You are on page 1of 14

Zona Keperawatan: Program Studi Keperawatan Universitas Batam

Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29


Available online at http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/Keperawatan
ISSN Print: 2087-7285 and ISSN Online: 2721-0170

SUBJECTIVE WELL BEING AMONGST HEALTH PRACTITIONER:


A PARADIGM IN PANDEMIC COVID-19

Yuditia Prameswari1*, Maryana2


1,2,Department of Psychology, Faculty of Medicines University of
Batam, Batam, Riau Islands, Indonesia.
yuditia.p@univbatam.ac.id; maryana.yen@univbatam.ac.id

*Correspondence:
Yuditia Prameswari
Email: yuditia.p@univbatam.ac.id

ABSTRACT

With COVID-19 rapidly spreading worldwide, health practitioner is one of the areas that
cannot be avoided from the impact of the Covid-19 pandemic. With the enactment of the
Local Government's call to self quarantine and Social Distancing, impact on their lives
related to their role as workers and as a human being. Especially in the era of the Covid-
19 pandemic, health workers everywhere are described as the vanguard of services who
in addition to protecting the public from the Corona Covid-19 Virus. Subjective well-
being is a self-evaluation of one's life based on a cognitive evaluation of life satisfaction
and an evaluation of affective and positive emotions (Diener, Lucas & Oishi, 2002). This
is quantitative study with a correlational survey method, using total purposive sampling
technique with 68 respondents. The instrument used in this study was the Subjective
Well-Being Scale which was adapted based on the Positive and Negative Affect Schedule
(Cronbach alpha α = .941) with 60 respondents (88%) with Subjective WellBeing values.
The source of energy and positive emotions of health workers during the Covid pandemic
is social support, community compliance, and assurance of government policies

Keywords : Subjective WellBeing, Covid-19, Health Workers Practitioners,


Mental Health

Cite this Article Yuditia Prameswari, Maryana, subjective well being amongst health practitioner: A
paradigm in pandemic covid-19 Zona Keperawatan: Program Studi Keperawatan Universitas Batam,
9(2), 2020, pp. 16-29. http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/Keperawatan.

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 16


Zona Keperawatan: Program Studi Keperawatan Universitas Batam
Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29
Tersedia Online di http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/Keperawatan
ISSN Print: 2087-7285 dan ISSN Online: 2721-0170
ISSN Print: 2087-7285 dan ISSN Online: 2721-0170

PARADIGMA SUBJECTIVE WELLBEING PADA TENAGA


KESEHATAN DI MASA PANDEMI COVID-19

Yuditia Prameswari1*, Maryana2


1,2,3
Departemen Ilmu Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Batam, Batam, Kepulauan Riau, Indonesia
yuditia.p@univbatam.ac.id; maryana.yen@univbatam.ac.id

*Correspondence:
Yuditia Prameswari
Email: yuditia.p@univbatam.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kehidupan tenaga kesehatan dalam memaknai masa
Pandemi Covid-19 yang penuh dengan situasi tidak pasti, adanya rasa, khawatir dan
kelelahan secara fisik dan mental. Pekerjaan tenaga kesehatan memiliki beberapa
karakteristik yang menciptakan tuntutan kerja yang tinggi, jadwal kerja yang ketat,
tanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan diri sendiri dan orang lain. Terlebih di
era pandemi Covid-19, tenaga kesehatan dimanapun digambarkan sebagai garda depan
pelayanan yang selain harus melindungi masyarakat juga harus melindungi dirinya
sendiri dari Virus Corona Covid-19. Subjective well-being adalah evaluasi diri terhadap
kehidupannya berdasarkan evaluasi kognitif terhadap kepuasan hidup dan evaluasi
afektif serta emosi positif (Diener, Oishi, and Tay 2018) . Subjective well-being
dapat membuat hidup seseorang lebih berharga sehingga lebih berpikiran dan
berperasaan positif dalam bersikap/mengambil keputusan. Penelitian i n i menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode survei korelasional. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik total purposive sampling dengan
jumlah responden adalah 68 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Subjective Well-Being Scale yang diadaptasi berdasarkan Positive and Negative
Affect Schedule dengan tingkat reliabilitas yang baik (alpha Cronbach α=.941) dan teknik
analisa Chi Square dengan jumlah responden sebanyak 68 orang (88,2%). Hasil
penelitian yang terungkap ada lah tenaga kesehatan yang bertugas di garda
depan masih memiliki nilai Subjective WellBeing yang baik (58,8%). Artinya, mereka
masih memiliki kemampuan untuk mengelola perasaan dan kematangan
emosinya secara positif meskipun sedang menghadapi situasi yang kurang
mendukung

Kata Kunci : Subjective WellBeing, Covid-19, tenaga kesehatan, kesehatan mental

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 17


Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

PENDAHULUAN Tenaga kesehatan dalam


melaksanakan tugas sebagai
Direktur Jenderal Organisasi
garda terdepan penanganan,
Kesehatan Dunia (WHO), Tedros
pencegahan, dan perawatan
Ghebreyesus mengumumkan
Covid-19 mengalami tekanan
wabah Covid-9 sebagai pandemi
fisik dan mental karena
Global pada 11 Maret 2020 di
disebabkan oleh beberapa faktor.
Jenewa, Swiss. Virus corona telah
Kebijakan pemerintah berupa
menginfeksi 18.000 orang di 114
tidak stabilnya ketersediaan alat
negara, dan telah menyebabkan
pelindung diri, tidak stabilnya
4.291 orang meninggal (Putri,
kepatuhan masyarakat terhadap
2020). Pada tanggal 25 Maret
program pemerintah 3M
2020 pemerintah Indonesia
(memakai masker, mencuci
mencatat terdapat penambahan
tangan dan menjaga jarak) serta
105 kasus baru (CNBC Indonesia,
dukugan dari pihak terkait
2020). Pertambahan kasus harian
terhadap tugas dan tanggung
semakin meningkat, tercatat
awab mereka. (Tim COVID-19
sumber data dari kementerian
IDAI 2020)
kesehatan kasus covid-19 di
Indonesia per 19 September 2020
Tenaga kesehatan yang bekerja
total terdapat 240.687 orang (BBC
menangani pasien positif Covid-
NEWS, 2020).
19 cenderung lebih tinggi
mengalami kecemasasan,
Dunia Kesehatan adalah salah
depresi, dan insomnia
satu ranah yang tak terhindarkan
dibandingkan dengan yang tidak.
dari dampak pandemi Covid-19,
Persepsi tenaga kesehatan yang
karena itu, pemerintah,
merasa berisiko terpapar Covid-
pemerintah daerah, industri
19 signifikan berhubungan
rumah sakit, asosiasi rumah sakit,
dengan masalah psikologis
dan para manajer rumah sakit
seperti gangguan kecemasan,
harus bersiap merespons
depresi, dan insomnia.
serangkaian gelombang pandemi
Covid-19 yang sedang terjadi
Batam memang tidak
(Matias, Dominski, and Marks
memberlakukan Pembatasan
2020)
Sosial Berskala Besar seperti
daerah lain di Indonesia ketika
Batam memang tidak
Pandemi Covid-19 kian
memberlakukan Pembatasan
memburuk, namun Pemerintah
Sosial Berskala Besar seperti
Daerah setempat tetap
daerah lain di Indonesia ketika
menghimbau keras untuk
Pandemi Covid-19 kian
menghentikan semua kegiatan,
memburuk, namun Pemerintah
yang kemudian digantikan
Daerah setempat tetap
dengan kegiatan belajar dan
menghimbau keras untuk
bekerja dari rumah, yang dimulai
menghentikan semua kegiatan,
dari tanggal 24 Maret 2020.
yang kemudian digantikan
Pemerintah Daerah bekerjasama
dengan kegiatan belajar dan
dengan beberapa perangkat
bekerja dari rumah, yang dimulai
seperti Satpol PP untuk
dari tanggal 24 Maret 2020.
melakukan sidak pada tempat-

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 18


Keseja
hteraa
n
Subjek
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

tempat yang masih tidak kepuasan subjektif, tujuan,


mematuhi himbauan Social demografis, dan hubungan sosial.
Distancing. Di saat itulah semua (Bakker and Oerlemans 2012).
perangkat masyarakat di Batam mengatakan bahwa semua orang
bergegas menyesuaikan dan yang paling bahagia memiliki
berupaya untuk mengikuti hubungan sosial yang baik
peraturan dari Pemerintah karena memiliki keterkaitan yang
Daerah setempat, termasuk di kuat terhadap kualitas hidup
dalamnya adalah para pekerja, karena merupakan salah satu
industri, institusi pendidikan, dan domain terbentuknya kualitas
tenaga kesehatan. hidup yang positif.

Subjective well-being adalah (Wood, Froh, and Geraghty


evaluasi diri terhadap 2010) memberikan definisi yang
kehidupannya berdasarkan sama antara kebahagiaan dan
evaluasi kognitif terhadap kesejahteraan subjektif yaitu
kepuasan hidup dan evaluasi sebuah keadaan psikologi positif
afektif terhadap mood dan emosi yang meliputi tingginya tingkat
(Diener, Lucas & Oishi, 2002). kepuasan hidup dan emosi
Subjective well-being dapat positif. Penelitian lain yang
membuat hidup seseorang lebih dilakukan oleh (Adhyatman
berharga sehingga jika seseorang Prabowo 2017)memberikan
memiliki subjective well-being definisi bahwa kesejahteraan
yang tinggi, maka ia akan lebih subjektif adalah istilah untuk
positif dalam menjalani menjelaskan hal apa yang
hidupnya. Individu dapat membuat kehidupan seseorang
dikatakan memiliki subjective lebih baik sebagai evaluasi
well-being yang baik jika mereka individu terhadap kehidupan
puas dengan pekerjaannya dan mengenai bagaimana dan
lebih sering mengalami mengapa individu mengalami
pengalaman emosi yang positif. kehidupan dalam cara yang
Hal ini berlaku juga untuk tenaga positif, sehingga pengalaman
kesehatan, terlebih di masa pribadi mereka berkaitan dengan
pandemi Covid ini karena kualitas hidup yang dirasakan.
mereka adalah pihak yang
menjadi garda terdepan (Diener, Oishi, and Lucas 2015)
pelayanan kesehatan. terdapat dua komponen dasar
Kesejahteraan yang dirasakan kesejahteraan subjektif yaitu
individu dapat menciptakan kepuasan hidup (life satisfaction)
perasaan bahagia yang sebagai komponen kognitif dan
berdampak pada hasil pekerjaan kebahagiaan (happiness) sebagai
positif di tempat kerja (Pratiwi, komponen afektif. Kepuasan
Sintaasih, and Piatrini 2018) hidup termasuk dalam komponen
kognitif karena keduanya
Diener (dalam Linely & Joseph, didasarkan pada keyakinan
2004) menjelaskan faktor-faktor tentang kehidupan seseorang.
yang dapat mempengaruhi Evaluasi kognitif dilakukan saat
subjective well-being, yaitu seseorang memberikan evaluasi
faktor genetik, kepribadian, secara sadar dan menilai

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 19


Keseja
hteraa
n
Subjek
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

kepuasan mereka terhadap menyenangkan merupakan


kehidupan secara keseluruhan bagian dari kesejahteraan
atau penilaian evaluatif mengenai subjektif yang dialami individu
aspek-aspek khusus dalam sebagai reaksi yang muncul pada
kehidupan, seperti kepuasan diri individu karena hidupnya
kerja, minat, dan hubungan berjalan sesuai dengan apa
(Rottinghaus 2013). Kepuasan yang diinginkan
hidup merupakan penilaian (Jayawickreme, Forgeard, and
individu terhadap kualitas Seligman 2012). Menurut
kehidupannya secara (Lyubomirsky and Layous 2013)
menyeluruh. Seorang individu emosi positif dapat dibedakan
yang dapat menerima diri dan menjadi tiga kelompok, yaitu
lingkungan secara positif akan emosi positif akan masa lalu,
merasa puas dengan hidupnya masa sekarang dan masa depan.
(Swan and Sargeant 2011) Emosi positif masa depan
meliputi optimisme, harapan,
Komponen yang kedua yaitu keyakinan dan kepercayaan.
komponen afektif (kebahagiaan) Emosi positif masa sekarang
didefinisikan sebagai reaksi mencakup kebahagiaan,
individu terhadap kejadian- ketenangan, semangat. Emosi
kejadian dalam hidup yang positif tentang masa lalu adalah
meliputi emosi (afek) yang kepuasan, kelegaan, kesuksesan,
menyenangkan dan emosi (afek) kebanggaan dan kedamaian(Kern
yang tidak menyenangkan. Afek et al. 2015)
positif atau emosi yang

METODOLOGI PENELITIAN Distancing.


Penelitian ini menggunakan Jenis instrumen yang digunakan
desain penelitian kuantitatif pada penelitian ini adalah
Subjective Well-Being Scale yang
dengan pendekatan deskriptif.
diadaptasi berdasarkan Positive and
Pada penelitian ini yang menjadi
Negative Affect Schedule yang
populasi adalah para tenaga
dimodifikasi oleh peneliti
kesehatan di beberapa rumah
disesuaikan dengan situasi ketika
sakit, klinik mandiri maupun
Pandemi Covid-19. Berdasarkan
klinik yang tergabung dengan
perhitungan uji validitas dan
perusahaan. Pengambilan sampel
reliabilitas skala kesejahteraan
dilakukan dengan menggunakan subjektif diperoleh 28 aitem.
simple random sampling yaitu Penelitian ini menghasilkan
teknik pengambilan sampel dari koefisien alpha pada skala
anggota populasi yang dilakukan kesejahteraan subjektif sebesar
secara acak. Penelitian ini 0,941, sehingga skala
dilakukan pada bulan April 2020 kesejahteraan subjektif reliabel (
hingga Agustus 2020 dengan α>0.5).
jumlah responden sebanyak 68
responden, dengan menggunakan HASIL PENELITIAN
metode online google form Analisa Univariat
dengan pertimbangan harus a. Uji Validitas
mentaati Peraturan Pemerintah Uji validitas bertujuan untuk
untuk menjalani Social mengetahui sejauh mana aitem-
Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 20
Keseja
hteraa
n
Subjek
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

aitem pernyataan telah benar- angket dalam mengukur suatu


benar mengukur variabel variabel (Anon 2013) Tinggi
operasional dengan syarat p < rendahnya reliabilitas
0.2 (Anon 2016) Validitas ditunjukkan oleh koefisien
aitem-aitem rasa syukur dan reliabilitas. Untuk menghitung
psychological wellbeing nilai reliabilitas menggunakan
kesejahteraan subjektif diukur teknik perhitungan alpha
dengan menggunakan corrected Cronbach yang dihitung
item-total correlation. menggunakan SPSS, hasil
pengukuran dinyatakan reliabel
b. Uji Reliabilitas apabila memiliki nilai alpha
Reliabilitas dapat diartikan Cronbach ≥ 0.5
sebagai tingkat konsistensi
1. Tingkat Subjective WellBeing
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Tingkat Subjective WellBeing pada Tenaga Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Cukup 2 2.9 2.9 2.9
Baik 40 58.8 58.8 58.8
Sangat baik 26 38.2 38.2 38.2
Total 68 100.0 100.0

Tabel ini menjelaskan tiga Hal ini mengindikasikan bahwa


kategorisasi yang sudah ditentukan meskipun mengalami tekanan baik
terdapat 2.9% tenaga kesehatan yang dari sisi fisik maupun mental selama
memiliki Subjective WellBeing yang pandemic Covid-19, para tenaga
cukup, 58.8.7% tenaga kesehatan kesehatan di penelitian ini memiliki
yang memiliki Subjective WellBeing sikap dan evaluasi diri yang positif
yang baik dan 38.2% tenaga
kesehatan yang memiliki Subjective
WellBeing yang sangat baik

2. Gambaran Responden
2.1 Jenis Kelamin
Tabel 2.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 8 11.76 11.76 11.76


Perempuan 60 88.23 88.23 88.23
Total 68 100.0 100.0

Berdasarkan hasil tabel 2.1 diatas dapat dijelaskan mayoritas tenaga

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 21


Keseja
hteraa
n
Subjek
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

kesehatan dalam penelitian ini adalah (88.23%)


perempuan sejumlah 60 orang

2.2 Status Perkawinan


Tabel 2.2
Distribusi Frekuensi Status Perkawinan Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Belum menikah 20 29.41 29.41 29.41


Menikah 48 70.58 70.58 70.58
Total 68 100.0 100.0

Berdasarkan hasil tabel 2.2 diatas berstatus menikah sejumlah 48 orang


dapat dijelaskan mayoritas tenaga (70.58%)
kesehatan dalam penelitian ini

Tabel 2.3
Distribusi Frekuensi Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid < 20 6 8.82 8.82 8.82


20-30 32 47.05 47.05 47.05
31-40 20 29.41 29.41 29.41
>40 10 14.70 14.70 14.70
Total 68 100.0 100.0

Berdasarkan hasil tabel 2.3 diatas berusia 20-30 tahun sejumlah 32


dapat dijelaskan mayoritas tenaga orang (47.05%)
kesehatan dalam penelitian ini

Tabel 2.4
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SMK 6 8.82 8.82 8.82


D3 22 32.35 32.35 32.35
D4/S1 40 58.82 58.82 58.82
Total 68 100.0 100.0

Berdasarkan hasil tabel 2.4 diatas berpendidikan D4/setara S1 sejumlah


dapat dijelaskan mayoritas tenaga 40 orang (58.82%)
kesehatan dalam penelitian ini
Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 22
Keseja
hteraa
n
Subjek
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

3. Analisa Bivariat
Tabel 3.1
Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Subjective WellBeing (n=68)
Subjective WellBeing Total
Cukup Baik Sangat Baik
Jenis Laki-laki 0 6 2 8
Kelamin Perempuan 8 50 10 60
Total 8 56 12 68
Tabel 3.1 ini menjelaskan tingkat kesehatan perempuan dengan
Subjective WellBeing pada laki- kategori sangat baik berjumlah 10
laki dengan kategori sangat baik orang tenaga kesehatan, dengan
berjumlah 2 orang tenaga kategori baik berjumlah 50 orang
kesehatan, dengan kategori baik tenaga kesehatan dan dengan
berjumlah 6 orang tenaga kategori cukup berjumlah 8 orang
kesehatan laki-laki yang memiliki tenaga kesehatan
tingkat Subjective WellBeing
dengan kategori cukup. Tingkat
Subjective WellBeing pada tenaga

Tabel 3.2
Hubungan Status Perkawinan dengan Tingkat Subjective WellBeing (n=68)
Subjective WellBeing Total
Cukup Baik Sangat Baik
Status Belum menikah 0 48 20 68
Perkawinan Menikah 0 42 26 68

Tabel 3.2 ini menjelaskan tingkat perempuan dengan kategori sangat


Subjective WellBeing pada tenaga baik berjumlah 10 orang tenaga
kesehatan dengan status belum kesehatan. Tenaga kesehatan
menikah berkategori sangat baik dengan status menikah yang
berjumlah 20 orang tenaga memiliki tingkat Subjective
kesehatan, dengan kategori baik WellBeing sangat baik berjumlah
berjumlah 48 orang. Subjective 26 orang dan dengan dengan
WellBeing pada tenaga kesehatan kategori baik berjumlah 42 orang

Tabel 3.3
Hubungan Usia dengan Tingkat Subjective WellBeing
Subjective WellBeing Total
Cukup Baik Sangat Baik
Usia < 20 12 30 26 68
21-30 10 40 18 68
31-40 13 37 18 68
>40 6 36 26 68

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 23


Keseja
hteraa
n
Subjek
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

Tabel 3.3 ini menjelaskan tingkat orang. Tingkat Subjective


Subjective WellBeing pada tenaga WellBeing pada tenaga kesehatan
kesehatan di rentang usia <20 di rentang usia 31-40 tahun
tahun berkategori sangat baik dengan kategori sangat baik
berjumlah 26 orang tenaga berjumlah 18 orang, berkategori
kesehatan, dengan kategori baik baik berjumlah 37 orang dan
berjumlah 30 orang dan berkategori cukup sebanyak 13
berkategori cukup sebanyak 12 orang. Tingkat Subjective
orang. Tingkat Subjective WellBeing pada tenaga kesehatan
WellBeing pada tenaga kesehatan di rentang usia >40 tahun dengan
dengan rentang usia 21-30 tahun kategori sangat baik berjumlah 18
dengan kategori sangat baik orang, berkategori baik berjumlah
berjumlah 18 orang, berkategori 36 orang dan berkategori cukup
baik berjumlah 40 orang dan sebanyak 6 orang.
berjumlah cukup sebanyak 10

Tabel 3.4
Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Subjective WellBeing
Subjective WellBeing Total
Cukup Baik Sangat Baik
Usia SMK 5 45 18 68
D3 10 46 22 68
D4/S1 10 48 10 68

berjumlah 22 orang, berkategori


Tabel 3.4 ini menjelaskan tingkat baik berjumlah 46 orang dan
Subjective WellBeing pada tenaga berjumlah cukup sebanyak 10
kesehatan di rentang pendidikan orang. Tingkat Subjective
SMK berkategori sangat baik WellBeing pada tenaga kesehatan
berjumlah 18 orang, dengan di tingkat pendidikan D4/S1
kategori baik berjumlah 45 orang dengan kategori sangat baik
dan berkategori cukup sebanyak 5 berjumlah 10 orang, berkategori
orang. Tingkat Subjective baik berjumlah 48 orang dan
WellBeing pada tenaga kesehatan berkategori cukup sebanyak 10
dengan tingkat pendidikan D3 orang.
dengan kategori sangat baik
lingkungan yang kompatibel dengan
PEMBAHASAN kebutuhannya (Hardjanti, Dewanto,
Subjective WellBeing pada Tenaga and Noermijati 2017)
Kesehatan
Subjective well being adalah sebuah Subjective WellBeing juga
kondisi dimana individu memiliki merupakan afek moral karena
sikap yang positif terhadap diri berasal dari dan mendorong tingkah
sendiri dan orang lain, dapat laku yang dimotivasi oleh kepedulian
membuat keputusan sendiri dan terhadap kesejahteraan orang lain.
mengatur tingkah lakunya sendiri (Green and Elliott 2010) Afek moral
dapat menciptakan dan mengatur disini adalah sesuatu yang subjektif
Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 24
Keseja
hteraa
n
Subjek
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

dan bukan sesuatu yang mutlak Inglehart, and Tay 2013). Kepuasan
karena penerima dapat mempersepsi hidup merupakan penilaian individu
sebuah pemberian sebagai sesuatu terhadap kualitas kehidupannya
yang bisa meningkatkan secara menyeluruh. Seorang individu
kesejahteraannya walaupun hal yang dapat menerima diri dan
tersebut belum tentu menjadi sesuatu lingkungan secara positif akan
yang menguntungkan bagi orang lain merasa puas dengan hidupnya

(Mental and Nursing Tenaga kesehatan dalam


2014)memberikan definisi yang sama melaksanakan tugas sebagai garda
antara kebahagiaan dan kesejahteraan terdepan penanganan, pencegahan,
subjektif yaitu sebuah keadaan dan perawatan Covid-19 mengalami
psikologi positif yang meliputi tekanan fisik dan mental karena
tingginya tingkat kepuasan hidup dan disebabkan oleh beberapa faktor.
emosi positif. Penelitian lain yang Kebijakan pemerintah berupa tidak
dilakukan oleh Diener (Diener 2000) stabilnya ketersediaan alat
memberikan definisi bahwa pelindung diri, tidak stabilnya
kesejahteraan subjektif adalah istilah kepatuhan masyarakat terhadap
untuk menjelaskan hal apa yang program pemerintah 3M (memakai
membuat kehidupan seseorang lebih masker, mencuci tangan dan
baik sebagai evaluasi individu menjaga jarak) serta dukugan dari
terhadap kehidupan mengenai pihak terkait terhadap tugas dan
bagaimana dan mengapa individu tanggung awab mereka (World
mengalami kehidupan dalam cara Health Organization 2020)(R.
yang positif, sehingga pengalaman Handayani et al. 2020)
pribadi mereka berkaitan dengan
kualitas hidup yang dirasakan. Tenaga kesehatan yang bekerja
menangani pasien positif Covid-19
Menurut Diener dan Oishi (Diener cenderung lebih tinggi mengalami
et al. 2015) terdapat dua komponen kecemasasan, depresi, dan insomnia
dasar kesejahteraan subjektif yaitu dibandingkan dengan yang tidak.
kepuasan hidup (life satisfaction) Persepsi tenaga kesehatan yang
sebagai komponen kognitif dan merasa berisiko terpapar Covid-19
kebahagiaan (happiness) sebagai signifikan berhubungan dengan
komponen afektif. masalah psikologis seperti
gangguan kecemasan, depresi, dan
insomnia (R. Handayani et al. 2020)
Kepuasan hidup termasuk dalam (Rosyanti and Hadi 2020)
komponen kognitif karena keduanya
didasarkan pada keyakinan tentang Tabel 1 menjelaskan tiga
kehidupan seseorang. Evaluasi kategorisasi yang sudah ditentukan
kognitif dilakukan saat seseorang terdapat 2.9% tenaga kesehatan yang
memberikan evaluasi secara sadar memiliki Subjective WellBeing yang
dan menilai kepuasan mereka cukup, 58.8.7% tenaga kesehatan
terhadap kehidupan secara yang memiliki Subjective WellBeing
keseluruhan atau penilaian evaluatif yang baik dan 38.2% tenaga
mengenai aspek-aspek khusus dalam kesehatan yang memiliki Subjective
kehidupan, seperti kepuasan kerja, WellBeing yang sangat baik. Hal ini
minat, dan hubungan (Diener,
Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 25
Keseja
hteraa
n
Subjek
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

mengindikasikan bahwa meskipun yang mempengaruhi kesejahteraan


mengalami tekanan baik dari sisi subjektif mereka yaitu kepuasan
fisik maupun mental selama pandemi dalam menjalani kehidupan
Covid-19, para tenaga kesehatan di perkawinan.(Zajenkowski 2018)
penelitian ini memiliki sikap dan
evaluasi diri yang positif selama
mengemban tugas di garda depan Tabel 3.3 juga menjelaskan bahwa
(Widya Puspita, Soedarto, and Undip baik tenaga kesehatan laki-laki
Tembalang 2018) maupun perempuan juga mayoritas
masih memiliki tingkat Subjective
Tabel 3.1 juga menjelaskan bahwa WellBeing dengan kategori baik di
baik tenaga kesehatan laki-laki rentang usia 31-40. Artinya, pada
maupun perempuan juga mayoritas tahap perkembangan ini mereka
masih memiliki tingkat Subjective sudah mampu memahami peran dan
WellBeing dengan kategori baik. Jika tanggung jawabnya serta mampu
dilihat dari sisi pernikahan, tenaga mengelola kematangan emosinya
kesehatan yang sudah menikah untuk menghadapi hal yang
kebanyakan juga memiliki tingkat sekiranya kurang sesuai dengan
Subjective WellBeing dengan harapannya(Tay and Diener 2011)
kategori baik. Artinya, pernikahan
membawa dampak positif untuk
mendukung terjadinya emosi positif Fenomena yang sama juga tampak
bagi tenaga kesehatan yang bekerja pada tabel 3.4 yang menjelaskan
di garda depan pelayanan Covid-19. bahwa baik tenaga kesehatan laki-
laki maupun perempuan memiliki
tingkat Subjective WellBeing dengan
Penelitian yang dilakukan oleh kategori baik di hampir semua
(Camic, Hulbert, and Kimmel 2019) rentang pendidikan. Pada beberapa
menyatakan bahwa (esejahteraan responden menyatakan bahwa
subjective seseorang juga mereka mampu mengembangkan
dipengaruhi oleh tingginya tingkat sebuah perilaku dari emosi yang
kepuasan pernikahan. Pendapat (mungkin) negatif akibat tekanan
tersebut didukung oleh Olson pekerjaan, profesi dan situasi yang
(Schreier 2013) yang kurang menyenangkan, menjadi
mengungkapkan bahwa kepuasan sebuah energi positif yang berupa
pernikahan berpengaruh positif rasa berterima kasih serta perasaan
terhadap kesejahteraan subjektif bahagia atas karunia, hikmah,
kebanyakan orang. Beberapa peristiwa hidup yang telah
partisipan mengatakan bahwa diperolehnya selama ini(Seligman
walaupun mengalami permasalahan 2018). Kondisi ini juga termasuk
dalam hal pekerjaan, namun mereka perasaan memiliki kebersyukuran
selalu mendapatkan dukungan dari terhadap orang lain yang telah
keluarga dan pasangan untuk terus membeikan kontribusi dalam
bekerja dan melakukan yang terbaik. hidupnya, serta rasa syukur
Dukungan dari keluarga dan transpersonal berupa ungkapan
pasangan ini yang membuat terima kasih terhadap Tuhan, kepada
partisipan merasa puas dengan kekuatan yang lebih tinggi, atau
kehidupan perkawinan mereka. kepada dunianya(Boleyn-Fitzgerald
Berdasarkan pernyataan tersebut 2016)
dapat diketahui bahwa faktor lain
Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 26
Keseja
hteraa
n
Subjek
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

masyarakat, khususnya teaga


SIMPULAN kesehatan. Disarankan untuk
Hampir seluruh tenaga kesehatan melakukan penelitian lebih lanjut
yang bertugas di garda depan untuk mengungkap variabel lain yang
penangan Covid-19 memiliki tingkat dapat mempengaruhi Subjective
Subjective WellBeing yang baik. Hal Wellbeing.
ini diharapkan akan membantu Memberikan penghargaan yang
ketahanan mental dan fisik mereka sifatnya mengikat secara emosional
juga menjadi lebih kuat mengingat kepada tenaga kesehatan yang
fenomena Covid-19 ini belum bekerja di tempat penelitian, seperti
memiliki kepastian berakhir. dukungan emosional, perlakuan
saling menghormati, dan
mendiskusikan tentang pembagian
jam kerja serta beban kerja juga bisa
SARAN dilakukan untuk meningkatkan emosi
Disarankan kepada terkhusus kepada positif ketika mereka mengalami
para ilmuwan psikologi dan situasi yang menekan(R. T.
keperawatan, agar Handayani et al. 2020)
dapat mengembangkan kajian
mengenai psikologi positif serta
mengaplikasikannya dalam
Scholarship.

REFERENSI Boleyn-Fitzgerald, Patrick. 2016.


“Gratitude toward Things.” in
Adhyatman Prabowo. 2017. Perspectives on Gratitude: An
“GRATITUDE DAN interdisciplinary approach.
PSYCHOLOGICAL
Camic, Paul M., Sabina Hulbert, and
WELLBEING PADA
Jeremy Kimmel. 2019. “Museum
REMAJA.” Jurnal Ilmiah
Object Handling: A Health-
Psikologi Terapan.
Promoting Community-Based
Anon. 2013. “Variabel Mediator Dan Activity for Dementia Care.”
Moderator Dalam Penelitian Journal of Health Psychology.
Psikologi Kesehatan
Diener, Ed. 2000. “Subjective Well-
Masyarakat.” Jurnal Psikologi.
Being: The Science of Happiness
Anon. 2016. “Metodologi Penelitian and a Proposal for a National
Psikodiagnostika.” Buletin Index.” American Psychologist.
Psikologi.
Diener, Ed, Ronald Inglehart, and
Bakker, Arnold B. and Wido G. M. Louis Tay. 2013. “Theory and
Oerlemans. 2012. “Subjective Validity of Life Satisfaction
Well-Being in Organizations.” Scales.” Social Indicators
in The Oxford Handbook of Research.
Positive Organizational
Diener, Ed, Shigehiro Oishi, and
Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 27
Keseja
hteraa
n
Subjek
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

Richard E. Lucas. 2015. Jayawickreme, Eranda, Marie J. C.


“National Accounts of Forgeard, and Martin E. P.
Subjective Well-Being.” Seligman. 2012. “The Engine of
American Psychologist. Well-Being.” Review of General
Psychology.
Diener, Ed, Shigehiro Oishi, and
Louis Tay. 2018. “Advances in Kern, Margaret L., Lea E. Waters,
Subjective Well-Being Alejandro Adler, and Mathew A.
Research.” Nature Human White. 2015. “A
Behaviour. Multidimensional Approach to
Measuring Well-Being in
Green, Morgan and Marta Elliott.
Students: Application of the
2010. “Religion, Health, and
PERMA Framework.” Journal of
Psychological Well-Being.”
Positive Psychology.
Journal of Religion and Health.
Lyubomirsky, Sonja and Kristin
Handayani, Rina, Tri; Suminanto,
Layous. 2013. “How Do Simple
Aquartuti Tri Darmayanti, Aris
Positive Activities Increase Well-
Widiyanto, and Joko Tri
Being?” Current Directions in
Atmojo. 2020. “Kondisi Dan
Psychological Science.
Strategi Penanganan Kecemasan
Pada Tenaga Kesehatan Saat Matias, Thiago, Fabio H. Dominski,
Pandemi Covid-19.” Jurnal Ilmu and David F. Marks. 2020.
Keperawatan Jiwa. “Human Needs in COVID-19
Isolation.” Journal of Health
Handayani, Rina Tri, Saras Kuntari,
Psychology.
Aquartuti Tri Darmayanti, Aris
Widiyanto, and Joko Tri Mental, Psychiatric and Health
Atmojo. 2020. “Faktor Nursing. 2014. “Relation Ship
Penyebab Stres Pada Tenaga between Assertiveness ,
Kesehatan Dan Masyarakat Saat Psychological Well-Being , with
Pandemi Covid-19.” Jurnal Self Efficacy Among First Year
Keperawatan Jiwa. Student Female Nurse.” Journal
of Education an Practice.
Hardjanti, Indra Wahju, Aryo
Dewanto, and Noermijati Pratiwi, Putu Yudari, Desak Ketut
Noermijati. 2017. “Influence of Sintaasih, and Putu Saroyeni
Quality of Work Life towards Piatrini. 2018. “STRES KERJA
Psychological Well-Being and &COPING DALAM
Turnover Intention of Nurses MEMEDIASI KONFLIK
and Midwives in Hospital.” PERAN TERHADAP
Kesmas: National Public Health SUBJECTIVE WELL BEING.”
Journal. EKUITAS (Jurnal Ekonomi Dan

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University


pg. 28
Keseja
hteraa
n
Yuditia Prameswari, Maryana, Gambaran Subjective Well Being pada Tenaga Kesehatan, Zona Keperawatan
: Program Studi Keperawatan Universitas Batam, Volume 11, Issue 1, Oktober 2020, pp. 16-29, ISSN Print:
2087-7285; ISSN Online: 2721-0170.

Keuangan). ANTARA EMOTIONAL LABOR


DENGAN PSYCHOLOGICAL
Rosyanti, Lilin and Indriono Hadi.
WELL-BEING PADA PERAWAT
2020. “Dampak Psikologis
RSJD DR. AMINO
Dalam Memberikan Perawatan
GONDOHUTOMO SEMARANG.
Dan Layanan Kesehatan Pasien
COVID-19 Pada Tenaga Wood, Alex M., Jeffrey J. Froh, and
Profesional Kesehatan.” Health Adam W. A. Geraghty. 2010.
Information : Jurnal Penelitian. “Gratitude and Well-Being: A
Review and Theoretical
Rottinghaus, Patrick J. 2013. “The
Integration.” Clinical Psychology
Psychological Wealth of
Review.
Nations: Linking Individual to
Societal Well-Being.” Analyses World Health Organization, WHO.
of Social Issues and Public 2020. “Anjuran Mengenai
Policy. Penggunaan Masker Dalam
Konteks COVID-19.” World
Schreier, Margrit. 2013. “(Subjective)
Health Organization.
Well-Being.” in Psychology of
Entertainment. Zajenkowski, Marcin. 2018.
“Personality and Subjective
Seligman, Martin. 2018. “PERMA
Well-Being.” in Encyclopedia of
and the Building Blocks of
Personality and Individual
Well-Being.” Journal of
Differences.
Positive Psychology.
Swan, J. and Jonathon Sargeant. 2011.
“Conversations with ‘Tweens’
about Wellbeing.” European
Conference on Educational
Research, Berlin.
Tay, Louis and Ed Diener. 2011.
“Needs and Subjective Well-
Being Around the World.”
Journal of Personality and
Social Psychology.
Tim COVID-19 IDAI. 2020.
“Protokol Tatalaksana Covid-
19.” 1.
Widya Puspita, Diravenica, Jl
Soedarto, and Kampus Undip
Tembalang. 2018. HUBUNGAN

Published by Research Institutions and Community Services in Batam University pg. 29


Keseja
hteraa
n
Subjek

You might also like