You are on page 1of 21

ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02.

, Juli-Desember 2017

KEDUDUKAN DAN FUNGSI YUDIKATIF SEBAGAI


PEMEGANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM
SISTEM NEGARA HUKUM DI INDONESIA

Syukri Rahmi
Pascasarjana IAIN Bukittinggi
Email: syukrivitha13@gmail.com

Diterima: 12 Agustus 2017 Direvisi : 23 November 2017 Diterbitkan: 28 Desember 2017

Abstract
Judicial Power in the context of the Indonesian state is as a judicial organizer in order to uphold law
and justice based on Pancasila. One of the important agenda faced in the future of law enforcement
in Indonesia, and the main thing in law enforcement is the matter of the independent judicial power.
Judicial power can not be separated from the constitution prevailing in Indonesia during the reform
era is a matter of an independent judicial power in accordance with the provisions of the 1945
Constitution. Problem Position of Judicial Power according to the 1945 Constitution, Function and
Authority of Judicial Power according to the 1945 Constitution ?, Based on empirical law research
method and empirical normative legal research. Judicial power according to the constitution is to
realize the ideals of independence of the Republic of Indonesia, namely: The realization of a just and
prosperous society through legal channels. Reforms in the field of judicial powers are for the first time;
making judicial power an independent, second institution; restore the essential functions of the
judicial power, to bring about justice and legal certainty; third; performing check and balances
functions for other state institutions, fourth; mendoromg and facilitate and uphold the principles of a
democratic legal state in order to realize the sovereignty of the people and the fifth; protecting the
dignity of humanity in its most concrete form.
Keywords: Function, power, justice

Abstrak
Kekuasaan Kehakiman dalam konteks negara Indonesia adalah sebagai penyelenggara
peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. Salah satu
agenda penting di hadapi di masa depan penegakan hukum di Indonesia, dan hal
utama dalam penegakan hukum adalah masalah kekuasaan kehakiman yang merdeka.
Kekuasaan kehakiman tidak mungkin dapat terlepas dari konstitusi yang berlaku di
Indonesia dimasa reformasi adalah masalah kekuasaan kehakiman yang merdeka
sesuai ketetapan UUD 1945 . Permasalahan Kedudukan Kekuasaan Kehakiman
menurut Undang-Undang Dasar 1945, Fungsi dan Wewenang Kekuasaan
Kehakiman menurut UUD 1945?, Berdasarkan metode penelitian hukum empiris dan
penelitian hukum normatif empiris. Kekuasaan Kehakiman menurut konstitusi
adalah mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia yaitu: Terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur melalui jalur hukum. Reformasi di bidang
kekuasaan kehakiman ditujuhkan untuk pertama; menjadikan kekuasaan kehakiman
sebagai sebuah institusi yang independen, kedua; mengembalikan fungsi yang hakiki
dari kekuasaan kehakiman,untuk mewujudkan keadilan dan kepastian hukum,ketiga;
menjalankan fungsi check and balances bagi institusi kenegaraan lainnya, keempat;
mendoromg dan memfasilitasi serta menegakkan prinsip-prinsip negara hukum yang
demokratis guna mewujudkan kedaulatan rakyat dan kelima ; melindungi martabat
kemanusiaan dalam bentuk yang paling kongkrit.
Kata kunci: Fungsi, kekuasaan, kehakiman.

Syukri Rahmi 121 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

PENDAHULUAN masing lembaga tersebut dan bagaimana


Pengembangan budaya hukum hubungan negara dengan warga negara.
masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan Dengan melihat besarnya nomor mengenai
kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi bab dan pasal-pasal dalam UUD 1945 yang
hukum telah mendapat pengakuan dan mengatur mengenai kekuasaan kehakiman,
jaminan dari negara Republik Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa di samping
melalui Perubahan ke tiga Undang-Undang kekuasaan kehakiman masih ada kekuasaan-
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 kekuasaan lain yang ditentukan dalam UUD
(UUD 1945). Pasal 1 yang menentukan bahwa 1945. Dan dapat disimpulkan bahwa
Negara Republik Indonesia adalah Negara kekuasaan-kekuasaan yang ada dalam UUD
Hukum yang melaksanakan kedaulatan rakyat 1945 tertata dalam suatu tatanan yang sesuai
berdasarkan UUD 1945, Artinya Negara dengan pandangan jiwa yang menguasai UUD
Republik Indonesia meletakkan hukum pada 1945. Dalam konteks ini UUD 1945
keudukan yang tertinggi sekaligus sebagai menempatkan kekuasaan kehakiman dalam
prinsip dasar yang mengatur penyelenggaraan kaitannya dengan susunan ketatanegaraan. Apa
kehidupan masyarakat berbangsa dan yang merupakan susunan ketatanegaraan itu
bernegara. meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan
Memperhatikan perjalanan sejarah peraturan, susunan dan kedudukan lembaga-
kenegaraan Republik Indonesia, lembaga negara serta tugas-tugas dan
perkembangan pemikiran dan praktik wewenangnya. (Bambang Sutiyoso & Sri
mengenai prinsip-prinsip negara hukum diakui Puspitasari, 2005)
mengandung kelemahan, yakni hukum menjadi Kekuasaan Kehakiman dalam konteks
alat bagi kepentingan penguasa. Hal ini negara Indonesia adalah kekuasaan negara
terbukti dalam praktik ketatanegaraan yang merdeka untuk menyelenggarakan
penguasa menggunakan wacana negara hukum peradilan guna menekkan hukum dan keadilan
dengan melepaskan hakikat atau makna yang berdasarkan Pancasila demi terselenggarannya
termuat dalam konsepsi negara hukum itu negara Repubik Indonesia. Salah satu agenda
sendiri. Kelemahan tersebut menurut Abdul penting yang perlu di hadapi di masa depan
Hakim G. Nusantara di karenakan pranata- penegakan hukum di Indonesia, dan hal utama
pranta hukum itu banyak di bangun untuk dalam penegakan hukum adalah masalah
melegitimasi kekuasaan pemerintahan, kekuasaan kehakiman yang merdeka.
memfasilitasi proses rekayasa sosial, dan untuk Di akhir tahun 2009, tepatnya tanggal 29
memfasilitasi pertumbuhan ekonomi secara September 2009, DPR RI telah mengesahkan
sepihak sehingga hukum belum berfungsi Undang-Undang di Bidang Kekuasaan
sepenuhnya sebagai sarana dalam mengangkat Kehakiman. Yaitu Undang-Undang No 48
harkat serta martabat rakyat. (Abdul Hakim G, Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
1998) Bersamaan dengan itu juga disahkan
Kekuasaan kehakiman tidak mungkin Undang-Undang No 49 Tahun 2009 tentang
dapat terlepas dari konstitusi yang berlaku di Perubahan kedua atas Undang-Undang No 2
Indonesia, yaitu UUD 1945. Pada hakekatnya Tahun 1986 tentang Peradilan Umum,
kekuasaan kehakiman hanyalah merupakan Undang- Undang No. 50 Tahun 2009 Tentang
suatu sistem yang lebih luas, yaitu sistem Perubahan kedua atas Undang- Undang No. 7
konstitusional yang berlaku di suatu negara, Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan
yang menjadi lembaga-lembaga negara,fungsi,
kewenangan serta tanggung jawab masing-

Syukri Rahmi 122 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

Undang-Undang No.51 Tahun 2009 tentang 3. Kekuasaan melakukan kedaulatan itu oleh
Perubahan kedua atas Undang-Undang No. 5 Hukum Dasar atau UUD 1945 dirinci lagi
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha ke dalam cabang-cabang kekuasaan untuk
Negara. melakukan kedaulatan dengan tetap
Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman memperhatikan jalan dan cata-cara yang
tersebut perlu dikaji dan dipahami secara kritis harus ditempuh untuk mewujudkan secara
oleh masyarakat terkait dengan bagaimana nyata ketentuan Hukum Dasar sebagai isi
masa depan kekuasaan kehakiman yang atau kandungan dalam Rechtsidee negara
merdeka pada tahun 2010 dan di masa depan.. Republik Indonesia.
Ini di karenakan masyarakat mendambakan Ketentuan mengenai kekuasaan
agar pelaku kekuasaan kehakiman itu merdeka kehakiman (judikatif) jelas berbeda dengan
dan independen sehingga keadilan dan ketentuan yang mengatur tentang kekuasaan-
kebenaran bisa ditegakkan dengan konsisten. kekuasaan negara lainnya seperti kekuasaan
Yang kaya dan yang miskin harus diperlakukan legislatif,kekuasaan eksekutif, kekuasaan
secara sama di depan hukum. eksaminatif (BPK) dan kekuasaan konsultatif
Menurut Moch.Koesnoe dengan melihat (DPA). Untuk cabang-abang kekuasaan negara
konstruksi kekuasaan seperti yang terdapat di luar cabang kekuasaan kehakiman, UUD
dalam UUD 1945 ini menarik kesimpulan 1945 baik dalam pasal-pasalnya maupun dalam
bahwa tatanan kekuasaan dalam negara RI penjelasaanya tidak secara eksplisit
adalah sebagai berikut : menentukan kekuasaan-kekuasaan tersebut
1. Kekuasaan Primer yang dinamakan merupakan kekuasaan yang merdeka dan
kedaulatan. Jika dilihat dari ilmu hukum terlepas dari kekuasaan-kekuasaan negara
positif kedaulatan itu merupakan sumber lainnya. Lain halnya dengan kekuasaan
dari segala sumber macam hukum hak atau kehakiman yang secara eksplisit disebutkan
kekuasaan yang ada dalam tata hukum. Sri dalam dua pasal. UUD 1945 yaitu Pasal 24 dan
Soemantri mengartikan kedaulatan itu Pasal 25 sebagai kekuasaan yang merdeka.
sebagai kekuasaan tertinggi. Karena dalam Sejak reformasi bergulir, tampak realisasi
negara RI, yang berdaulat adalah rakyat, akan perubahan terhadap UUD 1945 tidak
maka kekuasaan tertinggi tetap di tangan dapat dielakkan. Sebagai salah satu agenda
rakyat (Pasal 1 ayat (2) UUD 1945). reformasi, perubahan terhadap UUD 1945
2. Kekuasaan Subsidair. Yaitu Kekuasaan menjadi begitu mendesak sebab perubahan
untuk melaksanakan kedaulatan yang lahir masyarakat demikian cepat, demikian pula
dari kedaulatan tersebut. Kekuasaan perubahan yang terjadi dalam supra struktur
Subsidair ini adalah kekuasaan yang integral Politik perlu di respon dengan perubahan
artinya ia meliputi semua jenis kekuasaan Konstitusi. Konstitusi sebagai hukum dasar
yang akan mewujudkan ketentuan- negara yang akan menjadi pijakan utama dalam
ketentuan hukum dasar yang termuat dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.
cita hukum (Rechtsidee) dan cita hukum itu Susunan kekuasaan negara setelah
tercantum dalam bagian pembukaan UUD perubahan UUD 1945 menampilkan
1945. Dalam praktek kehidupan bangsa perubahan yang sangat fundamental. MPR
dan negara, kekuasaan subsidair ini berubah kedudukannya dari lembaga tertinggi
merupakan kekuasaan yang diserahkan atau negara menjadi lembaga forum antara DPR
dilimpahkan oleh kedaulatan rakyat kepada dan DPD, DPA di hapus karena di lihat
suatu badan yang disebut Majelis fungsinya tidak lagi strategis. DPR dipertegas
Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Syukri Rahmi 123 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

kewenanganya baik dalam fungsi legislasi KEDUDUKAN KEKUASAAN


maupun fungsi pengawasan. Aturan tentang KEHAKIMAN DI NEGARA REPUBLIK
BPK di tambah. Selain itu UUD 1945 setelah INDONESIA.
Kekuasaan Kehakiman dalam konteks
perubahan menampakkan lembaga-lembaga
negara Indonesia adalah kekuasaan negara
baru terdiri dari komisi Pemilihan Umum,Bank
yang merdeka untuk menyelenggarakan
Indonesia di tambah juga Lembaga Kekuasaan
peradilan guna menekkan hukum dan keadilan
yaitu: Mahkamah Agung, Mahkamah
berdasarkan Pancasila demi terselenggarannya
Konstitusi, dan Komisi yudisial.
negara repubik Indonesia. Salah satu agenda
Kekuasaan Kehakiman setelah UUD
penting yang perlu di hadapi di masa depan
1945 di ubah, tetap menjadi Kekuasaan yang
penegakan hukum di Indonesia, dan hal utama
sangat fundamental dan sebagai dari proses
dalam penegakan hukum adalah masalah
kekuasaan yang memiliki fungsi menegakkan
kekuasaan kehakiman yang merdeka.
keadilan. Kekuasaan Kehakiman dalam
susunan kekuasaan negara menurut UUD Di akhir tahun 2009, tepatnya tanggal 29
September 2009, DPR RI telah mengesahkan
1945 setelah perubahan tetap ditempatkan
sebagai kekuasaan yang mandiri, bebas dari Undang-Undang di Bidang Kekuasaan
campur tangan kekuasaan lain. Dalam susunan Kehakiman. Yaitu Undang-Undang No 48
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.
kekuasaan negara RI yang baru, kekuasaan
kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Bersamaan dengan itu juga disahkan
Undang-Undang No 49 Tahun 2009 Tentang
Agung (MA), badan-badan peradilan lain di
Perubahan kedua atas Undang-Undang No 2
bawah MA (Peradilan Umum, Peradilan Tata Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum,
Usaha Negara, Peradilan Militer, Peradilan Undang-Undang N0. 50 Tahun 2009 Tentang
Agama) serta Mahkamah Konstitusi ( Pasal 24 Perubahan kedua atas Undang- Undang No. 7
ayat (2) UUD 1945 ). Untuk menjaring hakim- Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Dan
hakim Agung yang profesional dan Undang-Undang No.51 Tahun 2009 Tentang
mempunyai integruitas terhadap profesinya Perubahan kedua atas Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
sebagai penegak hukum dan keadilan, terdapat Negara
lembaga yang khusus diadakan untuk Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman
rekrutmen calon-calon Hakim Agung yaitu tersebut perlu dikaji dan dipahami secara kritis
Komisi Yudisial (Pasal 24B UUD 1945) di oleh masyarakat terkait dengan bagaimana
bawah ini bagan struktur kekuasaan Negara RI masa depan kekuasaan kehakiman yang
setelah Perubahan UUD 1945 dan lembaga- merdeka pada tahun 2010 dan di masa depan.
lembaga negara yang ada secara eksplisit Ini di karenakan masyarakat mendambakan
disebut dalam UUD 1945. agar pelaku kekuasaan kehakiman itu merdeka
dan independen sehingga keadilan dan
kebenaran bisa ditegakkan dengan konsisten.
Yang kaya dan yang miskin harus diperlakukan
secara sama di depan hukum.
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945
membawa perubahan dalam kehidupan
ketatanegaraan, khususnya dalam pelaksanaan
kekuasaan kehakiman. Perubahan tersebut
antara lain menegaskan bahwa :

Syukri Rahmi 124 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

1. Kekuasaan Kehakiman dilaksanakan oleh Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai


sebuah Mahkamah dan Badan Peradilan upaya untuk memperkuat penyelenggaraan
yang berada di bawahnyaa dalam kekuasaan kehakimandan mewujudkan sistem
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan terpadu, maka pemerintah perlu
Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan mensahkan Undang-Undang Nomor 48
Militer, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Negara, dan oleh sebuah Mahkamah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 4
Konstitusi. Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
2. Mahkamah Agung berwenang mengadili Dalam rangka kekuasaan kehakiman ini,
pada tingkat kasasi, menguji peraturan biasa digunakan beberapa istilah, yaitu
perundang-undangan di bawah undang- pengadilan, peradilan, dan mengadili. Menurut
undang terhadap Undang-Undang, dan R. Subekti dan R. Tjitrosoedibio.
mempunyai wewenang lainnya yang “Pengadilan (rechtsbank, court) adalah badan
diberikan oleh Undang-Undang; yang melakukan peradilan, yaitu memeriksa dan
3. Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memutusi sengketa-sengketa hukum dan
pelanggaran-pelanggaran hukum/undang-undang.
menguji Undang-Undang terhadap
Peradilan (rechtspraak, judiciary) adalah segala
Undang-Undang Dasar Negara Republik sesuatu yang berhubungan dengan tugas negara
Indonesia Tahun 1945 dan memutuskan menegakkan hukum dan keadilan.”
sengketa kewenagan lembaga negara yang
kewenangnnya diberikan oleh Undang- Dengan demikian, berarti pengadilan itu
Undang 1945; menunjuk kepada pengertian organnya,
4. Komisi yudisial berwenang mengusulkan sedangkan peradilan merupakan fungsinya.
pengangkatan hakim agung dan Namun, menurut Soedikno Mertokusumo,
mempunyai wewenang lain dalam rangka pada dasarnya, peradilan itu selalu berkaitan
menjaga dan menegakkan kehormatan, dengan pengadilan, dan pengadilan itu sendiri
keluruhan martabat, serta perilaku hakim. bukanlah semata-mata badan, tetapi juga
Pada dasarnya terkait dengan pengertian yang abstrak, yaitu
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 memberikan keadilan.
Tentang Kekuasaan Kehakiman telah sesuai Lain lagi Rochmat Soemitro yang
dengan perubahan Undang-Undang Dasar berpendapat bahwa pengadilan dan peradilan,
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di juga berbeda dari badan pengadilan. Titik berat
atas, namun substansi undang-undang tersebut kata peradilan tertuju kepada prosesnya,
belum mengatur secara komprehensif tentang pengadilan menitikberatkan caranya,
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, yang sedangkan badan pengadilan tertuju kepada
merupakan kekuasaan yang merdeka yang badan, dewan, hakim, atau instansi
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan pemerintah. Namun, menurut hasil penelitian
Badan peradilan yang berada di bawahnya mengenai pemakaian kata-kata pengadilan dan
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan itu dalam praktik, ternyata kata
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, pengadilan itu memang tertuju kepada
lingkungan peradilan Tata Usaha Negara, dan badannya, sedangkan peradilan adalah
oleh Mahkamah Konstitusi, untuk prosesnya. Atas dasar itu, maka Sjachran Basan
menyelenggaraan peradilan guna menegakkan berpendapat bahwa penggunaan istilah
hukum dan keadilan. pengadilan itu ditujukan kepada badan atau

Syukri Rahmi 125 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

wadah yang memberikan peradilan, sedangkan Kekuasaan kehakiman adalah ciri pokok
peradilan. Negara Hukum (Rechtsstaat) dan prinsip the rule
Menunjuk kepada proses untuk of law. Demokrasi mengutamakan the will of the
memberikan keadilan dalam rangka people, Negara Hukum mengutamakan the rule of
menegakkan hukum atau het rechtspreken. law. Banyak sarjana yang membahas kedua
Pengadilan selalu bertalian dengan peradilan, konsep itu, yakni demokrasi dan negara
meskipun pengadilan bukanlah satu-satunya hukum dalam satu kontinum yang tak
badan yang menyelenggarakan peradilan. terpisahkan satu sama lain. Namun keduanya
Peradilan itu sendiri sebagai suatu proses perlu dibedakan dan dicerminkan dalam
harus terdiri atas unsur-unsur tertentu. institusi yang terpisah satu sama lain.
Menurut pendapat Rochmat Soemitro, setelah Di Indonesia, kekuasaan kehakiman,
menelaah berbagai pendapat dari Paul sejak awal kcmerdekaan juga diniatkan sebagai
Scholten, Bellefroid, George Jellineck, dan cabang kekuasaan yang terpisah dari lembaga-
Kranenburg, unsur-unsur peradilan itu terdiri lembaga politik seperti MPR/DPR dan
atas empat anasir, yaitu : Presiden. Dalam Penjelasan Pasal 24 dan 25
1. Adanya aturan hukum yang abstrak yang UUD 1945 sebelum perubahan, ditentukan:
mengikat umum yang dapat diterapkan “Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang
pada suatu persoalan. merdeka, artinya terlepas dari pengaruh
2. Adanya suatu perselisihan hukum yang kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu,
konkrit harus diadakan jaminan dalam undang-undang
tentang kedudukan para hakim.”
3. Ada sekurang-kurangnya dua pihak
4. Adanya suatu aparatur peradilan yang Yang dimaksud pemerintah dalam
berwenang memutuskan perselisihan. penjelasan itu dapat dipahami dalam arti luas,
Namun, menurut Sjachran Basan, unsur- yaitu mencakup pengertian cabang kekuasaan
unsur peradilan itu yang lebih lengkap legislatif dan eksekutif sekaligus, mengingat
mencakup pula adanya hukum formal dalam UUD 1945 sebelum perubahan tidak
rangka penerapan hukum (rechtstoepassing) dan menganut paham pemisahan kekuasaan,
menemukan hukum (rechtsvinding) “in conreto” terutama antara fungsi eksekutif dan legislatif.
untuk menjamin ditaatinya hukum materiil Narnun, meskipun tidak menganut ajaran
yang disebut sebagai unsur (a) tersebut di atas. pemisahan kekuasaan, cabang kekuasaan
Atas dasar itu, maka oleh Sjachran Basan kehakiman tetap dinyatakan bebas dan
dikatakan bahwa,11 “Peradilan adalah segala merdeka dari pengaruh kekuasaan pemerintah.
sesuatu yang bertalian dengan tugas memutus Karena itu, cabang kekuasaan kehakiman sejak
perkara dengan menerapkan hukum, semula memang diperlakukan khusus sebagai
menemukan hukum in concreto dalam cabang kekuasaan yang terpisah dan tersendiri.
mempertahankan dan menjamin ditaatinya Inilah salah satu ciri penting prinsip negara
hukum materiil dengan menggunakan cara hukum yang hendak dibangun berdasarkan
prosedural yang ditetapkan oleh hukum UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
formal.” Untuk semakin menegaskan prinsip
Proses peradilan tanpa hukum materiil negara hukum itu, setelah reformasi, ketentuan
akan lumpuh, tetapi sebaliknya tanpa hukum mengenai negara hukum itu ditegaskan lagi
formal akan liar dan bertindak semaunya, dan dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 pada
dapat mengarah kepada apa yang biasa tahun 2001. Pada Pasal 1 ayat (3) Undang-
ditakutkan orang sebagai “judicial tyrany”. Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Syukri Rahmi 126 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

Tahun 1945, ditegaskan bahwa Indonesia dengan memerhatikan saran dan pendapat
adalah negara hukum. Sejalan dengan Menteri Agama dan Majelis Ulama Indonesia.
ketentuan tersebut maka salah satu prinsip Setelah Undang-Undang Nomor 35
penting negara hukum adalah adanya jaminan Tahun 1999 tersebut diubah lagi dengan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004,
merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan proses peralihan itu dipertegas lagi dalam
lainnya untuk menyelenggarakan peradilan Ketentuan Peralihan Pasal 42 Undang-Undang
guna menegakkan hukum dan keadilan. Dalam ini bahwa pengalihan organisasi, administrasi,
usaha untuk memperkuat prinsip kekuasaan dan finansial dalam lingkungan peradilan
kehakiman yang merdeka itu, maka sesuai umum dan peradilan Tata Usaha Negara
dengan tuntutan reformasi di bidang hukum selesai dilaksanakan paling lambat tanggal 31
telah dilakukan perubahan terhadap Undang- Maret 2004. Pengalihan organisasi,
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang administrasi, dan finansial dalam lingkungan
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan peradilan agama selesai dilaksanakan paling
Kehakiman dengan Undang-Undang Nomor lambat tanggal 30 Juni 2004. Pengalihan
35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas organisasi, administrasi, dan finansial dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 lingkungan peradilan militer selesai
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok dilaksanakan paling lambat tanggal 30 Juni
Kekuasaan Kehakiman. 2004. Pengalihan organisasi, administrasi, dan
Melalui perubahan Undang-Undang finansial sebagaimana dimaksud di atas
Nomor 14 Tahun 1970 tersebut telah ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
diletakkan kebijakan bahwa segala urusan Keputusan Presiden tersebut ditetapkan paling
mengenai peradilan baik yang menyangkut lambat: (a) 30 hari sebelum jangka waktu
teknis yudisial maupun urusan organisasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir;
administrasi, dan finansial berada di bawah dan (b) 60 hari sebelum jangka waktu tersebut
satu atap di bawah kekuasaan Mahkamah berakhir.
Agung. Kebijakan ini dengan istilah Selanjutnya ditentukan pula dalam Pasal
popular biasa disebut “kebijakan satu atap”. 43 dan 44 bahwa sejak dialihkannya organisasi,
Kebijakan ini ditentukan sudah harus administrasi, dan finansial tersebut, maka: (a)
dilaksanakan paling lambat lima tahun sejak semua pegawai Direktorat Jenderal Badan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 35 Peradilan Umum dan Peradilan Tata Usaha
Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang- Negara Departemen Kehakiman dan Hak
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Asasi Manusia, pengadilan negeri, pengadilan
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan tinggi, pengadilan Tata Usaha Negara, dan
Kehakiman. Dengan berlakunya Undang- pengadilan tinggi Tata Usaha Negara, menjadi
Undang ini, pembinaan badan peradilan pegawai pada Mahkamah Agung; (b) semua
umum, badan peradilan agama, badan pegawai yang menduduki jabatan struktural
peradilan militer, dan badan peradilan Tata pada Direktorat Jenderal Badan Peradilan
Usaha Negara berada di bawah kekuasaan Umum dan Peradilan Tata Usaha Negara
Mahkamah Agung. Mengingat sejarah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
perkembangan peradilan agama yang spesifik Manusia, Pengadilan Negeri, Pengadilan
dalam sistem peradilan nasional, pembinaan Tinggi, Pengadilan Tata Usaha Negara, dan
terhadap badan peradilan agama dilakukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, tetap
menduduki jabatannya dan tetap menerima

Syukri Rahmi 127 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

tunjangan jabatan pada Mahkamah Agung; (c) bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan
semua aset milik/barang inventaris di oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
lingkungan Pengadilan Negeri dan Pengadilan peradilan yang berada di bawahnya dalam
Tinggi serta Pengadilan Tata Usaha Negara lingkungan peradilan umum, lingkungan
dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
beralih ke Mahkamah Agung. lingkungan peradilan Tata Usaha Negara, dan
Sejak dialihkannya organisasi, oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
administrasi, dan finansial tersebut: (a) semua Ketentuan Pasal 24C ayat (1) Undang-
pegawai Direktorat Pembinaan Peraclilan Aga- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
ma Departemen Agama menjadi pegawai Tahun 1945 menentukan bahwa Mahkamah
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Konstitusi memiliki wewenang mengadili pada
pada Mahkamah Agung, serta pegawai tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama bersifat final untuk menguji undang-undang
menjadi pegawai Mahkamah Agung; (b) semua terhadap Undang-Undang.Dasar Negara
pegawai yang menduduki jabatan struktural Republik Indonesia Tahun 1945, memutus
pada Direktorat Pembinaan Peradilan Agama sengketa kewenangan lembaga negara yang
Departemen Agama menduduki jabatan pada kewenangannya, diberikan oleh Undang-
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Undang Dasar Negara Republik Indonesia
pada Mahkamah Agung, sesuai dengan Tahun 1945, memutus pembubaran partai
peraturan perundang-undangan; dan (c) semua politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
aset milik/barang inventaris pada pengadilan pemilihan umum. Selain itu Mahkamah
agama dan pengadilan tinggi agama beralih Konstitusi memiliki kewajiban memberi
menjadi aset milik/barang inventaris putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
Mahkamah Agung. pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Juga sejak dialihkannya organisasi, Presiden menurut Undang-Undang Dasar
administrasi, dan finansial tersebut: (a) Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
pembinaan personel militer di lingkungan Disamping perubahan yang menyangkut
peradilan militer dilaksanakan sesuai dengan kelembagaan penyelenggaraan kekuasaan
peraturan perundang-undangan yang mengatur kehakiman sebagaimana dikemukakan di atas,
personel militer; (b) semua Pegawai Negeri Undang-Undang Dasar Negara Republik
Sipil di lingkungan peradilan militer beralih Indonesia Tahun 1945 juga telah
menjadi Pegawai Negeri Sipil pada Mahkamah memperkenalkan suatu lembaga baru yang
Agung. berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan
Perubahan-perubahan yang dilakukan kehakiman. yaitu Komisi Yudisial. Komisi
tersebut di atas, sejalan dengan semangat Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
reformasi nasional yang berpuncak pada mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
perubahan UUD 1945 sebagai hukum tertinggi memiliki wewenang lain dalam rangka menjaga
dalam penyelenggaraan negara Republik dan menegakkan kehormatan, keluhuran
Indonesia. Perubahan Undang-Undang Dasar martabat serta perilaku hakim. Dengan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mau demikian, dalam sistem dan mekanisme
fidak mau telah membawa perubahan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
16
kehidupan ketatanegaraan khususnya dalam Republik Indonesia, Mahkamah Agung
pelaksanaan kekuasaan kehakiman. sebagai lembaga peradilan tertinggi dapat
Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan didampingi oleh Komisi Yudisial sebagai

Syukri Rahmi 128 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

lembaga penunjang (auxiliary state commission) Republik Indonesia Tahun 1945. Kebebasan
yang berfungsi sebagai perekrut hakim agung dalam melaksanakan wewenang yudisial
dan pengawas kode etik hakim. bersifat tidak mutlak karena tugas hakim
Mengingat perubahan mendasar yang adalah menegakkan hukum dan keadilan
dilakukan dalam perumusan materi Undang- berdasarkan Pancasila, sehingga putusannya
Undang Dasar Negara Republik Indonesia mencerminkan rasa keadilan rakyat Indonesia.
Tahun 1945 khususnya yang berkenaan Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
dengan penyelengaraan kekuasaan kehakiman, dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
maka Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 badan peradilan yang berada di bawahnya
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
Kekuasaan Kehakiman sebagaimana telah peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 lingkungan peradilan Tata Usaha Negara, dan
Tahun 1999 perlu dilakukan perubahan secara oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Dengan
komprehensif. Dalam Undang-Undang ini demikian, puncak sistem kekuasaan kehakiman
diatur mengenai badanbadan penyelenggara di Indonesia sekarang terdiri atas sebuah
kekuasaan kehakiman, asas-asas Mahkamah Agung dan sebuah Mahkamah
penyelengaraan kekuasaan kehakiman, jaminan Konstitusi. Semua peradilan di seluruh wilayah
kedudukan dan per-lakuan yang sama bagi negara Republik Indonesia adalah peradilan
setiap orang dalam hukum dan dalam mencari negara dan ditetapkan dengan undang-undang.
keadilan. Selain itu dalam Undang-Undang ini Ketentuan ini tidak menutup kemungkinan
diatur pula ketentuan yang menegaskan penyelesaian perkara dilakukan di luar
kedudukan hakim sebagai pejabat yang peradilan negara melalui perdamaian atau
melakukan kekuasaan kehakiman serta arbitrase. Peradilan negara menerapkan dan
panitera, panitera pengganti, dan juru sita menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
sebagai pejabat peradilan, pelaksanaan putusan Pancasila.
pengadjlan, bantuan hukum, dan badan-badan Menurut Undang-Undang tentang
lain yang fungsinya berkaitan dengan Kekuasaan Kehakiman ketentuan Pasal 4 ayat
kekuasaan kehakiman. Untuk memberikan (1), peradilan dilakukan “Demi Keadilan
kepastian dalam proses pengalihan organisasi, Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”
administrasi, dan finansial badan peradilan di Ketentuan ini sesuai dengan Pasal 29 Undang-
bawah Mahkamah Agung dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Undang ini diatur pula ketentuan peralihan. Tahun 1945 yang menentukan bahwa:
Dalam undang-undang, kekuasaan “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
kehakiman itu sendiri dirumuskan sebagai Maha Esa.”
kekuasaan negara yang merdeka untuk Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan penduduk untuk memeluk agama masing-
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, masing dan untuk beribadat menurut
demi terselenggaranya negara hukum Republik agamanya dan kepercayaannya itu. Ditentukan
Indonesia. Kekuasaan Kehakiman yang pula dalam ayat (2) bahwa peradilan dilakukan
merdeka tersebut mengandung pengertian dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
bahwa kekuasaan kehakiman bebas dari segala Dalam penjelasan dinyatakan bahwa ketentuan
campur tangan pihak kekuasaan ekstra yudisial, ini dimaksudkan untuk memenuhi harapan
kecuali dalam hal-hal sebagaimana disebut para pencari keadilan. Pemeriksaan dan
dalam Undang-Undang Dasar Negara penyelesaian perkara bersifat "sederhana"

Syukri Rahmi 129 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

dalam arti dilakukan dengan prosedur acara cara yang diatur dalam undang-undang. Setiap
yang efisien dan efektif serta biaya ringan. orang yang disangka, ditangkap, ditahan,
Yang dimaksud dengan “biaya ringan” itu dituntut, dan/atau dihadapkan di depan
adalah biaya perkara yang dapat terpikul oleh pengadilan wajib dianggap tidak bersalah
rakyat pencari keadilan (justice seekers, sebelum ada putusan pengadilan yang
justitiabelen) dengan tidak mengorbankan menyatakan kesalahannya dan telah
ketelitian dalam mencari kebenaran dan memperoleh kekuatan hukum tetap. Setiap
keadilan. orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau
Dalam Pasal 4 ayat (3) dan (4) diadili tanpa alasan berdasarkan undang-
ditentukan bahwa: undang atau karena kekeliruan mengenai
“Segala campur tangan dalam urusan peradilan orangnya atau hukum yang diterapkannya,
oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman berhak menuntut ganti kerugian dan reha-
dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana bilitasi. Yang dimaksud dengan rehabilitasi di
disebut dalam Undang-Undang Dasar Negara sini adalah pemulihan hak seseorang
Republik Indonesia Tahun 1945.” berdasarkan putusan pengadilan pada
Sedangkan dalam ayat (4) ditentukan kedudukan semula yang menyangkut
bahwa: kehormatan, nama baik, atau hak-hak lain.
“Setiap orang yang dengan sengaja melanggar Pejabat yang dengan sengaja melakukan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) perbuatan sebagaimana dimaksud di atas
dipidana.” dipidana. Ketentuan mengenai tata cara
Dalam penjelasan dinyatakan bahwa penuntutan ganti kerugian, rehabilitasi dan
pembebanan ganti kerugian diatur dalam
yang dimaksud dengan “dipidana” dalam
Undang-Undang.
rumusan ayat (4) di atas adalah bahwa
Kekuasaan kehakiman itu sendiri
unsurunsur tindak pidana dan pidananya
merupakan pilar ketiga dalam sistem
ditentukan dalam undang-undang.
kekuasaan negara modern. Dalam bahasa
Pengadilan mengadili menurut hukum
Indonesia, fungsi kekuasaan yang ketiga ini
dengan tidak membeda-bedakan orang.
seringkali disebut cabang kekuasaan yudikatif,
Pengadilan membantu pencari keadilan (justice
dari istilah Belanda judicatief. Dalam bahasa
seekers atau justisiabelen) dan berusaha mengatasi
Inggris, di samping istilah legislative dan
segala hambatan dan rintangan untuk dapat
executive, tidak dikenal istilah judicative, sehingga
tercapainya peradilan yang sederhana, cepat,
untuk pengertian yang sama biasanya dipakai
dan biaya ringan.18 Tidak seorang pun dapat
istilah judicial, judiciary, atau judicature.
dihadapkan di depan pengadilan selain
Sedangkan yang biasa dianggap sebagai pilar
menurut apa yang ditentukan oleh undang-
keempat atau “the fourth estate of democracy”
undang. Tidak seorang pun dapat dijatuhi
adalah pers bebas (free press) atau prinsip
pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat-
independence of the press. Karena itu, jika dalam
alat bukti yang sah menurut undang-undang,
pengertian fungsi negara (state functions), dikenal
mendapat keyakinan bahwa seseorang yang
adanya istilah trias politica, dalam sistem
dianggap dapat bertanggung jawab, telah
demokrasi secara lebih luas juga dikenal
bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas
adanya istilah “quadru politica”.
dirinya.
Dalam sistem negara modern, cabang
Tidak seorang pun dapat dikenakan
kekuasaan kehakiman atau judiciary ini
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
merupakan cabang yang diorganisasikan secara
penyitaan, selain atas perintah tertulis oleh
tersendiri sebagai salah satu esensi kegiatan
kekuasaan yang sah dalam hal dan menurut

Syukri Rahmi 130 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

bernegara powers is particularly important for the Pemisahan kekuasaan juga terkait erat
judiciary.” dengan independensi peradilan. Prinsip
Bahkan, boleh jadi, karena Montesquieu pemisahan kekuasaan (separation of powers) itu
sendiri adalah seorang hakim (Perancis), maka menghendaki bahwa para hakim dapat bekerja
dalam bukunya, l'Esprit des Lois is memimpikan secara independen dari pengaruh kekuasaan
pentingnya pemisahan kekuasaan yang ekstrim eksekutif dan legislatif. Bahkan, dalam
antara cabang kekuasaan legislatif, eksekutif memahami dan menafsirkan undang-undang
dan terutama kekuasaan yudisial. Dalam dasar dan undang-undang, hakim harus
praktek di kemudian hari, impian Montesquieu independen dari pendapat dan bahkan dari
ini tidak pemah terbukti, terutama dalam kehendak politik para perumusn undang-
hubungan antara fungsi legislatif dan eksekutif. undang dasar dan undang-undang itu sendiri
Namun, dalam konteks fungsi kekuasaan ketika perumusan dilakukan. Meskipun
kehakiman, apa yang dimimpikannya itu justru anggota parlemen dan presiden yang dipilih
menjadi pegangan universal di dunia seluruh langsung oleh rakyat mencerminkan
dunia. Karena itu, sampai sekarang, prinsip the kedaulatan rakyat dalam me-nentukan
independence of judiciary menjadi salah satu ciri kebijakan kenegaraan, tetapi kata akhir dalam
terpenting setiap negara hukum yang memahami maksudnya tetap berada di tangan
demokratis. Tidak ada negara yang dapat para hakim.
disebut negara demokrasi tanpa praktek Lagi pula, sebagai buatan manusia,
kekuasaan kehakiman yang independen. hukum dan peraturan perundang-undangan
Bahkan, oleh Mukti Arto dikatakan, sering kali memang tidak sempurna.
keberadaan lembaga pengadilan itu sangat Terkadang, ada saja undang-undang yang agak
penting karena tiga alasan, yaitu: (a) pengadilan kabur perumusannya sehingga membuka
merupakan pengawal konstitusi; (b) pengadilan kemungkinan banyak penafsiran mengenai
bebas merupakan unsurnegara demokrasi; dan pengertian-pengertian yang terkandung di
(c) pengadilan merupakan akar negara hukum. dalamnya. Akibatnya, undang-undang atau
Baik di negara-negara yang menganut peraturan yang demikian itu menye-babkan
tradisi civil law maupun common law, baik yang terjadinya kebingungan dan ketidakpastian
menganut sistem pemerintahan parlementer (rechtsonekerheid) yang luas. Karena itu,
maupun presidensil, lembaga kekuasaan dibutuhkan hakim yang dapat menafsirkan
kehakiman selalu bersifat tersendiri. Misalnya, kandungan norma yang terdapat di dalamnya
di negara yang menganut sistem parlementer, secara tepat dan adil sehingga dapat dijadikan
terdapat percampuran antara fungsi legislatif dasar untuk memutuskan persoalan yang
dan eksekutif. Di Inggris, misalnya, untuk timbal dengan putusan yang menjadi solusi
menjadi menteri seseorang justru disyaratkan terakhir. Untuk itulah, dibutuhkan hakim yang
harus berasal dari anggota parlemen. Parlemen benarbenar kompeten, berintegritas, dan dapat
dapat membubarkan kabinet melalui dipercaya. Untuk memenuhi kebutuhan itu,
mekanisme “mosi tidak percaya”. Sebaliknya, maka dibutuhkaa pengaturan yang tepat
pemerintah juga dapat membubarkan mengenai ripe manusia seperti apa yang
parlemen dengan cara mempercepat pemilihan seharusnya diangkat menjadi hakim.
umum. Namun, meskipun demikian, cabang Banyak sekali komentar dan pandangan
kekuasaan kehakiman atau judiciary tetap negatif terhadap hakim mengenai sejauh mana
bersifat independen dari pengaruh cabang- hakim dapat bekerja dengan objektif, dan
cabang kekuasaan lainnva. apakah tidak mungkin terjadi bahwa hakim

Syukri Rahmi 131 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

yang dikonstruksikan sebagai manusia bebas Oleh sebab itu, salah satu ciri yang
dan tidak berpihak kecuali kepada kebenaran dianggap terpenting dalam setiap negara
tidak akan “bias”. Apakah benar bahwa hukum yang demokratis (democratische rechtsstaal)
seorang hakim baik secara sadar ataupun tidak ataupun negara demokrasi yang berdasar atas
sadar tidak akan dipengaruhi oleh sikap hukum (constitutional democracy) adalah adanya
“prejudice” yang disebabkan oleh latar belakang kekuasaan kehakiman yang independen dan
sosial dan politik kehidupannya sendiri dalam tidak berpihak (independent and impartial). Apa
memutus setiap perkara yang untuk itu ia pun sistem hukum yang dipakai dan sistem
diharapkan bersikap objektif dan imparsial. pemerintahan yang dianut, pelaksanaan “the
Sikap “bias” itu terkadang dipengaruhi pula principles of independence and impartiality of the
oleh cara hakim sendiri dalam memahami atau judiciary” harus benar-benar dijamin di setiap
memandang kedudukan dan fungsinya. negara demokrasi konstitusional (constitutional
Misalnya, dalam memutus sesuatu perkara, democracy).
pasti ada yang pihak senang dan ada pihak Lembaga peradilan tumbuh dalam
tidak senang, termasuk dalam perkara yang sejarah umat manusia dimulai dari bentuk dan
bersangkutan dengan pertentangan antara sistemnya yang sederhana. Lama-lama bentuk
negara dengan warga negara. Dalam hal dan sistem peradilan berkembang menjadi
demikian, apakah hakim akan tetap dapat semakin kompleks dan modern. Karena itu,
bersikap netral atau akan merasa menjadi seperti dikemukakan oleh Djokosutono,30 ada
“hero” bagi rakyat dalam menghadapi negara. empat tahap sekaligus empat macam
Dalam kegiatan bernegara, kedudukan rechtspraak yang dikenal dalam sejarah, yaitu:
hakim pada pokoknya bersifat sangat khusus. 1. Rechtspraak naar ongeschreven recht (hukum
Dalam hubungan kepentingan yang bersifat adat), yaitu pengadilan yang didasarkan
triadik (triadic relation) antara negara (state), atas ketentuan hukum yang tidak tertulis,
pasar (market), dan masyarakat madani (civil seperti pengadilan adat.
society), kedudukan hakim harus berada di 2. Rechtspraak naar precedenten, yaitu
tengah. Demikian pula dalam hubungan antara pengadilan yang didasarkan atas prinsip
negara (state) dan warga negara (citizens), hakim preseden atau putusan-putusan hakim
juga harus berada di antara keduanya secara yang terdahulu, seperti yang dipraktikkan
seimbang. Jika negara dirugikan oleh warga di Inggris.
negara, karena warga negara melanggar hukum 3. Rechtspraak naar rechtsboeken, yaitu
negara, maka hakim harus memutuskan hal itu pengadilan yang didasarkan atas kitab-
dengan adil. Jika warga negara dirugikan oleh kitab hukum, seperti dalam praktek
keputusan-keputusan negara, baik melalui dengan pengadilan agama (Islam) yang
perkara Tata Usaha Negara maupun perkara menggunakan kompendium atau kitab-
pengujian peraturan, hakim juga harus kitab ulama ahlussunnah waljama'ah atau
memutusnya dengan adil. Jika antar warga kitab-kitab ulama syi’ah, dan
negara sendiri ataupun dengan lembaga- 4. Rechtspraak naar wetboeken, yaitu pengadilan
lembaga negara terlibat sengketa kepentingan yang didasarkan atas ketentuan undang-
perdata satu sama lain, maka hakim atas nama undang ataupun kitab undang-undang.
negara juga harus memutusnya dengan adilnya. Pengadilan ini jutaan sarjana dengan
Karena itu, hakim dan kekuasaan kehakiman pengertian yang boleh jadi berbeda-beda
memang harus ditempatkan sebagai cabang dan satu era ke era yang lain. Jika orang
kekuasaan tersendiri. bertitik tolak dari konsep negara hukum

Syukri Rahmi 132 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

(rechtsstaat), maka orang akan tiba pada Di samping itu, dalam sistem peradilan
pemberian kualifikasi kepada konsep di Indonesia dewasa ini, terdapat empat
rechtsstaat yang diidealkan, yaitu antara lingkungan peradilan, yang masing-masing
lain rechtsstaat yang demokratis memiliki lembaga pengadilan tingkat pertama
(democratirche rechtsstaat). Sebab banyak dan pengadilan tingkat banding. Pada tingkat
negara hukum yang tidak demokratis, kasasi, semuanya berpuncak pada Mahkamah
salah satu contohnya adalah Jerman di Agung (MA). Pengadilan tingkat pertama dan
bawah Hider. Jika orang bertitik tolak dari kedua dalam keempat lingkungan peradilan
konsep democrat', maka kualifikasi dapat tersebut adalah:
diberikan sesuai dengan penekanan yang 1. Pengadilan Negeri (PN) dan Pengadilan
hendak diberikan pada konsep ideal Tinggi (PT) dalam lingkungan peradilan
demokrasi itu, misalnya, participatory umum
democracy, pluralistic democrat', constitutional 2. Pengadilan Agama (PA) dan Pengadilan
democracy dan sebagainya. Merupakan Tinggi Agama (PTA) dalam lingkungan
peradilan agama
penjelmaan dari paham hukum positif
3. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
atau moderne wetgeving yang mengutamakan dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
peraturan perundang-undangan yang dalam lingkungan peradilan tata usaha
bersifat tertulis (schreven wetgeving). negara, dan
4. Pengadilan Militer (PM) dan Pengadilan
Pengadilan adalah lembaga kehakiman Tinggi Militer dalam lingkungan
yang menjamin tegaknya keadilan melalui peradilan militer
penerapan undang-undang dan kitab
undangundang (wet en wetboeken) dimaksud. Di samping itu, dewasa ini, dikenal
Strukturnya dapat bertingkat-tingkat sesuai pula adanya sembilan bentuk pengadilan
dengan sifat perkara dan bidang hukum yang khusus, baik yang bersifat tetap ataupun ad
terkait. Ada perkara yang cukup diselesaikan hoc, yaitu:
melalui peradilan pertama dan sekaligus 1. Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM )
2. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
terakhir, ada pula perkara yang diselesaikan (Tipikor)
dalam dua tingkat, dan ada pula perkara yang 3. Pengadilan Niaga
diselesaikan dalam tiga tahap, yaitu tingkat 4. Pengadilan Perikanan
pertama, tingkat banding, dan tingkat kasasi. 5. Pengadilan Hubungan Kerja Industrial
Selain itu, seperti : pembagianmenurut van 6. Pengadilan Pajak
Vollenhoven, “justitierecht” atau 7. Pengadilan Anak
“the lawof the administrasion of Justice” 8. Mahkamah Syar’iyah di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam
sendiri terbagi lagi menjadi empat, yaitu:
9. Mahkamah Pelayaran
1. Staatsrechtelijke Rechtspleging (peradilan 10.Pengadilan Adat di Papua
tata negara)
11.Pengadilan Tilang.
2. Privaatsrechttelijke Rechtspleging (peradilan
perdata)
Pengadilan HAM, Pengadilan Tipikor,
3. Strafsrechtelijke Rechtspleging (peradilan
Pengadilan Niaga, dan Pengadilan Perikanan,
pidana), dan
termasuk ke dalam lingkungan peradilan
4. Administratiefrechtelijke Rechtspleging
(peradilan tata usaha negara). umum, sedangkan yang lainnya, seperti
Pengadilan Pajak dan Pengadilan Hubungan
Kerja Industrial dapat digolongkan termasuk

Syukri Rahmi 133 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

lingkungan peradilan Tata Usaha Negara. Namun, karena alasan ketidaksiapan aparat
Mahkamah Syari'ah di Aceh termasuk ke dan aparatur serta kesulitan-kesulitan dalam
dalam dua lingkungan sekaligus, yaitu koordinasi antarinstansi dan
lingkungan peradilan umum untuk hal-hal ketidakharmonisan antar peraturan yang
yang berkaitan dengan kewenangan peradilan terkait, pelaksanaan togas dan fungsi
umum, dan termasuk juga lingkungan pengadilan-pengadilan perikanan
peradilan agama untuk hal-hal yang berkaitan tersebut ditangguhkan oleh pemerintah paling
dengan kewenangan peradilan agama. Menurut lambat sampai tanggal 6 Oktober 2007.
ketentuan Pasal 15, pengadilan khusus hanya Penangguhan dimaksud dilakukan oleh
dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan presidcn dengan menetapkan Perpu Nomor 2
peradilan yang diatur dengan undang-undang. Tahun 2006 tentang Penangguhan Pelaksanaan
Peradilan Syariah Islam di Provinsi Nanggroe Tugas dan Fungsi Pengadilan Perikanan
Aceh Darussalam merupakan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (5)
khusus dalam lingkungan peradilan agama Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
sepanjang kewenangannya menyangkut tentang Perikanan. Kasus penangguhan
kewenangan peradilan agama, dan merupakan pelaksanaan Undang-Undang ini jelas meru-
pcngadilan khusus dalam lingkungan peradilan pakan bukti mengenai tidak siapnya aparat dan
umum sepanjang kewenangannya menyangkut aparatur untuk melaksanakan ketentuan Pasal
kewenangan peradilan umum. 71 ayat (5) Undang-Undang Nomor 31 Tahun
Banyaknya dibentuk berbagai pengadilan 2004 tentang Perikanan
yang bersifat khusus ataupun yang bersifat ad
hoc ini memang perlu disoroti secara Fungsi Kekuasaan Kehakiman di Negara
tersendiri. Kreatifitas yang tumbuh di berbagai Hukum Republik Indonesia
Menurut Keputusan Presiden Republik
sektor pemerintahan untuk membentuk
Indonesia Nomor 7 Tahun 1974, istilah fungsi
lembaga-lembaga, komisikomisi, dan badan-
berarti adalah sekelompok pekerjaan, kegiatan,
badan baru dapat dinilai baik-baik saja
dan usaha yang satu sama lainnya ada
sekiranya hal itu benar-benar didasarkan atas
hubungan erat untuk melaksanakan suatu
pertimbangan yang sangat matang dari semua
tugas pokok. Dari sudut bahasa, fungsi
aspeknya. Namun, sering kali kreatifitas ini
(Belanda = functie, Inggris = function) berarti
dikembangkan tidak berdasarkan atas
jabatan, atau kerja, sedangkan menurut
pengkajian yang ma-tang dan mendalam.
Logeman, fungsi itu adalah suatu lingkungan
Akibatnya, pembentukan lembaga-lembaga
kerja tertentu dalam hubungan keseluruhan.
dan termasuk pengadilan-pengadilan khusus
Selanjutnya beliau mengemukakan, dalam
dan yang bersifat ad hoc ini menimbulkan
bidang hukum positif, fungsi dalam organisasi
masalah tersendiri, seperti ketidaksiapan
negara disebut jabatan negara c.q. merupakan
aparatur dan aparat yang tersedia serta
stenografis secara yuridis, sejauh personifikasi
menyebabkan terjadinya “redundancy” dan
itu dapat dipikirkan terletak dalam wewenang
“ineficieng” yang bersifat “high cost”.
dan kewajiban orang-orang yang memenuhi
Sebagai contoh, berdasarkan ketentuan
kecakapan tertentu, digandengkan pada suatu
Pasal 71 UndangUndang Nomor 31 Tahun
penyerahan kedudukan menurut kaidah sendiri
2004 tentang Perikanan, maka untuk pertama
yang tertentu.
kali telah dibentuk beberapa pengadilan
Miriam Budiarjo menyatakan apabila
perikanan, yaitu di Pengadilan Negeri Jakarta
memandang negara dari sudut kekuasaan dan
Utara, Medan, Pontianak, Bitung, dan Tual.
menganggapnya sebagai organisasi kekuasaan

Syukri Rahmi 134 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

maka UUD dapat dianggap sebagai lembaga 9. Adanya mekanisme judicial review.
atau kumpulan asas yang menetapkan 10. Jaminan pelaksanaan prinsip-prinsip
bagaimana kekuasaan dibagi antara lembaga tersebut dalam konstitusi dan peraturan
kenegaraan, misalnya kepada legislatif, perundang-undangan.
eksekutif, dan yudikatif; UUD menentukan 11. Pengakuan terhadap asas legalitas dalam
keseluruhan sistem penyelenggaraan
cara-cara bagaimana pusat kekuasaan bekerja
negara.
sama dan menyesuaikan diri satu sama lain,
serta merekam hubunganhubungan kekuasaan Konsepsi negara hukum telah diterima
dalam suatu negara. Selanjutnya menurut dan dimuat dalam rumusan Pasal 1 Ayat (3)
Beliau, di negara-negara demokrasi Perubahan Ketiga UUD 1945. Sebelumnya
konstitusional, UUD mempunyai fungsi dalam rumusan negara hukum hanya disebutkan
membatasi kekuasaan pemerintah sehingga dalam Penjelasan UUD 1945 (telah dihapus)
penyelenggaraan kekuasaan negara tidak dengan istilah rechtstaat yang diperlawankan
bersifat sewenang-wenang. dengan machstaat (negara kekuasaan) yang
Menurut Muhammad Shiddiq Tgk. terang-terangan ditolak oleh perumus UUD.50
Armia dalam perspektif horizontal gagasan Menurut Muhammad Tahir Azhary51 istilah
demokrasi konstitusional mengandung empat rechstaat pada penjelasan UUD 1945 adalah
prinsip pokok yang dilembagakan dengan sebagai genus begrip dan sebagai species begrip-
menambahkan prinsip-prinsip negara hukum nya adalah Negara Hukum Pancasila, dengan
menjadi, yaitu ciri-ciri; (i) ada hubungan yang erat antara
1. Adanya jam inan persamaan dan agama dan negara, (ii) bertumpu pada
kesetaraan dalam kehidupan bersama. Ketuhanan Yang Maha Esa, (iii) kebebasan
2. Pengakuan dan penghormatan terhadap beragama dalam arti positif, (iv) atheisme tidak
perbedaan atau pluralitas.
dibenarkan dan komunisme dilarang, serta (v)
3. Adanya aturan yang mengikat dan
asas kekeluargaan dan kerukunan; sedangkan
dijadikan sumber rujukan bersama.
unsurunsur pokok Negara Hukum Republik
4. Dalam sistem kekuasaan negara ada
mekanisme penyelesaian sengketa Indonesia menurut Beliau adalah; (i) Pancasila,
berdasarkan aturan yang disepakati (ii) Majelis Permusyawaratan Rakyat, (iii)
bersama. sistem konstitusi, (iv) persamaan, dan (v)
5. Pengakuan dan penghormatan hak asasi peradilan bebas. Konsekuensi logis dari prinsip
manusia. negara hukum yang dianut oleh Negara
6. Pembatasan kekuasaan melalui Republik Indonesia adalah adanya kekuasaan
mekanisme pemisahan atau pembagian kehakiman yang merdeka dan terbebas dari
kekuasaan yang disertai mekanisme berbagai pengaruh pihak manapun dalam
penyelesaian sengketa ketatanegaraan
menyelenggarakan peradilan yang menjadi
antarlembaga negara baik secara vertikal
maupun horizontal. kompetensinya.
7. Adanya peradilan yang bersifat Sebelum dilakukan perubahan terhadap
independen dan tidak memihak dengan UUD 1945 rumusan tentang kekuasaan
kewibawaan putusan yang tertinggi atas kehakiman yang merdeka hanya ditemukan
dasar keadilan dan kebenaran. pengaturannya dalam Penjelasan Pasal 24
8. Dibentuknya peradilan yang khusus untuk UUD 1945 yang menyatakan, kekuasaan
menjamin keadilan bagi warga negara
kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka,
yang dirugikan akibat keputusan atau
kebijakan pemerintahan (pejabat artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
administrasi negara). pemerintah, dan karenanya harus diadakan

Syukri Rahmi 135 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

jaminan dalam Undang-Undang tentang Demikian pula dalam konsiderans


Kedudukan Para Hakim. (menimbang) huruf a Undang-Undang Nomor
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970
Pokok Kekuasaan Kehakiman menentukan tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasan
bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Kehakiman, menentukan bahwa kekuasaan
negara yang merdeka untuk menyelenggarakan kehakiman adalah kekuasaan yang mandiri dan
peradilan guna menegakkan hukum dan terlepas dari kekuasaan pemerintah, maka
keadilan berdasarkan Pancasila, demi dipandang perlu melaksanakan pemisahan
terselenggaranya Negara Hukum Republik yang tegas antara fungsi-fungsi yudikatif dari
Indonesia. Selanjutnya menurut ketentuan eksekutif. Bahkan, meskipun diadakan
Pasal 2 undang-undang tersebut, pergantian undang-undang yang mengatur
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman kekuasaan kehakiman tersebut, rumusan
diserahkan kepada badan-badan peradilan dan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan
ditetapkan dengan undang-undang, dengan mandiri dalam Pasal 1 Undang-Undang
tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan Nomor 14 Tahun 1970 tidak mengalami
mengadili serta menyelesaikan setiap perkara perubahan sedikit pun dalam Undang-Undang
yang diajukan kepadanya. Nomor 4 Tahu'n 2004 tentang Kekuasaan
Kekuasaan kehakiman sebagai Kehakiman yang menggantikan Undang-
kekuasaan yang merdeka, berarti bebas dan Undang Nomor 14 Tahun 1970 jo Undang-
lepas dan campur tangan pemerintah atau Undang Nomor 35 Tahun 1999.
badan negara yang lain atau dari pihak Berdasarkan Pasal 24 Ayat (2)
manapun yang akan mempengaruhi Perubahan Ketiga UUD 1945, maka yang
penyelenggaraan tugas serta kewenangannya, diberi wewenang oleh UUD 1945 untuk
barulah dinyatakan secara tegas pada melakukan kekuasaan kehakiman adalah
Perubahan Ketiga UUD 1945, yakni ketentuan Mahkamah Agung beserta badan-badan
Pasal 24 Ayat (1) yang menentukan, kekuasaan peradilan di bawahnya, dan oleh Mahkamah
kehakiman merupakan kekuasaan yang Konstitusi. Badan-badan peradilan sebagai
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan pelaku kekuasaan kehakiman mengemban
guna menegakkan hukum dan keadilan. tugas pokok, yakni melaksanakan public service
Mengenai hal ini secara eksplisit telah di bidang pemberian keadilan. Dalam
diamanatkan dalam Ketetapan Majelis melakukan peradilan, pengadilan mengadili
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia berdasarkan hukum yang berlaku, meliputi
Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis hukum yang tertulis dan tidak tertulis.
Besar Haluan Negara Tahun 1999 - 2004, Peradilan merupakan suatu proses persidangan
khususnya BAB IV C Arah Kebijakan Politik yang diselenggarakan oleh badan-badan
angka 1 huruf c menyatakan, meningkatkan pengadilan dalam rangka menyelesaikan
peran Majelis Permusyawaratan Rakyat, sengketa atau permasalahan hukum dengan
Dewan Perwakilan Rakyat, dan lembaga- menerapkan hukum yang tepat, dan bertujuan
lembaga tinggi negara lainnya dengan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
menegaskan fungsi, wewenang, dan tanggung Dalam hal ini maka pengadilan tidak boleh
jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan menolak untuk memeriksa clan mengadili
kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara suatu perkara dengan dalih bahwa hukum
lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. tidak atau kurang jelas melainkan wajib untuk

Syukri Rahmi 136 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

rnemeriksa clan mengadilinya (vide Pasal 16 3. Perkembangan hukum c.q merupakan


ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun keserasian antara modernisasi/ pembaruan
2004) karena hakim sebagai organ pengadilan hukum dan restorasi/ pemugaran hukum.
dianggap memahami hukum. Hal ini selaras 4. Efisiensi dan efektivitas hukum c.q.
dengan suatu ungkapan hukum yang merupakan keserasian antara unifikasi
menyatakan bahwa hakim dianggap tahu hukum clan diferensiasi/pluralisme
hukumnya, dan dengan demikian berarti hukum.
dimaksudkan untuk memberikan jaminan 5. Kesejahteraan masyarakat yang
hukum dari negara. Oleh karena itu, menurut merupakan keserasian antara kebendaan
K. Wantjik Saleh bilamana terjadi suatu dan keakhlakan.
pelanggaran hukum, baik berupa perkosaan Hakim sebagai fungsionaris pengadilan,
hak seseorang maupun kepentingan umum, dalam menyelesaikan atau mengakhiri suatu
maka terhadap pelanggarnya tidak dibenarkan perkara atau perselisihan hukum dengan
diambil suatu tindakan untuk menghakiminya setepat-tepatnya maka terlebih dahulu harus
oleh sembarang orang (eigentrichting), melainkan mengetahui secara objektif tentang duduk
melalui suatu proses yang tidak hanya cukup perkara yang sebenarnya yaitu sebagai dasar
dengan pencegahan, tetapi juga memerlukan dalam memberikan putusan. Dengan demikian,
suatu perlindungan clan penyelesaiannya c.q hakim sebelum memberikan putusan terhadap
negara mefalui kekuasaannya menyerahkan permasalahan atau persel isihan hukum di
kepada kekuasaan kehakiman yang berbentuk antara para pihak, maka hakim melakukan
badan peradilan dengan pelaksananya yaltu serangkaian pemeriksaan, karena putusan atau
hakim. vonis terhadap suatu perkara atau perselisihan
Hakim adalah pejabat peradilan negara hukum adalah sebagai pen utup atau
yang diberi wewenang oleh undang-undang pengakhirdari pemeriksaan yang telah
untuk mengadili. Mengadili adalah serangkaian dilakukan oleh pengadilan atau hakim. Putusan
tindakan hakim untuk menerima, memeriksa pengadilan itu selain harus memuat alasan dan
dan memutus perkara. Menurut A.Ridwan dasar dari putusan, harus memuat pula pasal-
Halim fungsionaris pengadilan sebagai pasal tertentu dan peraturanperaturan yang
penyelenggara atau pelaksana fungsi peradilan bersangkutan atau sumber hukum tidak tertulis
memiliki misi utama dalam mengupayakan yang dijadikan dasar untuk mengadili.
serta menjamin agar peradilan dapat mencapai Menurut Sudikno Mertokusumo dan A.
serta mencerminkan: Pitlo hakim dalam memeriksa suatu perkara
1. Keadilan c.q merupakan keserasian dari, lebih mementingkan fakta atau peristiwanya,
(i) kepastian hukum dan kesebandingan dan bukan hukumnya karena peraturan hukum
hukum atau kesetaraan hukum, (ii) adalah alat, sedangkan yang bersifat
proteksi/ perlindungan hukum, dan menentukan adalah kebenaran peristiwa atau
restriksi atau pembatasan hukum, dan (iii) faktanya. Artinya, untuk menemukan atau
penggunaan hak clan pelaksanaan membuktikan kebenaran peristiwa atau
kewajiban. faktanya, hakim melakukan pengujian atau
2. Kewibawaan hukum yang merupakan penilaian terhadap, dan mengenai keabsahan
keserasian antara keketatan hukum dan alat-alat bukti yang terungkap atau ternyatakan
keluwesan hukum. di hadapan persidangan pengadilan. Dalam hal
ini Andi Hamzah menyebutkan adanya
penilaian atau pengujian terhadap alatalat

Syukri Rahmi 137 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

bukti, dan untuk menilai atau menguji hukum apabila diucapkan dalam sidangterbuka
kekuatan pembuktian alatalat bukti yang ada, untuk umum. Adapun asas-asas pentingdalam
dikenal beberapa sistem atau teori pembuktian, menyelenggarakan peradilan di Indonesia
yaitu: antara lainnya, sebagai berikut:
1. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan 1. Asas persamaan di hadapan hukum atau
undang-undang secara positif (positief Equality before the law. Asas ini
wettelijk beweijstheorie atau formele merupakan asas umum yang dianut oleh
beweijstheorie), yang berarti jika telah negara-negara berdasarkan hukum.
terbukti suatu perbuatan sesuai dengan Ketentuan Pasal 1 Ayat (3) Perubahan
alat-alat bukti yang disebut oleh undang- Ketiga UUD 1945 menegaskan bahwa
undang, maka keyakinan hakim tidak Indonesia adalah negara hukum.
diperlukan sama sekali. Konsekuensi logis dari ketentuan ini
2. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan maka setiap warga negara Indonesia harus
keyakinan hakim melulu (conviction intime), diperlakukan sama di hadapan hukum
yang berarti pembuktian hanya (pengadilan) dan pemerintahan. Hal ini
berlandaskan kepada atau semata-mata dapat dilihat pada ketentuan Pasal 27 jo
menurut keyakinan hakim. Pasal 28D Ayat (1) Perubahan Kedua
3. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan UUD 1945. Asas ini jugaterdapatdalam
keyakinan hakim atas alasan yang logis muatan sumpah/janji jabatan para
(La conviction raisonnee atau vrije fungsionaris hukum atau pengadilan.
beweijstheorie). Sistem atau teori 2. Asas sidang terbuka untuk umum. Pada
pembuktian jalan tengah atau yang intinya, ketentuan Pasal 20 Undang-
berdasar keyakinan hakim sampai batas Undang Nomor 4 Tahun 2004
tertentu ini terpecah kedua jurusan, yaitu rnenentukan bahwa sidang pengadilan
(i) pembuktian berdasar keyakinan hakim adalah terbuka untuk umum dan
atas alasan yang logis (conviction mempunyai kekuatan hukum bila
raisonnee), dan (ii) pembuktian berdasar diucapkan dalam sidang terbuka umum.
undang-undang secara negatif (negatief 3. Asas peradilan diselenggarakan dengan
wettelijk beweijstheorie). Persamaannya ialah sederhana, cepat dan biaya ringan, serta
keduanya berdasarkan bebas, adil dan tidak memihak. Asas ini
4. keyakinan hakim. Perbedaannya terletak berarti bahwa di dalam menyelenggarakan
pada pangkal tolaknya; yang tersebut peradilan, negara melalui aparaturpenegak
pertama titik tekannya pada keyakinan hukum mengakui 5erta menjamin
hakim, dan yang tersebut kedua pangkal perlindungan terhadap hak-hak asasi
tolaknya pada ketentuan undang-undang. manusia. Sebagai wujud konkret dari
pengakuan tersebut maka asas ini
Meninjau hukum positif di Negara termasuk substansi pokok yang menjadi
Republik Indonesia, ternyata sistem atau teori bagian dari muatan sumpah/janji jabatan
pembuktiannya mengikuti teori pembuktian para fungsionaris hukum atau pengadilan.
berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang 4. Asas kepentingan urnum. Asas ini pada
logis. Selanjutnya, menurut ketentuan undang- intinya menegaskan bahwa pengadilan c.q.
undang yang berlaku di Negara Republik ketua pengadilan berwenang menetapkan
Indonesia, putusan hakim atau pengadilan perkara-perkara yang menyang-kut
dinyatakan sah dan mempunyai kekuatan

Syukri Rahmi 138 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

kepentingan umum untuk segera 8. Asas Ne bis in idem yang berarti tidak ada
diperiksa terlebih dahulu. pengadilan terhadap orang yang sama dan
5. Asas praduga tak bersalah atau perkara yang sama apabila sudah ada
presUmption of innocent. Melalui asas ini putusan hakim terhadap hal itu. Rum
berarti setiaporangwajibdianggaptidak usan mengenai asas ini dapat ditemukan
bersalah sampai adanya putusan hakim misalnya pada Pasal 60 Undang-Undang
yang memiliki kekuatan hukum tetap. Nomor 24 Tahun 2003 Mahkamah
Asas ini terkait erat dengan asas Nulla Konstitusi.
poena sine culpa (tidak ada pidana tanpa
kesalahan) yang berarti perbuatan KESIMPULAN
seseorang harus Kekuasaan Kehakiman menurut
dapatdipertanggungjawabkan. Asas ini konstitusi adalah mewujudkan curta-cita
dapatditemukan pada Pasal 28 D Ayat (1) kemerdekaan Republik Indonesia yaitu:
Perubahan Kedua UUD 1945 dan Pasal Terwujudnya masyarakat yang adil dan
18 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 makmur melalui jalur hukum. Reformasi di
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. bidang kekuasaan kehakiman ditujukan untuk;
6. Asas legalitas atau kepastian hukum. Asas 1) menjadikan kekuasaan kehakiman sebagai
ini sebenarnya terkait erat dengan ajaran sebuah institusi yang independen, 2)
Legisme yang memandang peraturan mengembalikan fungsi yang hakiki dari
tertulis (undang-undang) sebagai satu- kekuasaan kehakiman, untuk mewujudkan
satunya sumber hukum. Adapun tujuan keadilan dan kepastian hukum, 3) menjalankan
yang dikehendaki asas ini adalah fungsi check and balances bagi institusi
tercapainya kepastian hukum yang dapat kenegaraan lainnya, 4) mendoromg dan
dimengerti oleh setiap orang dan memfasilitasi serta menegakkan prinsip-prinsip
menjamin kepentingan pribadi dari negara hukum yang demokratis guna
kemungkinan kesewenang-wenangan mewujudkan kedaulatan rakyat dan 5)
hakim, yakni melalui pembatasan yang melindungi martabat kemanusiaan dalam
diatur dalam undangundang. Asas MI bentuk yang paling kongkrit.
dapat ditemukarl pada Pasal 28 I Ayat (1) Kekuasaan Kehakiman dalam konteks
Perubahan Kedua UUD 1945. Di negara Indonesia adalah kekuasaan negara
samping itu, asas ini juga termuat dalam yang merdeka untuk menyelenggarakan
sumpah/janji jabatan para fungsionaris peradilan guna menekkan hukum dan keadilan
hukum atau pengadilan. berdasarkan pancasila demi terselenggarannya
negara repubik Indonesia.
7. Asas kebebasan hakim. Asas ini
Berdasarkan Pasal 24 Ayat (2)
merupakan penjabaran dari salah satu
Perubahan Ketiga UUD 1945, maka yang
prinsip negara hukum yang
diberi wewenang oleh UUD 1945 untuk
mengharuskan adanya kekuasaan
melakukan kekuasaan kehakiman adalah
kehakiman (peradilan) yang merdeka dan
Mahkamah Agung beserta badan-badan
bebas dari tekanan atau pengaruh pihak
peradilan di bawahnya, dan oleh Mahkamah
mana pun jaminan atas kebebasan hakim
Konstitusi. Badan-badan peradilan sebagai
ini mendapat pengaturan dalam hukum
pelaku kekuasaan kehakiman mengemban
dasar negara, yaitu pada ketentuan Pasal
tugas pokok, yakni melaksanakan public service
24 UUD 1945.
di bidang pemberian keadilan.

Syukri Rahmi 139 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X
ISLAM TRANSFORMATIF: Journal of Islamic Studies Vol. 01 , No. 02., Juli-Desember 2017

DAFTAR RUJUKAN

Asshiddiqie, Jimly, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Pasca Reformasi,BIP,


Gramedia, Jakarta, tt.
A. Mukti Artikel Konsepsi Ideal Mahkamah Agung, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001
Basah, Syachran, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia,Alumni
bandung, cetakan ketiga, 1997.
Djokosutono, Kuliah di himpun oleh Harun Al Rasid,Ghalia Indonesia,Jakarta,1982
Harahap, Yahya, Kedudukan kewenangan dan Acara peradilan Agama dan UU No 7 Tahun
1989, Astra Granfindo, Jakarta, 2007
Harman,Beny K., Konfugurasi Politik dan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, ELSAM, Jakarta,
1997.
Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, LP3ES, Jakarta, 2002.
Mertokusumo, Sudikno, Sejarah Peradilan Perundang-Undangan Indonesia, Kilat maju
Bandung,1971.
Muchin, Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka, dari kolonial ke hukum nasional,Suatu kajian
tentang perkembangan Sosial Politik, jakarta, Grasindo,1994.
-------------- Makalah dengan judul Kekuasaan Kehakiman Pasca Perubahan UUD 1945 yang
disampaikan sebagai bahan kuliah di program Doktor Ilmu Hukum, Untag Surabaya Tahun
2009.
R. Subekti dan R. Titiosoedibio, kamus Hukum, Pradnya Pramita, Jakarta, 1997 hal 82-83
Soetandyo, Suatu kajian tentang Perkembangan Sosial Politik, Jakarta ,Grasindo,1994
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakrta,1997.
Sutiyoso, Bambang dan Sri Puspitasai, Aspek-aspek Pengembangan Kekuasaan Kehakiman di
Indonesia, UII Press,Yogyakarta, 2005
Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 1991
Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen)
Undang- Undang No 35 Tahun 1999, Perubahan atas UU No 14 Tahun 1970 Tentang
Ketentuaan Pokok-pokok kekuasaan kehakiman.
Undang-Undang No 32 Tahun 2003 Tentang Susunan Kedudukan MPR, DPR, DPD, BPK,
Lembaga Kekuasaan Kehakiman.
Undang-Undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-
Undang No 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Syukri Rahmi 140 Kedudukan dan Fungsi…


eISSN: 2599-2171 pISSN: 2599-218X

You might also like