You are on page 1of 10

Fenomena Bullying Siswa Dan Upaya Penanganannya (Studi

Kasus Siswa SMP Negeri 1 Polongbangkeng Utara


Kabupaten Takalar)

Aulia Citra Patima Ali


Bimbingan Konseling, Universitas Negeri Makassar, Indonesia
Email: auliacutra@gmail.com

Abstract: The purpose of this study is to determine (1) the forms of bullying behavior (2) the factors
causing the emergence of bullying behavior (3) the impact of bullying behavior (4) Efforts to handle
bullying behavior using WDEP technique reality counseling. This study uses an approach with a
clinical case study method. The results showed that 1) The forms of bullying carried out by NM were
verbal bullying such as calling, calling by nicknames, and calling with parents' names, and physical
bullying such as nudging and pinching. The intensity of NM bullying is 5-6 times a day which is done
in the classroom and in the school canteen. Characteristics of victims of bullying NM are female 2)
The factors that cause NM to do bullying are from parents, NM's personal self, and NM's association
with naughty school friends, and supervision from the school on student activities that is still lacking.
3) The impact of bullying behavior by NM causes his learning achievement to decline and is shunned
by his friends. 4) The handling effort is done by using WDEP technique counseling. The results of the
treatment showed a decrease in bullying behavior. These changes occur because of a change in
awareness within the counselee that focuses on current events or current conditions, on personal
strengths or what the counselee wants, and encourages individuals to develop better behavior so that it
can be useful for the future for the subject and for society. as well as country.

Keywords: Bullying, Verbal, Reality Technique, WDEP.

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui (1) Bentuk-bentuk perilaku bullying (2)
Faktor-faktor penyebab munculnya perilaku bullying (3) Dampak perilaku bullying (4) Upaya
penanganan perilaku bullying menggunakan konseling realitas teknik WDEP. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode case study klinis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) Bentuk bullying yang dilakukan oleh NM berupa bullying verbal seperti
mengejek, memanggil dengan nama julukan, dan memanggil dengan nama orang tua, dan bullying
fisik seperti menyenggol dan mencubit. Intensitas NM melakukan bullying adalah 5-6 kali dalam
sehari yang dilakukan di dalam kelas maupun di kantin sekolah. Karakteristik korban bullying NM
adalah perempuan 2) Faktor penyebab NM melakkan bullying adalah dari orang tua, diri pribadi NM,
dan pergaulan NM dengan teman sekolah yang nakal, dan pengawasan dari pihak sekolah terhadap
aktivitas siswa yang masih kurang. 3) Dampak perilaku bullying yang dilakukan oleh NM
menyebabkan prestasi belajarnya menurun dan dijauhi oleh temannya. 4) Upaya penanganan yang
dilakukan adalah dengan menggunakan konseling realitas teknik WDEP. Hasil penanganan
menunjukkan menurunnya perilaku bullying. Perubahan tersebut terjadi karena adanya perubahan
kesadaran dalam diri konseli yang berfokus pada kejadian saat ini atau kondisi saat ini, menekankan
pada kekuatan pribadi atau apa yang diinginkan oleh konseli, dan mendorong individu untuk
mengembangkan perilaku yang lebih baik agar dapat bermanfaat untuk kedepanya bagi Subjek
maupun untuk masyarakat maupun Negara

Kata Kunci: Bullying, Teknik Realitas, WDEP.


Ali, Fenomena Bullying Siswa Dan Upaya Penanganannya (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 1
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)

PENDAHULUAN catatan kasus tentang siswa yang melakukan


tindakan bullying. Catatan tersebut berasal dari
Salah satu fenomena yang menyita laporan salah satu korban bully yang kemudian
perhatian dalam dunia pendidikan zaman ditindaklanjuti oleh guru BK. Pada catatan kasus
sekarang adalah kekerasan yang kadang terjadi di yaitu siswa NA dilaporkan telah membully siswa
sekolah, setiap tahun selalu saja ada kasus-kasus lainnya dengan melakukan pemukulan dan
baru tentang perilaku siswa yang dikategorikan menghina secara verbal kepada salah seorang
sebagai perilaku menyimpang baik dilakukan siswa. NA juga melakukan penghinaan dan
secara sengaja dengan niat untuk melemahkan melakukan ancaman di media sosial instagram
korban, mempermalukan, dan dilakukan dengan mengomentari salah satu foto korban
berulang-ulang sehingga perilaku bullying di dengan nada yang terkesan mengejek seperti
anggap sebagai hal yang menakutkan di kalangan menuliskan kata-kata “gendut” dan “jelek”
siswa. sehingga siswa tersebut merasa malu dan tidak
Fenomena perilaku bullying di sekolah masuk sekolah selama beberapa hari.
semakin lama banyak bermunculan. Hal ini Sementara menurut hasil wawancara
diperkuat oleh data dari Unit Perlindungan Anak awal dengan para siswa kasus bullying yang oleh
Polrestabes Makassar yang merilis kasus seorang siswa berinisial M. Berdasarkan hasil
kekerasan anak di Kota Makassar sepanjang wawancara dengan siswa tersebut sering
tahun 2018, sebanyak 52 kasus kekerasan terjadi mendapat perlakuan yang kurang menyenagkan
di Makassar didominasi lingkungan sekolah. atau menjadi korban bullying, ia sering diejek
Bullying yang paling banyak dilakukan adalah oleh teman kelasnya yang berinisial NM yang
memanggil dengan panggilan tidak sering mengejek M ketika berpapasana ataupun
menyenangkan atau memanggil dengan nama bertemu dengannya, “saya sering di bilangi
orang tua. Sementara selebihnya adalah bullying tujuh/situju, itu namanya bapakku sama NM
fisik yakni memalak, memukul, dan menendang sama teman-temanya juaga kalo ketemuka
bagi siswa laki-laki dan menjambak bagi siswa dijalan atau di kantin” ungkap korban saat
perempuan (Kumparan, 2018). diwawancarai. Perilaku NM ini kerap sering
Penelitian terhadap motif perilaku terjadi di lingkungan sekolah hal ini juga
bullying pada SMP Negeri 1 Polongbangkeng didukung teman-teman sepergaulanya atau
Utara sangat penting, mengingat bahwa usia teman-teman dekatnya hingga perilaku ini sudah
sekolah menengah pertama (12-14 tahun) anak dianggap lumrah untuk mereka lakukan hingga
mulai mengidentifikasi terhadap lingkungan dan saat ini. Ketika NM berada didalam kelas dia
pergaulan disekitarnya, sehingga membutuhkan tidak segan atau sengaja mengejek teman
pengawasan dan arahan dari kelasnya ketika hendak ingin meminjam barang
berbagai pihak, baik orang tua ataupun guru di temanya dengan memanggil nama oarang tuanya
sekolah. secara tidak sadar atau secara tidak langsung NM
Berdasarkan hasil survei di SMP Negeri telah melakukan tindakan bullying kepada teman
1 Polongbangkeng Utara masih ditemukan yang ingin dipinjami barang. Ketika perilaku ini
banyaknya kasus bullying yang terjadi berlangsung terus menerus siswa yang lain akan
dikalangan siswa. Hal ini diperoleh dari hasil ikut menriu perilaku NM dan akan berdampak
wawancara awal dengan guru BK beserta ceita- buruk bagi pelaku, namun berdapak juga kepada
cerita yang beredar dikalangan para siswa disana. sang korban. Adapaun dampak bagi korban dapat
Wawancara pada tanggal 4 Februari 2020 dengan berbentuk fisik, psikologis, maupun sosial.
Ibu HR selaku Guru BK SMP Negeri 1 Dampak tersebut berupa luka lebam, sakit
Polongbangkeng Utara mengemukakan bahwa kepala, sakit tenggorkan, depresi, pelemahan
bentuk bullying SMP Negeri 1 Polongbangkeng jarga diri, cemas berlebihan, ketakutan, tidak
Utara yang sering terjadi yaitu bullying verbal percaya diri, menghindar dari pelaku, dan
dan bullying fisik. Bullying verbal seperti mentup diri dari lingkungan. Sedangkan bagi
mengejek, menghina, dan mentertawai, pelaku sendiri, dampak negative bullying
sedangkan bullying fisik seperti menyenggol diantaranya, menyebabkan watak yang keras
ketika berjalan. Bullying yang terjadi disebabkan prestasi sekolah rendah, melakukan kriminalitas,
karena sikap siswa yang merasa dirinya lebih penyalahgunaan obat-obatan.
hebat dibandingkan teman lainnya. Sayangnya mereka yang melakukan
Hasil wawancara dengan guru BK pada bullying atau tindak kekerasan seperti
tanggal 16 Juli 2019 diketahui bahwa terdapat menyenggol ketika berjalan, menampar, dan
Ali, Fenomena Bullying Siswa Dan Upaya Penanganannya (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 1
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)

mengatai kasar (menghina) teman mereka sendiri cerdas, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
tidak merasa bersalah sama sekali karena telah negara yang demokratis serta bertanggung jawab
melakukan tindakan yang tidak pantas dilakukan (Kemendiknas, 2009).
oleh seorang pelajar akan tetapi sebaliknya Sekolah dapat dikatakan sebagai rumah
mereka merasa hebat, sombong dan bangga atas kedua bagi anak-anak, karena sekolah adalah
perlakuan yang tidak pantas tersebut. Karena tempat yang dipercayai oleh orang tua agar anak-
merasa puas atas perilaku bullying mereka anaknya mampu menuntut ilmu,
menjadi senang dan melakukan bullying mengembangkan potensi, mendapatkan
berulangkali dengan korban yang baru lagi dan pengalaman baru, maupun teman baru. Selain
menjadikan yang awalnya korban bullying itu, sekolah juga diharapkan mempu memberikan
menjadi pelaku bullying untuk membalas (balas perlindungan, pengarahan, dan pengawasan
dendam) atas perilaku yang dialaminya atau bisa terhadap anak-anak yang sedang mempersiapkan
jadi dia meniru perilaku bullying yang pernah bekal hidupnya nanti dan pada saat ini kasus
dialami untuk mendapat pengakuan dari teman- bullying menjadi kasus yang paling sering terjadi
temnya sehingga membuat perilaku bullying di disekolah.
sekolah tidak pernah bisa terputus bahkan jumlah Kasus bullying yang terjadi disekolah
kasus akan meningkat ini bisa membuat sekolah biasanya terjadi karena rasa ingin diakui atau
menjadi tempat tidak aman dan ditakuti oleh para masuk kedalam kelompok tertentu dan senioritas
siswa yang ingin bersekolah juga dapat yang dilakukan kakak kelas pada adik kelas.
berdampak besar bagi kesehatan fisik maupun Tempat yang biasa menjadi lokasi tindakan
mental siswa dan menjadikan perilaku bullying bullying ialah di ruang kelas, toilet, kantin,
sebagai tradisi ataupun ajang unjuk diri untuk taman, pintu gerbang, bahkan di luar pagar
mencari kepopuleran di sekolah. sekolah. Akibatnya, sekolah bukan lagi menjadi
Bullying yang dilakukan oleh siswa di tempat yang menyenangkan bagi siswa
sekolah yang semakin banyak menghiasi deretan melainkan menjadi tempat yang menakutkan.
berita baik di media cetak maupun elektronik Perilaku bullying tidak hanya membuat korban
menjadi bukti telah tercemarnya nilai-nilai menderita ketakutan di sekolah saja, bahkan
kemanusiaan. Salah satu kasus bullying yang banyak kasus bullying yang mengakibatkan
menjadi sorotan akhir-akhir ini yakni Aksi korbannya meninggal.
sejumlah siswi SMP di kabupaten Pangkep. Bukan rahasia umum lagi bahwa korban
SulSel, yang melakukan aksi bullying mendadak bullying sering mendapat perlakuan kasar baik
viral di media sosial (medsos). Tertangkap aksi secara fisik seperti di tendang, di tampar, di
tersebut terjadi gara-gara persoalan peminjaman senggol, hingga pelecehan seksual dan secara
uang dan ponsel yang bermasalah. Dalam video mental seperti di katai kasar/dihina, di
yang beredar tampak pelaku menampar korban jauihi/tidak ada yang ingin berteman, mengalami
dan di dalam ruang kelas dan siswi lainnya rasa kesepian hingga depresi dan ingin bunuh
mengelilingi korban dan menyorakinya, Pelaku diri. Houghton,dkk (Shidiqi dan Suprapti, 2013)
melakukan aksi tersebut lantaran kesal atas uang dalam penelitianya menunjukan bahwa remaja
korban belum di bayar oleh korban (Tribun penindas (the bully) baik laki-laki maupun
Timur, 2019).. perempuan melakukan bullying karena untuk
Tentunya kasus-kasus kekerasan tersebut memperoleh kekuasaan atas orang lain. Penindas
tidak saja mencoreng citra pendidikan yang (the bully) mempertahankan dan
selama ini dipercaya oleh banyak kalangan memperjuangkan perilaku bullying untuk
sebagai sebuah tempat dimana proses mendapatkan reputasi di atas dalam interaksi
pembelajaran secara optimal dan bermutu untuk sosial. Atau dalam beberapa kasus mereka
dapat melahirkan siswa yang berkualitas, melakukan bullying karena ada rasa dendam, iri
sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang hati, senioritas, lingkungan sekolah yang
RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3, bahwa memungkinkan perilaku bullying terjadi, dan
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan masalah pribadi yang sedang dialami penindas
kemampuan dan membentuk watak, serta (the bully) sehingga melampiaskanya keteman
peradab bangsa yang bermanfaat dalam rangka mereka.
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan Seiring dengan waktu ketika mereka
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar melakukan perilaku bullying dan mendapatkan
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa rasa nyaman, aman serta popularitas disekolah
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, membuat mereka terlena dan akan melakukan
Ali, Fenomena Bullying Siswa Dan Upaya Penanganannya (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 1
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)

bullying terus menerus, perilaku ini akan mereka, kemungkinan hal-hal yang dapat mereka
menjadi kebutuhan penindas (the bully) untuk lakukan, peluang untuk eksplorasi diri, dan
mewujudkan keinginanya ketika perilaku merancang rencana untuk perbaikan. Masing-
bullying tidak ditangani dengan cepat akan masing surat mengacu pada kelompok strategi:
menjamur dan berkembang pesat dan akan W= keinginan dan kebutuhan; D= arah dan
berpengaruh besar terhadap masa depan para perilaku; E= evaluasi diri; dan P= perncanaan.
remaja tersebut. Strategi-strategi ini dirancang untuk
Qoiroz, dkk (Anesty: 2009) mempromosikan perubahan.
mengemukakan faktor terjadinya perilaku
bullying ada 3 yaitu faktor hubungan keluarga METODE
yang menoleransi adanya kekerasan atau
bullying, faktor teman sebaya yang memberikan Penelitian dilaksanakan dengan
pengaruh negatif dengan cara menyebarkan menggunakan kualitatif dengan jenis studi kasus
bahwa bullying bukanlah suatu masalah besar klinis. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1
dan merupakan suatu hal yang wajar untuk Polongbangkeng Utara. Subyek penelitian adalah
dilakukan, dan faktor sekolah sering 1 orang siswa yang teridentifikasi sebagai korban
mengabaikan keberadaan perilaku bullying. bullying.
Bullying tergolong kepada perilaku yang Data penelitian ini berasal dari
tidak baik atau perilaku menyimpang, hal ini wawancara. Adapun analisis data yang
dikarenakan bahwa perilaku tersebut memiliki digunakan adalah teknik trianggulasi.
dampak yang cukup serius. Bullying dalam
jangka pendek dapat menimbulkan perasaan HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak aman, terisolasi, perasaan harga diri yang
rendah, depresi, atau menderita stress yang dapat 1. Gambaran Perilaku Bullying
berakhir dengan bunuh diri. Dalam jangka Bullying merupakan sebuah perilaku
panjang, korban bullying dapat menderita sosial yang negatif dimana perilaku ini bertujuan
masalah emosional dan perilaku. Penekanan untuk menyakiti orang lain secara berulang-
perilaku bullying dengan memberikan tindakan ulang. Pada norma sosial, menyakiti orang lain
kurang nyaman kepada orang lain. Mencaci, merupakan sebuah pelanggaran, karena setiap
merendahkan, mencela, memberikan julukan, orang berhak untuk mendapatkan rasa aman dari
menendang, mendorong, memukul meminta perilaku negatif orang lain. Perilaku bullying di
uang/merampas, menghindar serta menolak lingkungan sekolah sampai saat ini masih terus
untuk berteman merupakan bentuk nyata dalam terjadi, seperti di SMP Negeri 1 Polongbangkeng
tindakan bullying. Utara
Analisis terhadap perilaku bullying yang Bentuk Perilaku bullying yang dilakukan
dilakukan oleh NM menunjukkan bahwa oleh subjek ada 2 jenis, yakni perilaku bullying
terdapat kebutuhan mendasar yang tidak Verbal dan Fisik. Perilaku bullying fisik seperti
terpenuhi dari NM yaitu kebutuhan untuk seperti menyenggol maupun mencubit temannya.
bersosialisasi dan mendapatkan pengakuan dari Sedangkan bullying verbal seperti mengejek
sekitarnya sebagai pemenuhan kebutuhan dengan nama julukan dan memanggil korban
dasarnya. Untuk mendapatkan pengakuan dari dengan nama orang tua. Hasil tersebut sesuai
sekitarnya, NM melakukan pembullyan. dengan penelitian Astuti (2008) yang
Mempertimbangan pilihan upaya solusi yang menyatakan bullying fisik dapat berupa
dapat mengatasi perilaku bullying maka peneliti menggigit, menarik rambut, memukul,
menggunakan teknik WDEP dari koseling menendang, mengunci, dan mengintimidasi
realitas sebagai upaya pengentasan perilaku korban di ruangan atau dengan mengitari,
bullying. memelintir, menonjok, mendorong, mencakar,
Pendapat ini sejalan dengan pandangan meludahi, mengancam, dan merusak kepemilikan
Pitrawati (2019) yang menjelaskan teknik (property) korban, penggunaan senjata dan
WDEP bertujuan untuk membantu konseli dalam perbuatan kriminal.
menilai keinginan, perilaku dan kemudian Intensitas subjek dalam melakukan
merumuskan rencana untuk mencapainya. Sistem bullying ini dapat dikatakan sangat sering
teknik WDEP yang dimaksud menurut Corey melakukan bullying. Dari teman subjek ada yang
(2015) adalah sistem yang dapat digunakan mengatakan bahwa subjek ini melakukan
membantu klien untuk mengeksplorasi keinginan bullying tiap hari, ada juga yang mengatakan
Ali, Fenomena Bullying Siswa Dan Upaya Penanganannya (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 1
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)

tidak tiap hari namun sering. Begitu juga dengan Hal ini bisa menjadi pemicu subjek untuk
subjek sendiri yang mengaku pernah pernah melampiaskan kekesalannnya terhadap orang
melakukan bullying sekali dalam sepekan bahkan lain. subjek juga terlihat kurang mendapat
sampai 6 kali, sehingga disimpulkan bahwa perhatian dari ibu maupun bapaknya. Orang tua
tingkat perilaku bullying yang dilakukan oleh dari subjek sering sakit-sakitan sehingga
subjek adalah perilaku bullying yang agak tinggi. terkadang subjek ditinggal di rumah sendiri.
Adanya perilaku bullying sesuai dengan Kekerasan dalam keluarga sebagai penyebab
penelitian yang dilakukan oleh Sartana dan bullying sesuai dengan pendapat Arya (2018)
Afriyeni (2017) dalam studinya pada siswa di yang menerangkan bahwa keluarga sebagai
Padang menemukan bahwa terdapat 78,0 persen salah satu faktor penyebab anak berperilaku
siswa yang mengaku pernah melihat bullying, bullying dengan suka menghukum anak.
21,0 persen siswa pernah menjadi pelaku, dan Dari sisi pergaulan dengan teman sekolah,
49,0 persen siswa pernah menjadi korban. didapati informasi bahwa subjek ini bergaul
Sementara itu, hasil penelitian Safaria (2016) dengan teman-teman yang menurut subjek
juga menunjukkan bahwa 80 persen siswa (total sendiri, adalah teman-teman yang nakal.
102 siswa) dalam penelitiannya telah sering Seringkali subjek melakukan bullying bersama
mengalami bullying dan bullying dianggap dengan temannya. hal ini sejalan dengan hasil
sebagai peristiwa kehidupan yang penuh stres. penelitian yang dilakukan oleh Septiyuni bahwa
Kasus bullying diduga akan terus meningkat teman sebaya menjadi salah satu faktor penyebab
seiring dengan kemajuan dalam penggunaan dari perilaku bullying. Jika dilihat dari penataan
perangkat teknologi informasi. Ada beberapa lingkungan sekolah, sudah lumayan baik
faktor yang memengaruhi motif perilaku bullying menurut guru BK. Namun hasil observasi
yaitu faktor keluarga, kegagalan dalam lapangan menunjukkan beberapa area yang tidak
mengontrol diri, dan faktor lingkungan (Pandie mudah untuk dijangkau oleh guru-guru dengan
& Weismann 2016). pengamatan jarak jauh, seperti area antar kantin,
Tempat subjek dalam melakukan dan area samping mushallah sekolah yang
bullying biasanya di manapun ia bertemu dengan berbatasan langsung dengan pagar sekolah,
korbannya, baik itu di kelas maupun diluar kelas tingkat pengawasan pihak guru maupun pihak
seperti di pekarangan, maupun di kantin. petugas keamanan sekolah yang masih lemah
Sedangkan karakteristik dari siswa yang sering terhadap aktifitas siswa juga menjadi salah satu
menjadi sasaran perilaku bullying subjek hal pendukung terjadinya bullying. disamping
kebanyakan perempuan, yang berprestasi dan itu, dari diskusi dengan beberapa guru,
merasa sok cantik, membuat NM merasa jengkel. ditemukan informasi bahwa sedikit guru yang
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Coloroso ingin mengambil resiko untuk menangani
(2006) yang menyatakan bahwa pada umumnya masalah siswa. Sementara jika dilihat dari
anak laki-laki lebih banyak menggunakan hubungan antar anggota organisasi di sekolah,
bullying secara fisik dan anak perempuan banyak peneliti rasa sudah cukup baik hubungannya,
menggunakan bullying relasional/pengabaian, baik hubungan pada saat pelaksanaan MOS,
namun keduanya sama-sama menggunakan maupun antar anggota organisasi osis yang ada
bullying verbal. Perbedaan ini lebih berkaitan di sekolah ini.
dengan pola sosialisasi yang terjadi antara laki- Dari sisi pergaulan dengan lingkungan
laki dan perempuan masyarakat tempat tinggal, orang tua subjek
2. Faktor penyebab bullying menyampaikan bahwa pergaulan di sekitar
Selain perasaan jengkel terhadap lingkungan rumahnya baik-baik saja. Orang tua
temannya, beberapa faktor lain yang juga subjek menyampiakan bahwa tidak mungkin
berpengaruh terhadap perilaku bullying yang pergaulan lingkungan sekitar rumah yang
subjek lakukan diantaranya yakni dari faktor menjadi penyebab perilaku bullying yang subjek
keluarga, faktor sekolah, faktor sosial dan faktor lakukan, sebab tetangga rumah subjek semuanya
pribadi. mempunyai hubungan keluarga. Dari
Perlakuan terhadap subjek yang penyampian tersebut dapat disimpulkan bahwa
diterapkan oleh kedua orang tua subjek cukup hubungan dengan anggota masyarakat baik-baik
keras, seperti ketika ada kabar dari tetangga saja. Dari sisi media massa, nampaknya perilaku
mengenai kelakukan buruk anaknya di sekolah, bullying subjek terpengaruh oleh film yang biasa
orang tua memukul subjek dengan bambu atau ia tonton pada malam hari di rumah, dan
mencubit ketika subjek melakukan kesalahan.
Ali, Fenomena Bullying Siswa Dan Upaya Penanganannya (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 1
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)

biasanya mepraktekkan gaya tinju tersebut ke sosialnya. Bagi hubungan sosial, dampak yang
teman-temannya. ditimbulkan oleh perilaku bullying subjek adalah
Hal tersebut sesuai dengan pendapat dijauhi oleh teman-temannya dan membuat siswa
Levianti (2008), media massa yang menampilkan yang lain ikut-ikutan untuk melakukan bullying.
kisah tentang kebrutalan, kekerasan, dan Teman kelas dari subjek menyampaikan
perkelahian secara tidak langsung memberikan bahwa subjek jarang bergaul dengan subjek
dampak buruk bagi remaja dan anak-anak, karena kenakalan subjek. Lain hal nya dengan
sedangkan Saripah (Masdin, 2013) mengatakan apa yang disampaikan oleh orang tua bahwa
bahwa berdasarkan penelitian oleh kompas, perilaku subjek ini berdampak pada temannya,
sebanyak 56,9% anak-anak meniru adegan film dimana teman subjek juga ikut-ikutan untuk
yang ditontonnya. melakukan bullying. Catatan penilaian sikap di
Karakter subjek tergolong tempramental. Rapor subjek menunjukan bahwa sikap santun,
Ketika subjek marah, terkadang subjek langsung toleransi, gotong royong, rasa percaya diri,
ambil barang tajam. Selain itu, subjek sendiri kejujuran, kedisiplinan, dan rasa tanggung jawab
juga menyampiakan bahwa ia memang senang masih sangat perlu NM tingkatkan.
ketika menganggu temannya. dengan demikian Dari sisi prestasi belajar, perilaku
subjek memiliki kecenderungan untuk bullying yang dilakukan oleh subjek berdampak
berperilaku agresif. Tingkat Empati yang subjek pada menurunnya level kelasnya, yang awalnya
miliki juga nampaknya kurang, karena ia tetap di kelas A, sekarang berada di kelas D. Pada
melakukan bullying kepada teman-temannya awal masuk sekolah, subjek berada kelas VII
meskipun ia tahu bahwa yang menjadi pada level A, namun saat tiba masa naik tingkat,
korbannya merasa sakit hati. subjek juga NM berada di kelas VIII namun dipindahkan ke
mempunyai tingkat kepercayaan diri yang level D atau tingkat bawah. Ini terjadi karena
cenderung rendah sehingga perlu untuk sikap yang subjek tunjukan kepada teman-
ditingkatkan. Hal ini terlihat ketika subjek di temannya maupun dengan guru-gurunya dan
minta untuk menyampaikan pendapat di depan nilai mata pelajaran subjek yang agak rendah.
umum, subjek mengaku malu. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian
Faktor yang diuraikan di atas sesuai Luthur (2006) yang menjelaskan bahwa kasus-
dengan pendapat Pratiwi (2011) menjelaskan kasus bullying, sejalan dengan perlakuan
bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan negative yang berlangung terus menerus,
remaja melakukan bullying. Faktor pernah kekerasan secara berkelanjutan memiliki efek
dibully sesuai dengan pendapat Riebel, dkk yang sanagat negative, seperti munculnya
(2009) menunjukkan adanya keterkaitan antara problem kecemasan, depresi, dan mengalami
bullying dalam kehidupan nyata dengan space. penurunan kemampuan belajar dikarenakan ia
Hanya 3,69% anak dari seluruh sampel, pernah mengalami kesulitan konsentrasi dan penurunan
menjadi pelaku dari bullying. Dari 77 sampel dalam memorinya sehingga prestasi anak secara
yang diteliti, terdapat 63 sampel (81,81%) yang akademis akan menun secara signifikan
melaporkan bahwa mereka juga menjadi bullies 4. Penanganan Perilaku Bullying
dalam kehidupan nyata. Sedangkan di Indonesia Upaya penanganan telah dilakukan oleh
tak jarang korban dari bullying ini adalah juga pihak sekolah, berupa penggunaan sistem poin,
sebagai pelaku dari bullying, seperti hasil dan pendekatan kepada subjek dan orng tuanya.
penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2012), Sistem poin digunakan dalam tata tertib siswa
sebanyak 32% siswa pernah menjadi pelaku dari dengan harapan siswa akan segan untuk
bullying dan sarana yang paling banyak menunjukan perilaku bullying di sekolah.
digunakan adalah jejaring sosial. Peristiwa walaupun demikian, masih saja terjadi bullying
bullying yang terjadi di kehidupan nyata di sekolah ini, salah satunya dilakukan oleh
memiliki pengaruh besar untuk menjadi pelaku subjek. Ketika melakukan bullying, guru/wali
dari bullies (pelaku bullying). Penelitian kelas yang biasa dapati subjek langsung
sebelumnya menjelaskan bahwa, pelaku bullying memberikan nasehat-nasehat kepada subjek.
di kehidupan nyata dapat dengan mudah untuk Guru BK sendiri telah melakukan beberapa
menjadi pelaku bullying di dunia maya. tindakan kepada subjek tetapi tidak membuahkan
3. Dampak Bullying hasil yang maksimal perilaku subjek kembali lagi
Dampak yang ditimbulkan dari perilaku seperti semula.
bullying yang subjek lakukan, berdampak pada Mengevaluasi permasalahan diatas maka
prestasi belajar subjek, maupun hubungan peneliti mengajukan teknik WDEP sebagai
Ali, Fenomena Bullying Siswa Dan Upaya Penanganannya (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 1
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)

alternatif solusi karena Teknik WDEP untuk menjalankannya sebagai wujud akan
merupakan suatu teknik konseling yang tanggung jawab diri.
menekankan perubahan perilaku dengan Perubahan perilaku bullying setelah
memahami kenyataan diri (Reality), mendapat perlakuan teknik WDEP, karena teknik
menumbuhkan kesadaran diri (Right) dan WDEP menekankan siswa untuk memahami
tanggung jawab diri (Responsibility) kenyataan dirinya (Reality) dengan memperjelas
menggunakan sistematika tiap tahap huruf dalam keinginan-keinginan diri yang hendak dicapai
pelaksanaan konselingnya. Tiap huruf dalam melalui eksplorasi keinginan diri (Want) dan
teknik WDEP mewakili tindakan tersendiri, memahami perilaku dan usaha diri yang selama
dimana W (Want): mengungkap keinginan; D ini telah dilakukan melalui eksplorasi perilaku
(Doing): mengungkap tindakan; E (Evaluation): dan usahanya selama ini (Doing). Kemudian
mengevaluasi tindakan berdasarkan keinginan; P siswa diarahkan untuk menyadari (Right)
(Planning): membuat perencanaan perubahan. kesesuaian antara keinginan diri dan perilaku dan
Motivasi belajar rendah yang dialami siswa usaha yang telah dilakukan melalui penilaian
dianggap sebagai kurangnya aspek kesadaran kenyataan diri, sehingga siswa memahami
dan tanggung jawab sesuai kenyataan dirinya, kekurangan pada dirinya dan sadar bahwa perlu
sehingga perlu langkah untuk menumbuhkan adanya perubahan perilaku diri yang lebih baik.
kembali aspek-aspek siswa tersebut melalui Selanjutnya siswa diarahkan untuk melakukan
teknik WDEP. perubahan-perubahan perilaku belajar yang baru
Pelaksanaan tahap kerja memiliki 4 dengan merumuskankan perencanaan langkah-
tahapan inti, yaitu tahap Want, tahap Doing, langkah perubahan (Planning) yang akan
tahap Evaluation, dan tahap Planning. Tahap dilakukan dan menekankan siswa untuk
kerja diawali pemberian teknik Want, dimana menjalankan perencanaan perubahan dengan
konselor melakukan eksplorasi keinginan- sungguh-sungguh sebagai wujud tanggung jawab
keinginan yang ingin dicapai oleh konseli dirinya (Responsiblity).
melalui lembar LKS teknik Want dan tanggapan Tindak lanjut dari pelaksanaan penelitian
langsung dari konseli. Selanjutnya memasuki ini merupakan upaya peneliti dalam mengetahui
tahap Doing, pada tahapan ini konselor perkembangan perilaku NM terhadap
mengungkap perilaku-perilaku yang selama ini penanganan yang telah diberikan dan
ditampilkan sebagai usaha konseli mencapai mengupayakan agar perilaku yang telah
keinginan yang telah ditentukan, pengungkapan dipelajari dapat dipertahankan sehingga NM
melalui lembar LKS teknik Doing dan tanggapan menurunkan intensitas perilaku bullying. Karena
langsung dari konseli. Pelaksanaan tahapan diperlukan waktu yang cukup lama dalam
teknik Want dan teknik Doing bertujuan untuk melihat perkembangan perilaku NM, maka peran
mengungkap aspek kenyataan diri (Reality) dari dari guru BK, wali kelas guru, mata pelajaran
konseli. Kemudian beralih ke tahap teknik dan teman-teman NM sangat diperlukan untuk
Evaluation, pada tahap ini konselor mengarahkan mendukung dan memantau perkembangan
konseli untuk merefleksi aspek kenyataan dirinya perilaku NM.
dan menilai apakah masih ada yang perlu di ubah .
atau diperbaiki. Refleksi diri dilakukan dengan
pemberian LKS teknik Evaluation serta SIMPULAN DAN SARAN
memaksimalkan keinginan konseli. tujuan dari
tahap Evaluation ialah konseli menyadari akan Kesimpulan penelitian: (1) Bentuk
kenyataan dirinya dan bagaimana bullying yang dilakukan oleh NM berupa
memaksimalkan potensi diri. Tahap kerja bullying verbal seperti mengejek, memanggil
selanjutnya ialah pelaksanaan teknik Planning, dengan nama julukan, dan memanggil
pada tahap ini konselor mengarahkan konseli
dengan nama orang tua, dan bullying fisik
untuk menyusun rumusan perencanaan sebagai
upaya perbaikan diri, dan menegaskan komitmen seperti menyenggol dan mencubit. Intensitas
pada setiap responden untuk menjalankan NM melakukan bullying adalah 5-6 kali
perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan dalam sehari yang dilakukan di dalam kelas
dilakukan menggunakan lembar LKS teknik maupun di kantin sekolah. Karakteristik
Planning dan pendampingan dari konselor. korban bullying NM adalah perempuan 2)
Tujuan tahapan Planning ialah setiap responden Faktor penyebab NM melakkan bullying
memiliki rencana perubahan diri dan komitmen adalah dari orang tua, diri pribadi NM, dan
Ali, Fenomena Bullying Siswa Dan Upaya Penanganannya (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 1
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)

pergaulan NM dengan teman sekolah yang DAFTAR PUSTAKA


nakal, dan pengawasan dari pihak sekolah
terhadap aktivitas siswa yang masih kurang. Amamiyatul A. 2019. Terapi Realitas Untuk
3) Dampak perilaku bullying yang dilakukan Mengendalikan Self Control Pada
oleh NM menyebabkan prestasi belajarnya Seorang Remaja Yang Melakukan
menurun dan dijauhi oleh temannya. 4) Bullying Di Desa Bendet Kecamatan
Upaya penanganan yang dilakukan adalah Diwek Kabupaten Jombang.skripsi.
Jombang: Program Studi Bimbingan Dan
dengan menggunakan konseling realitas Konseling unoversitas Islam Negri Sunan
teknik WDEP. Hasil penanganan Ampel.
menunjukkan menurunnya perilaku bullying.
Perubahan tersebut terjadi karena adanya Anesty, Esya. 2009. Konseling Kelompok
perubahan kesadaran dalam diri konseli yang Behavioral untuk Mereduksi Perilaku
berfokus pada kejadian saat ini atau kondisi Bullying Siswa Sekolah Menengah Atas
saat ini, menekankan pada kekuatan pribadi (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap
atau apa yang diinginkan oleh konseli, dan Siswa Kelas X Bandung). Skripsi.
mendorong individu untuk mengembangkan Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan
perilaku yang lebih baik agar dapat dan Bimbingan UPI.
bermanfaat untuk kedepanya bagi Subjek
Anjasuma, A. 2018. Analisis Sebab-Akibat
maupun untuk masyarakat maupun Negara. Bullying Remaja (Studi Kasus Pada 2
Saran: Berdasarkan hasil penelitian maka
Ssiswa Negeri di Yogyakarta tahun Ajaran
disarankan bagi 1) orang tua untuk
2017/2018). Skripsi. Yogyakarta:
menumbuhkan sikap empati anak dalam universitas Sanata Dharma
kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan
anak dalam kegiatan-kegiatan sosial di Ardy., & Wiyani. 2012. Save Our Children From
masyarakat seperti gotong royong, School Bullying. Yogyakarta: Ar- Ruzz
memberikan tayangan film atau video yang Media.
mewujudkan nilai-nilai empati dalam
kehidupan sehingga dapat menginspirasi Arya, Lutfi. 2018. Melawan Bullying:
anak. Mengurangi akses anak terhadap film- Menggagas Kurikulum Anti Bullying di
film yang menampilkan kekerasan. Sekolah. Mojokerto: CV Sepilar
Menghargai anak atas perbuatan baik yang Publishing House Anggota IKAPI.
telah dilakukannya, seperti mengucapkan
Astuti, Endang Sri,. & Resminingsih. 2010.
terimakasih apabila telah mendapat bantuan Bahan Dasar untuk Pelayanan Konseling
dari anak. Sedapat mungkin orang tua pada Satuan Pendidikan Menengah Jilid
menghindari hukuman fisik terhadap anak 1. Jakarta: PT Grasindo.
dan memberikan penjelasan kepada anak
mengenai perilaku yang salah. 2) bagi tenaga Astuti, Ponny Retno. 2008. Meredam Bullying: 3
pendidik di Sekolah senantiasa mengajarkan Cara Efektif Mengatasi K.P.A (Kekerasan
nilai-nilai empati dengan memberikan Pada Anak). Jakarta: PT Grasindo.
contoh figur terdekat dengan siswa,
melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan Baron, Robert A., & Byrne. 2015. Psikologi
sosial, meningkatkan kerjasama antar tenaga Sosial. Edisi X. Terjemahan oleh Ratna
Djuwita. Jakarta: Erlangga.
pendidik dalam melakukan pengawasan dan
penanganan terhadap masalah siswa. Coloroso, B. 2006. Penindas, Tertindas, dan
memberikan peluang kepada guru BK untuk Penonton: Resep Memutus Rantai
meningkatkan keterampilan diri dalam Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga
penanganan masalah bullying. SMU. Jakarta: Serambi.

Cowie, Helen,. & Jennifer, Dawn. 2009.


Penanganan Kekerasa di Sekolah
(Pendekatan Lingkup Sekolah untuk
Ali, Fenomena Bullying Siswa Dan Upaya Penanganannya (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 1
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)

Mencapai Praktik Terbaik). Terjemahan Kewarganegaraan, (Online), Vol. 1, No.


oleh Ursula Gyani. Jakarta: Indeks. 04,
http://jurnalmaahsiswa.unesa.ac.id/index.p
Herlina U. 2015. Teknik Role Playing Dalam hp/jurnal-pendidikan-kewarga ne
Konseling Kelompok. SOSIAL garaan/article/view/14160/4887, (diakses
HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial. Vol 24 Januari 2020).
2 (no. 1): 97.
Rahardjo, Susilo., & Gudnanto. 2016.
Januarko, Wahyu. 2013. Studi Tentang Pemahaman Individu: Teknik Nontes.
Penanganan Korban Bullying pada Siswa Jakarta: Prenadamedia Group.
SMP Se-Kecamatan Trawas. Jurnal BK
UNESA, (Online), Vol. 04, No. 02, Semai Jiwa Amini. 2008. Bullying : Mengatasi
http://jurnal-bk-unesa/article/view/7440, Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan
(diakses 22 Januari 2020). Sekitar Anak. Jakarta: PT Grasindo.

Kemendiknas. 2009. Undang-undang Sistem Septandari, Edilburga Wulan. 2013. Mengurangi


Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Bullying melalui Program Pelatihan
Pelajar. “Guru Peduli”. Jurnal Psikologi,
(Online), Vol. 40, No. 2,
Kumparan. 30 Agustus, 2018. Kasus Kekerasan https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/6
Anak di Makassar Dominan di 977, (diakses 20 Januari 2020).
Lingkungan Sekolah, hlm. 1.
Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal
Latifah, Fika. 2012. Hubungan Karakteristik Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis.
Anak Usia Sekolah dengan Kejadian Yogyakarta: Suaka Media.
Bullying di Sekolah Dasar X di Bogor.
Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan:
Keperawatan Program Sarjana Ilmu Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
Keperawatan. & D). Bandung: Alfabeta.

Nasir. 2018. Konseling Behavioral: Solusi Shodoqi , Suprapti. 2013. Pemaknaa Bullying
Alternatif Mengatasi Bullying Anak Di Pada Remaja Penindas (The Bully). Jurnal
Sekola. Jurnal Ilmiah Konseling, (Online), Psikologi dan Sosial. Vol. 2 (no. 2): 91
Vol. 2, No. 2,
https://www.researchgate.net/publication/3 Tohirin. 2011. Metode Penelitian Kualitatif
35169630_Konseling_Behavioral_Solusi_ dalam Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Alternatif_Mengatasi_Bullying_Anak_Di_ Raja Grafindo Persada.
Sekolah, (diakses 16 Mei 2020).
Ulfiah. 2008. Penanganan Perilaku Bullying
Muhammad Subhan.2020. siswi-smp-di- Siswa Melalui Konseling Model
pangkep-bully-teman-kelas-gegara-utang Pengembangan Komitmen Beragama.
di http://makasar.sindonews.com(akses 20 Jurnal Ilmiah Psikologi Pendidikan Dan
Januari 2020) Perkembangan. Vol 1 (no.1):

Parsons, Les. 2009. Bullied Teacher Bullied Yunika, Riri. 2013. Upaya Guru Bimbingan dan
Student. Terjemahan oleh Grace Worang. Konseling dalam Mencegah Perilaku
Jakarta: PT Grasindo. Bullying di SMA Negeri Se Kota Padang.
Jurnal Ilmiah Konseling, (Online), Vol. 2,
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. No. 3, http://ejournal.unp.ac.i
2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. d/index.php/lonselor/artic le/view
Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka. /2163/1814, (diakses 23 Januari 2020).

Putri, Fellinda Arini. 2016. Strategi Guru Dalam Yin, R. K. 2014. Studi Kasus Desain dan
Mengatasi Perilaku Bullying di SMP Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo
Negeri 1 Mojokerto. Kajian Moral dan Persada
Ali, Fenomena Bullying Siswa Dan Upaya Penanganannya (Studi Kasus Siswa SMP Negeri 1
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar)

Zakiah , Humedi. 2017. Faktor Yang


Mmempengaruhi Remaja Dalam
Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian &
PPM. Vol 4 (no.2):328

You might also like