You are on page 1of 14

Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume.

03, Nomor 02, (2021)


FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

122

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA


PENCEMARAN AIR DI SUNGAI BINDU
I Wayan Eka Artajaya 1), Ni Kadek Felyanita Purnama Putri2)
1)2)
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Email : ekaartajaya@unmas.ac.id1)

Abstract
Indonesia is a very large and wide country, consisting of many islands and
abundant natural resources. Natural resources in Indonesia are everything that
comes from nature that is used to meet the needs of human life. Generally, natural
resources in Indonesia can be classified based on their nature, namely renewable
natural resources and non-renewable natural resources. Humans are very
dependent on natural resources and the sustainability of natural resources is
strongly influenced by human activities. Watershed is one of the natural resources
that is very complex and consists of various components that make it up. The
functions and benefits of water resources themselves, including rivers, require
various efforts to improve and protect water so that it is efficient and effective for
living things and the surrounding environment. One of them is the Bindu river in
the Kesiman Traditional Village. The Bindu River is widely used by the
community, causing water pollution in the Bindu river, such as the Kesiman
Traditional Village which has an important role in suppressing the occurrence of
water pollution that occurs in the Bindu river.

Keywords: Water Pollution, Role, Kesiman Traditional Village

Abstrak
Negara Indonesia merupakan negara yang sangat besar dan luas, terdiri dari
banyak pulau dan sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam di
Indonesia merupakan segala sesuatu yang berasal dari alam yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Umumnya sumber daya alam di Indonesia
dapat digolongkan berdasarkan sifatnya yaitu sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Manusia
sangat bergantung pada sumber daya alam dan kelestarian sumber daya alam
sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Daerah aliran sungai merupakan salah
satu sumber daya alam yang sangat kompleks dan terdiri dari berbagai komponen
yang menyusunnya. Fungsi dan manfaat sumber daya air sendiri termasuk sungai
memerlukan berbagai upaya untuk peningkatan dan perlindungan air agar berdaya
guna dan berhasil guna bagi makhluk hidup dan lingkungan sekitar. Salah satunya
adalah sungai Bindu yang berada di Desa Adat Kesiman. Sungai Bindu banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran air
di sungai Bindu, seperti Desa Adat Kesiman memiliki peranan penting dalam
menekan terjadinya pencemaran air yang terjadi di sungai Bindu.
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

123
Kata Kunci : Pencemaran Air, Peranan, Desa Adat Kesiman

A. Pendahuluan sumber daya alam sangat dipengaruhi


Negara Indonesia merupakan oleh aktivitas manusia.
negara yang sangat besar dan luas, Daerah aliran sungai merupakan
yang terdiri dari banyaknya pulau dan salah satu sumber daya alam yang
memiliki sumber daya alam yang sangat kompleks dan terdiri dari
sangat melimpah yang sebagai berbagai komponen yang
Anugerah Tuhan Yang Maha menyusunnya. Komponen tersebut
Esa.1Sunber daya alam di Indonesia terdiri dari berbagai sumber daya
adalah segala sesuatu yang berasal dari vegetasi (hutan), tanah, dan air. Sungai
alam yang dapat digunakan untuk merupakan salah satu sumber daya
memenuhi kebutuhan hidup manusia. alam yang bersifat mengalir, sehingga
Pada umumnya sumber daya alam di air yang berada di hulu sungai akan
Indonesia dapat digolongkan bermanfaat di hilir sungai.3Sungai
berdasarkan sifatnya yaitu sumber sendiri sangat bermanfaat bagi
daya alam yang dapat diperbaharui dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya
sumber daya alam yang tidak dapat air yang terdapat disungai merupakan
diperbaharui.2 Tekanan terhadap kebutuhan utama yang sangat potensial
sumber daya alam sangat besar seiring bagi aktivitas makhluk hidup untuk
dengan tuntutan manusia untuk menjaga proses perkembangan
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hidupnya. Air yang bersih tentunya
proses pembangunan manusia sangat sangat didambakan oleh semua
berperan aktif dalam proses makhluk hidup. Kebutuhan air
pemanfaatan sumber daya alam. tentutnya tidak bisa lepas dari makhluk
Manusia sangat bergantung pada hidup.4 Air merupakan salah satu
sumber daya alam dan kelestarian
3
Endah Tisnawati dan Desrina
1
Susriman, Prosiding Seminar Ratriningsih, Pengembangan Konsep
Nasional “Tanggung Jawab Pelaku Bisnis Pariwisata Sungai Berbasis Masyarakat,
dalam Pengelolaan Lingkungan”, Hal. 367. Jurnal Aritektur KOMPOSISI, Volume 11,
2
Wikipedia,https://id.wikipedia.org/wi no.5, April 2017, Hal.189.
4
ki/Sumber_daya_alam, diakses pada tanggal Richarta Vichotama, Riyanto
22 Oktober 2020. Haribowo, Tri Budi Prayogo, Analisa Kualitas
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

124
kebutuhan yang paling esensial bagi Kesiman ini juga memiliki 31
makhluk hidup. Ketersediaan sumber banjar/dusun. Desa Adat Kesiman
daya air sangat bervariasi. Fungsi dan memiliki sumber daya alam. Salah
manfaat sumber daya air sendiri satunya adalah Sungai Bindu atau yang
termasuk sungai memerlukan berbagai lebih dikenal dengan Tukad Bindu.
upaya untuk peningkatan dan Sungai Bindu ini berlokasi di Banjar
perlindungan air agar berdaya guna Ujung, Kelurahan Kesiman,Kecamatan
dan berhasil guna bagi makhluk hidup Denpasar Timur. Sungai Bindu ini
dan lingkungan sekitar. merupakan sungai yang mengalir dari
Sejalan dengan berkembangnya hulu ke hilir. Sungai Bindu banyak
zaman, dimana pesatnya pertumbuhan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa
dan peningkatan jumlah penduduk, Adat Kesiman, terutama masyarakat
yang dimana peningkatan tersebut juga sekitar Sungai Bindu. Dengan adanya
mempengaruhi peningkatan kegiatan peningkatan jumlah penduduk dan
pembangunan yang membutuhkan meningkatnya suatu sektor
banyak air baik di daerah perkotaan pembangunan di sekitar wilayah
atau pedesaan.5 Salah satunya yang Sungai Bindu, menyebabkan terjadinya
terdapat di Desa Adat Kesiman. Desa pencemaran lingkungan khususnya
Adat Kesiman merupakan salah satu pencemaran air, yang mengakibatkan
desa yang terletak di Kota Denpasar, Sungai Bindu menjadi kotor.
yang berada di timur Kota Denpasar. Pemerintah Indonesia telah
Desa Adat Kesiman terdiri dari tiga mengeluarkan Undang-Undang No. 17
wilayah desa, yaitu Desa Kesiman Tahun 2019 tentang Sumber Daya
Kelurahan, Desa Kesiman Petilan, dan Alam yang menimbang bahwa dalam
Desa Kesiman Kertalangu. Desa Adat menghadapi ketidakseimbangan antara
ketersediaan air yang cenderung
Air Tukad Badung, Denpasar, Bali menurun dan kebutuhan air yang
Menggunakan Program QUAL2Kw, Jurnal
Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air, semakin meningkat, sumber daya air
Volume 1, No.1, 2021, Hal.40-51.
5
Sulastriyono, Pembangunan Hukum perlu dikelola dengan memperhatikan
Sumber Daya Air Sungai Yang Berbasis
Kearifan Lokal: Peluang dan Tantangannya,
fungsi sosial, lingkungan hidup, dan
Jurnal Mimbar Hukum, Volume 20, No.3, ekonomi secara selaras untuk
Oktober 2008, Hal.411-588.
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

125
mewujudkan sinergi dan keterpaduan hubungan manusia dengan alam
antar wilayah, sektor, dan generasi sekitar.
guna memenuhi kebutuhan rakyat. Pada penjelasan bagian umum
Masalah pencemaran air yang terdapat awig-awig Desa Kesiman termuat latar
di Sungai Bindu merupakan fenomena belakang mengapa awig-awig desa ini
sosial yang perlu mendapatkan disusun, yaitu untuk menjaga keasrian
pehatian khusus dari semua para pihak, dan kelestarian lingkungan Desa Adat
khususnya dari Desa Adat Kesiman Kesiman. Akan tetapi, di dalam awig-
sendiri. Pemerintah Provinsi Bali telah awig tersebut belum tersurat tentang
mengeluarkan Peraturan Daerah No. 4 pencegahan pencemaran air yang
Tahun 2005 tentang Pengendalian terdapat di sungai Bindu, hanya saja
Pencemaran dan Perusakan baru tersirat tentang hubungan manusia
Lingkungan Hidup. Di sisi lain, Desa dengan alam atau lingkungan sekitar
Adat Kesiman juga mengeluarkan sungai Bindu. Desa Adat Kesiman juga
suatu peraturan desa atau yang dikenal telah mengeluarkan perarem desa adat
dengan awig-awig. Awig-awig Desa yang berisi tentang aturan-aturan
Adat Kesiman No. 24 mengatur perilaku masyarakat yang berkunjung
tentang lingkungan desa yang ke Sungai Bindu, seperti larangan
berdasarkan falsafah Tri Hita Karana membuang sampah atau limbah rumah
yang bersumber pada ajaran agama tangga ke areal Sungai Bindu, dilarang
Hindu di Bali, maka kedudukan, bertingkah laku yang tidak baik di
fungsi, dan peranan awig-awig tersebut sekitar wilayah Sungai Bindu, dan
diatur dengan Peraturan Daerah. Tri dilarang menangkap ikan
Hita Karana merupakan tiga penyebab menggunakan racun, setrum listrik,
terciptanya kebahagiaan. Tri Hita atau sejenisnya di Sungai Bindu.
Karana dibagi menjadi tiga bagian Dalam realisasi yang ada di
yaitu Parahyangan yaitu hubungan masyarakat, banyak yang tidak
manusia dengan Tuhan/Ida Sang mengedepankan dan tidak menerapkan
Hyang Widhi, Pawongan yaitu dengan baik peraturan-peraturan yang
hubungan manusia dengan sesama diberikan oleh pemerintah atau yang
manusia, dan Palemahan yaitu dibuat oleh Desa Adat Kesiman,
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

126
bahkan masih banyak masyarakat Desa Dalam Undang-Undang No. 23
Kesiman yang kurang pengetahuan Tahun 1997 tentang Pengelolaan
akan peraturan tersebut. Padahal Lingkungan Hidup selanjutnya dirubah
didalam awig-awig Desa Adat menjadi Undang-Undang No. 32
Kesiman telah berisi sanksi-sanksi Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
yang mengatur tentang kerusakan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
lingkungan di Desa Adat Kesiman. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun
Akan tetapi menurut ketua Bendesa 1990 tentang Pengendalian
Adat Kesiman masih banyak Pencemaran Air menyebutkan bahwa
masyarakat Desa Kesiman yang tidak pencemaran air adalah
menghiraukan awig-awig tersebut dan masuknya/dimasukannya makhluk
tetap membuang sampah serta limbah hidup, zat, atau komponen lain ke
di Sungai Bindu, tanpa memikirkan dalam air oleh kegiatan manusia itu
dampak apa yang akan terjadi sendiri, sehingga menyebabkan
nantinya. turunnya fungsi dan kualitas air
B. Metode Penelitian tersebut.
Dalam penulisan artikel ini penulis Peningkatan jumlah penduduk dan
menggunakan metode empiris, hal ini perkembangan pembangunan yang
dilakukan guna untuk melihat hukum terdapat di sekitar wilayah Sungai
dalam artian nyata dan meneliti Bindu sangat berpengaruh terhadap
bagaimana bekerjanya hukum kondisi kualitas dan kuantitas perairan
dilingkungan masyarakat, yang sungai. Pencemaran air yang terjadi di
diambil dari fakta-fakta yang ada di Sungai Bindu akan menurunkan
dalam suatu masyarakat. Dalam kualitas perairan yang pada akhirnya
metode penelitian empiris ini, penulis akan sangat berpengauh terhadap
menggunakan beberapa teknik kondisi sekitar lingkungan Sungai
pengumpulan data seperti teknik studi Bindu dan kesehatan penduduk yang
dokumen, teknik wawancara, dan secara langsung atau tidak langsung
teknik observasi/pengamatan langsung memanfaatkan air tersebut. Oleh
ke lapangan. karena itu, ada Peraturan Perundang-
C. Pembahasan Undangan yang mengaturnya di dalam
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

127
Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4 Secara umum pencemaran air dapat
Tahun 2005 tentang Pengendalian dikelompokan menjadi 5 yaitu:
Pencemaran dan Perusakan 1. Pencemaran air yang
Lingkungan Hidup, yang pada Pasal 5 diakibatkan oleh sampah yang
mengemukakan mengenai : mengandung senyawa organik
“1. Setiap orang harus seperti sampah industri
memelihara kelestarian makanan, sampah rumah
fungsi lingkungan hidup tangga, kotoran manusia atau
dengan upaya hewan.
pencegahan, pengawasan, 2. Pencemaram air yang
penanggulangan, dan diakibatkan oleh limbah yang
pemulihan kualitas mengandung virus/bakteri,
lingkungan akibat seperti limbah rumah tangga,
pencemaran dan/atau kotoran manusia/hewan.
perusakan lingkungan 3. Pencemaran air yang
hidup. diakibatkan oleh
Setiap orang yang terkontaminasinya senyawa
2. melakukan usaha yang anorganik, seperti mineral atau
mengandung potensi logam berat.
pencemaran dan/atau 4. Pencemaran air yang
perusakan lingkungan diakibatkan oleh
harus memberikan terkontaminasinya senyawa
informasi yang benar dan organik, seperti pestisida,
akurat mengenai detergen, dan limbah minyak.
pengendalian pencemaran 5. Pencemaran air yang
dan/atau perusakan diakibatkan oleh endapan atau
lingkungan hidup.” sidemen berupa tanah/lumpur
Pencemaran air yang terdapat di akibat erosi.
Sungai Bindu telah menunjukkan Dari data hasil wawancara yang
permasalahan yang sangat serius. telah dilakukan dengan Bapak I Gusti
Rai Ari Temaja, S.E selaku Penggagas
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

128
sekaligus bertindak sebagai Pengawas empat banjar yang meliputi Banjar
di Yayasan Tukad Bindu diketahui Ujung, Banjar Abian Nangka Kaja,
bahwa Sungai Bindu mulai tercemar Banjar Abian Nangka Kelod, dan
dari tahun 1990 sampai tahun 2010 Banjar Dukuh dengan membentuk
sejak dibangunnya ruas Jalan By Pass Komunitas Kali Bersih atau Yayasan
Gatot Subroto dengan Denpasar.6 Tukad Bindu yang bertujuan untuk
Selain itu menurut hasil wawancara menata Sungai Bindu agar tidak
dengan I Nyoman Artha Wiguna, tercemar dan tetap terjaga keasrian dan
selaku masyarakat setempat, Sungai kelestariannya.8
Bindu memang sudah tercemar sejak Hal ini sejalan dengan teori peran
lama, faktor utamanya adalah ulah yang merupakan aspek yang dinamis
manusia sendiri yang menjadikan dalam kedudukan terhadap sesuatu.
Sungai Bindu sebagai tempat Dinamis dalam hal ini adalah suatu
pembuangan sampah atau limbah keterikatan empat Kepala Dinas
rumah tangga dengan sembarangan.7 tersebut, beserta Bendesa Desa Adat
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kesiman dalam sebuah visi yang sama,
Bendesa Adat Kesiman dalam dan yaitu untuk menata lingkungan
menanggulangi pencemaran air yang Sungai Bindu agar tidak tercemar oleh
terdapat di Sungai Bindu. limbah apapun itu sehingga tetap
Dalam menangani kasus terjaga keasriannya. Penataan Sungai
pencemaran air ini, Kepala Bindu inilah yang berada dalam
Lingkungan Banjar Ujung, Kelurahan lingkup kedudukan terhadap sesuatu
Kesiman melakukan tindakan langsung dalam teori peran yang dimaksud.
ke lapangan. Dalam hal ini, Kepala Untuk mewujudkan visi tersebut maka
Lingkungan Banjar Ujung bekerjasama dibuatlah Yayasan Tukad Bindu yang
dengan Bendesa Adat Kesiman dan mengelola segala sesuatu terkait
dengan pencemaran air di Sungai
6
Wawancara dengan Penggagas
8
sekaligus bertindak sebagai Pengawas Yayasan Shofyan Hadi Ramadhan, I Nyoman
Tukad Bindu, Bapak I Gusti Rai Ari Temaja, Sukma Arida, Karakteristik dan Makna
S.E, pada tanggal 10 Januari 2021. Rekreasi Pengunjung dalam Leisure dan
7
Wawancara dengan masyarakat Recreation di Tukad Bindu Kota Denpasar,
setempat, I Nyoman Artha Wiguna, pada Jurnal Destinasi Pariwisata, Volume 8, No. 2,
tanggal 10 Februari 2021. 2020, Hal 361.
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

129
Bindu sehingga Sungai Bindu dapat Mengacu pada teori sistem hukum
digunakan oleh masyarakat sekitar yang mengenai efektivitas penegakan
termasuk pula dapat dijadikan sebagai hukum ada tiga unsur yaitu, unsur
ekowisata untuk khalayak umum. struktur, unsur substansi, dan unsur
Berdasarkan hasil wawancara yang budaya hukum. Dimana jika
dilakukan di Tukad Bindu dengan penegakan hukum dalam menangani
Bapak Ida Bagus Anom Parwatha, pencemaran air di Sungai Bindu tidak
selaku Ketua Bidang Pendidikan di berjalan sesuai dengan substansi norma
Yayasan Tukad Bindu terdapat dua yang ada pada awig-awig maka budaya
faktor yang menyebabkan terjadinya hukum di masyarakat masih saja acuh
pencemaran air di Sungai Bindu, yaitu tak acuh terhadap penegakan hukum
faktor internal dan faktor eksternal.9 tersebut dan tidak akan berjalan
Faktor internal merupakan penyebab dengan efektif. Hal ini mencerminkan
terjadinya pencemaran air secara disharmonisasi antara regulasi yang
alamiah yang disebabkan oleh alam itu ada dengan perilaku masyarakat.
sendiri, seperti proses pembusukan Untuk menerapkan aturan yang efektif
sampah-sampah organik dan peralihan sekiranya aturan tersebut harus
fungsi lahan seperti terjadinya erosi di memuat maksud dan tujuan dari setiap
hulu sungai. Sedangkan faktor hal yang dicitakan agar tidak
eksternal merupakan penyebab menimbulkan multitafsir dimasyarakat
terjadinya pencemaran air yang berasal terkait penanggulangan pencemaran di
dari luar lingkungan yang disebabkan Sungai Bindu.
oleh tingkah laku manusia itu sendiri, Dari data hasil wawancara dengan
seperti menjadikan Sungai Bindu Bapak Ida Bagus Anom Parwatha,
sebagai tempat pembuangan limbah selaku Ketua Bidang Pendidikan di
dan sampah rumah tangga dengan Yayasan Tukad Bindu, beliau
sembarangan. menyebutkan bahwa ada beberapa
upaya yang dilakukan oleh Yayasan
Tukad Bindu untuk mencegah
9
Wawancara dengan Ketua Bidang
Pendidikan Yayasan Tukad Bindu, Bapak Ida terjadinya pencemaran air, yaitu
Bagus Anom Parwatha, pada tanggal 10 mengumpulkan tokoh-tokoh
Januari 2021.
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

130
masyarakat, kepala lingkungan, dan harus dijaga kesuciannya yang disebut
kelian banjar untuk berdiskusi tentang dengan Sad Kerthih yang sumbernya
cara merubah kebiasaan masyarakat adalah Kutarakanda Purana
agar tidak lagi membuang sampah dan Bangsul.Bagian dari Sad Kerthih
limbah rumah tangga dengan tersebut yaitu:
sembarangan di wilayah Sungai 1. Segara Kerthih (Laut), dimana
Bindu.10 Selain upaya yang dilakukan laut itu merupakan tempat suci
oleh Yayasan Tukad Bindu, Desa Adat yang acuannya adalah air.
Kesiman pun tidak tinggal diam 2. Giri Kerthih (Gunung), dimana
melihat permasalahan yang terjadi. gunung merupakan tempat suci
Peran desa adat sangat dibutuhkan yang acuannya adalah air.
dalam menyelesaikan permasalahan Gunung tersebut nantinya yang
pencemaran yang terjadi di Sungai akan menerima air hujan.
Bindu. Dari data hasil wawancara 3. Wana Kerthih merupakan
dengan Bapak I Gede Anom Ranuara, upaya untuk melestarikan hutan
S.Pd.,S.Sn.,M.Si, selaku Petajuh atau yang bertujuan menampung air.
Wakil Bendesa Adat Desa Kesiman, 4. Ranu Kerthih merupakan upaya
beliau menyebutkan bahwa ada peran untuk menampung keluarnya
serta dari Desa Adat Kesiman yang air (bendungan).
sangat dibutuhkan dalam menjaga 5. Swi Kerthih merupakan sawah
kelestarian lingkungan Desa Adat salwah yang berarti sal itu satu,
Kesiman yang bersinergi dengan Desa wah itu air, yang dimana arti
Dinas Kesiman, yaitu Desa Kesiman dari sawah salwah adalah
Kelurahan, Desa Kesiman Petilan, dan hidupnya tergantung dari air
Desa Kesiman Kertalangu. Mengacu yang mentransformasi
pada Lontar Kutarakanda Purana hidupnya dari danau ke sawah
Bangsul yang disebutkan bahwa ada itu adalah sungai.
enam areal atau wilayah suci yang 6. Jagad Kerthih yang mengelola
dan mengolah sawah itu.
10
Wawancara dengan Ketua Bidang
Pendidikan Yayasan Tukad Bindu, Bapak Ida
Dimana pada Jagad Kerthih ada
Bagus Anom Parwatha, pada tanggal 10 peran binatang dan peran
Januari 2021.
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

131
manusia. Peran binatang dalam menjaga kelestarian lingkungan,
tersebut sebagai operasional bahwa masyarakat Desa Adat Kesiman
pembajakan sawiah, sedangkan harus mengembangkan harmonisasi
peran manusia sebagai dengan lingkungan sosialnya agar
pelaksana. tidak membuang sampah secara
Ketika berbicara tentang sungai sembarangan, sedangkan peran Desa
yang harus di jaga kesuciannya, maka Adat Kesiman pada bagian
peran dari Desa Adat Kesiman sangat Palemahanyaitu dengan menata ulang
di perlukan saat ini. Mengacu terhadap kawasan Sungai Bindu menjadi lebih
Sad Kerthih diatas maka keteraturan tertata dan melakukan kegiatan bersih-
sistem diatas harus dijaga dengan bersih disekitar wilayah Sungai Bindu
baik.11 Selain peran serta yang agar tidak terjadinya pencemaran
mengacu pada Lontar Kutarakanda sungai. Selain itu ada langkah-langkah
Purana Bangsul, Desa Adat Kesiman yang dilakukan oleh Desa Adat
juga berperan pada aspek-aspek Tri Kesiman yaitu membuat aturan-aturan
Hita Karana yang bersumber pada adat/perarem, bekerjasama dengan tim
ajaran agama Hindu, yaitu peran Desa kebersihan Kota Denpasar dan
Adat Kesiman pada bagian masyarakat untuk menjaga kelestarian
Parahyangan, dimana berperan dalam lingkungan, memasang papan
menyucikan areal Sungai Bindu himbaun, dan bekerjasama dengan
dengan cara mengadakan upacara adat aparat penegak hukum.
sebagai rasa terimakasih kepada Ida Pada dasarnya ada 2 upaya untuk
Sang Hyang Widhi Wasa, karena menanggulangi pencemaran sungai,
berkat aset yang ada di Sungai Bindu yaitu secara teknis, dimana bersumber
merupakan titipan dari Beliau, peran pada penanganan limbah secara baik
Desa Adat Kesiman pada bagian dengan cara memilah atau mengolah
Pawongan, dimana desa adat sampah terlebih dahulu, dan non
mempunyai peran yang sangat penting teknis, dimana menciptakan suatu
peraturan-peraturan yang dapat
11
Wawancara dengan Petajuh atau
Wakil Bendesa Adat Desa Kesiman, Bapak I merencanakan, mengatur dan
Gede Anom Ranuara, S.Pd.,S.Sn.,M.Si, pada mengawasi segala macam kegiatan
tanggal 25 Februari 2021.
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

132
yang dilakukan masyarakat setempat dan menghentikan masyarakat yang
sehingga tidak terjadinya pencemaran. masih membuang sampah dengan
Mengacu pada teori perlindungan sembarangan, dan menjatuhkan sanksi
hukum menurut R. La Porta dalam terhadap masyarakat yang kurang
Jurnal of Financial Economics, yang mentaati aturan-aturan yang ada.13
bertujuan untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan berbagai D. Simpulan dan Saran
kepentingan dalam masyarakat karena Berdasarkan dari uraian
dalam lalu lintas kepentingan, pembahasan diatas maka penulis
perlindungan terhadap kepentingan menarik kesimpulan sebagai berikut:
tertentu hanya dapat dilakukan dengan Sungai Bindu tercatat dari tahun
cara membatasi berbagai kepentingan 1990 sampai dengan tahun 2010 telah
di lain pihak yang bersifat pencegahan terjadi pencemaran sungai yang
dan bersifat hukuman.12 diakibatkan oleh dua faktor.
Berdasarkan hasil wawancara Diantaranya faktor internal dan faktor
dengan Bapak Ida Bagus Anom eksternal. Faktor internal merupakan
Parwatha, selaku Ketua Bidang penyebab terjadinya pencemaran air
Pendidikan di Yayasan Tukad Bindu, secara alamiah yang disebabkan oleh
beliau menyebutkan bahwa dalam proses pembusukan sampah-sampah
upaya pencegahan pencemaran air organik yang terdapat di sekitar
yang terjadi di Sungai Bindu dilakukan lingkungan Sungai Bindu dan
dengan dua langkah yaitu langkah peralihan lahan yang terjadi di hulu
preventif dengan cara membuat aturan Sungai Bindu, sedangkan faktor
mengenai larangan membuang sampah eksternal disebabkan oleh tingkah laku
di Sungai Bindu dan mengadakan masyarakat sekitar Sungai Bindu yang
sosialisasi terhadap masyarakat tentang masih tidak peduli atau acuh tak acuh
tata cara menjaga dan melestarikan terhadap adanya awig-awig dan aturan
lingkungan, dan langkah represif yang ada di Desa Adat Kesiman
dengan cara mengurangi, menekan,
13
Wawancara dengan Ketua Bidang
12
R. La Porta, Investor Prptection and Pendidikan Yayasan Tukad Bindu, Bapak Ida
Corparate govermance, Jurnal of financial Bagus Anom Parwatha, pada tanggal 10
Economics 58, 01 Januari, 2000. Januari 2021.
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

133
tentang lingkungan, seperti membuang hukum untuk menyelesaikan masalah
sampah dan limbah rumah tangga jika tidak dapat diselesaikan secara
secara sembarangan, menggunakan parum atau non litigasi.
bahan peledak atau racun untuk Adapun saran yang dapat diberikan
menangkap ikan. dari uraian pembahasan diatas yaitu
Desa Adat Kesiman merupakan mengajak semua lapisan masyarakat
Desa Adat yang memiliki peranan mulai dari anak-anak hingga dewasa,
penting dalam segala pembangunan di khususnya masyarakat Desa Adat
Desa Adat dan menjaga kelestarian Kesiman untuk saling menyadarkan
sumber daya alam yang ada di wilayah diri dalam menjaga kebersihan dan
Desa Adat Kesiman, salah satunya kelestarian lingkungan dengan cara
berperan dalam mencegah terjadinya tidak lagi membuang sampah dan
pencemaran air yang terdapat di limbah rumah tangga dengan
Sungai Bindu berdasarkan konsep Tri sembarangan, melakukan kegiatan
Hita Karana. Dalam hal ini Desa Adat bersih-bersih di Sungai Bindu secara
Kesiman bersinergi dengan Desa Dinas berkala dan terus menerus guna
Kesiman, yang dimana melakukan menjaga dan melestarikan keasrian
langkah-langkah seperti membuat Sungai Bindu. Selain itu untuk Desa
aturan-aturan adat atau perarem Adat Kesiman dalam pembuatan awig-
tentang sanksi-sanksi yang akan awig seharusnya tersurat dengan jelas
dijatuhkan kepada masyarakat yang bagaimana tentang cara pencegahan
masih saja membuang sampah atau pencemaran lingkungan terutama
limbah rumah tangga ke wilayah pencegahan pencemaran air yang
Sungai Bindu dengan sembarangan, terdapat di Sungai Bindu. saya sebagai
bekerjasama dengan tim kebersihan penulis mengharapkan bagi seluruh
Kota Denpasar, Komunitas Peduli lapisan masyarakat yang berkunjung
Sungai dan Yayasan Tukad Bindu, ke Sungai Bindu tetap bisa menjaga
bekerjasama dengan masyarakat untuk kebersihan dan mematuhi aturan-
menjaga kelestarian Sungai Bindu, aturan adat yang berlaku di Sungai
memasang papan himbauan, dan Bindu agar tetap terjaga
bekerjasama dengan aparat penegak kelestariannya.
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

134
Daftar Pustaka Tantangannya, Jurnal Mimbar
Buku Hukum, Volume 20, No.3.
Susriman, Prosiding Seminar Nasional
“Tanggung Jawab Pelaku Bisnis Vichotama Richarta, Haribowo Riyanto,
dalam Pengelolaan Lingkungan”. Budi Prayogo Tri, Analisa Kualitas
Air Tukad Badung, Denpasar, Bali
Menggunakan Program QUAL2Kw,
Jurnal
Jurnal Teknologi dan Rekayasa
Hadi Ramadhan Shofyan, Sukma
Sumber Daya Air, Volume 1, No.1,
Arida I Nyoman, 2020,
2021.
Karakteristik dan Makna Rekreasi
Pengunjung dalam Leisure dan
Internet
Recreation di Tukad Bindu Kota
Wikipedia,https://id.wikipedia.org/wiki
Denpasar, Jurnal Destinasi
/Sumber_daya_alam, diakses pada
Pariwisata, Volume 8, No. 2.
tanggal 22 Oktober 2020.

La Porta R., 01 Januari 2000, Investor


Peraturan Perundang-Undangan
Prptection and Corparate
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
governance, Jurnal of financial
tentang Perlindungan dan
Economics.
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Trisnawati Endah dan Ratriningsih


Undang-Undang No. 17 Tahun 2019
Desrina, April 2017,
tentang Sumber Daya Air.
Pengembangan Konsep
Pariwisata Sungai Berbasis
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997
Masyarakat, Jurnal Aritektur
tentang Pengelolaan Lingkungan
KOMPOSISI, Volume 11, No.5.
Hidup.

Sulastriyono, Oktober 2008,


Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
Pembangunan Hukum Sumber
tentang Desa Adat.
Daya Air Sungai Yang Berbasis
Kearifan Lokal: Peluang dan
Jurnal Hukum Saraswati (JHS),Volume. 03, Nomor 02, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAR
ISSN (Cetak) : 2715-758X ISSN (Online): 2720-9555
Doi:https://doi.org/10.36733/jhshs.v2i2
https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/JHS

135
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun
1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air.

Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4


Tahun 2005 tentang Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan.

Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4


Tahun 2019 tentang Desa Adat Di
Bali.

You might also like