You are on page 1of 9

VOLUME 7 NOMOR 2 DESEMBER 2020 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

AKTIVITAS ANTIFUNGI ASAP CAIR DARI TANDAN KOSONG Elaeis


guineensis Jacq.TERHADAP Colletotrichum sp. (WA2)

Antifungal Activity of Wood Vinegar derived from Oil Palm Empty Bunches
against Colletotrichum sp. (WA2)
Elvi Rusmiyanto Pancaning Wardoyo*1, Widya Anggraeni1, Rahmawati1, Hasan Ashari Oramahi2
1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
2
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura. Jl. Prof. DR. Hadari Nawawi, Pontianak 78111
*Email: elvi.rusmiyanto@fmipa.untan.ac.id

ABSTRACT
Colletotrichum sp. is a fungus that causes anthracnose in cayenne pepper (Capsicum frutescens
L.). An alternative natural control for this fungus is using wood vinegar. The aim of this study was
to evaluate antifungal properties of wood vinegar from oil palm empty bunches (Elaeis guineensis
Jacq.) against Colletotrichum sp. The antifungal test was carried out using the solid dilution method
by poisoning food in potato dextrose agar (PDA) media. Colletotrichum sp. used was isolated from
red chili which had anthracnose symptoms. This experimental research method used a completely
randomized design (CRD) with 9 treatments, namely, negative control (non-liquid smoke), positive
control (Dithane M45 at 0.20%), liquid smoke concentration of 0.40; 0.42; 0.44; 0.46; 0.48; 0.50;
and 0.52%. Anova test results showed wood vinegar from empty fruit bunches of E. guineensis at
concentrations of 0.40; 0.42; 0.44; 0.46 and 0.48% differed significantly from negative control,
positive control, and concentrations of 0.50 and 0.52%. The concentration of 0.42% was the
minimum inhibitory concentration with an average value of 87.98% inhibition and a very strong
activity level. In conclusion, the wood vinegar from E. guineensis can be used to control
Colletotrichum sp fungus at an effective concentration of 0.42%.

Keywords: anthracnose, Capsicum frutescens, Colletotrichum, empty fruit bunches, vinegar oil

ABSTRAK
Colletotrichum sp. merupakan jamur penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai rawit
(Capsicum frutescens L.). Salah satu alternatif pengendalian secara alami terhadap jamur tersebut
adalah dengan menggunakan asap cair. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sifat antijamur
asap cair dari tandan kosong Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit) terhadap Colletotrichum sp. Uji
antijamur dilakukan dengan metode dilusi padat melalui cara poisoning food dalam media potato
dextrose agar (PDA). Isolat jamur Colletotrichum sp. yang digunakan merupakan hasil isolasi dari
tanaman cabe merah yang bergejala antraknosa. Metode penelitian ini mengunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan, yaitu kontrol negatif (tanpa asap cair), kontrol positif
(Dithane M45 sebesar 0,20%), konsentrasi asap cair sebesar 0,40; 0,42; 0,44; 0,46; 0,48; 0,50; dan
0,52%. Hasil uji Anova menunjukkan asap cair dari tandan kosong E. guineensis pada konsentrasi
0,40; 0,42; 0,44; 0,46; dan 0,48% berbeda secara signifikan dengan kontrol negatif, kontrol positif
dan konsentrasi 0,50 dan 0,52%. Konsentrasi 0,42% merupakan konsentrasi hambat minimum
dengan nilai rata-rata penghambatan sebesar 87,98% dan tingkat aktivitas sangat kuat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa asap cair dari tandan kosong E. guineensis dapat digunakan
untuk mengendalikan jamur Colletotrichum sp. pada konsentrasi efektif 0,42%.

Kata Kunci: antraknosa, asap cair, Capsicum frutescens, Colletotrichum, tandan kosong

Received: 30 May 2020 Accepted: 20 November 2020 Published: 30 December 2020

271
Aktivitas Antifungi Asap Cair Dari Tandan Kosong Elaeis guineensis... Wardoyo et al.

PENDAHULUAN degradasi termal dari material padat


(biomasa) pada suhu tinggi dan berlangsung
Salah satu faktor yang menjadi tanpa adanya oksigen atau oksigen yang
penyebab menurunnya produktivitas terbatas. Proses ini menyebabkan terjadinya
tanaman hortikultura, seperti tanaman cabai proses penguraian senyawa organik yang
merah adalah munculnya hama, penyakit menyusun struktur bahan menghasilkan
tanaman (Sastrahidayat 2011) dan gulma metan, karbon monoksida, karbon dioksida,
(Herwidyarti et al. 2013). Penyakit yang tar, asam asetat, aseton, metanol, dan
sering menyerang tanaman cabai merah hidrokarbon kompleks. Material padat yang
antara lain antraknosa, layu bakteri, layu tinggal adalah karbon dalam bentuk arang
fusarium, dan virus (Syukur et al. 2010). (char) disertai materi solid lain dari biomas
Antraknosa merupakan penyakit yang asal. Proses pirolisis diatur berdasarkan
disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp. (Oo bahan baku yang diolah, seperti partikel
dan Oh 2016) yang dapat menurunkan gergajian, cangkang kelapa, dan limbah yang
kualitas dan produksi cabai merah sebesar masih dapat dimanfaatkan (Theapparat et al.
45-60% (Palupi et al. 2015). Genus 2018) seperti tandan kosong Elaeis
Colletotrichum terdiri atas beberapa jenis, guineensis (Sulaeman et al. 2013, Oramahi et
seperti C. capsici, C. gloeosporioides, C. al. 2018a). Hal ini terkait
truncatum, C. acutatum, C. dematium, dan C. dengan suhu dan waktu yang optimal untuk
coccodes. menghasilkan asap cair. Oramahi et al.
Gejala antraknosa diawali oleh bercak (2015) melaporkan bahwa suhu dan waktu
coklat kehitaman dan kering pada permukaan yang optimal untuk pirolisis asap cair tandan
buah cabai merah. Gejala bercak coklat kosong E. guineensis adalah suhu 450ºC
kehitaman tersebut dapat tumbuh dan selama 120 menit. Asap cair dari tandan
berkembang meluas menjadi gejala busuk kosong E. guineensis mengandung senyawa
lunak buah cabai merah (Kanto et al. 2014, selulosa, hemiselulosa dan lignin (Sunarta et
Oo et al. 2017). Bercak titik coklat kehitaman al. 2011, Oramahi et al. 2015). Selama proses
tersebut merupakan tubuh buah jamur pirolisis senyawa selulosa dapat membentuk
Colletotrichum sp. Bercak hitam tersebut senyawa furan, fenol serta asam asetat dan
karena adanya seta yaitu bagian jamur yang derivatnya. Hemiselulosa dapat membentuk
terbentuk pada aservulus. Jamur senyawa furfural, furan dan derivat asam
Colletotrichum sp. yang tumbuh pada biji karboksilat, sedangkan lignin dapat juga
cabai merah dapat menjadi penyebab biji membentuk senyawa fenol dan derivatnya
gagal berkecambah dan dapat (Oramahi et al. 2018b, Oramahi et al. 2019).
mengakibatkan kelayuan (Sastrahidayat Oramahi et al. (2015) menyatakan bahwa
2011, Oo et al. 2017). asap cair dari batang E. guineensis
Sampai saat ini, upaya pengendalian mengandung senyawa fenol (69,5%), alkyl
antraknosa masih banyak dilakukan dengan aryl ether (9,33%), dan keton (7,76%), furan
menggunakan fungisida sintetik berbahan dan pyran (3,57%), turunan gula (2,85%),
aktif klorotalonil, mankozeb dan propineb asam organik (2,67%), ester (1,81%),
(Andriani et al. 2017). Selain harganya yang aldehida (1,05%), alkohol (0,9%), dan
mahal, penggunaan fungisida sintetik secara senyawa nitrogen (0,14%).
terus menerus dapat menyebabkan resistensi Produk degradasi lignoselulosa dari
terhadap beberapa jenis organisme patogen serat mesokarp E. guineensis mengandung
pada tanaman, kematian organism non target komponen fenolik aromatik, furan, pyran,
dan meninggalkan residu fungisida diatas asam karboksilat, ester, alkohol, aldehida,
ambang batas. Kondisi seperti ini mendorong alkena dan alkana. Aktivitas asap cair dari
perlu adanya fungisida alami yang aman bagi serat mesokarp E. guineensis dapat
tanaman dan lingkungan. Salah satu menghambat pertumbuhan miselia
alternatif fungisida alami yang dapat Ganoderma boninense UPM13 jamur yang
berpotensi sebagai antifungi adalah menyebabkan penyakit busuk batang basal
penggunaan asap cair. E. guineensis. Selain itu juga dapat
Asap cair disebut juga cuka kayu (wood menghambat perkecambahan spora
vinegar) merupakan cairan encer yang Aspergillus fumigatus UPM2 dan
dihasilkan dari pirolisis. Pirolisis adalah Trichoderma asperellum UPM1 (Sharip el al.

272
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

2016). Oramahi et al. (2019) melaporkan Pontianak. Pirolisis asap cair tandan kosong
bahwa asap cair dari tandan kosong E. E. guineensis dilakukan di Laboratorium
guineensis yang diperoleh dari Kecamatan Rekayasa Fakultas Teknologi Pertanian
Mempawah, Kalimantan Barat mengandung UGM Yogyakarta.
senyawa fenol dan asam asetat sebesar 2,98
dan 10,04%. Keberadaan senyawa asam Bahan
asetat, fenol dan alkohol pada asap cair Alat utama yang digunakan dalam
dapat menyebabkan perkecambahan spora penelitian ini adalah mesin perajang kayu
dan pertumbuhan jamur yang menyerang (Model FFC-23, Qingdao Dahua Double
tanaman menjadi terhambat (Chuaboon et al. Circle Macheney, Cina), autoklaf (Daihan
2016, Sharip et al. 2016). Oramahi et al. WACS-1045), inkubator (Memmert UNB
(2010) juga melaporkan bahwa pada 400), mikroskop (Nikon E-100 Halogen),
konsentrasi 3%, asap cair tandan kosong E. hotplate (Ohaus), magnetic stirrer (Ohaus),
guineensis dapat menghambat pertumbuhan mikropipet (Eppendorf), timbangan analitik
jamur Aspergillus niger hingga 100%. de (Ohaus), laminar enkas, objek gelas, pipet
Souza Araujo et al. (2018) menunjukkan tetes, pinset, botol vial, jarum ose, bunsen
bahwa asap cair Eucalyptus urograndis dan dan peralatan gelas (Iwaki).
Mimosa tenuiflora mampu menghambat Bahan yang digunakan adalah asap
pertumbuhan jamur Candida albicans (ATCC cair tandan kosong E. Guineensis (pH 3)
10231) dan Cryptococcus neoformans. Asap yang diperoleh dari perkebunan kelapa sawit
cair dari batang bambu memiliki aktivitas PT. Bumi Pratama Khatulistiwa (BPK),
antifungi terhadap pertumbuhan jamur C. Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat,
neoformans, C. albicans, Trichophyton Indonesia. Jamur anggota spesies
mentagrophytes, Saccharomyces cerevisiae Colletotrichum sp. (WA2) diisolasi dari buah
dan A. niger sebesar 14,9; 14,0; 15,5; 17,8 cabai rawit (C. frutescens) bergejala
dan 13,8 mm (Han et al. 2011). Asap cair dari antraknosa yang diambil dari kebun
batang Cinnamomum parthenoxylon masyarakat desa Kakap, Kabupaten Kubu
mengandung komponen asam asetat, asam Raya, Kalimantan Barat, akuades, alkohol
3-butenoat, asam butanoat, ester 2-propenil, 70%, Dithane M45 (Dow Agro Sciences),
dan keton dan telah dievaluasi menghambat media Potato Dextrose Agar (Merck),
pertumbuhan jamur busuk kayu kloramfenikol (PT Erla), spirtus.
Schizophyllum commune dan Fomitopsis
palustris (Adfa et al. 2020). Rancangan percobaan
Berdasarkan uraian tersebut, maka Metode penelitian eksperimental ini
asap cair dari tandan kosong E. guineensis menggunakan rancangan acak lengkap
memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai (RAL) dengan 9 konsentrasi perlakuan asap
alternatif fungisida alami terhadap cair tandan kosong E. guineensis. Sembilan
pertumbuhan jamur penyebab penyakit konsentrasi yang digunakan mengacu pada
antraknosa pada buah cabai rawit. Penelitian penelitian yang dilakukan oleh Oramahi et al.
ini dilakukan untuk mengevaluasi sifat (2010) dan Oramahi et al. (2019) yaitu
antifungi asap cair tandan kosong E. sebesar 0,40% (P1); 0,42% (P2); 0,44% (P3);
guineensis terhadap pertumbuhan jamur 0,46% (P4); 0,48% (P5); 0,50% (P6) dan
anggota spesies Colletotrichum sp. (WA2) 0,52% (P7). Sebagai pembanding digunakan
yang diisolasi dari buah cabai rawit (C. kontrol negatif (K-, tanpa asap cair) dan
frutescens) bergejala antraknosa. kontrol positif (K+, fungisida sintetik Dithane
0,20%). Setiap perlakuan diulang sebanyak
BAHAN DAN METODE tiga kali sehingga diperoleh 27 unit
percobaan.
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Pirolisis asap cair
Agustus-Desember 2018 (5 bulan) di Tandan kosong kelapa sawit diambil
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, dari perkebunan kelapa sawit Bumi Pratama
Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura. Khatulistiwa (BPK) Ltd. di Kabupaten
Perajangan sampel dilakukan di Workshop Mempawah, Kalimantan Barat. Sampel
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura dikonversi menjadi serbuk dengan ukuran 20

273
Aktivitas Antifungi Asap Cair Dari Tandan Kosong Elaeis guineensis... Wardoyo et al.

mesh dengan mesin perajang kayu (Model cair tandan kosong E. guineensis yang
FFC-23, Qingdao Dahua Double Circle tersedia yakni 100%, konsentrasi yang akan
Macheney, Cina) di Workshop Fakultas digunakan yakni 0,40; 0,42; 0,44; 0,46;0,48;
Kehutanan Universitas Tanjungpura 0,50; 0,52% dan total volume larutan per
Pontianak. Serbuk sampel dikeringanginkan cawan petri yakni 20 ml. Volume media
sampai kadar air mencapai 10% (Oramahi et perlakuan didapatkan dari hasil pengurangan
al. 2015). Pirolisis asap cair tandan kosong E. total volume larutan per cawan petri dengan
guineensis pada suhu 450ºC selama 120 volume asap cair uji.
menit dillakukan di Laboratorium Rekayasa
Fakultas Teknologi Pertanian UGM Uji aktivitas antifungi asap cair
Yogyakarta (Oramahi et al. 2015). Pengujian asap cair tandan kosong E.
guineensis sebagai antifungi dilaksanakan
Pembuatan media potato dextrose agar dengan memakai metode dilusi padat melalui
Pembuatan media PDA dilakukan cara poisoning food (Dhingra dan Sinclair
dengan menggunakan 39 gram serbuk PDA 2014). Tahapan pengujian dilakukan dengan
yang dididihkan di dalam 1 liter akuades. memasukkan media pertumbuhan jamur
Selanjutnya, antibiotik kloramfenikol 10% dan (PDA) ke dalam cawan petri steril kemudian
medium PDA disterilisasi secara terpisah ditambahkan asap cair tandan kosong E.
dengan menggunakan autoklaf (121ºC, 2 guineensis sesuai dengan konsentrasi
atm, 15 menit). Setelah sterilisasi, pengujian, yakni 0,40; 0,42; 0,44; 0,46; 0,48;
kloramfenikol 10% ditambahkan ke dalam 0,50 dan 0,52% (v/v).
medium. Inokulum jamur Colletotrichum sp.
diinokulasikan pada media yang sudah
Isolasi jamur penyebab antraknosa kompak. Inokulum jamur diinokulasikan juga
Metode penanaman langsung (direct pada media PDA kontrol negatif. Untuk
plating) digunakan untuk mengisolasi jamur kontrol positif, inokulum jamur diinokulasikan
penyebab antraknosa dari buah cabai rawit. pada media PDA dengan campuran Dithane
Hifa jamur yang tumbuh pada buah cabai M45 sebesar 0,20%. Media yang telah
rawit diambil dengan menggunakan jarum diinokulasi selanjutnya diinkubasi pada suhu
ose. Hifa yang diperoleh selanjutnya 25°C selama 7 hari. Pengamatan dilakukan
dipindahkan pada media PDA yang baru setiap 4 jam dengan cara mengukur diameter
untuk menghasilkan biakan murni (Oo et al. koloni jamur yang tumbuh pada media.
2017). Isolat jamur hasil biakan murni Persentase aktivitas antifungi asap cair
diidentifikasi berdasarkan pada karakter tandan kosong E. guineensis terhadap jamur
makromorfologi dan mikromorfologi. anggota spesies Colletotrichum sp. (WA2)
Identifikasi jamur menggunakan buku dihitung menggunakan rumus:
Watanabe (2010) dan Sastrahidayat (2011).
Pengamatan karakter makromorfologis jamur 𝐷𝐾 − 𝐷𝑃
D= × 100%
dilakukan melalui pembuatan preparat jamur. 𝐷𝐾
Biakan isolat murni jamur dioleskan secara
Keterangan:
aseptis menggunakan jarum ose pada gelas D = Aktivitas Antifungi (%)
objek yang telah ditetesi asam laktat DK = Diameter koloni jamur yang tumbuh pada
sebanyak 1 tetes. Sampel preparat kontrol negatif (cm)
selanjutnya diamati menggunakan DP = Diameter koloni jamur yang tumbuh pada
mikroskop. Identifikasi jamur secara perlakuan (cm)
makromorfologis meliputi warna koloni, Aktivitas setiap konsentrasi asap cair
tekstur koloni, bentuk koloni dan bentuk tepi tandan kosong E. guineensis dapat diketahui
koloni. Secara mikromorfologis meliputi: dengan menghitung besarnya nilai
struktur hifa, organ reproduksi, bentuk spora penghambatan. Klasifikasi aktivitas antifungi
dan konidia. dapat dilihat pada Tabel 1.

Persiapan media perlakuan dan asap cair uji Analisis data


Media perlakuan dan asap cair dibuat Data diameter koloni jamur hari ke-7
dengan mengacu pada konsentrasi asap cair dan persentase aktivitas antifungi setiap
yang akan digunakan. Konsentrasi awal asap konsentrasi asap cair dianalisa

274
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Antifungi Perlakuan dengan konsentrasi 0,40 dan


0,42% jamur tumbuh di media PDA pada hari
Aktivitas Antifungi Tingkat Aktivitas ke-5, sedangkan pada perlakuan dengan
konsentrasi 0,44; 0,46 dan 0,48% jamur
D>75% Sangat kuat
tumbuh pada hari ke-6. Pada perlakuan
50%<D≤75% Kuat
dengan konsentrasi 0,50% jamur tumbuh
25%<D≤50% Sedang pada hari ke-7. Pada perlakuan pemberian
0<D≤25% Lemah asap cair sebesar 0,52% dan perlakuan
0 Tidak aktif kontrol positif (Dithane M45 0,20%) jamur
tidak mengalami pertumbuhan (Gambar 2).
Sumber: Syahidah dan Subekti (2019) Sifat antifungi asap cair tandan kosong
E. guineensis dapat dilihat melalui
menggunakan Analysis of variance (Anova). terbentuknya zona pertumbuhan koloni
Hasil yang menunjukkan beda nyata jamur Colletotrichum sp. Pertumbuhan jamur
perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan Colletotrichum sp. sangat dipengaruhi oleh
pada taraf kepercayaan 95% mengunakan besaran konsentrasi asap cair tandan kosong
IBM SPSS 22 Subscription 2020. E. guineensis yang diberikan. Semakin besar
konsentrasi asap cair tandan kosong E.
HASIL DAN PEMBAHASAN guineensis yang digunakan, maka ukuran
diameter koloni jamur Colletotrichum sp. yang
Asap cair dari tandan kosong E. tumbuh semakin kecil bahkan tidak
guineensis yang dihasilkan melalui proses mengalami pertumbuhan. Semakin kecil
pirolisis memiliki warna merah pekat, bau ukuran diameter koloni jamur Colletotrichum
menyengat dan pH 3,8. Warna asap cair sp. menunjukkan aktivitas antifungi asap cair
dapat dilihat pada Gambar 1. Kandungan tandan kosong E. guineensis yang semakin
utama asap cair tandan kosong E. guineensis kuat (Gambar 3).
adalah asam dan phenol (Oramahi et al. Hasil analisis dengan uji lanjut Duncan
2010). menunjukkan bahwa diameter koloni jamur
Pengamatan pertumbuhan jamur Colletotrichum sp. setiap perlakuan
Colletotrichum sp. dilakukan selama 7 hari. menunjukkan perbedaan yang nyata (F8,18=
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai 13,58E3, ρ = 0,000). Konsentrasi 0,40%
rata-rata diameter pertumbuhan berbeda menunjukkan pertumbuhan jamur
pada setiap perlakuan. Hasil pertumbuhan Colletotrichum sp. dengan diameter koloni
diameter jamur Colletotrichum sp. pada sebesar 1,604 Cm. Diameter koloni jamur
kontrol negatif semakin meningkat selama 7 Colletotrichum sp akan semakin menurun
hari masa pertumbuhan. Pertumbuhan jamur seiring dengan bertambahnya konsentrasi
Colletotrichum sp. pada kontrol negatif asap cair yang digunakan. Bahkan pada
tumbuh di media PDA pada hari ke-3. konsentrasi 0,52% dapat dilihat jamur

7
6
Diameter jamur (cm)

5
4
3
2
1
0
K (-) 0.40 0.42 0.44 0.46 0.48 0.50 0.52 K (+)
Gambar 1. Asap Cair Tandan Perlakuan (%)
Kosong Elaeis
guineensis Jacq Gambar 2. Diagram pertumbuhan jamur pada berbagai perlakuan

275
Aktivitas Antifungi Asap Cair Dari Tandan Kosong Elaeis guineensis... Wardoyo et al.

Tabel 2. Diameter koloni jamur anggota spesies


Colletotrichum sp. (WA2)

Konsentrasi / Diameter Koloni


Perlakuan (%) Jamur (cm)
Kontrol negatif 6,305a ± 0,147
0,40 1,604b ± 0,138
0,42 0,758c ± 0,084
0,44 0,464d ± 0,049
0,46 0,477d ± 0,059
0,48 0,424d ± 0,050
0,50 0,146e± 0,152
0,52 0,000e± 0,000
Kontrol positif
0,000e ± 0,000
(Dithane 0,20)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama


menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata pada taraf 95% menurut uji Duncan
Gambar 3. Diameter koloni Jamur, (A) Kontrol negatif
Colletotrichum sp. tidak dapat tumbuh lagi (PDA), (B) Konsentrasi 0,40%, (C)
Konsentrasi 0,42%, (D) Konsentrasi 0,44%,
(Tabel 2). Hasil ini berbeda nyata jika (E) Konsentrasi 0,46%, (F) Konsentrasi
dibandingkan dengan pertumbuhan jamur 0,48%, (G) Konsentrasi 0,50%, (H)
Colletotrichum sp. di kontrol negatif yang Konsentrasi 0,52% dan (I) Kontrol positif
mampu tumbuh sebesar 6,305 Cm (Tabel 2). (Dithane 0,20%)
Menurut Suresh et al. (2019), peningkatan
penghambatan pertumbuhan jamur akan yang mampu menghasilkan persentase
bertambah tinggi sejalan dengan aktivitas antifungi sebesar 87,98% dan
meningkatnya konsentrasi asap cair yang tergolong ke dalam tingkat aktivitas antifungi
digunakan. Kondisi ini disebabkan yang sangat kuat. Oleh karena itu konsentrasi
meningkatnya kadar asam dan fenol dalam 0,42% merupakan konsentrasi daya hambat
asap cair yang diserap oleh media jamur (de minimum yang mampu menunjukkan akvitas
Souza Araujo et al. 2018, Oramahi et al. penghambatan yang sangat kuat. Konsentrasi
2018b). Keberadaan asam dan fenol pada 0,52% menunjukkan aktivitas penghambatan
media jamur akan mengganggu fungsi sebesar 100%, sama dengan aktivitas
membran sel jamur sehingga mengakibatkan penghambatan Dithane M45 0,20% yang
permeabilitas membran sel meningkat dan digunakan (Tabel 3). Hal ini sejalan dengan
akhirnya jamur mengalami kematian yang dinyatakan oleh Syahidah dan Subekti
(Turecka et al. 2018). (2019), semakin tinggi konsentrasi yang
Tingkat aktivitas antifungi asap cair digunakan, maka akan semakin tinggi pula
tandan kosong E. guineensis dapat diketahui tingkat aktivitas antifunginya.
berdasarkan nilai persentase aktivitas Aktivitas antifungi asap cair tandan
antifungi yang sejalan dengan nilai kosong E. guineensis disebabkan oleh
pertumbuhan diameter jamur Colletotrichum adanya senyawa asam asetat dan fenol
sp. (WA2) pada berbagai konsentrasi. Hasil (Oramahi et al. 2010, Oramahi et al. 2019).
analisis uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa Oramahi et al. (2010) melaporkan bahwa
perlakuan asap cair tandan kosong E. jenis-jenis asam yang terdapat dalam asap
guineensis berpengaruh nyata dalam aktivitas cair antara lain, asam metanoat, asam asetat
antifungi terhadap jamur Colletotrichum sp. dan asam karbonil. Menurut Black dan Black
(WA2) (F7,16=198,025, ρ=0,000). (2015) tingkat keasaman lingkungan media
Konsentrasi asap cair 0,40% merupakan hidup mikroba dapat menurun akibat
konsentrasi terendah yang mampu keberadaan asam organik, seperti asam
menghasilkan persentase aktivitas antifungi asetat dan asam karbonat. Pada keasaman
sebesar 74,55% yang tergolong ke dalam yang rendah sekali, keberadaan asam asetat
tingkat aktivitas antifungi kuat, sedangkan dapat mengakibatkan kerusakan enzim dan
konsentrasi 0,42% merupakan konsentrasi ketidakstabilan permeabilitas membran sel

276
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

Tabel 3. Aktivitas Antifungi Asap Cair tandan kosong E. guineensis dan Dithane 0,20%

Konsentrasi / Perlakuan (%) Persentase Aktivitas Antifungi (%) Tingkat Aktivitas


e
0,40 74,55 ± 2,04 Kuat
d
0,42 87,98 ± 1,10 Sangat kuat
c
0,44 92,62 ± 0,81 Sangat kuat
c
0,46 92,43 ± 0,87 Sangat kuat
c
0,48 93,26 ± 0,76 Sangat kuat
b
0,50 97,63 ± 2,48 Sangat kuat
a
0,52 100,00 ± 0,00 Sangat kuat
a
Kontrol positif (Dithane 0,20) 100,00 ± 0,00 Sangat kuat

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf
95% menurut uji Duncan.

mikrobia, yang mana dapat menghambat diperlukannya konsentrasi asap cair tandan
pertumbuhan dan daya hidup sel mikrobia. kosong E. guineensis lebih besar untuk
Asam asetat juga bekerja sebagai pelarut menghambat pertumbuhan jamur A. niger
lipid sehingga dapat menyebabkan dibandingkan dengan jamur Colletotrichum
kerusakan membran sel (Thomasson et al. sp. (WA2).
2015, Chuaboon et al. 2016). Telah diketahui Menurut Oo dan Oh (2016) jamur
bahwa asap cair tandan kosong E. Colletotrichum sp. memiliki kemampuan
guineensis yang digunakan memiliki pH 3. tumbuh pada cuaca hangat, pH lingkungan 5-
Menurut Kresnawaty et al. (2017) nilai pH 6, dengan kisaran kelembaban 80% serta
berkaitan dengan kandungan total fenol suhu 25-27,5ºC. Berbeda dengan jamur A.
dalam asap cair, yaitu semakin tinggi kadar niger, yang memiliki kemampuan tumbuh
total fenol yang terkandung dalam asap cair, pada substrat dengan potensial osmotik yang
maka nilai pH akan semakin rendah. tinggi, memiliki pH substrat berkisar antara 2-
Konsentrasi 0,52% asap cair tandan 8,5 dan mampu melakukan sporulasi pada
kosong E. guineensis mampu menghambat kelembaban yang relatif rendah. Perbedaan
pertumbuhan jamur Colletotrichum sp. (WA2) kemampuan tumbuh ini juga diduga menjadi
hingga 100% (Tabel 3). Konsentrasi ini lebih dasar perbedaan jamur dalam adaptasi
rendah bila dibandingkan dengan terhadap cekaman senyawa toksik, sehingga
penghambatan asap cair tandan kosong E. diperlukan konsentrasi asap cair yang berbeda
guineensis terhadap jamur A. niger. untuk penghambatan pertumbuhan jamur
Berdasarkan penelitian Oramahi et al. (2010) tersebut hingga 100% (Oramahi et al. 2010).
diperlukan konsentrasi asap cair tandan Hasil kontrol positif dengan
kosong E. guineensis hingga 3% untuk penggunaan Dithane 0,20%, jamur
menghambat jamur A. niger hingga 100% Colletotrichum sp. tidak mampu tumbuh. Hal
penghambatan. Perbedaan konsentrasi ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan
optimum dalam menghambat kedua jamur ini konsentrasi asap cair tandan kosong E.
diduga karena jamur A. niger memiliki guineensis sebesar 0,52% (Tabel 3).
kemampuan dalam memproduksi asam sitrat. Dithane-M 45 merupakan fungisida yang
Keberadaan asam sitrat berfungsi untuk mengandung senyawa aktif mankozeb 80%.
memecah karbon pada substrat yang Menurut Paramita et al. (2014) uji
digunakan untuk pembentukan sel baru bagi menggunakan mankozeb 0,20% sebesar 200
pertumbuhan jamur (Sasmitaloka 2017). ppm menunjukkan hasil yang efektif dapat
Uysal et al. (2014) menyatakan bahwa A. menekan pertumbuhan jamur Colletotrichum
niger merupakan mikroorganisme yang sp. Andriani et al. (2017) melaporkan bahwa
menghasilkan lebih banyak asam sitrat per fungisida berbahan aktif mankozeb
satuan waktu. Menurut Sasmitaloka (2017) merupakan fungisida organik kontak yang
asam sitrat akan diproduksi terus menerus memiliki kandungan logam Mangan (Mg) dan
sampai nutrisi yang terdapat dalam media Seng (Zn), berperan sebagai agen
habis. Hal ini pula yang mendasari pengkhelat sehingga sintesis protein dan

277
Aktivitas Antifungi Asap Cair Dari Tandan Kosong Elaeis guineensis... Wardoyo et al.

metabolisme di dalam sel jamur terganggu. Dhingra OD, Sinclair JB (2014) Basic Plant
Dengan demikian, asap cair tandan kosong Pathology Methods, Second Edition.
E. guineensis juga memiliki kemampuan CRC Press, Boca Raton. doi:
sebagai fungisidal. 10.1201/9781315138138
Han L, Zhao T, Zou YM, Li F, Fan YN, Zhou
KESIMPULAN Y, Yang LQ (2011) Studies on
component analysis and antifungal
Asap cair tandan kosong E. guineensis activity of bamboo vinegar. J Jiangsu
memiliki aktivitas antifungi terhadap jamur University (Medicine Edition) 21: 167-174
Colletotrichum sp.(WA2). Konsentrasi 0,42% Herwidyarti KH, Ratih S, Sembodo DRJ
merupakan konsentrasi hambat minimum (2013) Keparahan penyakit antraknosa
dari asap cair tandan kosong E. guineensis pada cabai (Capsicum annuum L) dan
sebesar 87,98% dan memiliki aktivitas berbagai jenis gulma. J Agrotek Tropika
antifungi sangat kuat. 1: 102-106. doi: 10.23960/jat.v1i1.1925
Kanto T, Uematsu S, Tsukamoto T, Moriwaki
UCAPAN TERIMA KASIH J, Yamagishi N, Usami T, Sato T (2014)
Anthracnose of sweet pepper caused
Peneliti mengucapkan terima kasih by Colletotrichum scovillei in Japan. J
kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Gen Plant Pathol 80: 73-78. doi:
Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura 10.1007/s10327-013-0496-9
Pontianak yang telah memberikan dana Kresnawaty I, Putra SM, Budiani A, Darmono
penelitian DIPA UNTAN tahun 2018. TW (2017) Konversi tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) menjadi arang
DAFTAR PUSTAKA hayati dan asap cair. J Penelitian
Pascapanen Pertanian. 14: 171-179.
Adfa M, Romayasa A, Kusnanda AJ, doi: 10.21082/jpasca.v14n3.2017.171-
Avidlyandi A, Yudha SS, Banon C, 179
Gustian I (2020) Chemical components, Oo MM, Lim GT, Jang HA, Oh SK (2017)
antitermite and antifungal activities of Characterization and pathogenicity of
Cinnamomum parthenoxylon wood new record of anthracnose on various
vinegar. J Korean Wood Sci Technol 48: chili varieties caused by Colletotrichum
107-116. doi: 10.5658/WOOD.2020.48.1.107 scovillei in Korea. Mycobiol 45: 184-191.
Andriani D, Wiyono S, Widodo (2017) doi: 10.5941/MYCO.2017.45.3.184
Sensitivitas Colletotrichum spp. pada Oo MM, Oh SK (2016) Chilli anthracnose
cabai terhadap benomil, klorotalonil, (Colletotrichum spp.) disease and its
mankozeb, dan propineb. J Fitopatol management approach. Korean J Agric
Indones 13: 119-126. doi: Sci 43: 153-162. doi:
10.14692/jfi.13.4.119 10.7744/kjoas.20160018
Black JG, Black LJ (2015) Microbiology: Oramahi HA, Diba F, Wahdina (2010) Efikasi
Principles and Explorations. 9th ed. asap cair dari tandan kosong kelapa
John Wiley & Sons, New York sawit (TKKS) dalam penekanan
Chuaboon W, Ponghirantanachoke N, perkembangan jamur Aspergillus niger.
Athinuwat D (2016) Application of J HPT Tropika 10: 146-153. doi:
wood vinegar for fungal disease 10.23960/j.hptt.210146-153
controls in paddy rice. App Environ Oramahi HA, Wahdina, Diba F, Nurhaida,
Res 38: 77-85. doi: Yoshimura T (2015) Optimization of
10.35762/AER.2016.38.3.7 production of lignocellulosic biomass
de Souza Araujo E, Pimenta AS, Feijó FMC, bio-oil from oil palm trunk. Procedia
Castro RVO, Fasciotti M, Monteiro Environ Sci 28: 769-777. doi:
TVC, de Lima KMG (2018) Antibacterial 10.1016/j.proenv.2015.07.090
and antifungal activities of pyroligneous Oramahi HA, Wardoyo ERP, Kustiati (2018b)
acid from wood of Eucalyptus Efikasi asap cair dari kayu bengkirai
urograndis and Mimosa tenuiflora. J terhadap Phytophthora citrophthora. J
Appl Microbiol 124: 85-96. doi: Perlindungan Tanaman Indones 22:
10.1111/jam.13626 160-166. doi: 10.22146/jpti.33113

278
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

Oramahi HA, Wardoyo ERP, Kustiati (2019) Suresh G, Pakdel H, Rouissi T, Brar SK, Fliss
Optimization of pyrolysis condition for I, Roy C (2019) In vitro evaluation of
bioactive compounds of wood vinegar antimicrobial efficacy of pyroligneous
from oil palm empty bunches using acid from softwood mixture. Biotechnol
response surface methodology (RSM). Res Inovation 3: 47-53. doi:
IOP Conf Ser: Mater Sci Eng 633: 10.1016/j.biori.2019.02.004
012058. doi: 10.1088/1757- Syahidah, Subekti N (2019) Biological activity
899X/633/1/012058 of mangrove leaves extract
Oramahi HA, Yoshimura T, Diba F, Setyawati (Rhizophora sp.). IOP Conf Ser: Earth
D, Nurhaida (2018a) Antifungal and Environ Sci 270: 012051. doi:
antitermitic activities of wood vinegar 10.1088/1755-1315/270/1/012051
from oil palm trunk. J Wood Sci 64: 311- Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R, Kusumah
317. doi: 10.1007/s10086-018-1703-2 DA (2010) Evaluasi daya hasil cabai
Palupi H, Yulianah I, Respatijarti (2015) Uji hibrida dan daya adaptasinya di empat
ketahanan 14 galur cabai besar lokasi dalam dua tahun. J Agron
(Capsicum annuum L.) terhadap penyakit Indones 38: 43-51. doi:
antraknosa (Colletotrichum spp) dan layu 10.24831/jai.v38i1.1679
bakteri (Ralstonia solanacearum). J Prod Theapparat Y, Chandumpai A, Faroongsarng
Tanaman 3: 640-648 D (2018) Physicochemistry and
Paramita NR, Sumardiyono C, Sudarmadi utilization of wood vinegar from
(2014) Pengendalian kimia dan carbonization of tropical biomass
ketahanan Colletotrichum spp. waste. In: Tropical Forests. Sudarshana
terhadap fungisida simoksanil pada P, Nageswara-Rao M, Soneji JR (eds).
cabai merah. J Perlindungan Tanaman Pp 163-183. doi:
Indones 18: 41-46. doi: 10.5772/intechopen.77380
10.22146/jpti.15601 Thomasson G, Capizzi J, Dost F, Morrell J,
Sasmitaloka KS (2017) Produksi asam sitrat Miller D (2015) Wood Preservation and
oleh Aspergillus niger pada kultivasi Wood Products Treatment: Training
media cair. J Integrasi Proses 6: 116- Manual. Oregon State University.
122. doi: 10.36055/jip.v6i3.1747 Oregon, USA. Corpos ID: 107080914
Sastrahidayat IR (2011) Fitopatologi: Ilmu Turecka K, Chylewska A, Kawiak A, Waleron
Penyakit Tumbuhan. UB Press, Malang KF (2018) Antifungal activity and
Sharip NS, Ariffin H, Hassan MA, Nishida H, mechanism of action of the Co(III)
Shirai Y (2016) Characterization and coordination complexes with diamine
application of bioactive compounds in chelate ligands against reference and
oil palm mesocarp fiber superheated clinical strains of Candida spp. Front
steam condensate as an antifungal Microbiol 9: 1594. doi:
agent. RSC Adv 6: 84672-84683. doi: 10.3389/fmicb.2018.01594
10.1039/C6RA13292H Uysal T, Duman G, Onal Y, Yasa I, Yanik J
Sulaeman R, Rustam R, Manurung GM (2014) Production of activated carbon
(2013) Pemanfaatan tandan kosong and fungicidal oil from peach stone by
sawit sebagai bahan baku asap cair. two-stage process. J Anal Appl
Prosiding Sem Nasional, Pekanbaru, Pyrolysis 108: 47-55. doi:
388-394. November 2013 10.1016/j.jaap.2014.05.017
Sunarta S, Darmadji P, Uehara T, Katoh S Watanabe T (2010) Pictorial Atlas of Soil and
(2011) Production and characterization Seed Fungi: Morphologies of Cultured
of palm fruit shell bio-oil for wood Fungi and Key to Species. ISBN:
preservation. Forest Prod J 61: 180- 10.1201/EBK1439804193-c3. CRC
184. doi: 10.13073/0015-7473-61.2.180 Press, Florida USA

279

You might also like