tersebut, pandangan dan penilaiannya pemahaman yang lebih komprehensif, dapat
dalam memutus suatu perkara tentu saja tidak pula dilakukan interpretasi komparatif, dengan
dapat ditiadakan. Penilaian dan pandangan hakim memperbandingkan ketentuan sejenis di negara
tersebut tidak bebas liar, tetapi tetap mendasarkan lain atau perjanjian internasional. Misalnya,
pada kepatutan dan kelayakan. dalam menafsirkan makna merek terkenal pada
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf b, pembentuk
undang-undang telah memperbandingkan dengan
E. Contoh Penafsiran dan Penemuan Hukum
perjanjian-perjanjian internasional, seperti The
Interpretasi gramatikal merupakan salah satu Paris Union, TRIPS, Madrid Protocol terhadap
cara menafsirkan hukum dengan menjelaskan famous marks dan well-known mark. Ini berakibat
ketentuan hukum dan menguraikan menurut pada mengkonstitusionalkan merek terkenal
bahasa umum sehari-hari yang lebih mudah dengan memperhatikan 2 (dua) hal, yakni pertama,
dicerna dan dipahami masyarakat luas. Misalnya, berdasarkan pengetahuan umum masyarakat
kata dipercayakan pada Pasal 432 Kitab Undang- luas mengenai merek tersebut dengan cara
Undang Hukum Pidana dapat dimaknai sama pemasaran atau promosi yang gencar dan besar-
dengan diserahkan. Demikian pula dengan besaran, sehingga membentuk reputasi terhadap
menafsirkan kata meninggalkan sebagaimana merek tersebut; dan kedua, berdasarkan investasi
terdapat dalam Pasal 305 Kitab Undang- di beberapa negara serta didaftarkan di negara-
Undang Hukum Pidana, tentu perlu dipadankan negara tersebut.
secara kontekstual sehingga maknanya dapat Hermeneutika dalam ilmu hukum apabila
dipersamakan dengan menelantarkan. ditelaah dari proses dan cara kerjanya merupakan
Interpretasi sistematis merupakan salah satu proses interpretasi untuk menemukan aturan
penafsiran yang kerap ditemukan dalam ratio dan prinsip-prinsip pemahaman terhadap
legis hakim dalam memutus perkara, dengan cara teks-teks berlakunya suatu ketentuan hukum
menghubung-hubungkan suatu ketentuan dengan yang dibahas atau dipermasalahkan. Dengan
ketentuan atau aturan-aturan lainnya untuk demikian, hermeneutika sebagai suatu metode
memperoleh pemahaman yang holistik. Misalnya, dapat digunakan sebagai alternatif kajian hukum
dalam menentukan kriteria anak melalui batasan terhadap semua ketentuan peraturan perundang-
usia anak-anak dan dewasa dalam konteks pidana undangan yang sedang dikaji dan ditelaah dengan
anak, batasan di luar usia dewasa atau cakap menggunakan dua sisi hermeneutika, yaitu sisi
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1330, pemahaman (verstehenden) dan sisi ekplanasi
Pasal 330, dan Pasal 433 Kitab Undang-Undang (erklarenden). Verstehen sebagai sarana memahami
Hukum Perdata. Hal ini dilakukan selayaknya (understand) untuk mengetahui motif atau
hukum yang dipandang sebagai suatu sistem, yang alasan menyebabkan berbuat sesuatu, dengan
dalam sistem tersebut terdapat subsistem hukum menempatkan pikiran dan tingkah laku obyek
yang saling terhubung satu dengan lainnya secara yang dikaji dengan pihak pengkaji. Erklarenden
interdepensi dan resiprokal. digunakan untuk menjelaskan (explain) suatu
Contoh penafsiran lainnya yang umum fenomena menurut hukum terjadinya sebab-
ditemukan ialah penafsiran autentik. Penafsiran ini akibat. Untuk itu, hermeneutika merupakan
yakni penafsiran yang diberikan oleh pembentuk sebuah konsep filosofi yang cukup relevan
undang-undang, yang secara resmi tercantum dijadikan sebagai ilmu tentang interpretasi
dalam bagian penjelasan undang-undang. terhadap ketentuan hukum yang berlaku atau
Misalnya, dalam Undang-Undang Republik dibandingkan.
Indonesia Nomor 16 Tahun 2016 tentang Merek

324 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021


VI. Penutup dan tindak lanjut seseorang setelah memahami
A. Simpulan hukum, sehingga hakim akan menjatuhkan
Di dalam upaya memahami dan menafsirkan putusan yang adil.
teks hukum, hermeneutika tidak dapat dilepaskan Berdasarkan pada kesatuan proses tersebut,
dari tiga landasan akar filsafat ilmu yang saling hermeneutika adalah benar sebagai metode
berkaitan, yaitu ontologi, epistemologi, dan penafsiran hukum dalam memberikan hasil
aksiologi. Dengan demikian, dapat dikatakan interpretasi teks hukum yang hakikatnya sebagai
hermeneutika merupakan seni pemahaman sebagai sarana dan cara manusia untuk menafsirkan
bagian dari filsafat ilmu yang dapat digunakan persoalan. Dalam hal ini, hakim membangun
dalam interpretasi untuk menjelaskan bahasa pemahaman dan memperoleh hasil yang sahih
teks hukum yang dijadikan objek penafsiran, baik dalam memeriksa dan memutus suatu perkara.
dari arti gramatikal beserta dengan ciri-cirinya, Secara ontologi, pengetahuan tentang adanya
historis, dan filosofis untuk menguji hubungan hermeneutika yang telah teruji kebenarannya,
sesuatu teks hukum atau peraturan perundang- sehingga hasil penafsiran tersebut terukur dan
undangan dan sejarah suatu ketentuan hukum teruji, sementara aksiologinya sebagai penggunaan
di masa lalu yang masih diberlakukan sekarang hermeneutika sebagai metode penafsiran hukum.
terhadap fakta sosial yang sedang dihadapi
masyarakat. Agar interpretasinya benar, seseorang B. Saran
harus menjelaskan dengan benar faktor-faktor Penguasaan hermeneutika sebaiknya satu
konseptual yang terlibat dalam penggunaan jenis, sehingga akan menghasilkan hasil yang baik,
interpretasi itu. Hanya dengan cara itu seseorang artinya hal tersebut tidak selaras dengan hakikat
meyakini bahwa pikiran yang cepat berubah dapat hermeneutika ketika penguasaan akan banyak
dihindari dan ukuran yang obyektif dapat dicapai. jenis penafsiran. Ini mengingat tujuan utamanya
Perkembangan hermeneutika menunjukkan adalah menghasilkan keadilan hukum.
adanya perubahan atribusinya mulai sebagai
esksegesis Bible, metode filosofis, ilmu pemahamanan
linguistik, fondasi geistewissenchaften, fenomologi
dan pemahaman eksistensial, hingga menjadi Daftar Pustaka
interpretasi undang-undang. Hermeneutika
hukum menjadi penting bagi hakim untuk
menemukan hukum. Melalui proses dan Jurnal
mendasarkan kepada metode, hukum yang Annibras, Nablur Rahman. “Hermeneutika J.E.
ditemukan merupakan proses kualifikasi fakta- Gracia (Sebuah Pengantar)”. Al-Bayan: Jurnal
fakta dalam cahaya kaidah-kaidah hukum dan Studi Ilmu Al- Qur’an Dan Tafsir. Vol. 1, No.
proses penafsiran kaidah-kaidah hukum dalam 1. Juni 2016.
cahaya fakta-fakta. Pada proses ini, hakim dapat
Arif, Muhammad. “Hermeneutika Heidegger
menggunakan kombinasi metode penafsiran
dan Relevansinya terhadap Kajian Al-quran”.
penemuan hukum, seperti penafsiran gramatikal
Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis. Vol.
dan penafsiran doktrinal.
16, No. 1. Januari 2015.
Atribusi hermeneutika secara filsafat tidak
berhenti sampai menjadikan seseorang atau hakim Dewi, Atu, Anak Agung Istri Ari. “Urgensi
menjadi paham, tetapi apakah yang terjadi dengan Hermeneutika Hukum dalam Memahami
memahami aturan hukum. Proses bagaimana Problem Pembentukan Peraturan Daerah”.
memahami hukum dan proses interpretasi inilah Kertha Patrika. Vol. 39, No. 03. Juni 2018.
yang akan selalu menjadi fokus utama yang Dhone, Viplov. “Ambedkar’s Dhamma or Buddha
selalu intact karena keduanya akan membentuk and Plato Minus Dialectics”. Economic and
pemahaman hukum yang menentukan langkah Political Weekly. Vol. 56, No. 2. Januari 2021.

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 325
Ebertz, Roger P. “Beyond Worldview Analysis: Landa, José Angel García. “Theories of
Insights from Hans-Georg Gadamer on Interpretation: Classical to Romantic
Christian Scholarship”. Christian Scholar’s Hermeneutics”. SSRN Electronic Journal.
Review. Vol. 36, No. 1. September 2006. Januari 1993.
Fanggidea, Tony Wiyaret, dan Dina Datu Liashenko, Iryna. “Wilhelm Dilthey:
Paonganan. “Filsafat Hermeneutika: Pergulatan Understanding the Human World”. Philosophy
Antara Perspektif Penulis dan Pembaca”. Jurnal and Cosmology. Vol. 20. Januari 2018.
Filsafat Indonesia. Vol. 3, No. 3. September 2020. Manullang, E. Fernando M. “Sesat Pikir Aplikasi
Fateh, Mohammad. “Hermeneutika Sahrur: Hermeneutika Hukum Menurut Hans-Georg
(Metode Alternatif Interpretasi Teks-teks Gadamer”. Jurnal Hukum & Pembangunan.
Keagamaan)”. Religia: Jurnal Ilmu-ilmu Vol. 48, No. 2. Desember 2018.
Keislaman. Vol. 13, No. 1. April 2017. Mousie, Joshua. “Unfinished Circlings: Schelling’s
Ferreira-Neto, João Leite. “Michel Foucault and Hermeneutic History”. Analecta Hermeneutica.
Qualitative Research in Human and Social Vol. 1. 2009.
Sciences”. Forum Qualitative Sozialforschung. Muflihah. “Hermeneutika Sebagai Metoda
Vol. 19, No. 3. September 2018. Interpretasi Teks Al-qur’an”. Mutawâtir: Jurnal
Fithri, Widia. “Kekhasan Heremeneutika Paul Keilmuan Tafsir Hadis. Volume 2, Nomor 1.
Ricoeur”. Tajdid : Jurnal Ilmu Keislaman Dan Juni 2012.
Ushuluddin. Vol. 17, No. 2. Desember 2019. O’Mathúna, Dónal P., dan Matthew R. Hunt.
Fitria, Rini. “Memahami Hermeneutika dalam “Ethics and Crisis Translation: Insights from
Mengkaji Teks”. Syi’ar. Vol. 16, No. 2. Agustus the Work of Paul Ricoeur”. Disaster Prevention
2016. and Management: An International Journal. Vol.
Greaves, Hilary. “Population Axiology”. Philosophy 29, No. 2. June 2019.
Compass. Vol. 12, No. 11, November 2017. Outhwaite, William. “Book Review: Enlightened
Hauqola, N. Kholis. “Hermeneutika Hadis: Upaya Common Sense: The Philosophy of Critical
Memecah Kebekuan Teks”. Teologia. Volume Realism”. Sage Journal: European Journal of
24, Nomor 1. Januari – Juni 2013. Social Theory. Vol. 22, No. 1. April 2019.

Hill, David. “German Philosophy: A Very Short Palmer, Richard. E. “Phenomenology” Edmund
Introduction”. Journal of Contemporary Husserl’s Article for the Encyclopaedia
European Studies. Vol. 19, No. 2. Juli 2011. Britannica (1927)”. Journal of the British Society for
Phenomenology, Vol. 2, No. 2. Oktober 2014.
Johnson, Jake. “A Hermeneutic of Divine
Relationship: Implications for the Education Pleydell-Pearce, A. G. “Hermeneutics. Richard
and Training of Christian Marriage and E. Palmer”. Journal of the British Society for
Family Therapists”. Christian Higher Education, Phenomenology. Vol. 1, No. 3. Oktober 2014.
Vol. 19, No. 4. April 2020. Rahmah, Alef Musyahadah. “Hermeneutika
Kerr, Joshua. “Thinking through Sound: Martin Hukum Sebagai Alternatif Metode Penemuan
Heidegger and Wallace Stevens”. Journal Hukum Bagi Hakim Untuk Menunjang
of Speculative Philosophy, Vol. 33, No. 4. Keadilan Gender”. Jurnal Dinamika Hukum.
Desember 2019. Vol. 13, No. 2. 2013. September 2013.

Kirom, Syahrul. “Filsafat Ilmu dan Arah Rohendi, Acep. “Logico-Hypothetico-Verificatif


Pengembangan Pancasila: Relevansinya dalam Sebagai Metoda Imiah Dalam Mencari Ilmu
Mengatasi Persoalan Kebangsaan”. Jurnal Pengetahuan Yang Benar”. Yustisia. Vol. 5,
Filsafat. Vol. 21, No. 2. Agustus 2016. No. 1, Maret 2019.

326 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021


Samarenna, Desti. “Berteologi dalam Konteks Taqiuddin, Habubul Umam. “Hermeneutika
Indonesia Modern”. Evangelikal: Jurnal Teologi Hukum sebagai Teori Penemuan Hukum
Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat. Vol. 1, No. Baru”. Jurnal Ilmiah Mandala Education. Vol.
1. Juni 2017. 2, No. 2. Oktober 2016.
Sannikov, Serhii. “History and Hermeneutic Welch, Liliane, dan Richard E. Palmer.
Horizons of the Bible Commentaries in the “Hermeneutics, Interpretation Theory in
Slavic Context”. Ukrainian Religious Studies. Schleiermacher, Dilthey, Heidegger and
Vol. 80. Februari 2016. Gadamer”. The Journal of Aesthetics and Art
Scarciglia, Roberto. “Reconsidering Comparative Criticism. Vol. 30, No. 2. September 1971.
Methodology in Administrative Law”. Beijing Weruin, Urbanus Ura, Dwi Andayani B., dan St.
Law Review. Vol. 10, No. 04. December 2019. Atalim. “Hermeneutika Hukum: Prinsip dan
Sharma, Bikash. “Plato, Aristotle & the Dialectics Kaidah Interpretasi Hukum”. Jurnal Konstitusi,
of Poetry’, International Journal on Integrated Vol. 13, No. 1. Maret 2016.
Education. Vol. 3, No. 9. September 2020.
Sholikah. “Pemikiran Hermeneutika Wilhelm Buku
Dilthey (1833-1911 M)”. Al Hikmah Jurnal Aristoteles. The Metaphisics. London: Penguin
Studi Keislaman. Volume 7, Nomor 2. Classics. 2004.
September 2017.
Amsari, Muchammad Ali Safa’at, Widodo
Siahaan, Lintong. O. “Hermeneutika Hukum Ekatjahjana, Fatmawati, Saifuddin, Feri.
sebagai Alternatif Metode Penemuan Hukum Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. Jakarta:
Bagi Hakim untuk Menunjang Keadilan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi
Gender”. Dinamika Hukum. Vol. 13, No. 2. Republik Indonesia. 2011.
April 2013.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT.
Susanto, Anthon F., Hesti Septianita, Rosa Gramedia Pustaka Utama. 2002.
Tedjabuwana. “A New Paradigm in
Indonesian Legal Research from Positivistic Hamidi, Jazim. Hermentika Hukum (Sejarah-Filsafat
to Participatory”. Journal of Advanced Research & Metode Tafsir). Malang: UB Press. 2011.
in Dynamical and Control Systems. Vol. 11, No. Jenner, Donald. Hermeneutic Philosophy: History
5 Special Issue. Desember 2019. as the Singular Ground of Thought’. London:
Susilo, Agus Budi. “Penegakan Hukum yang Cogito Publication. 1983.
Berkeadilan dalam Perspektif Filsafat Suriasumantri, Jujun S. Ilmu dalam Perspektif.
Hermeneutika Hukum (Suatu Solusi Yogyakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Terhadap Problematika Penegakan Hukum 2016.
Di Indonesia)”. Jurnal Hukum Dan Peradilan.
McLeod, Ian. Legal Method. London: Macmillan
Vol. 2, No. 3. September 2018.
Education. 1993.
Szaj, Patryk. “Hermeneutics at the Time of the
Wignjosoebroto, Soetandyo. Hukum : Paradigma,
Anthropocene: The Case of Hans-Georg
Metode Dan Dinamika Masalahnya. Jakarta:
Gadamer”. Environmental Values. Vol. 30, No.
Elsam dan HuMa. 2003.
2. April 2021.
Tamrin, Abu. “Relasi Ilmu, Filsafat dan Agama
dalam Dimensi Filsafat Ilmu”. Salam: Jurnal
Sosial Dan Budaya Syar-I. Vol. 6, No. 1. April
2019.

FAJAR SUGIANTO, TOMY MICHAEL, AFDHAL MAHATTA: Konstelasi Perkembangan ... 327
Pustaka dalam Jaringan Mooney, Timothy D. 29 September 2020. “Wilhelm
Gellera, Giovanni, dan Jon W. Thompson. Dilthey (1833-1911) International Encyclopedia of
15 Juli 2017. “An Analysis of Aristotle’s- the Social & Behavioral Sciences: Second Edition”,
Nicomachean Ethics”, <https://doi. https://plato.stanford.edu/entries/dilthey/,
org/10.4324/9781912281848> diakses tanggal 3 Maret 2021.
https://www.taylorfrancis.com/books/
mono/10.4324/9781912281848/analysis-
aristotle-giovanni-gellera-jon-thompson,
diakses tanggal 14 Februari 2021.
Grondin, Jean. 2007. “Gadamer’s Basic
Understanding of Understanding (The Cambridge
Companion to Gadamer)”, https://www.
cambridge.org/core/books/cambridge-
companion-to-gadamer/gadamers-basic-
understanding-of-understanding/7D8B507E
E6A3275466ACFC0F6A16A03A,<https://
doi.org/10.1017/ccol0521801931.003>,
diakses tanggal 11 Februari 2021.

328 NEGARA HUKUM: Vol. 12, No. 2, November 2021

You might also like