You are on page 1of 27

Jurnal Kebijakan Ekonomi

Volume 15 Issue 2 Article 4

2020

Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada


Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia
Febri Angelia
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Indonesia

Yohanna Gultom
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Indonesia

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke

Part of the Economics Commons, Public Affairs, Public Policy and Public Administration Commons,
and the Urban Studies and Planning Commons

Recommended Citation
Angelia, Febri and Gultom, Yohanna (2020) "Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia," Jurnal Kebijakan Ekonomi: Vol. 15 : Iss. 2 , Article 4.
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4

This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub.
It has been accepted for inclusion in Jurnal Kebijakan Ekonomi by an authorized editor of UI Scholars Hub.
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di
Indonesia
Febri Angelia S., Yohanna M. L. Gultom
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Indonesia
E-mail: angeliafebri@gmail.com

ABSTRACT
This research aims at analyzing to what extent the role of information and communication
technology (ICT) could support the performance of the creative economy sector that is rapidly
growing in Indonesia. ICT in creative economy is not only helpful in promoting cost reduction
or revenue generation as in business as usual, but also in itself is important asset to intensify
the creativity of human resources which is the main production factor in creative economy.
Using Ordinary Least Square (OLS) analysis method, this study analyzed cross section data
from the Special Survey of the Creative Economy (Survei Khusus Ekonomi Kreatif/SKEK) by
Indonesian Bureau of Statistics (Badan Pusat Statistik/BPS) in 2016 and found that although
the use of ICTs delivers a positive effect on creative economy performance in general, the
correlation varies depending on the type of activities or subsector of the creative economy in
particular. The negative impact of the use of ICTs on firm performance is found in the visual
communication design, music, application and games, and fine art subsectors. Furthermore,
this study also uncovered that the use of ICTs in micro scale businesses was associated
negatively with its performance. The result indicates that the type of subsectors and the scale
of the firms are the determinants of whether ICT would have a positive effect in the performance
of the creative economy.

Keyword: Creative Economy, Information and Communication Technology (ICT), Firm


Performance

ABSTRAK
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis sejauh mana peran teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam menunjang kinerja ekonomi kreatif yang sedang berkembang pesat
di Indonesia. TIK pada sektor ekonomi kreatif tidak hanya dapat mendukung pengurangan
biaya (cost reduction) atau penciptaan pendapatan (revenue generation) seperti pada business
as usual, melainkan juga sebagai modal penting untuk mengintensifkan kreativitas dari sumber
daya manusia yang menjadi faktor produksi utama dalam ekonomi kreatif. Dengan
menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS), studi ini menganalisis data cross
section yang bersumber dari Survey Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2016 dan menemukan bahwa walaupun secara umum pemanfaatan
TIK berpengaruh positif terhadap kinerja ekonomi kreatif, namun secara khusus hubungannya
sangat bergantung pada jenis kegiatan atau subsektor dalam ekonomi kreatif. Pengaruh yang
negatif terhadap pemanfatan TIK ditemukan pada subsektor desain komunikasi visual (DKV),
musik, aplikasi dan games, dan seni rupa. Lebih jauh penelitian ini juga menemukan bahwa
pemanfaatan TIK pada usaha skala mikro berpengaruh negatif terhadap kinerjanya. Hal ini
mengindikasikan bahwa jenis subsektor dan skala usaha adalah faktor yang menentukan peran
positif TIK dalam meningkatkan kinerja usaha ekonomi kreatif.
Kata kunci: Ekonomi kreatif, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Kinerja
Usaha

Published by UI Scholars Hub, 2020 1 1


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

Berbeda dengan sektor lainnya, pelaku


PENDAHULUAN
ekonomi kreatif tidak hanya menggunakan
Ekonomi kreatif saat ini sedang
teknologi sebagai alat untuk mencapai
berkembang pesat dan menjadi andalan
efisiensi, melainkan sebagai sumber dari
banyak negara untuk bersaing di pasar
produktivitasnya. Melalui definisi ekonomi
global termasuk di Indonesia yang
kreatif, dapat dilihat bahwa teknologi
mempersiapkan ekonomi kreatif sebagai
merupakan salah satu basis kreativitas yang
kekuatan baru ekonomi nasional di masa
berarti pelaku ekonomi kreatif tidak hanya
mendatang. Meskipun berpotensi sebagai
menggunakan TIK sebagai alat untuk
kekuatan ekonomi yang baru, kemunculan
mengurangi biaya dalam proses produksi
era Ekonomi Kreatif tidak serta merta
ataupun untuk menciptakan pendapatan,
membuat ekonomi informasi tertinggal,
melainkan juga sebagai dasar kreativitas
melainkan justru memperkuat peran
dalam produksinya.
teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
Penelitian ini berusaha menjelaskan
dalam perkembangan ekonomi kreatif itu
bagaimana peran pemanfaatan TIK dalam
sendiri. Ekonomi kreatif merupakan
meningkatkan kinerja usaha sektor
perwujudan nilai tambah dari suatu ide atau
ekonomi kreatif di Indonesia. TIK telah
gagasan kekayaan intelektual yang
mengubah pola produksi, konsumsi dan
mengandung keorisinalan, lahir dari
distribusi produk-produk kreatif, misalnya
kreativitas intelektual manusia, berbasis
pada proses produksi dan pemasaran di
ilmu pengetahuan dan teknologi,
subsektor Aplikasi dan Games, Musik, Film
keterampilan, serta warisan budaya
yang sangat bergantung pada TIK. Saat ini
(Peraturan Presiden Nomor 142 Tahun
orang-orang tidak lagi membeli produk
2018). Berdasarkan definisi, teknologi
fisik untuk menikmati musik ataupun film.
adalah salah satu faktor penting dalam
Produk musik dan film dinikmati dalam
produksi ekonomi kreatif dan TIK
bentuk digital yang baik dalam proses
merupakan salah satu teknologi yang paling
produksi, distribusi dan konsumsinya
banyak digunakan pada sektor ini.
membutuhkan TIK. Ekonomi kreatif di
Kehadiran TIK telah membentuk suatu pola
Indonesia setiap tahunnya mengalami
kerja, produksi dan distribusi yang lebih
peningkatan. Adapun perkembangannya
efisien yang berdampak pada semakin
pada tahun 2015 hingga 2017 dapat dilihat
tingginya kompetisi pasar yang menuntut
dalam gambar berikut.
usaha mencari cara untuk dapat berproduksi
dengan biaya yang bersaing di pasar. TIK
dalam dunia bisnis tidak hanya digunakan
sebagai media untuk bertransaksi
melainkan juga digunakan sebagai media
untuk mendatangkan keuntungan ekonomi.

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 2 2
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

usaha di subsektor Fesyen belum secara


Secara umum hasil studi empiris terdahulu maksimal menggunakan TIK dalam
menunjukkan bahwa penggunaan aktivitas penjualannya. Berdasarkan
Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) klasifikasi oleh BPS, Fesyen merupakan

25000000

20000000

15000000
PDB (Ratus Juta Rupiah)
10000000
Tenaga Kerja (Orang)

5000000 Ekspor (Ribu USD)

0
2015 2016 2017

Sumber: OPUS Bekraf, 2019, telah diolah kembali.

Gambar 1. Perkembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

menunjukkan pengaruh yang positif salah satu subsektor ekonomi kreatif yang
terhadap kinerja usaha (Alpar dan Kim, telah menjadi andalan banyak negara untuk
1990; Harris dan Katz, 1991; Newman dan bersaing di pasar dunia termasuk Indonesia.
Kozar, 1994; Mukhopadhyay, et al., 1995). TIK seharusnya berpengaruh positif
Keuntungan yang dapat diperoleh melalui terhadap kinerja usaha dan terutama pada
penggunaan TIK adalah pengurangan biaya sektor ekonomi kreatif yang memiliki
produksi atau penciptaan pendapatan hubungan erat dengan teknologi dimana
(Mithas et al., 2012). Berbeda dengan hasil teknologi merupakan bagian dari proses
studi pada umumnya, penelitian produksinya. Namun studi tersebut
Mustikarani dan Irwansyah (2019) memperlihatkan bahwa TIK tidak
menyatakan bahwa pemanfaatan TIK tidak selamanya berdampak positif pada sektor
memberikan dampak positif pada subsektor ekonomi kreatif.
Fesyen di Indonesia. Penyebabnya adalah Untuk menjawab bagaimana peran TIK
kurangnya kemampuan unit usaha dalam dalam peningkatan kinerja sektor ekonomi
adaptasi TIK yang dapat dipengaruhi oleh kreatif di Indonesia, penulis menggunakan
kapabilitas pemimpin usaha. Penelitian pendekatan ekonometrika yaitu regresi
tersebut juga menunjukkan bahwa unit linier sederhana (Ordinary Least Square)

Published by UI Scholars Hub, 2020 3 3


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

pada data cross section hasil Survey menggunakan TIK itu sendiri. Pemanfaatan
Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) yang TIK juga berpengaruh negatif terhadap
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) kinerja pada usaha skala mikro.
pada tahun 2016. Survey tersebut Kemampuan pengadaan dan pemeliharaan
mengambil sampel yang tersebar di 34 TIK unit usaha mikro yang terbatas
provinsi di Indonesia di 16 subsektor berpotensi menjadi penyebab lain belum
ekonomi kreatif sejumlah 5.992 sampel.1 optimalnya pemanfaatan TIK pada skala
Teknik analisis regresi linier dapat mikro. Temuan ini melengkapi literatur
digunakan untuk melihat hubungan secara tentang pengaruh pemanfaatan TIK secara
linier antara pemanfaatan TIK dengan khusus pada sektor ekonomi kreatif dan
kinerja ekonomi kreatif. dapat menjadi dasar bagi pemerintah untuk
Pada tahap awal dilakukan analisa untuk lebih memperhatikan kebutuhan masing-
mengetahui peran pemanfaatan TIK masing subsektor dan skala usaha dalam
terhadap kinerja sektor ekonomi kreatif kebijakan pemberian bantuan infrastruktur
secara umum. Kemudian analisa dilakukan TIK bagi pelaku ekonomi kreatif.
secara khusus di setiap subsektor dan skala
LITERATURE REVIEW
usaha ekonomi kreatif. Hasilnya
Menurut Howkins (2001), ekonomi kreatif
menunjukkan bahwa jenis subsektor dan
merupakan perpaduan antara kreativitas
skala usaha menentukan bagaimana
dengan ekonomi. Undang-Undang
pengaruh TIK terhadap kinerja ekonomi
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2019
kreatif. Pemanfaatan TIK berpengaruh
tentang Ekonomi Kreatif menyatakan
negatif pada subsektor DKV, musik,
bahwa ekonomi kreatif merupakan
aplikasi dan games, dan seni rupa. Hal ini
perwujudan nilai tambah dari kekayaan
dapat disebabkan oleh rendahnya
intelektual yang bersumber dari kreativitas
kepemilikan HKI yang seharusnya dapat
manusia yang berbasis warisan budaya,
melidungi produk kreatif terutama pada
ilmu pengetahuan, dan/atau teknologi. Dari
produk-produk digital seperti pada
definisi tersebut, ekonomi kreatif dapat
subsektor DKV, musik, aplikasi dan games
dikatakan sebagai sektor ekonomi yang
dari pembajakan. Hal lain yang juga
bersumber dari ide-ide kreativitas manusia
berpotensi menyebabkan hal tersebut
yang menciptakan nilai tambah dari
adalah kemampuan SDM dalam

1
Penelitian ini akan menggunakan 5.732 sampel
dimana 260 sampel dikeluarkan dalam regresi yang
akan dijelaskan lebih jauh pada bagian metodologi.

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 4 4
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

kekayaan intelektual berbasis keterampilan, Stever, 1988), komputer, software yang


budaya, pengetahuan dan teknologi. memadai serta perangkat komunikasi yang
Sejalan dengan definisi tersebut, menurut dapat diandalkan merupakan teknologi
Shahid Yusuf dan Kaoru Nabeshima yang mendasar untuk menciptakan sebuah
(2003), industri kreatif termasuk sektor sistem informasi. Pemanfaatan TIK
yang paling intensif melibatkan menunjukkan signifikansi yang relatif
keterampilan dan khususnya teknologi tinggi terhadap produktivitas baik di tingkat
informasi (the most skill intensive and usaha, industri maupun negara
information technology (IT) intensive). (Papaioannou & Dimelis, 2002). Tujuan
Melihat pentingnya teknologi dalam sektor utama penggunaan TIK oleh suatu usaha
ini khususnya TIK, maka menjadi sangat adalah untuk mendapatkan profit
menarik untuk melihat bagaimana (keuntungan) yaitu melalui penciptaan
pengaruh pemanfaatan TIK terhadap pendapatan (revenue generation) dan
kinerja sektor kreatif dan belum ada tulisan pengurangan biaya produksi (cost
yang membahas hal tersebut. reduction) (Mithas, et al., 2012).
Teknologi informasi secara singkat dapat Cost reduction umumnya hanya terkait 2
diartikan sebagai perpaduan antara hal yaitu: (1) otomatisasi transaksi; dan (2)
hardware (perangkat keras), software berbagi informasi yang dapat dengan
(perangkat lunak), dan brainware.2 mudah ditiru oleh unit usaha lainnya.
Teknologi informasi dan komunikasi Dalam cost reduction unit usaha
memungkinkan untuk mengkomunikasikan memfokuskan pada hulu untuk mengurangi
informasi-informasi baik melalui e-mail, biaya sementara revenue generation
forum diskusi, kotak chatting, halaman berfokus di hilir bagaimana untuk
web, video konferensi, dan aplikasi- mendiferensiasikan produk barang dan jasa
aplikasi yang memungkinkan terjadinya yang dihasilkan agar lebih selaras dengan
interaksi atau komunikasi (Hepp, et al., kebutuhan konsumen dan meningkatkan
2004). Menurut Ramqvist (Muroyama, & kepuasan konsumen serta memperluas

2
Teknologi informasi tidak dapat dipungkiri telah kategori OCAM (Office, Computing, and
memberikan dampak baik bagi industri maupun bagi Accounting Machinary), modal dalam teknologi
masyarakat secara keseluruhan (Ramqvist dalam informasi secara garis besar terdiri dari komputer
Muroyama dan Stever, 1988). Teknologi informasi dan dalam kategori IPE (Information Processing
dalam perkembangannya telah didefinisikan oleh Equipment) secara lebih luas dapat menyertakan
beberapa ahli yang salah satunya diartikan sebagai perangkat komunikasi, keilmuan dan perangkat
seperangkat alat untuk mengolah informasi dan terkait lainnya (Brynjolfsson, & Yang, 1996).
melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan Dengan kata lain, saat berbicara tentang Teknologi
pemrosesan informasi (Haag, & Keen, 1996). Informasi, selain komputer, software (perangkat
Menurut U.S Bureau of Economic Analysis dalam lunak) dan layanan terkait juga diikutsertakan.

Published by UI Scholars Hub, 2020 5 5


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

jangkauan konsumen baru yang pada dilakukan melalui Compact Disc (CD) atau
gilirannya akan meningkatkan pendapatan Digital Video Disc (DVD) sudah sangat
unit usaha. Pendekatan revenue generation berkurang pada saat ini. Produk-produk di
lebih baik dibandingkan cost reduction sektor subsektor Film, Animasi, Video
karena sifatnya lebih kompleks dan lebih banyak diproduksi secara daring,
cenderung mengarahkan unit usaha ke dipasarkan secara daring dan dikonsumsi
penyusunan kembali proses bisnisnya. secara daring juga. Demikian juga produk-
Dengan demikian, metode ini lebih produk di subsektor musik, arsitektur, dan
bertahan dan tidak mudah untuk ditiru oleh penerbitan yang saat ini sudah diproduksi
unit usaha lainnya serta menghasilkan secara daring. Kacerauskas (2012)
keunggulan komparatif di samping menyatakan bahwa teknologi sangat
meningkatkan pendapatan (Mithas, et al., penting dalam sektor ekonomi kreatif yang
2012). mengharuskan kebaharuan dalam
Dalam sektor ekonomi kreatif, selain kedua penciptaan nilai ekonomi.
mekanisme profit di atas, teknologi Selain pemanfaatan TIK, HKI juga
didefinisikan sebagai basis kreativitas yang merupakan salah satu faktor penting dalam
berarti teknologi mendorong terjadinya ekonomi kreatif. Hak Kekayaan Intelektual
kreativitas yang pada gilirannya akan (HKI) adalah hak untuk menikmati secara
meningkatkan produksi dan ekonomis hasil dari suatu kreativitas
pendapatannya. Pada sektor ekonomi intelektual yang memberikan hak bagi
kreatif secara khusus, TIK telah mengubah inventor atau pemilik paten untuk
tidak hanya pola produksi produk ekonomi menikmati hasil karya atau investasi dalam
kreatif namun juga pola distribusi dan penemuannya. Sebuah studi yang dilakukan
konsumsi. Hal ini dapat dengan jelas dilihat di Eropa pada tahun 2003 menunjukkan
dari sektor aplikasi dan game developer, bahwa usaha yang memiliki HKI
dimana untuk menciptakan aplikasi menghasilkan pendapatan per tenaga kerja
dibutuhkan komponen TIK yaitu komputer yang lebih besar dibandingkan dengan yang
dan didistribusikan melalui website atau tidak memiliki HKI terutama pada UMKM
aplikasi yang membutuhkan jaringan (OHIM, 2015). Selain itu, kinerja usaha
internet dengan perantaraan media secara umum juga dipengaruhi oleh faktor
hardware seperti komputer atau telepon tenaga kerja, usia usaha, tingkat
genggam atau lainnya serta dikonsumsi pendidikan. Meskipun saat ini teknologi
melalui media produk TIK. Di subsektor telah mampu menggantikan beberapa
Film, Animasi, Video konsumsi yang fungsi dalam industri namun banyak hal

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 6 6
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

yang tidak dapat digantikan oleh mesin. Selain usaha telah memiliki strategi terbaik
Oleh karena itu, tenaga kerja masih menjadi baik dalam cara produksi, produk apa yang
salah satu faktor produksi penting dalam dihasilkan, cara memasarkan, teknologi
proses produksi dimana kualitas dan yang diadopsi, merespon perilaku
kuantitas produk yang dihasilkan akan konsumen, perusahaan yang lama juga
sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja yang dianggap sudah memiliki pasar sehingga
dimiliki. Selain dari sisi kuantitas, tingkat akan menyulitkan bagi pesaing untuk
pendidikan sumber daya manusia dalam masuk. Usia usaha akan mendorong
suatu unit usaha juga turut memberikan perusahaan untuk berproduksi secara
dampak bagi kinerja unit usaha. Pendidikan efisien dan pada akhirnya mempengaruhi
akan meningkatkan kualitas yang dimiliki produksi dan pendapatan usaha itu sendiri.
tenaga kerja yang pada gilirannya akan Penelitian ini juga mengikutsertakan faktor
meningkatkan produktivitas tenaga kerja skala usaha karena berdasarkan hasil studi
itu sendiri (Fleisher, et al., 2011). Lebih empiris sebelumnya, ukuran usaha
jauh, studi yang dilakukan di Spanyol pada berkaitan dengan profit usaha (Amato, &
periode 2004-2011 menyatakan bahwa Wilder, 1985). Terdapat asumsi bahwa
kurangnya tenaga kerja yang terampil, semakin besar skala usaha maka semakin
sulitnya melakukan inovasi, belum mudah untuk memperoleh modal,
mampunya mengikuti permintaan pasar, mengakses pasar ataupun melakukan
kurangnya sumber daya finansial membuat investasi. Baumol menyatakan bahwa
usaha yang masih baru sulit untuk usaha besar memiliki modal uang yang
mendapatkan performa yang maksimal lebih besar yang tidak hanya akan
(Coad, et al., 2017). meningkatkan keuntungan perusahaan
Studi mengenai pengaruh usia usaha tetapi juga meningkatkan pendapatan dari
terhadap kinerja usaha juga telah banyak setiap investasi yang dilakukan (Hall,
dilakukan yang menyatakan bahwa 1967). Unit usaha yang lebih besar
lamanya suatu usaha beroperasi menjadi memiliki seluruh pilihan yang dimiliki oleh
salah satu faktor yang mempengaruhi usaha kecil dan dapat berinvestasi dalam
kinerja usaha. Studi yang dilakukan oleh skala tertentu yang tidak dapat dilakukan
Hannan dalam Jovanovic (2001) melihat oleh usaha kecil.
keterkaitan antara kinerja usaha yang METODE PENELITIAN
meningkat dari waktu ke waktu dimana Penelitian ini menggunakan data
lamanya usaha akan mempengaruhi Survey Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK)
pemilihan strategi usaha yang terbaik. yang diolah oleh BPS pada tahun 2016

Published by UI Scholars Hub, 2020 7 7


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

dengan jumlah 5.992 sampel. Survey linier sederhana (ordinary least


tersebut merupakan survey khusus ekonomi squared/OLS) pada data cross section
kreatif yang pertama. Data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan
dalam penelitian ini adalah data cross melihat hubungan secara linier antara
section dengan sampel yang diambil dari 34 variabel independen dengan variabel
provinsi di Indonesia di 16 subsektor dependen. Dalam model yang dibangun,
ekonomi kreatif. Meski jumlah sampel kinerja unit usaha ekonomi kreatif dapat
SKEK 2016 berjumlah 5.992 namun dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel
jumlah sampel yang digunakan dalam independen yaitu variabel pemanfaatan
penelitian ini berjumlah 5.732 sampel TIK dan kelompok variabel kontrol yang
dimana terdapat sejumlah 260 observasi terdiri atas jumlah tenaga kerja, tingkat
yang tidak diikutsertakan dikarenakan pendidikan, usia usaha, kepemilikan HKI,
adanya kerancuan pengisian kuesioner oleh subsektor dan skala usaha. Persamaan
responden serta keberadaan nilai yang model dasar yang digunakan dalam
hilang (missing values). Pada kuesioner penelitian ini adalah sebagai berikut:
SKEK, BPS menyediakan kolom isian 𝐿𝑛𝐾𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎𝑖 =
terkait total produksi untuk sektor 𝛽0 + 𝛽1 𝑇𝐼𝐾𝑖 +
manufaktur dan kolom isian pendapatan 𝜀𝑖 (1)
untuk sektor jasa. Namun, dalam dengan Kinerja adalah total pendapatan
praktiknya kemudian terdapat unit usaha ekonomi kreatif; TIK adalah
ketidaksesuaian antara jenis usaha dan variabel dummy untuk pemanfaatan TIK; 
kolom yang diisi oleh responden yang salah adalah error, dan 𝑖 adalah usaha ekonomi
satunya diperlihatkan dengan adanya 234 kreatif. Masih menggunakan variabel
responden yang mengisi kedua kolom Kinerja dan TIK serta definisi  dan 𝑖 yang
tersebut. Kemudian untuk menghindari bias sama, regresi selanjutnya dilakukan dengan
dalam penelitian ini, maka ke-234 menambahkan variabel kontrol dengan
observasi yang memberikan jawaban untuk persamaan regresi sebagai berikut:
total produksi dan pendapatan bersama 𝐿𝑛𝐾𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎𝑖 = 𝛽0 +
dengan 26 observasi dengan missing values 𝛽1 𝑇𝐼𝐾𝑖 + ∑4𝑘=1 𝛽𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖 +
tidak digunakan sehingga total sampel 𝜀𝑖 (2)
dalam penelitian ini menjadi 5.732
dengan 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 adalah variabel kontrol
observasi.
yang terdiri dari dummy kepemilikan HKI,
Teknik analisis yang digunakan adalah
dummy tingkat pendidikan, lama usaha,
teknik analisis ekonometrika yaitu regresi

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 8 8
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

jumlah tenaga kerja. Selain model tersebut, kepemilikan HKI, tingkat pendidikan, lama
juga terdapat model regresi terhadap usaha, jumlah tenaga kerja.
variabel Kinerja yang melibatkan interaksi
HASIL
antara masing-masing variabel
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan
pemanfaatan TIK dan masing-masing
menggunakan regresi linier berganda
komponennya dengan variabel skala usaha
(multiple regression) dengan robust
dan enam belas variabel subsektor. Model
standard error, ditemukan bahwa tanpa
regresi dengan interaksi tersebut adalah
mengikutsertakan faktor subsektor dan
sebagai berikut:
skala usaha, pemanfaatan TIK berpengaruh
𝐿𝑛𝐾𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎𝑖 = 𝛽0 + 𝛽1 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖𝑖 +
positif terhadap kinerja yang diukur melalui
𝛽2 𝑇𝐼𝐾𝑖 × 𝑆𝑢𝑏𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟𝑖 +
pendapatannya. Hasil regresi dari model
∑5𝑘=1 𝛽𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖 + 𝜀 𝑖 (3) & (4)
utama yang melihat peran TIK terhadap
dengan Kontrol adalah variabel kontrol
usaha ekonomi kreatif secara umum tanpa
yang terdiri dari dummy kepemilikan HKI,
mengikutsertakan variabel kontrol
tingkat pendidikan, lama usaha, jumlah
menunjukkan bahwa unit usaha ekonomi
tenaga kerja, dummy usaha skala menengah
kreatif yang memanfaatkan TIK memiliki
dan besar. Berbeda dengan model regresi
pendapatan 87,95% lebih tinggi
(3), regresi pada model (4) regresi
dibandingkan dengan unit usaha yang tidak
dilakukan dengan mengikutsertakan
memanfaatkan TIK. Pengaruh positif TIK
variabel kontrol dummy usaha skala
pada usaha ekonomi kreatif tetap konsisten
menengah dan besar sehingga jumlah
pada regresi dengan variabel kontrol
variabel kontrol menjadi 5 variabel pada
kepemilikan HKI, pendidikan, jumlah
spesifikasi model (4). Kemudian dilakukan
tenaga kerja dan usia usaha dimana
juga regresi dengan interaksi antara TIK
hasilnya menunjukkan bahwa unit usaha
dengan variabel skala usaha dengan
ekonomi kreatif yang memanfaatkan TIK
spesifikasi sebagai berikut:
memiliki pendapatan 33,51% lebih tinggi
𝐿𝑛𝐾𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎𝑖 = 𝛽0 + 𝛽1 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖𝑖 +
dibandingkan dengan unit usaha yang tidak
𝛽2 𝑇𝐼𝐾𝑖 × 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎𝑖 +
memanfaatkan TIK.
∑4𝑘=1 𝛽𝑘 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖 + 𝜀 𝑖 (5)
Selain itu, seluruh variabel kontrol pada
dengan Skala Usaha adalah dummy regresi ini juga menunjukkan pengaruh
variabel skala usaha; Kontrol adalah yang positif terhadap kinerja. Hal ini
variabel kontrol yang terdiri dari dummy menunjukkan bahwa selain TIK, HKI,
pendidikan pengusaha, usia usaha dan

Published by UI Scholars Hub, 2020 9 9


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

jumlah tenaga kerja juga turut menentukan fesyen, penerbitan, periklanan, TV dan
kinerja usaha ekonomi kreatif. Regresi radio dengan perngaruh tertinggi terlihat di
dengan melibatkan variabel kontrol subsektor kuliner, diikuti oleh subsektor
tersebut menunjukkan bahwa unit usaha periklanan dan subsketor film animasi dan
ekonomi kreatif yang memiliki HKI video. Unit usaha ekonomi kreatif
memiliki pendapatan 156,77% lebih tinggi subsektor desain interior yang
dibandingkan dengan unit usaha yang tidak memanfaatkan TIK memiliki pendapatan
memiliki HKI. Sementara unit usaha 112,76% lebih tinggi dibandingkan dengan
ekonomi kreatif yang dimiliki oleh unit usaha yang tidak memanfaatkan TIK.
seseorang dengan latar belakang Sedangkan unit usaha pada subsektor film
pendidikan minimum setara sarjana animasi dan video memiliki pendapatan
memiliki pendapatan 56,83% lebih tinggi 145.96% lebih tinggi dibandingkan yang
dibandingkan dengan unit usaha yang tidak memanfaatkan TIK. Pendapatan yang
dimiliki oleh seseorang dengan latar lebih tinggi atas pemanfaatan TIK juga
belakang pendidikan di bawahnya. terlihat di subsektor kriya dengan
Meskipun pengaruhnya lebih kecil dari pendapatan yang lebih tinggi 72.98% pada
variabel HKI dan pendidikan namun unit usaha yang memanfaatkan TIK;
variabel usia usaha dan tenaga kerja juga pendapatan lebih tinggi 282.29% pada
berperan positif terhadap kinerja. Semakin subsektor kuliner; pendapatan yang lebih
lama suatu usaha maka akan meningkatkan tinggi 105,24% pada subsektor fesyen;
kemampuan usaha tersebut untuk pendapatan yang lebih tinggi 105,03% pada
beradaptasi dengan pasar. Usaha yang lebih subsektor penerbitan, pendapatan yang
lama 1 tahun akan memiliki pendapatan lebih tinggi 196,54% pada subsektor
1,41% lebih tinggi dan unit usaha ekonomi periklanan dan pendapatan yang lebih
kreatif yang memiliki 1 tenaga kerja lebih tinggi 32,05% pada subsektor TV dan
banyak akan memiliki pendapatan 1,11% radio.
lebih tinggi. Sementara pada beberapa subsektor seperti
Selain model dasar dengan kontrol, regresi DKV, musik, aplikasi dan games dan juga
juga dilakukan dengan melibatkan variabel seni rupa, pemanfaatan TIK justru
interaksi antara TIK dengan jenis subsektor berpengaruh negatif. Pengaruh negatif ini
dan skala usaha. Pemanfaatan TIK paling besar terlihat pada subsektor seni
berpengaruh terhadap pendapatan yang rupa dimana pemanfaatan TIK di subsektor
lebih tinggi pada subsektor desain interior, seni rupa berpengaruh terhadap pendapatan
film animasi dan video, kriya, kuliner,

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 10 10
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

yang lebih rendah (115,55%) dibandingkan


dengan unit usaha subsektor seni rupa yang
tidak memanfaatkan TIK. Pendapatan yang
lebih rendah akibat pengaruh pemanfaatan
TIK juga terlihat pada subsektor (58,25%
lebih rendah), subsektor musik (44,92%
lebih rendah) dan subsektor aplikasi dan
games (37,16% lebih rendah). Adapun hasil
estimasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Published by UI Scholars Hub, 2020 11 11


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

Tabel 1 Regresi Pemanfaatan TIK terhadap Kinerja usaha


Variabel Dependen: LnKinerja Usaha Ekonomi Kreatif
(1) (2) (3) (4) (5)
Model Dasar Model Dasar Model dengan Model dengan Interaksi Model dengan
dengan Kontrol Interaksi TIK TIK dan Subsektor dan Interaksi TIK dan
dan Subsektor Kontrol Skala Usaha Skala Usaha
TIK 0.631*** 0.289***
(0.063) (0.066)
HKI 0.943*** 0.741*** 0.528*** 0.472***
(0.090) (0.088) (0.084) (0.082)
Pendidikan 0.450*** 0.471*** 0.373*** 0.166***
(0.060) (0.058) (0.056) (0.055)
Usia Usaha 0.014*** 0.014*** 0.009*** 0.003
(0.002) (0.002) (0.002) (0.002)
Tenaga Kerja 0.011*** 0.010*** 0.005*** 0.005***
(0.002) (0.002) (0.001) (0.001)
SkalaMenengahBesar 1.561***
(0.090)
ArsitekturXTIK 0.484 0.413
(0.254) (0.237)
DesInteriorXTIK 0.755*** 0.771***
(0.243) (0.238)
DKVTIKXTIK -0.459** -0.482**
(0.226) (0.226)
DesainProdukXTIK -0.034 0.015
(0.201) (0.200)
FAVXTIK 0.900*** 0.637***
(0.205) (0.194)
FotografiXTIK -0.093 -0.060
(0.093) (0.092)
KriyaXTIK 0.548*** 0.470***
(0.122) (0.116)
KulinerXTIK 1.341*** 0.971***
(0.116) (0.113)
MusikXTIK -0.371*** -0.404***
(0.111) (0.109)
FesyenXTIK 0.719*** 0.646***
(0.104) (0.097)
AppGamesXTIK -0.316** -0.335**
(0.157) (0.152)
0.718*** 0.489***
PublishingXTIK
(0.123) (0.118)
1.087*** 0.915***
AdvertisementXTIK
(0.129) (0.128)
0.278*** 0.038
TVRadioXTIK
(0.102) (0.097)
0.058 -0.243
SeniPertunjukanXTIK
(0.185) (0.187)
-0.768*** -0.773***
SeniRupaXTIK
(0.131) (0.130)
Skala MikroXTIK -0.575***
(0.070)
Skala KecilXTIK 0.930***
(0.073)
Skala MenengahXTIK 1.986***
(0.105)
Skala BesarXTIK 2.373***
(0.269)
Observasi 5.631 5.631 5.631 5.631 5.631
𝐴𝑑𝑗 𝑅2 0.159 0.123 0.174 0.222 0.247
**p<0.05; ***p<0.01, angka di dalam kurung merupakan robust standar error

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 12 12
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

Kemudian regresi juga dilakukan dengan unit usaha skala kecil, menengah dan besar
mengikutsertakan variabel skala usaha justru berpengaruh positif terhadap
menengah dan besar untuk melihat pendapatan.
keterkaitan skala usaha terhadap kinerja Unit usaha ekonomi kreatif skala kecil yang
usaha. Hasilnya ditunjukkan oleh kolom (4) memanfaatkan TIK memiliki pendapatan
dimana terjadi beberapa perubahan dengan 40,9% lebih tinggi dibandingkan dengan
perubahan paling signifikan dapat dilihat unit usaha yang tidak memanfaatkan TIK.
pada pemanfaatan TIK di subsektor TV dan Unit usaha skala mikro yang memanfaatkan
radio yang menjadi tidak signifikan. Selain TIK memiliki pendapatan 77,71% lebih
itu perubahan lainnya ada di subsektor rendah dibandingkan dengan unit usaha
kuliner dan subsektor film animasi dan skala mikro yang tidak memanfaatkan TIK.
video. Dimana pada spesifikasi (3), Pengaruh pemanfaatan TIK paling besar
pengaruh pemanfaatan TIK di subsektor terdapat pada usaha skala besar dimana
kuliner yang tadinya berpengaruh terhadap pemanfaatan TIK pada unit usaha skala
pendapatan yang lebih tinggi hingga besar berpengaruh pada pendapatan
sebesar 282,29% turun menjadi 164,06%. 972,95% lebih tinggi dibandingkan dengan
Hal ini menunjukkan bahwa skala usaha unit usaha skala besar yang tidak
memiliki pengaruh terhadap peran memanfaatkan TIK. Pemanfaatan TIK juga
pemanfaatan TIK di sektor ekonomi kreatif. menunjukkan hubungan yang positif
Oleh karena itu kemudian dilakukan regresi terhadap pendapatan pada skala kecil dan
tersendiri dengan melibatkan interaksi menengah. Hasil regresi menunjukkan
antara variabel TIK dengan variabel skala pemanfaatan TIK berpengaruh terhadap
usaha. Adapun hasilnya dapat dilihat pada pendapatan 153,45% lebih tinggi pada
kolom (5) di Tabel 1 yang menunjukkan usaha skala kecil dan 628,63% pada usaha
pengaruh pemanfaatan TIK di masing- skala menengah.
masing skala usaha mikro, kecil, menengah PEMBAHASAN
dan besar dengan variabel kontrol HKI, Hasil estimasi di atas menunjukkan bahwa
jumlah tenaga kerja, usia usaha dan TIK tidak selalu berpengaruh positif
pendidikan. Pada model dengan interaksi terhadap kinerja usaha ekonomi kreatif.
dengan skala usaha ini, hasil regresi
Pada sektor ekonomi kreatif, jenis kegiatan
menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan atau subsektor dan skala usaha memiliki
antara pemanfaatan TIK pada kinerja usaha peran yang menentukan bagaimana
ekonomi kreatif di semua skala usaha baik pemanfaatan TIK dapat berpengaruh positif
itu mikro, kecil, menengah dan besar. Tabel terhadap kinerjanya. Kebutuhan atas TIK di
1 menunjukkan bahwa pemanfaatan TIK masing-masing subsektor berbeda-beda
berpengaruh negatif terhadap pendapatan sehingga menjadi penting untuk melihat
pada usaha skala mikro. Sementara di sisi bagaimana hubungan antara pemanfaatan
lain, hasil estimasi pemanfaatan TIK pada

Published by UI Scholars Hub, 2020 13 13


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

TIK secara khusus pada masing-masing daring. Konsumen menemukan efisiensi


subsektor dan skala usaha. Pada Subsektor dalam kehadiran produk digital seperti
film, animasi, dan video, seluruh proses yang terjadi di subsektor musik dan dalam
produksinya hampir tidak mungkin tidak tingkatan yang lebih rendah terjadi di
melibatkan TIK. Misalnya, setelah video subsektor penerbitan. Berbeda dengan
direkam maka akan disimpan ke dalam subsektor lainnya, produk-produk
perangkat TIK seperti komputer ataupun subsektor kriya, kuliner, fesyen, dan seni
laptop untuk kemudian dilanjutkan dengan rupa dapat dipromosikan melalui website
proses penyuntingan. Demikian juga atau media sosial namun produk yang
hingga akhirnya dipasarkan, hasilnya akan dihasilkan bukan produk digital yang dapat
berupa produk yang dipasarkan baik secara dikonsumsi secara daring. Subsektor ini
fisik maupun digital. Pada era industri 4.0, cenderung lebih dapat bertahan tanpa
produk-produk yang oleh beberapa keberadaan TIK dibandingkan dengan
subsektor didominasi oleh produk digital subsektor lainnya. Sementara pada
antara lain seperti film, animasi dan video, subsektor seni pertunjukan meskipun dapat
musik, dan aplikasi dan games. Subsektor- dipasarkan secara digital melalui rekaman
subsektor tersebut memiliki video atau foto namun subsektor ini lebih
ketergantungan yang sangat tinggi atas ke arah menjual pengalaman (experience
pemanfaatan TIK mulai dari proses selling). Seseorang dapat menikmati
produksi hingga pemasarannya. pertunjukan Tari Kecak melalui rekaman
Pada dasarnya semua subsektor ekonomi video namun pengalaman yang berbeda
kreatif membutuhkan TIK dalam tingkatan akan dirasakan oleh konsumen melalui
yang berbeda-beda. Beberapa subsektor pertunjukan langsung.
ekonomi kreatif tidak memiliki Dalam perkembangannya, beberapa
ketergantungan yang tinggi terhadap subsektor kemudian melakukan adaptasi
pemanfaatan TIK namun tetap terhadap pemanfaatan TIK. Tidak hanya
membutuhkan TIK pada tingkatan tertentu, seni pertunjukan dan seni rupa, subsektor
misalnya produk non digital juga akan lainnya juga banyak menciptakan produk
membutuhkan internet jika konsumen yang mengarah pada experience selling. Di
membeli secara daring melalui aplikasi. subsektor musik, para musisi lebih sering
Namun metode ini juga tidak hanya terjadi mengadakan konser-konser musik;
di sektor ekonomi kreatif melainkan juga di subsektor film, pemutaran film di bioskop
sektor-sektor lain. Prosesnya akan menjadi dengan sentuhan teknologi virtual reality;
sangat panjang dan tidak efisien baik dari subsektor kuliner, mengajak konsumen
segi waktu dan biaya sehingga pada sektor untuk melihat proses pembuatan produk
ekonomi kreatif, pola konsumsi beberapa atau turut serta dalam proses; subsektor
produk kreatif kemudian bergeser menjadi fesyen, menjual pengalaman membatik
konsumsi yang masif dilakukan secara pada konsumen. Umumnya penjualan

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 14 14
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

dengan metode experience selling dijual hasil estimasi juga menunjukkan bahwa
dengan harga yang lebih tinggi terdapat pengaruh yang negatif pada
dibandingkan penjualan produk biasa. subsektor DKV, musik, aplikasi dan games,
Dikarenakan kebutuhan atas TIK yang
dan seni rupa. Salah satu hal yang dapat
berbeda-beda antar subsektor, penelitian ini
menyebabkan pengaruh negatif ini adalah
kemudian melihat lebih jauh hubungan
masih minimnya kepemilikan Hak
antara pemanfaatan TIK yang berfokus
pada masing-masing subsektor yang Kekayaan Intelektual (HKI) yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut. seharusnya dapat mengurangi peluang

Tabel 2. Pengaruh Pemanfaatan TIK Berdasarkan Subsektor dan Skala Usaha


Variabel Pendapatan
Sifat Korelasi Positif Negatif
Subsektor Desain Interior DKV
Film Animasi dan Video Musik
Kriya Aplikasi dan Games
Kuliner Seni Rupa
Fesyen
Penerbitan
Periklanan
TV dan Radio
Skala Usaha Kecil Mikro
Menengah
Besar

Peran TIK berdasarkan Subsektor pembajakan produk kreatif. Melalui regresi


Penelitian ini pada satu sisi yang dilakukan, dapat dilihat bahwa HKI
membenarkan bahwa pemanfaatan TIK sebagai variabel kontrol berpengaruh
dapat berpengaruh positif terhadap kinerja positif signifikan terhadap kinerja usaha
usaha namun lebih lanjut juga ditemukan ekonomi kreatif dan hasilnya konsisten
bahwa jenis subsektor turut menentukan meski mengikutsertakan faktor subsektor
peran pemanfaatan TIK. Tabel 2 dan skala usaha.3 Dengan kata lain
menunjukkan pemanfaatan TIK di keberadaan HKI dapat berpengaruh positif
subsektor desain interior, film animasi dan terhadap kinerja usaha yang berarti unit
video, kriya, kuliner, fesyen, penerbitan, usaha yang memiliki HKI akan memiliki
periklanan, TV dan radio berpengaruh pendapatan yang lebih tinggi salah satunya
positif terhadap kinerjanya. Di sisi lain, dengan melindungi hak ekonomi pelaku

3
Studi yang dilakukan oleh Willoughby (2013) yang dilakukan oleh OHIM (2015) yang melihat
menjelaskan bahwa kepemilikan HKI berpengaruh bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara
positif terhadap kinerja yang diukur dari kepemilikan berbagai macam jenis HKI terhadap
pendapatannya. Hal ini juga ditunjukkan oleh studi kinerja usaha.

Published by UI Scholars Hub, 2020 15 15


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

usaha dari tindakan yang merugikan seperti juga berpotensi menjadi penyebab
pembajakan baik bagi produk digital pengaruh negatif pemanfaatan TIK di
maupun non digital.4 subsektor dan skala usaha tertentu. Sektor
Pembajakan sendiri lebih rentan ekonomi kreatif merupakan sektor yang
terjadi pada produk-produk digital yang inklusif yang dapat melibatkan seluruh
sangat tergantung pada TIK yang berarti tenaga kerja dari berbagai latar belakang
bahwa TIK di satu sisi memang dapat pendidikan dan usia. Pelaku usaha
meningkatkan kinerja pada sektor ekonomi subsektor ekonomi kreatif memiliki latar
kreatif melalui pengurangan biaya, belakang pendidikan yang sangat beragam
penciptaan pendapatan dan peningkatan mulai dari tidak menyelesaikan Sekolah
kreativitas namun di sisi lain juga dapat Dasar hingga Strata 3. Adapun variabel
menyebabkan tingginya peluang terjadi pendidikan menjadi salah satu variabel
pembajakan produk terutama pada produk kontrol dalam penelitian ini dan hasil
digital yang pada gilirannya akan menunjukkan bahwa pendidikan
berdampak pada penurunan pendapatan berpengaruh positif signifikan terhadap
(Towse, & Handke, 2013). Pembajakan kinerja ekonomi kreatif yang berarti bahwa
produk ini seharusnya dapat diminimalisir pada sektor ekonomi kreatif yang inklusif
melalui kepemilikan HKI tetapi data sekalipun, kualitas SDM turut berpengaruh
menunjukkan bahwa persentase terhadap kinerjanya.
kepemilikan HKI pada sektor ekonomi Peran TIK berdasarkan Skala Usaha
kreatif masih relatif rendah yaitu 10,90%. Selain jenis subsektor, skala usaha
Rendahnya tingkat kepemilikan HKI juga turut mempengaruhi kinerja usaha
menyebabkan pembajakan relatif lebih ekonomi kreatif. Hasil regresi berdasarkan
mudah terjadi yang pada gilirannya skala usaha menunjukkan bahwa
berpotensi menjadi salah satu penyebab pemanfaatan TIK di usaha skala mikro
pemanfaatan TIK pada sektor ekonomi berpengaruh negatif terhadap kinerjanya.
kreatif berpengaruh negatif terhadap Sementara pada usaha skala kecil,
kinerjanya. menengah dan besar, pemanfaatan TIK
Rendahnya kemampuan SDM berpengaruh positif terhadap
dalam mengoptimalkan pemanfaatan TIK

4
Menurut laporan Business Security Alliance dari 86% dan pada tahun 2017 kembali menurun
Global Survey pada tahun 2016 dan 2018, tingkat sebesar 1% menjadi 83%. Jumlah ini relatif besar
konsumsi perangkat lunak bajakan di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain misalnya
mencapai 84% pada tahun 2013 dan 2015. Jumlah seperti Malaysia (51%), Singapur (27%), Jepang
ini menurun dari tahun 2009 dan 2011 sebesar 2% (16%) atau Australia (18%).

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 16 16
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

pendapatannya. Selain keterbatasan usaha Irwansyah (2019) juga menyatakan bahwa


dalam pengadaan dan pemeliharaan TIK, pelaku kreatif belum optimal dalam
pengaruh negatif ini juga mengindikasikan memahami teknologi dan tren dalam TIK
bahwa terbatasnya kemampuan SDM yang terus berubah. Jika penelitian Diyanti
ekonomi kreatif pada usaha skala mikro dan Irwansyah (2019) hanya menunjukkan
dalam mengoptimalkan pemanfaatan TIK secara deskriptif kualitatif bahwa
yang dimilikinya sebagai basis produksi pemanfaatan TIK belum optimal pada
dan pemasaran. UMKM di subsektor fesyen, penelitian ini
TIK merupakan alat yang secara lebih detail melihat pada masing-
penggunaannya dipengaruhi oleh masing skala usaha dan menemukan bahwa
kapabilitas SDM untuk mengelolanya.5 pemanfaatan TIK pada usaha ekonomi
Kemampuan SDM dalam mengelola TIK kreatif berpengaruh negatif hanya pada
memegang peranan yang penting untuk usaha skala mikro.
meningkatkan kinerja usaha melalui TIK. Kompleksitas TIK merupakan salah
Hal ini sejalan dengan studi Diyanti dan satu hal yang menyebabkan rendahnya
Irwansyah (2019) yang menyatakan bahwa adopsi TIK dalam suatu unit usaha
pemanfatan TIK di subsektor fesyen belum (Thompson et al., 1991), yang berarti
optimal yang dapat disebabkan oleh semakin kompleks teknologi yang
kurangnya kemampuan SDM ekonomi digunakan maka akan semakin rendah
kreatif terutama pada UMKM untuk kemampuan SDM untuk memahami cara
memanfaatkan atau mengadopsi TIK dalam pemanfaatannya. Oleh karena itu
usahanya. Pelaku UMKM belum mampu dibutuhkan kualitas SDM yang memadai
melakukan inovasi-inovasi dalam untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan
implementasi TIK serta juga adanya TIK. Kualitas SDM salah satunya tercermin
keterbatasan biaya. Lebih jauh Diyanti dan melalui pendidikan seseorang. Hasil

5
Memiliki peralatan TIK dan memanfaatkannya adalah jaringan internet. Komponen ketiga adalah
secara optimal merupakan dua hal yang berbeda. brainware yaitu yang mengoperasikan komponen
Unit usaha dapat memiliki peralatan TIK namun TIK dalam hal ini adalah pelaku usaha ekonomi
tidak disertai dengan kemampuan SDM yang kreatif. Komponen keempat adalah komponen
memadai untuk mengoptimalkan penggunaannya komunikasi yaitu saluran yang memungkinkan
terutama dalam aktivitas ekonomi yang terjadinya komunikasi yang dalam tulisan ini adalah
membutuhkan pengaturan strategi agar produk dapat website. Brainware merupakan komponen yang
berkompetisi di pasar. Secara mendasar, TIK sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
setidaknya terdiri dari 4 unsur utama. Komponen optimal dari penggunaan TIK. Penggunaan
pertama adalah perangkat keras sebagai media yang peralatan TIK secanggih apapun tidak akan efektif
paling mendasar dalam operasional TIK yang dalam tanpa adanya SDM dengan kapabilitas yang
penelitian ini adalah komputer. Komponen kedua memadai.
adalah perangkat lunak yang dalam tulisan ini

Published by UI Scholars Hub, 2020 17 17


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

penelitian ini menunjukkan bahwa faktor animasi, dan video serta musik berpengaruh
pendidikan berpengaruh positif terhadap positif terhadap kinerjanya. Namun dampak
kinerja usaha ekonomi kreatif. Dengan kata dari perubahan pola bisnis ini belum terlihat
lain, kemampuan SDM juga merupakan pada subsektor musik, aplikasi dan games.
salah satu faktor penting yang harus Selain berdasarkan subsektor,
diperhatikan dalam pemanfaatan TIK pada pemanfaatan TIK pada usaha ekonomi
sektor ekonomi kreatif. kreatif skala mikro juga berpengaruh
negatif terhadap pendapatannya. Sementara
KESIMPULAN
pada skala kecil, menengah dan besar,
Penelitian ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan TIK berpengaruh positif
pemanfaatan TIK tidak selalu berpengaruh
terhadap pendapatannya. Pemanfaatan TIK
positif terhadap kinerja usaha. Pada sektor
pada dasarnya tidak hanya berbicara soal
ekonomi kreatif, pemanfaatan TIK
memiliki peralatan TIK melainkan
berpengaruh negatif terhadap kinerja pada
diperlukan sebuah perencanaan tentang
subsektor DKV, musik, aplikasi dan games,
bagaimana menggunakannya secara
dan seni rupa. Rendahnya tingkat
optimal baik dalam proses kreasi, produksi
kepemilikan HKI serta kurangnya
maupun distribusinya. TIK merupakan alat
kemampuan SDM ekonomi kreatif dalam
yang penggunaannya membutuhkan SDM
optimalisasi pemanfaatan TIK dapat
untuk mengelolanya. Oleh karena itu,
berpotensi menjadi penyebab pengaruh
kurangnya pemahaman SDM tentang
negatif pemanfaatan TIK terhadap kinerja
bagaimana menggunakan TIK secara
unit usaha. Kepemilikan HKI yang rendah
efektif dalam kegiatan usaha yang
menyebabkan pembajakan produk-produk
dilakukan dapat menyebabkan penggunaan
kreatif lebih mudah terjadi yang pada
TIK menjadi tidak optimal. Adapun tingkat
gilirannya akan menurunkan pendapatan
kepemilikan TIK pelaku ekonomi kreatif
unit usaha. Dalam perkembangannya,
sudah relatif tinggi yaitu 74,60% dari total
meski pembajakan dapat berpengaruh
sampel dengan komponen TIK yang paling
negatif terhadap produk kreatif, beberapa
banyak digunakan adalah internet.
subsektor yang produknya didominasi
Penggunaan TIK memang akan
produk digital melakukan adaptasi dalam
meningkatkan daya saing usaha di pasar
pola bisnisnya. Hal ini sesuai dengan hasil
namun pada sektor ekonomi kreatif,
penelitian Dimaggio (2013) dan hasil dari
produk-produk digital perlu mendapatkan
penelitian ini yang menunjukkan bahwa
perhatian secara khusus karena rentan
pemanfaatan TIK pada subsektor film,
terhadap pembajakan.

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 18 18
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

Dalam penetapan KBLI ekonomi subsektor dan skala usaha sehingga bantuan
kreatif, subsektor kriya kuliner dan fesyen yang diberikan dapat lebih tepat sasaran
mendapatkan pembagian paling banyak dan lebih optimal dalam mendorong laju
yang pada penelitian terlihat melalui pertumbuhan kinerja sektor ekonomi
dominasi usaha subsektor kriya, kuliner, kreatif di Indonesia. Beberapa hal yang
dan fesyen pada sampel sehingga sampel dapat dilakukan pemerintah untuk
didominasi oleh ketiga subsektor stersebut meningkatkan dampak dari bantuan
dan juga didominasi oleh usaha skala infrastruktur TIK yang diberikan terhadap
mikro dan kecil yang mungkin telah peningkatan kinerja usaha di sektor
menyebabkan bias. Selain itu, karena ekonomi kreatif, antara lain (1)
keterbatasan data, penelitian ini hanya meningkatkan bantuan fasilitasi
melihat pengaruh pemanfaatan TIK pada infrastruktur TIK secara khusus di
satu waktu menggunakan data SKEK 2016 subsektor desain interior, film animasi dan
sehingga penelitian ini kurang mampu video, kriya, kuliner, fesyen, penerbitan,
menangkap heterogenitas tiap observasi periklanan, TV dan radio; (2) kemampuan
atau dinamika dalam data. Oleh karena itu SDM merupakan hal yang penting dalam
perlu dilakukan penelitian yang pemanfaatan TIK, oleh karenanya
mengikutsertakan data dari kurun waktu pemberian bantuan tidak boleh hanya
tertentu untuk lebih dapat melihat terfokus pada pemberian bantuan
kausalitas antara pemanfaatan TIK infrastruktur namun juga memberikan
terhadap kinerja usaha pada masing-masing bimbingan pelatihan teknis terkait
subsektor dan skala usaha ekonomi kreatif. pemanfaatan TIK secara khusus pada SDM
di subsektor DKV, musik, aplikasi dan
REKOMENDASI KEBIJAKAN
games dan seni rupa; (3) secara khusus
Menyadari pentingnya pemanfaatan
untuk mengurangi ketimpangan antar skala
TIK pada sektor ekonomi kreatif, hingga
usaha, perlu diadakan fasilitasi transfer of
pada tahun 2019, terdapat kebijakan
knowledge terkait pemanfaatan TIK
pemberian bantuan infrastruktur TIK dari
terutama dari pelaku usaha di skala
pemerintah melalui Badan Ekonomi
menengah dan besar ke pelaku usaha skala
Kreatif. Berdasarkan temuan dalam
mikro. Selain itu, menyadari pentingnya
penelitian ini, maka pemerintah diharapkan
TIK pada sektor ekonomi kreatif, maka
dapat memberikan bantuan dengan
pemerintah dapat meningkatkan fasilitas
memperhatikan kebutuhan dan signifikansi
yang memudahkan pelaku usaha dalam
pemanfaatan TIK pada masing-masing
mengakses infrastruktur TIK seperti

Published by UI Scholars Hub, 2020 19 19


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

membangun jaringan internet di daerah- Information Technology and


daerah yang masih belum digapai oleh Communication Technology on Firm
internet serta meningkatkan kualitas Organization, Management Science,
60 (12), 2859-2885.
jaringan internet di seluruh Indonesia.
Brynjolfsson, Erik & Hitt, Lorin M. (1998),
Pemerintah juga dapat memberikan
Beyond the Productivity Paradox,
bantuan berupa penyediaan situs web gratis
Communication of the ACM, 41 (8),
secara berkala bagi pelaku ekonomi kreatif.
49-55.
Brynjolfsson, Erik & Yang, Shinkyu
DAFTAR PUSTAKA
(1996), Information Technology and
Alpar, Paul & Kim, Moshe (1990), A
Productivity: A Review of the
Microeconomic Approach to the
Literature, Advance in Computer (43)
Measurement of Information
179-214.
Technology Value, Proceedings of
the Twenty-Third Annual Hawaii Business Software Alliance Global
International Conference on System Software Survey Report. (2018),
Sciences (4): 55-69. Software Management: Security
Imperative, Business Opportunity.
Amato, Louis & Wilder, Ronald P. (1985),
Diunduh pada 18 Juli melalui
The Effects of Firm Size on Profit
https://gss.bsa.org/wp-
Rates in U. S. Manufacturing,
content/uploads/2018/05/2018_BSA
Southern Economic Journal, 52 (1),
_GSS_Report_en.pdf
181-190.
Business Software Alliance Global
Bertacchini, Enrico E. & Borrione, Paola
Software Survey Report. (2016),
(2013), The Geography of the Italian
Seizing Opportunity Through Lisence
Creative Economy: The Special Role
Compliance. Diunduh pada 18 Juli
of the Design and Craft-based
melalui
Industries, Regional Studies, 47 (2),
https://globalstudy.bsa.org/2016/dow
135-147.
nloads/studies/BSA_GSS_US.pdf
Becchetti, Leonardo & Adriani, Fabrizio
Cammaerts, B., Mansell, R., & Meng, B.
(2005), Does the Digital Divide
(2013), Copyright & Creation: A
Matter? The Role of Information and
Case for Promoting Inclusive Online
Communication Technology in
Sharing, London School of
Cross-Country Level and Growth
Economics Media Policy Project
Estimates, Economics of Innovation
Series (Media Policy Brief 9),
and New Technology, 14 (6), 435-
453. Dewan, Sanjeev & Kraemer, Kenneth L.
(2000), Information Technology and
Bloom, B., Garicano, L., Sadun, R. & Van,
Productivity: Evidence from
J. R. (2014), The Distinct Effects of

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 20 20
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

Country-Level Data, Management Harris, Sidney E. & Katz, Joseph L. (1991),


Science, 46 (4), 548-562. Firm Size and The Information
Diewert, W.E. & Smith, A.M. (1994), Technology Investment Intensity of
Productivity Measurement for a Life Insurers, MIS Quarterly 15 (3):
Distribution Firm, Journal of 333-352.
Productivity Analysis, 5, 335–347. Hepp, K. P., Hinostroza, S. E., Laval, M. E.,
Dimaggio, P. (2013), The Internet’s & Rehbein, L. F. (2004), Technology
Influence on the Production and in Schools: Education, ICT and the
Consumption of Culture: Creative Knowledge Society, Washington
Destruction and New Opportunities, D.C.: World Bank.
Change: 19 Key Essays on How the Herbert, Doug (2006), Arts Education and
Internet is Changing Our Lives, 59- the Creative Economy, Journal of
86. Madrid: BBVA. Dance Education, 6 (2): 37-40.
Diyanti, Tika M., & Irwansyah (2019), Howkins, John (2001), The Creative
Pemanfaatan Teknologi Informasi Economy: How People Make Money
dan Komunikasi dalam Industri from Ideas, London: The Penguin
Fashion Indonesia, Warta ISKI 2 (1), Press.
8-18. Jovanovic, Boyan (2001), Fitness and Age:
Fleisher, B., et al. (2011), Economic Review of Carroll and Hannan’s
Transition, Higher Education and Demography of Corporations and
Worker Productivity in China, Industries. Journal of Economic
Journal of Development Economics Literature, 39: 105–119.
94 (1), 86-94. Kačerauskas, Tomas (2012), Creative
Greenan, Nathalie & Mairesse, Jacques Economy and Technologies: Social,
(2000), Computers and Productivity Legal and Communicative Issues,
in France: Some Evidence. Journal of Business Economics and
Economics of Innovation and New Management, 13 (1): 71-80.
Technology 9 (3), 275-315. Kong, Lily (2012), Ambitions of a Global
Haag, Stephen & Keen, Peter (1996), City: Arts, Culture and Creative
Information Technology: Economy in ‘Post-Crisis’ Singapore,
Tomorrow's Advantage Today. International Journal of Cultural
Hammond: Mcgraw-Hill College. Policy 18 (3): 279-294.
Hall, Marshall & Weiss, Leonard (1967), Kuncová, M., Hedija, V., & Fiala, R.
Firm Size and Profitability, The (2016), Firm Size as a Determinant of
Review of Economics and Statistics, Firm Performance: The Case of
49 (3): 319-331. Swine Raising, Agris on-line Papers

Published by UI Scholars Hub, 2020 21 21


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

in Economics and Informatics 8: 77- Papaioannou Sotiris K. & Dimelis, Sophia


89. P (2007), Information Technology as
Mithas, S., Tafti, A., Bardhan, I., & Mein, a Factor of Economic Development:
J. G. (2012), Information Technology Evidence from Developed and
and Firm Profitability: Mechanisms Developing Countries, Economics of
and Empirical Evidence. MIS Innovation and New Technology 16
Quarterly 36: 205-224. (3): 179-194.
Montgomery, Lucy (2010), The Digital Petrikova, K., Vanova, A., & Borsekova,
Economy Bill and the UK’s Creative K. (2013), The Role of Creative
Industries: A Perspective from China, Economy in Slovak Republic, AI &
Prometheus: Critical Studies in Society 30 (2).
Innovation 28 (4): 401-410. Siegel, Donald (1997), The Impact of
Mukhopadhyay, T., Kekre, S. and Kalathur, Computers on Manufacturing
S. (1995), Business Value of Productivity Growth: A Multiple-
information Technology: A Study of Indicators Multiple-Causes
Electronic Data Interchange. MIS Approach, Review of Economics and
Querterly 19, 137–156. Statistics 79 (1): 68 –78.
Muroyama, Janet H. & Stever, H. Guyford Thompson, R. Higgins, C. & Howell, J.
(1988), Globalization of Technology: (1991), Personal Computing: Toward
International Perspectives. a Conceptual Model of Utilization,
Washington, DC: The National MIS Quarterly 15 (1).
Academies Press. Towse, Ruth & Handke, Christian. (2013),
Murphy, Alexander B. (2012), China's Handbook on the Digital Creative
Cultural and Creative Economy: An Economy. Cheltenham: Edward Elgar
Introduction, Eurasian Geography Publishing Ltd.
and Economics 53 (2): 179-181. Willoughby, K. W. (2013), What impact
Newman, J. & Kozar, K.A. (1994) A does intellectual property have on the
Multimedia Solution to Productivity business performance of technology
Gridlock: A Reengineering Jewelry firms?, International Journal of
Appraisal System at Sale Intellectual Property Management, 6
Corporation, MIS Quarterly. 18: 21– (4): 316-338.
30. Yusuf, Shahid & Nabeshima, Kaoru
OHIM (2015), Intellectual Property Rights (2003), Urban Development Needs
and Firm Performance in Europe: An Creativity. How Creative Industries
Economic Analysis. Firm-Level Can Affect Urban Areas.
Analysis Report. Development Outreach, special issue

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 22 22
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

on “Unknown Cities, World Bank”,


12-15.

Published by UI Scholars Hub, 2020 23 23


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 24 24
Angelia and Gultom: Peran Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia

MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP


is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.

Gambar 1. MPKP is the Best.

Catatan: entahlah (20XX)

MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP


is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
HEADING 1 is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
Heading 2 Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the

Tabel 1. MPKP is the Best.


Base Currency USD Yen Euro GBP Yuan R2 Prob
Swiss Franch - 0.6715 0.1370** 0.7526 0.0132 0.0594 0.27 0.5948
New Zealand Dollar 0.6184 -0.1130** 0.0946 0.0748 - 0.0935 0.28 0.4933
Australian Dollar 0.5940 0.1138** 0.0381 -0.1291* -0.1347 0.25 0.3945
Catatan: entahlah (20XX)

Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best. Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
Best. MPKP is the Best. Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the

Published by UI Scholars Hub, 2020 25 25


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 2 [2020], Art. 4

Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best. Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP MPKP is the Best6.
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the 1. List text 1
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best. 2. List text 2
3. List text 3
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
MPKP is the Best.
is the Best. MPKP is the Best.
DAFTAR PUSTAKA
HEADING 2
Falianty , Telisa. (2016). Reminbi and
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
ASEAN Community: How ASEAN
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
Responds to Renminbi
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
Internasionalizaton.
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
Fang ,Ying, Huang,Shiceng and Niu, Linlin.
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
(2012). De Facto Currency Baskets
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
ofChina and East Asian Economies:
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
The Rising Weight . Bofit Discussion
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the
Papers.
Best. MPKP is the Best. MPKP is the Best.
MPKP is the Best. MPKP is the Best. MPKP
is the Best. MPKP is the Best. MPKP is the

6 MPKP is the best.

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss2/4 26 26

You might also like