You are on page 1of 8

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

TINGKAT KEMATANGAN BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS)


PADA PROGRAM PEKA (PENGAMATAN KESELAMATAN KERJA) DI PT X

BEHAVIOR BASED SAFETY (BBS) MATURITY LEVEL IN SAFETY OBSERVATIONS


PROGRAM AT PT X

Mahega Awalatul Aini


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail: mahe.awalatulaini@yahoo.co.id

ABSTRACT

The number of accidents at work increase based on data from ILO (International Labor
Organization). That accidents are most caused by unsafe behavior. Based on some researches
about more than 80% accidents are caused by unsafe action, and the rest are caused by unsafe
condition.. Behavior Based Safety (BBS) is a approach in order to creates safe behavior and to
decreases the number of accidents. The aimed of this research is analyzing the maturity level
of BBS from PEKA program in PT X.
This research used observational method with a cross sectional approach, and descriptive
analysis. Interviews were conducted to 4 safety officers as respondents. This research used total
sampling. The interviews were carried out to get more detailed information about every matrix
in behavior safety maturity matrix. Every matrix were assessed their maturity level based on
behavioral safety maturity ladder.
The results showed that maturity level of PEKA program was in level 2 (developing), level 3
(performing), and level 4 (high performing). But generally, the maturity level of PEKA program
was in level 3 (performing).
Based on this results, it can be concluded that PEKA program was not in the same level. So,
the recommendation for the company is to improve the implementation process of BBS in PEKA
program.
Keywords: maturity, level, behavior

227
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER 2017

ABSTRAK

Angka kecelakaan kerja cenderung meningkat berdasarkan data dari ILO (International Labor
Organization). Penyebab utama dari kecelakaan tersebut adalah perilaku tidak aman.
Berdasarkan beberapa penelitian, sekitar lebih dari 80% kecelakaan disebabkan oleh perilaku
tidak aman, dan sisanya disebabkan oleh kondisi tidak aman. Behavior Based Safety (BBS)
adalah pendekatan yang dapat menciptakan perilaku aman dan dapat menurunkan angka
kcelakaan . Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat kematangan BBS dalam
program PEKA di PT X.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross
sectional, dan menggunakan analisis deskriptif. Wawancara dilakukan kepada 4 orang safety
officer. Penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu total sampling. Wawancara
dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai setiap acuan dalam
behavior safety maturity matrix. Kemudian setiap acuan dinilai tingkat kematangannya
berdasarkan behavioral safety maturity ladder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan program PEKA berada pada PEKA
di PT X berada pada level 2 (developing), level 3 (performing), dan level 4 (high performing).
Namun secara umum, tingkat kematangan program PEKA berada pada level 3 (performing).
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa setiap acuan pada program PEKA
tidak berada pada level yang sama. Maka, disarankan agar perusahaan memperbaiki proses
pelaksanaan BBS dalam program PEKA.
Kata kunci: kematangan, perilaku, acuan

PENDAHULUAN Dari Tabel 1. di atas didapatkan bahwa


Tenaga kerja dalam melakukan terjadi peningkatan angka KAK setiap
pekerjaanya tentunya berinteraksi dengan tahunnya, apalagi pada tahun 2013 yang
berbagai potensi bahaya yang tidak jarang mencapai angka 35917 kasus. Hal ini
potensi bahaya tersebut dapat selaras dengan data dari ILO sebelumnya.
mengakibatkan kecelakaan di tempat kerja. Hal ini membuktikan bahwa kasus
ILO mencatat bahwa pada tahun 2013 kecelakaan kerja menunjukkan angka yang
terdapat 1 pekerja di dunia yang meninggal sangat besar pada tahun 2013 baik di
setiap 15 detik dan 160 pekerja sakit akibat Indonesia maupun di dunia.
pekerjaan. Secara umum terdapat 2 hal yang
Sedangkan berdasarkan data yang meyebabkan kecelakaan kerja, yaitu
didapat dari website www.depkes.go.id perilaku tidak aman (unsafe action) dan
milik Kementerian Kesehatan Republik kondisi tidak aman (unsafe condition).
Indonesia (2014) menyatakan bahwa National Safety Council (NSC) (2011)
kecelakaan akibat kerja yang terjadi dari melakukan riset dan menyatakan bahwa
tahun 2011 - 2014 dapat dilihat pada tabel di 88% penyebab kecelakaan kerja adalah
bawah ini: perilaku tidak aman, 10% penyebabnya
Tabel 1. Data Kasus Kecelakaan Akibat Kerja adalah kondisi tidak aman, dan 2% sisanya
(KAK) di Indonesia Tahun 2011-2014 tidak diketahui pasti penyebabnya.
Sedangkan penelitian lain juga menyatakan
Tahun Kasus Kecelakaan hal yang serupa yaitu, lebih dari 80%
Akibat Kerja
kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor
2011 9891
manusia (unsafe action) (Ismail, et.al,
2012 21735
2012).
2013 35917
2014 24910
Hal ini seharusnya menjadi perhatian
Sumber: Data Kasus Kecelakaan Akibat Kerja bagi setiap industri, melihat fakta bahwa
di Indonesia Tahun 2011 - 2014 penyebab kecelakaan kerja terbesar adalah
(www.depkes.go.id, 2014) perilaku manusia, maka untuk menurunkan
angka kecelakaan kerja yang terjadi, salah

228
Tingkat Kematangan Behavior Based Safety (Bbs) Pada Program Peka.. | MAHEGA AWALATUL AINI

satu upaya yang dapat dilakukan adalah Tahun Angka Kecelakaan


dengan memodifikasi perilaku tenaga kerja. Kerja
2012 23
Menurut Jasiulewicz, et.al (2015) saat ini
2013 26
terdapat alternatif baru untuk melakukan 2014 13
modifikasi perilaku tenaga kerja yaitu 2015 29
dengan penerapan konsep Behavior Based
Safety (BBS). Sumber: Data Investigasi Kecelakaan Kerja PT X
Pendekatan ini terbukti mampu Tahun 2012 - 2015.
meningkatkan perilaku aman dan Berdasarkan tabel di atas, dapat
menurunkan angka kecelakaan kerja, salah disimpulkan bahwa angka kecelakaan kerja
satu contohnya adalah penelitian yang di PT X tidak mengalami penurunan
dilakukan oleh Yusnita Handayani (2011) meskipun sudah dilakukan penerapan
mengenai Aktifasi Program BBS di PT. program PEKA. Oleh karena itu,
Denso Indonesia menyatakan bahwa BBS berdasarkan studi dan permasalahan di atas,
dapat menurunkan angka kecelakaan perlu dilakukan pengukuran tingkat
sebesar 66,67% - 88,89%. Bahkan menurut kematangan BBS di PT X. Tujuan dari
Cooper (2009) pendekatan berbasis perilaku penelitian ini adalah untuk menganalisis
dapat menurunkan angka kecelakaan hingga tingkat kematangan BBS dalam program
59,6%, dan ini merupakan prosentase PEKA di PT X.
penurunan angka kecelakaan paling besar
jika dibandingkan dengan pendekatan- METODE PENELITIAN
pendekatan lainnya, seperti ergonomi, Penelitian ini merupakan penelitian
pengubahan teknis, penyelesaian masalah, observasional karena peneliti hanya
dan lain-lain. melakukan observasi tanpa memberikan
PT X sebagai salah satu Refinery Unit perlakuan kepada subjek penelitian.
(RU) dari perusahaan energi nasional yang Analisis data dalam penelitian ini bersifat
bergerak dalam sektor migas dengan tingkat deskriptif karena peneliti akan
risiko kecelakaan yang tinggi tentunya mendeskripsikan hasil penelitian tanpa
mempunyai beberapa program yang melakukan uji statistik di dalamnya.
bertujuan untuk menurunkan angka Rancangan penelitian yang dilakukan
kecelakaan kerja. Salah satunya adalah adalah cross sectional karena penelitian ini
program dengan konsep Behavior Based hanya dilakukan dalam satu kurun waktu
Safety (BBS) yaitu program PEKA tertentu saja (Husein, 2010).
(Pengamatan Keselamatan Kerja). Objek dalam penelitian ini adalah
Program PEKA merupakan program Behavior Based Safety (BBS) yang
yang berbasis BBS yang diterapkan di PT X diimplementasikan dalam program
yang mulai dilaksanakan pada tahun 2009. Pengamatan Keselamatan Kerja (PEKA) di
Program ini bertujuan untuk meningkatkan PT X. Populasi penelitian adalah seluruh
pengetahuan mengidentifikasi bahaya, safety officer PT X, yaitu sebanyak 4 orang.
mengkomunikasikan serta mengintervensi Pengambilan sampel akan dilakukan
setiap individu sehingga akhirnya dapat dengan teknik total sampling yaitu teknik
mempunyai standard kerja yang lebih tinggi pengambilan sampel secara keseluruhan
dengan harapan dapat menurunkan angka atau mengambil sampel seluruh anggota
kecelakaan kerja secara signifikan. populasi.
Namun, didapat informasi bahwa Teknik pengumpulan data dalam
berdasarkan data investigasi kecelakaan penelitian ini adalah dengan menggunakan
kerja PT X yang terjadi selama 4 tahun teknik wawancara untuk menentukan
terakhir yaitu tahun 2012 - 2015, jumlah tingkat kematangan BBS. Wawancara akan
angka kecelakaan kerja di PT X dapat dilakukan kepada safety officer mengenai
dilihat pada tabel di bawah ini: setiap acuan pada behavioral safety
Tabel 2. Angka Kecelakaan Kerja di PT X Tahun maturity matrix, yang meliputi (Cooper,
2012 – 2015 2009):

229
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER 2017

1. Ownership tingginya angka perilaku aman di PT X.


2. Sampling tools Oleh karena itu, acuan ini berada pada level
3. Training 2 (developing).
4. Observation approach
Sampling Tools
5. Contact rate Perilaku yang diobservasi telah
6. Quality of observation didefinisikan oleh pihak manajemen, dalam
7. Feedback hal ini adalah pihak HSE PT X, namun
8. Data use definisi masih bersifat umum untuk setiap
9. Sustainability reviews perilaku yang dapat diamati dalam PEKA,
10. Marketing belum dilakukan pendefinisian perilaku
Lembar wawancara merupakan secara spesifik. Informasi ini berdasar pada
modifikasi dari lembar wawancara yang hasil wawancara dengan safety officer.
disusun oleh Ayu Irlianti (2014) dan Dengan demikian, dalam acuan ini berada
disesuaikan dengan behavior safety pada level 3 (performing).
maturity matrix berdasarkan konsep dari
Cooper (2009). Training
Setiap acuan di atas akan diukur tingkat Training mengenai PEKA tidak
kematangannya yang dapat dikelompokkan dilaksanakan secara khusus, namun materi
sesuai dengan level pencapaian penerapan tentang PEKA dijadikan sebagai salah satu
BBS yang biasa disebut dengan behavioral materi yang selalu disisipkan dalam
safety maturity ladder yang terdiri dari 5 pemberian training tentang HSE yang
level yaitu Cooper (2009): diadakan oleh PT X. Sehingga setiap tenaga
1. Beginning (level 1) kerja pasti pernah mendapatkan materi
2. Developing (level 2) mengenai PEKA yang berisi cara
3. Performing (level 3) melakukan observasi, cara melaporkan, dan
4. High performing (level 4) memberikan umpan balik. Berdasarkan
5. Excelling (level 5) pernyataan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa acuan ini berada pada
HASIL PENELITIAN level 3 (performing).
Berikut merupakan tingkat kematangan Observation Approach
dari 10 acuan dalam behavioral safety Berdasarakan hasil wawancara dengan
maturity matrix atau matriks kematangan safety officer, didapat informasi bahwa
perilaku aman berdasarkan teori Cooper observasi yang dilakukan dalam program
(2009) dalam program PEKA di PT X sesuai PEKA menggunakan pendekatan observasi
dengan hasil wawancara dengan safety manajemen dan antar karyawan. Dengan
officer: demikian, acuan ini berada pada level 4
(high performing).
Ownership
Berdasarkan hasil wawancara dengan Contact Rate
safety officer, dapat diketahui bahwa rasa Kegiatan observasi dalam program
kepemilikan responden selaku pihak PEKA dapat dilakukan setiap hari oleh
manajemen sangat tinggi terhadap program tenaga kerja berdasarkan hasil wawancara
PEKA. Namun, hal ini tidak selaras dengan dengan safety officer. Oleh karena itu, acuan
rasa kepemilikan tenaga kerja terhadap ini berada pada level 4 (high performing).
program PEKA, responden menyatakan
Quality of Observation
bahwa rasa kepemilikan tenaga kerja Berdasarkan hasil wawancara dengan
terhadap program PEKA masih sangat safety officer, kualitas observasi atau
rendah, hal ini dibuktikan dengan pengamatan yang dilaksanakan oleh tenaga
sedikitnya laporan PEKA yang dilaporkan kerja lebih berfokus pada keselamatan dan
oleh tenaga kerja. Namun di samping itu, tingkat partisipasi serta observasi. Sehingga
setiap tenaga kerja mempunyai rasa acuan ini berada pada level 3 (performing).
kepedulian yang tinggi terhadap
keselamatan, hal ini dibuktikan dengan Feedback
230
Tingkat Kematangan Behavior Based Safety (Bbs) Pada Program Peka.. | MAHEGA AWALATUL AINI

Berdasarkan hasil wawancara yang target akhir yaitu menurunkan angka


telah dilakukan, seluruh responden dari kecelakaan kerja pada umumnya serta
safety officer menyatakan bahwa umpan menurunkan angka unsafe action pada
balik atau feedback yang seharusnya khususnya. Dengan demikian, acuan ini
diberikan oleh observer kepada orang yang berada pada level 4 (high performing).
diobservasi bersifat dua arah, dimana
Sustainability Reviews
komunikasi dua arah tersebut bertujuan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
untuk mengidentifikasi penyebab dan
safety officer peninjauan program PEKA
mengambil tindakan korektif sesegera
dilakukan setiap bulan oleh pihak
mungkin, meskipun feedback tersebut
manajemen internal HSE. Jadi tidak ada
hanya diberikan dari observer kepada
campur tangan dari pihak luar maupun ahli
individu yang diobservasi (menggunakan
independen dalam melakukan peninjauan.
saluran umpan balik). Oleh karena itu,
Sehingga pada acuan ini, tingkat
acuan ini berada pada level 3 (performing).
kematangannya berada pada level 3
Data Use (performing).
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Marketing
safety officer, kegiatan pengamatan atau
Menurut safety officer, PT X telah
observasi yang dilakukan dalam proses
melakukan beberapa upaya untuk
PEKA dilakukan pencatatan dan dihitung
meningkatkan partisipasi tenaga kerja agar
tingkat pemenuhan partisipasinya kemudian
melakukan pelaporan PEKA. Salah satu
dibandingkan dengan kuota yang telah
upaya yang dilakukan adalah memberikan
ditargetkan dan juga dilakukan perhitungan
penghargaan dalam bentuk reward berupa
persentase pelaporan tiap aspek yang
souvenir sebagai kepada tenaga kerja yang
diamati setiap bulan kemudian dilakukan
melakukan pelaporan PEKA terbanyak.
perekapan pelaporan PEKA secara tahunan
Oleh karena itu, upaya ini berada pada level
untuk melihat bagaimana tren pelaporan
2 (developing).
PEKA tiap tahunnya, sehingga dapat
diketahui besar pemenuhan target yang Berdasarkan analisis hasil di atas, maka
telah ditetapkan. secara ringkas, tingkat kematangan program
Selanjutnya, data tersebut akan PEKA di PT X dapat digambarkan pada
dijadikan sebagai dasar untuk menentukan tabel di bawah ini:
arah program K3 yang akan dibuat dengan

Tabel 3. Tingkat Kematangan Setiap Acuan pada Behavioral Safety Maturity Matrix Penerapan
Program PEKA di PT X
No Acuan Tingkat Kematangan
1. Ownership Developing (2)
2. Sampling tools Performing (3)
3. Training Performing (3)
4. Observation approach High
Performing (4)
5. Contact rate High
Performing (4)
6. Quality of observation Performing (3)
7. Feedback Performing (3)
8. Data use High
Performing (4)
9. Sustainabi- lity reviews Performing (3)
10. Marketing Developing (2)

231
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER 2017

Berdasarkan tabel di atas, maka tingkat Berdasarkan hasil penelitian,


kematangan pelaksanaan program PEKA di ownership atau rasa kepemilikan tenaga
PT X secara garis besar berada pada level 3 kerja terhadap program PEKA berada pada
atau “Performing” yang berarti orientasi level 2 (developing), hal ini menunjukkan
observasi perilaku oleh manajemen sudah bahwa rasa kepemilikan tersebut masih
berfokus pada keterlibatan atau partisipasi rendah karena penyusunan program PEKA
tenaga kerja terhadap penerapan BBS, diprakarsai oleh manajemen dan didorong
dimana tenaga kerja yang satu dengan yang adanya kuota, sehingga tenaga kerja tidak
lain saling mengamati atau mengobservasi berkomitmen untuk menyediakan waktu
terkait perilaku yang dilakukan di tempat khusus untuk melakukan pengamatan dan
kerja. Feedback diberikan secara verbal intervensi.
langsung setelah pelaksanaan observasi. Tetapi berdasarkan hasil wawancara
Pendokumentasian perilaku sudah juga didapat bahwa responden mempunyai
dilakukan, namun pendokumentasian belum rasa kepedulian yang tinggi terhadap aspek
ditujukan untuk meningkatkan keselamatan. keselamatan. Jadi, dapat disimpulkan
Dan partisipasi tenaga kerja dan observasi bahwa meskipun tenaga kerja telah
menjadi fokus perhatian dari pihak memandang bahwa aspek keselamatan
manajemen merupakan aspek yang paling utama, tetapi
rasa kepedulian tersebut masih belum
PEMBAHASAN dibuktikan dengan pelaksanaan pelaporan
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat PEKA. Hal yang seharusnya dilakukan
kematangan Behavior Based Safety dalam untuk mencapai level 4 (high performing)
program Pengamatan Keselamatan Kerja yaitu program PEKA seharusnya disusun
(PEKA) di PT X berada pada level 2 oleh sebagian besar tenaga kerja dengan
(developing), level 3 (performing), dan dukungan kuat dari manajemen sehingga
level 4 (high performing). Hal ini setiap peran mempunyai rasa kepemilikan
menunjukkan bahwa program PEKA yang yang tinggi baik terhadap aspek
merupakan salah satu implementasi BBS keselamatan maupun pelaksanaan
tidak memiliki level yang selaras untuk pelaporan PEKA.
setiap acuannya. Sedangkan berdasar teori Sampling Tools
Cooper (2009) untuk mencapai tujuan, Definisi perilaku yang diobservasi
setiap acuan dari BBS perlu berada pada masih bersifat umum dan belum dilakukan
level yang sama atau selaras. pendefinisian perilaku secara spesifik. Hal
PT X sebagai salah satu Refinery Unit ini menyebabkan acuan ini berada pada
(RU) dari perusahaan energi nasional yang level 3 (performing). Hal yang seharusnya
100% kepemilikan sahamnya dimiliki oleh dilakukan adalah melakukan pendefinisian
Pemerintah Republik Indonesia seharusnya perilaku secara lebih spesifik agar mencapai
menyelaraskan levelnya untuk mencapai level 4 (high performing), misalnya
tujuan perusahaan. Berdasar hasil membuat buku panduan untuk setiap aspek
penelitian, sebagian besar acuan dari yang diamati dalam pelaporan PEKA yang
behavior safety maturity matrix berada pada di dalamnya berisi definisi secara spesifik
level 3 (performing) dan terdapat 2 acuan aspek yang dapat diamati dan contoh-
yang mencapai level 4 (high performing). contoh perilaku yang tidak aman apa saja
Sehingga perlu dilakukan penyelarasan yang dapat dilaporkan oleh observer serta
pada acuan yang berada pada level 2 cara melakukan pelaporan PEKA sehingga
(developing) dan level 3 (performing) untuk hal tersebut mudah dimengerti oleh tenaga
mencapai level 4 (high performing). Oleh kerja.
karena itu, perlu dilakukan beberapa Selain itu, juga lebih baik jika
modifikasi pada beberapa acuan agar dilaksanakan sosialisasi serta dilakukan
program PEKA meningkat menjadi level 4 praktek langsung di lapangan agar tenaga
(high performing), yaitu: kerja lebih paham terkait perilaku yang
Ownership dapat tenaga kerja amati.

232
Tingkat Kematangan Behavior Based Safety (Bbs) Pada Program Peka.. | MAHEGA AWALATUL AINI

Training yang diobservasi berada pada level 3, yaitu


Pemberian materi tentang PEKA dalam menggunakan komunikasi 2 arah untuk
setiap training HSE kurang efektif mengidentifikasi penyebab (menggunakan
dilakukan. Hal ini mungkin dikarenakan 1 saluran umpan balik). Feedback akan
training yang diberikan tidak dilaksanakan lebih baik jika dilakukan sesuai dengan
secara kontinyu dan hanya berisi materi level 4 (high performing) pada behavioral
mengenai cara mengobservasi dan safety maturity matrix yaitu dengan
memberikan umpan balik, sehingga acuan komunikasi 2 arah untuk mengidentifikasi
ini berada pada level 3 (performing). penyebab dan menggunakan dari 2 saluran
Training tentang BBS seharusnya umpan balik agar terbentuk diskusi
diberikan kepada setiap tenaga kerja dan partisipasi.
berisi materi mengenai cara mengobservasi Diskusi partisipasi yang dilakukan oleh
(tetapkan tekad lalu amati sekekeliling dan tenaga kerja tentunya akan mendorong
catat keadaan yang substandar), terjadinya perubahan perilaku pada setiap
memberikan umpan balik (menggunakan anggota diskusi. Hal ini dikarenakan diskusi
komunikasi 2 arah untuk melakukan partisipasi dapat memicu partisipasi aktif
identifikasi penyebab dan 2 saluran umpan dari sasaran dan akan menyebabkan
balik), serta cara melatih tenaga kerja lain pengetahun atau wawasan yang diperoleh
agar tercipta proses belajar antar tenaga lebih mendalam. Hal ini akan membuat
kerja sehingga tercipta pelaksanaan perubahan perilaku dengan strategi ini akan
program yang optimal dan mencapai level 4 bersifat lebih baik daripada penggunaan
(high performing). kekuasaan atau pemberian informasi
(Notoadmodjo, 2012).
Quality of Observation
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sustainability Reviews
safety officer, kualitas observasi atau Acuan ini berada pada level 3
pengamatan yang dilaksanakan oleh tenaga (performing), karena peninjauan program
kerja hanya terbatas pada peningkatan PEKA dilakukan oleh pihak manajemen
keselamatan tenaga kerja dan tingkat internal HSE. Kegiatan peninjauan
partisipasi tenaga kerja, tanpa melihat dilakukan setiap bulan untuk melihat
kualitas observasi yang dilakukan oleh bagaimana pencapaian pelaporan PEKA
observer yang digambarkan dari hasil serta persentase pelaporan tiap aspek yang
pelaporannya sehingga acuan ini berada diamati. Selain peninjauan tiap bulan yang
pada level 3 (performing). Cara yang dapat dilakukan oleh manajemen internal HSE,
dilakukan oleh pihak manajemen untuk untuk mencapai level 4 (high performing)
meningkatkan pelaksanaan pogram dan hal yang dapat dilakukan adalah
mencapai tujuan adalah kegiatan observasi mengadakan peninjauan oleh ahli
seharusnya berfokus pada peningkatan independen setiap tahunnya.
kualitas observasi agar mencapai level 4 Peninjauan yang dilakukan oleh ahli
(high performing). independen yang berasal dari eksternal
Peningkatan terhadap kualitas perusahaan akan lebih bersifat objektif dan
observasi juga akan berdampak pada memiliki beberapa manfaat salah satunya
peningkatan kualitas pelaporan PEKA yang adalah dapat memungkinkan identifikasi
dilakukan oleh observer, dengan kelemahan dalam pengendalian yang
bermodalkan pelaporan yang berkualitas dilakukan oleh pihak intern yang
tinggi maka akan didapat informasi yang sebelumnya tidak diketahui, dengan begitu
akurat mengenai suatu permasalahan. pihak manajemen internal dapat secara tepat
Sehingga pihak manajemen dapat waktu melakukan tindakan pengendalian
melakukan peninjauan dengan lebih akurat. yang sesuai (Tuanakotta, 2013).
Feedback Marketing
Berdasarkan hasil penelitian, feedback Berdasar hasil penelitian, acuan
yang diberikan oleh observer kepada orang marketing ini berada pada level 2

233
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER 2017

(developing), karena pemberian Handayani, Y., 2011. Pengaruh Penerapan


penghargaan dalam bentuk reward berupa Program Behavior Based Safety
souvenir kepada tenaga kerja yang Terhadap Penurunan Jumlah
melakukan pelaporan PEKA terbanyak Kecelakaan Kerja Di PT Denso
sebagai bentuk pengakuan diri yang Indonesia, Skripsi Fakultas
dilakukan oleh pihak manajemen. Level 4 Kesehatan Masyarakat Universitas
(high performing) dapat dicapai apabila Pembangunan Nasional Veteran.
pemberian penghargaan bukan hanya Jakarta.
sebagai bentuk penghargaan atau Husein, U 2010. Riset Pemasaran dan
pengakuan individu, namun juga digunakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka
sebagai bahan promosi dan perayaan Utama.
prestasi secara reguler. Sehingga Irlianti, A. 2014. Evaluasi Penerapan
diharapkan dapat memotivasi seluruh Behavior Based Safety (BBS)
tenaga kerja di PT X untuk melakukan Menggunakan Behavioral Safety
pelaporan PEKA. Maturity Matrix dan DO IT Process
Peningkatan level kematangan dapat (Studi di Lapindo Brantas, Inc),
dicapai oleh PT X jika melaksankan hal-hal Skripsi. Fakultas Kesehatan
yang harus dilaksanakan pada level Masyarakat Universitas Airlangga.
selanjutnya dengan baik sesuai dengan Surabaya.
behavioral safety maturity matrix Ismail, et.al, 2012. Behaviour Based
berdasarkan teori Cooper (2009). Apabila Approach for Quality and Safety
perbaikan terus dilakukan, tidak menutup Environment Improvement:
kemungkinan bahwa setiap acuan pada Malaysian Experience in the Oil and
behavioral safety maturity matrix dapat Gas Industry. Procedia
mencapai level 5 (excelling). Manufacturing. Vol. 35, page: 586-
594.
SIMPULAN DAN SARAN Jasiulewicz, et.al. 2015. Behavior Based
Tingkat kematangan Behavior Based Intervention for Occupational
Safety dalam program Pengamatan Safety Case Study. Procedia
Keselamatan Kerja (PEKA) di PT X berada Manufacturing. Vol. 3, page: 4876-
pada level 2 (developing), level 3 4883.
(performing), dan level 4 (high performing) Kementerian Kesehatan Republik
yang secara umum berada pada level 3 Indonesia/Data
(performing). Sedangkan untuk mencapai Kecelakaan.http://www.depkes.go.i
tujuan, setiap acuan dari BBS perlu berada d. [Diakses pada 5 November 2015].
pada level yang sama atau selaras. Oleh National Safety Council., 2011. Injury
karena itu, perlu dilakukan beberapa Facts, 2011 Edition. Itasca, IL:
modifikasi pada beberapa acuan agar Author.
program PEKA meningkat pada level Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan
selanjutnya. dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA Tuanakotta, T. M. 2013. Audit Berbasis ISA
(International Standards on
Cooper . 2009. Behavioral Safety Auditing). Jakarta: Salemba Empat.
Interventions: A Review of Process
Design Factors. Safety
Management.
. 2009. Behavioral Safety a
Framework for Success. Indiana: BSMS
Inc.

234

You might also like