You are on page 1of 10

ANALISIS KEBIJAKAN TERKAIT UU SISDIKNAS TAHUN 2022

Moch Khoirul Aris


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia
arieskhoirul12@gmail.com

Sutiah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia
bu_sutiah@yahoo.com

Abstract, Currently there are three laws that regulate the education system in Indonesia, namely
Law no. 14 of 2005 concerning Teachers and Lecturers, Law no. 20 of 2003 concerning the National
Education System, and Law no. 12 of 2012 concerning Higher Education. There is overlapping
regulations in the three laws so that the 2022 RUU Sisdiknas was formulated to unify laws and
regulations for the education sector. However, there are still pros and cons regarding the 2022 RUU
Sisdiknas. The research method used in this research is the Library Research Method by means of
systematic scientific bibliographic research, which includes the collection of bibliographical
materials related to the research objectives. The type of research used is qualitative research which is
generally carried out by not going into the field in searching for data sources so that this research is
carried out only based on written works. In the results of this study it was found that the articles of
the Draft RUU Sisdiknas include; Expansion of compulsory education programs; Compulsory
education funding; The nomenclature of educational units can be adjusted; Mobility of formal
pesantren students with educational units; Mandatory Pancasila education subject; There is no
Teacher Professional Allowance Rule; Teacher Candidates Must Pass Teacher Professional Education
(PPG); PAUD Becomes a Separate Level; and Higher Education Tridarma. The advantages of the RUU
Sisdiknas include: it does not overlap and keeps up with the times; asked unhurriedly; the
formulation process is still at an early stage; there is equality in education. The shortcomings of the
RUU Sisdiknas include: lack of public participation, hasty discussion of the bill, elimination of teacher
professional allowances; and the name of the madrasa omitted.
Keywords: Analysis; RUU Sisdiknas 2022
Abstrak, Saat ini ada tiga buah UU yang mengatur tentang sistem pendidikan di Indonesia yaitu
UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, dan UU
No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Terdapat tumpang tindih peraturan pada ketiga
Undang-Undang tersebut sehingga dirumuskan RUU Sisdiknas Tahun 2022 untuk menyatukan
peraturan perundangan bagi bidang pendidikan. Akan tetapi masih ada pro dan kontra tentang
RUU Sisdiknas tahun 2022 ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Metode Penelitian Kepustakaan dengan cara penelitian bibliografi secara sistematis ilmiah, yang
meliputi pengumpulan bahan-bahan bibliografi yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang pada umumnya dilakukan dengan cara
tidak terjun ke lapangan dalam pencarian sumber datanya sehingga riset ini dilakukan hanya
berdasarkan atas karya-karya tertulis. Dalam hasil penelitian ini ditemukan bahwa pasal-pasal
RUU Sisdiknas meliputi ; Perluasan program wajib belajar; Pendanaan wajib belajar; Nomenklatur
satuan pendidikan dapat disesuaikan; Mobilitas pelajar pesantren formal dengan satuan
pendidikan; Mapel wajib pendidikan pancasila; Tidak Ada Aturan Tunjangan Profesi Guru; Calon
Guru Wajib Lulus Pendidikan Profesi Guru (PPG); PAUD Jadi Jenjang Tersendiri; dan Tridarma
Perguruan Tinggi. Kelebihan RUU Sisdiknas diantaranya: tidak tumpang tindih dan mengikuti
perkembangan zaman; diminta tidak tergesa-gesa; proses penggodokan masih tahap awal; terjadi
pemerataan pendidikan. Kekurangan RUU Sisdiknas diantaranya: kurang partisipasi publik,
pembahasan RUU tergesa-gesa, tunjangan profesi guru dihapuskan; dan nama madrasah
dihilangkan.
Kata Kunci : Analisis; RUU Sisdiknas Tahun 2022
A. PENDAHULUAN
Pemerataan pendidikan di Indonesia menjadi tantangan pekerjaan rumah
yang besar untuk pemerintah dari berbagai periode kepemimpinanan. Penduduk
yang multi budaya wilayah yang luas, dan perbedaan bentang alam menjadi
tantangan yang berat untuk tugas tersebut. Dalam upaya mencapai pemerataan akses
pendidikan, dirumuskanlah Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang dituangkan
dalam sebuah undang-undang. Selain itu, Sisdiknas bertujuan untuk menjamin
kualitas dan mutu pendidikan secara merata di seluruh bagian wilayah Indonesia
sehingga tidak terjadi kesenjangan penyelenggaraan pendidikan, serta menghasilkan
lulusan dengan kompetensi yang sesuai dengan tuntutan perubahan yang
berkembang saat ini tanpa mengabaikan budaya dan sikap yang sesuai dengan norma
dan nilai yang berlaku di Indonesia.(Anon 2020) Sehingga perlu adanya peraturan
yang sesuai, fleksibel dan tidak merugikan dari berbagai pihak.
Saat ini ada tiga buah UU yang mengatur tentang sistem pendidikan di
Indonesia yaitu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas, dan UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Terdapat tumpang tindih peraturan pada ketiga Undang-Undang tersebut sehingga
dirumuskan RUU Sisdiknas Tahun 2022 untuk menyatukan peraturan perundangan
bagi bidang pendidikan. Perbaikan UU Sisdiknas diutamakan pada perbaikan dalam
tataran pengelolaan SDM guru, perbaikan pada regulasi melalui omnibus law dan
keberpihakan pada anggaran pendidikan.(RI 2021) RUU ini diharapkan bisa
memperbaiki berbagai problem yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia.
Dalam RUU sisdiknas 2022, banyak pasal dan ayat pada UU sisdiknas 2003
yang mengalami perubahan. Salah satunya adalah terkait pendidikan profesi. Pada
RUU Sisdiknas Pasal 56 ayat 5, pendidikan profesi diselenggarakan melalui kerjasama
antara asosiasi profesi dengan perguruan tinggi. Saat ini pendidikan profesi untuk
guru ditempuh melalui Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Program tersebut
dikembangkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dengan
mengacu kepada Standar Pendidikan Guru (Standar DikGu) yang mencakup standar
pendidikan, standar penelitian, dan standar pengabdian kepada masyarakat.
(IPTEKDIKTI 2017)
Pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) PPG menempati level ke-
7.(Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2011) Berdasarkan kajian secara kritis
terhadap implikasi RUU Sisdiknas, pola penyelenggaraan PPG harus diubah sesuai
peraturan yang berlaku yaitu melalui kerjasama dengan asosiasi profesi. Karena
terdapat beberapa persoalan yang dihadapi terkait kerjasama antara perguruan
tinggi dan asosiasi guru dalam menyelenggarakan pendidikan profesi.(Yustiana et al.
2022) Selain banyak permasalahan dalam PPG, RUU Sisdiknas tahun 2022 juga
diajukan untuk menyelesaikan persoalan lain dalam pendidikan.
Akan tetapi, Badan Legislasi (Baleg) DPR telah memutuskan tidak
memasukkan Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU
Sisdiknas) dalam program legislasi nasional (Prolegnas) prioritas tahun 2022.
Keputusan tersebut tidak lepas dari berbagai pasal kontroversial yang tercantum di
dalam RUU Sisdiknas. Keputusan Baleg DPR ini mendapat disetujui berbagai pihak
seperti dari organisasi kemasyarakatan (ormas) pendidikan, pengamat dan penggiat
pendidikan. Dengan alasan draf RUU Sisdiknas yang merupakan gabungan dari tiga
UU, yakni UU Guru dan Dosen, UU Pendidikan Tinggi dan UU Sisdiknas tidak
mengakomodir pasal-pasal krusial. Salah satu kontroversi yakni, terkait tunjangan
profesi guru yang tidak dicantumkan dalam pasal RUU Sisdiknas yang dirancang oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset dan Pendidikan Tinggi
(Kemendikbudristek). Dari pernyataan diatas penulis menganalisis kelebihan dan
kekurangan RUU SISDIKNAS tahun 2022 sehingga tidak masuk dalam Prolegnas
Prioritas tahun 2022.

B. METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan
kualitataif. Sebagaimana menurut Azmar Saifuddin, kualitatif adalah penekanan
analisis pada proses penyimpulan komparasi serta pada analisis terhadap dinamika
hubungan fenomena yang diamati menggunakan logika ilmiah. Data yang dihasilkan
bersifat deskriptif.(Azmar 2001)
Adapun teknik analisis yang digunakan adalah model analisis Interaktif Miles
& Huberman, yaitu analisis data pada waktu peneliti berada di lapangan maupun
setelah kembali dari lapangan baru dilakukan analisis. Pada penelitian ini analisis
data telah dilaksanakan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Alur analisis
mengikuti model analisis interaktif sebagaimana diungkapkan Miles dan Huberman.
Proses analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan empat tahap yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. (Fatoni
n.d.)
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan.
Metode Penelitian Keputakaan adalah cara penelitian bibliografi secara sistematis
ilmiah, yang meliputi pengumpulan bahan-bahan bibliografi yang berkaitan dengan
sasaran penelitian.(Danandjaja 2014) Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yang pada umumnya dilakukan dengan cara tidak terjun ke lapangan dalam
pencarian sumber datanya sehingga riset ini dilakukan hanya berdasarkan atas
karya-karya tertulis,(Setiawan 2019) termasuk hasil penelitian baik yang sudah
maupun yang belum dipublikasikan. Dalam penulisan ini, penulis mengumpulkan
data dan informasi melalui bantuan bermacam-macam material yang terdapat di
ruangan perpustakaan. Misalnya saja buku-buku, majalah, dokumen, catatan,
perpustakaan elektronik, kisah-kisah sejarah dan lain-lainnya.

C. PEMBAHASAN

1. UU SISDIKNAS tahun 2022

Rancangan Undang-undang Sisdiknas 2022 adalah Rancangan Undang-


Undnag tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2022. RUU Sisdiknas 2022
dibentuk pemerintah dalam rangka mengintegrasikan dan mencabut tiga Undang-
Undang terkait pendidikan di Indonesia.

Untuk diketahui, saat ini, Indonesia menjalankan satu sistem pendidikan


namun diatur dalam tiga Undang-Undang, yaitu UU 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen (UU
Guru dan Dosen), dan UU 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti),
sehingga memunculkan ketidakselarasan.
Oleh karena itu, pembentukan RUU Sisdiknas 2022 dibentuk dengan latar
belakang perbaikan yang telah diusulkan sebagaimana disebutkan dalam draf
RUU Sisdiknas 2022 antara lain sebagai berikut:

• Integrasi UU Sisdiknas, UU Guru dan Dosen, dan UU Dikti dalam satu UU untuk
melaksanakan amanah UUD 1945 tentang satu sistem pendidikan, dan agar
pengaturan di tingkat UU tidak tumpang tindih.
• Untuk merespon perkembangan yang cepat, undang-undang ini disusun lebih
fleksibel, tidak terlalu rinci.
• RUU Sisdiknas yang sedang direncanakan sudah mengakomodasi semua
putusan Mahkamah Konstitusi terkait tiga UU yang diintegrasikan.
• Prinsip-prinsip Merdeka Belajar yang menekankan kualitas belajar mengajar
serta memperluas ruang inovasi dalam sistem pendidikan perlu terkandung
dalam RUU Sisdiknas ke depannya.
RUU Sisdiknas yang masuk Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas
Perubahan Tahun 2022, mengusung beberapa poin perubahan bagi siswa, guru
PAUD, SD, SMP, SMA dan sederajat mulai dari waktu belajar, mapel wajib, dan
mengatur pondok pesantren. Kemudian, perubahan lain untuk jenjang PAUD, SD,
SMP, SMA sederajat adalah penyesuaian nomenklatur satuan pendidikan,
mobilitas pelajar pesantren formal dengan satuan pendidikan. Untuk memahami
pasal-pasal yang diajukan dalam RUU Sisdiknas, berikut poin-poin perubahan
dilansir dari laman Direktorat SMP Kemendikbudristek.
a. Perluasan program wajib belajar
Melalui RUU Sisdiknas terjadi perluasan program wajib belajar. Bila dalam UU
Sisdiknas yang berlaku saat ini adalah pendidikan dasar 9 tahun, maka dalam
RUU Sisdiknas program wajib belajar menjadi 13 tahun. Dimulai dari 10 tahun
pendidikan dasar (prasekolah dan kelas 1-9) dan 3 tahun pendidikan menengah.
Perluasan ke pendidikan menengah dilakukan secara bertahap pada daerah yang
kualitas pendidikan dasarnya telah memenuhi standar. Pemerintah pusat akan
membantu daerah yang paling membutuhkan.
b. Pendanaan wajib belajar
Terkait pendanaan wajib belajar kini menjadi semakin jelas. Bila sebelumnya
satuan pendidikan negeri sering menghadapi masalah jika masyarakat ingin
berkontribusi sukarela, maka dalam RUU Sisdiknas dijelaskan bahwa pemerintah
mendanai penyelenggaraan wajib belajar. Satuan pendidikan negeri atau sekolah
negeri tidak memungut biaya, namun masyarakat boleh berkontribusi secara
sukarela, tanpa paksaan, dan tidak mengikat.
c. Nomenklatur satuan pendidikan dapat disesuaikan
Sebelumnya penamaan satuan pendidikan ada di dalam UU Sisdiknas, sehingga
nomenklatur tidak bisa diubah. Hal ini tentu membuat nomenklatur agak sulit
disesuaikan. Lewat RUU Sisdiknas, sekolah, madrasah, pesantren, dan satuan
pendidikan keagamaan tingkat dasar dan menengah diatur sebagai bentuk satuan
pendidikan tingkat dasar dan menengah dalam batang tubuh RUU. Nomenklatur
sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah pertama, madrasah
tsanawiyah, dan sebagainya menjadi contoh dalam penjelasan, sehingga
pemerintah dapat menyesuaikan nomenklatur tersebut jika diperlukan.
d. Mobilitas pelajar pesantren formal dengan satuan pendidikan
Poin yang juga diatur dalam RUU Sisdiknas adalah terkait mobilitas pelajar
pesantren formal dan satuan pendidikan lain yang menjadi semakin mudah.
Sebelumnya pesantren diatur secara terpisah dari sistem pendidikan nasional.
Sehingga lulusan pesantren formal kerap kesulitan jika ingin pindah ke satuan
pendidikan lain di luar pesantren. Oleh sebab itu dalam RUU Sisdiknas terbaru,
Standar Nasional Pendidikan berlaku pada seluruh jalur pendidikan formal
termasuk pesantren formal. Lulusan pesantren formal bisa lebih mudah pindah
ke sekolah, madrasah, maupun universitas dan begitupun sebaliknya.
e. Mapel wajib pendidikan pancasila
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara berperan membentuk cara pandang,
sikap, dan karakter generasi penerus bangsa dengan menjadikannya muatan dan
mata pelajaran wajib kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Oleh sebab itu,
Pendidikan Pancasila menjadi mata pelajaran wajib bersama Pendidikan Agama
dan Bahasa Indonesia. Selain mata pelajaran tersebut, juga ada muatan wajib
matematika, IPS, IPA, seni budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,
keterampilan/kecakapan hidup, dan muatan lokal. (Media 2022)
Selain kelima poin di atas, RUU Sisdiknas juga mengatur terkait pendidik dan
tenaga kependidikan, dan jenjang pendidikan tinggi sebagai berikut:
a. Tak Ada Aturan Tunjangan Profesi Guru
Dalam RUU Sisdiknas naskah Agustus 2022, aturan tentang tunjangan profesi
guru tidak tercantum secara eksplisit. Dalam Pasal 105 RUU Sisdiknas hanya
mengatur terkait upah, jaminan sosial, dan penghargaan sesuai dengan prestasi
kerja. Terkait dengan pasal tersebut, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (Dirjen GTK) Iwan Syahril mengatakan bahwa untu mendapatkan
kesejahteraan penghasilan guru harus memiliki sertifikat pendidik. Namun,
dalam RUU Sisdiknas, guru yang belum mempunyai sertifikat pendidik juga
mendapat tunjangan. Dengan demikian, guru ASN yang belum mendapat
tunjangan profesi akan otomatis mendapat kenaikan pendapatan melalui
tunjangan yang diatur dalam UU ASN, tanpa perlu menunggu antrean sertifikasi
yang panjang.
b. Calon Guru Wajib Lulus Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Dalam RUU Sisdiknas Pasal 109 ayat 1 menjelaskan bahwa setiap orang yang
akan menjadi guru wajib dari Pendidikan Profesi Guru (PPG). Namun, bagi guru
yang sudah mengajar saat Undang-Undang ini terbit tetapi belum mengikuti atau
lulus PPG, tetap bisa mengajar. Nantinya, pemerintah pusat akan memenuhi
ketersediaan daya tampung PPG untuk pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan.
c. PAUD Jadi Jenjang Tersendiri
Pemerintah juga mengusulkan agar PAUD dipisah sebagai jenjang tersendiri
dalam pengaturan tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dalam sistem
pendidikan nasional. Dalam hal ini PAUD dilakukan melalui jalur formal dan non-
formal dengan pengaturan kategori usia dan layanan yang jelas. Pada Pasal 24
disebutkan PAUD formal diselenggarakan untuk usia tiga sampai lima tahun
dengan janis layanan berupa taman anak. Sedangkan Pasal 49 menyatakan PAUD
non-formal diselenggarakan untuk usia 0 sampai lima tahun dalam bentuk
layanan pengasuhan.
d. Tridarma Perguruan Tinggi
Dalam Pasal 37 RUU Sisdiknas menyebutkan bahwa setiap kampus wajib
melaksanakan tridarma perguruan tinggi yang terdiri atas pendidikan, penelitian,
dan pengabdian masyarakat. Meski demikian, penerapan tridarma perguruan
tinggi tidak diterapkan secara seragam pada semua kampus seperti sebelumnya.
Adapun masing-masing perguruan tinggi dapat menentukan proporsi
pelaksanaan tridarma sesuai visi, misi, dan mandat perguruan tinggi yang
bersangkutan. (Anon n.d.)

2. Analis Kelebihan dan Kekurangan RUU SISDIKNAS tahun 2022


a. Kelebihan
1) Tidak Tumpang Tindih dan Mengikuti Perkembangan Zaman
Poin penting yang mendasari pembahasan RUU Sisdiknas, menurut Kepala
Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementerian
Pendidikan Anindito Aditomo, karena adanya mandat UUD 1945 untuk
merancang penyelenggaraan satu sistem pendidikan nasional. UU Sisdiknas,
UU Guru dan Dosen serta UU Pendidikan Tinggi, dalam praktiknya
mengatur materi yang sama, sehingga saling tumpang tindih dan
memunculkan potensi ketidakselarasan. Sebagai contoh UU Sisdiknas dan
UU Pendidikan Tinggi sama-sama mengatur Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Meskipun UU Pendidikan Tinggi fokus pada standar nasional
pendidikan tinggi, tapi ada tumpang tindih yang cukup besar. Urgensi lain
dari perubahan undang-undang tersebut, karena banyak ketentuan yang
sudah tidak relevan lagi untuk diimplementasikan. Misalnya, terkait adanya
kewajiban guru mengajar 24 jam tatap muka per minggu. Kebijakan itu
sudah tidak relevan untuk kondisi saat ini, karena pandemi telah mengubah
tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh. Selain itu, kewajiban guru
tatap muka tidak bisa disamakan antara guru di daerah dengan di kota-kota
besar. Aturan atau ketentuan tersebut saat ini dikunci dalam undang-
undang, sehingga tidak fleksibel. Akibatnya, ketika ada perkembangan
zaman dan teknologi, atau kejadian tidak terduga, seperti pandemi, hal
teknis tidak bisa segera disesuaikan di lapangan, padahal perlu disesuaikan.
2) Diminta Tidak Tergesa-gesa
Keinginan pubik untuk ikut terlibat dalam penyusunan RUU Sisdiknas telah
mendorong munculnya berbagai masukan, pendapat hingga kritik terhadap
proses persiapan RUU Sisdiknas yang diinisasi pemerintah itu. Desakan
agar tidak tergesa-gesa merevisi RUU Sisdiknas tanpa keterbukaan dan uji
publik secara lebih luas, terus mengemuka. Aliansi Penyelenggaraan
Pendidikan Berbasis Masyarakat, yang terdiri dari Majelis Pendidikan Dasar
dan Menengah PP Muhammadiyah, LP Maarif NU PBNU, Majelis Pendidikan
Kristen, Majelis Nasional Pendidikan Katolik, Perguruan Taman Siswa dan
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), meminta agar pembahasan
Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional ditunda karena
adanya ketergesaan dan tidak transparan. Aliansi menyatakan revisi UU
Sisdiknas memang diperlukan, namun revisi ini memerlukan kajian yang
mendalam, naskah akademik yang komprehensif, keterlibatan publik yang
luas, dan berbagai macam perundangan yang beririsan. Pemerhati
pendidikan dari Vox Populi Institute Indonesia Indra Charismiadji meminta
agar perancangan RUU Sisdiknas melibatkan publik sejak awal dan
transparan.
3) Proses Penggodokan Masih Tahap Awal
Pembahasan Rancangan Undang-Undang Sisdiknas masih pada tahap awal
perencanaan dan tidak dilakukan tergesa-gesa, sebab akan ada pelibatan
publik yang lebih luas lagi. Namun harus dilaksanakan secara bermakna,
bukan sekadar formalitas. Artinya memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk melakukan kajian naskah akademik tentang RUU
Sisdiknas. Uji publik terbatas sudah dilakukan beberapa kali untuk meminta
masukan dari berbagai perwakilan organisasi pemangku kepentingan
pendidikan maupun individu untuk menyempurnakan draf naskah
akademik dan RUU. Setelah serangkaian uji publik terbatas pada tahap
pertama, saat ini tim sedang memproses masukan dari puluhan organisasi
dan individu. RUU masih draf pertama untuk menghasilkan draf kedua.
4) Terjadi Pemerataan Pendidikan
RUU Sisdiknas menawarkan sejumlah perubahan untuk memperkuat dan
mempertegas definisi prinsip-prinsip penyelengaraan yang sudah baik
dalam UU Sisidiknas saat ini. Yaitu prinsip demokratis, berkeadilan, tidak
diskriminatif, dielaborasi maknanya, sehingga tidak ambigu. Selain itu,
karena mengintegrasikan UU Pendidikan Tinggi, dimasukkan prinsip yang
belum muncul di UU Sisidiknas, yaitu menjunjung tinggi kebenaran ilmiah.
UU ini juga mengubah prinsip pembelajaran dengan berorientasi pada
pelajar serta memberi ruang untuk memperjuangkan hak-hak kelompok
minoritas. Sistem pendidikan nasional diharapkan mampu menjamin
pemerataan akses pendidikan kepada semua warga negara, menjamin mutu
dan kualitas pendidikan secara merata di seluruh Indonesia sehingga tidak
terjadi kesenjangan dalam penyelenggaraan pendidikan. Selain itu tujuan
dari Rancangan UU Sisdiknas untuk memenuhi amanat pasal 31 ayat 1
Undang-Undang Dasar 1945 untuk mewujudkan satu sistem pendidikan
nasional. (Kemendikbudristek n.d.)

b. Kekurangan
a. Kurang Partisipasi Publik
RUU Sisdiknas dinilai kurang melibatkan partisipasi publik, dan dianggap tidak
mengedepankan asas keterbukaan. Menurut Ketua Dewan Pengarah Aliansi
Penyelenggara Pendidikan Indonesia (APPI) Doni Koesoema Albertus, dalam
penyusunan draf RUU, pemerintah dan DPR harus mendengarkan masukan
dari para pemangku kepentingan di sektor pendidikan. Seperti yang dikatakan
menteri pendidikan dan kebudayaan sebelumnya bahwa RUU akan terbuka
untuk pendapat para pemangku kepentingan sektor pendidikan, akan tetapi
dalam kenyataannya tidak sesuai.
b. Pembahasan RUU Sisdiknas tergesa-gesa
Upaya pemerintah mengusulkan RUU Sisdiknas dalam program legislasi
prioritas perubahan tahun 2022 DPR RI mendapat penolakan dari sejumlah
elemen pendidikan. Mereka menilai hal ini tergesa-gesa. Pengurus Besar
Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI meminta agar pembahasan RUU
Sisdiknas itu tidak terburu-buru. Terlebih RUU itu bersifat omnibus law yang
menggabungkan tiga Undang-Undang menjadi satu. Beliau juga mengatakan
bahwa sebaiknya RUU Sisdiknas ditunda dan tidak dipaksakan dibahas dalam
Prolegnas Prioritas tahun 2022.
c. Tunjangan profesi guru dihapuskan
Dalam draf RUU Sisdiknas per 22 Agustus 2022 disebutkan pembebasan
tunjangan profesi guru. Hal ini dianggap telah melukai rasa keadilan para
pendidik. Karena sebagian besar pendidik, khususnya dari lembaga swasta
hanya mendapatkan honor dari tunjangan profesi guru saja.
d. Nama madrasah dihilangkan
Salah satu polemik dalam draf RUU Sisdiknas kata madrasah dihilangkan
bersama dengan nama satuan pendidikan formal lainnya. Istilah itu diganti
dengan nama pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
keagamaan. Hal itu terjadi karena pada dasarnya RUU Sisdiknas 2022 bersifat
omnibus law, hukum yang banyak untuk semua di bidang pendidikan. Sebab,
dalam RUU itu tak memunculkan nama madrasah, bahkan SD, SMP dan SMA.
Mengutip laman Kementerian Agama, dalam skema RUU Sisdiknas 2022 jalur
pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan
informal.(Setiiawan 2022) Hal ini menjadi permasalahan yang paling mandasar
dalam dunia pendidikan islam karena kualitas pendidikan islam di Indonesia
masih terbilang rendah meskipun mayoritas penduduknya adalah islam. Prof.
Dr. Muhaimin dan Prof. Dr. Sutiah dalam bukanya mengatakan bahwa
rendahnya kualitas pendidikan Islam akan berdampak pada rendahnya kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang mampu berkompetisi di dunia global, dan
sekaligus akan berdampak pula pada rendahnya produktivitas (termasuk di
dalamnya produktivitas iptek) dan pendapatan para warga negaranya.
Pengembangan iptek di dunia Islam pada era globalisasi juga merupakan
kebutuhan vital untuk menjembatani kesenjangan yang mencolok antara
idealitas ajaran dan nilai-nilai Islam (sebagaimana terkandung dalam Al-
Qur'an dan Al-Sunah) dengan realitas pesatnya kemajuan iptek dan akselerasi
perubahan sosial-budaya yang notabene digagas dan didominasi oleh para
ilmuwan dan teknologi nonmuslim. (Muhaimin, Prof. Dr. and Suti’ah 2009:20)
Demikian hal ini teramsuk dalam kelemahan RUU SISDIKNAS tahun 2022.

D. KESIMPULAN
1. Rancangan Undang-undang Sisdiknas 2022 adalah Rancangan Undang-Undnag
tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2022. RUU Sisdiknas 2022 dibentuk
pemerintah dalam rangka mengintegrasikan dan mencabut tiga Undang-Undang
terkait pendidikan di Indonesia.
2. Pasal-pasal RUU Sisdiknas meliputi ; Perluasan program wajib belajar; Pendanaan
wajib belajar; Nomenklatur satuan pendidikan dapat disesuaikan; Mobilitas pelajar
pesantren formal dengan satuan pendidikan; Mapel wajib pendidikan pancasila;
Tidak Ada Aturan Tunjangan Profesi Guru; Calon Guru Wajib Lulus Pendidikan
Profesi Guru (PPG); PAUD Jadi Jenjang Tersendiri; dan Tridarma Perguruan Tinggi.
3. Kelebihan RUU Sisdiknas diantaranya: tidak tumpang tindih dan mengikuti
perkembangan zaman; diminta tidak tergesa-gesa; proses penggodokan masih
tahap awal; terjadi pemerataan pendidikan.
4. Kekurangan RUU Sisdiknas diantaranya: kurang partisipasi publik, pembahasan
RUU tergesa-gesa, tunjangan profesi guru dihapuskan; dan nama madrasah
dihilangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anon. 2020. “Pusat Perancangan Undang-Undang Badan Keahlian DPR RI.” Retrieved from
RUU Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Retrieved December 6, 2022
(https://pusatpuu.dpr.go.id/simas-puu/detail-ruu/id/112).

Anon. n.d. “2208-Naskah-RUU-Sisdiknas.Pdf.”

Azmar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danandjaja, James. 2014. “Metode Penelitian Kepustakaan.” Antropologi Indonesia. doi:


10.7454/ai.v0i52.3318.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2011. “Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia:


Kajian Tentang Implikasi Dan Kajian Strategi Implementasi KKNI.” Kementerian
Pendidikan Nasional RI.

Fatoni, Muhammad. n.d. “Analisis Data Kualitatif Miles Dan Hubermen - Kompasiana.Com.”
Retrieved December 6, 2022
(https://www.kompasiana.com/meykurniawan/556c450057937332048b456c/an
alisis-data-kualitatif-miles-dan-hubermen).

IPTEKDIKTI. 2017. Pedoman Penyelenggaraan Profesi Guru. Jakarta: RISTEKDIKTI.

Kemendikbudristek. n.d. “Apa Saja Sisi Positif RUU Sisdiknas? | Rancangan Undang-Undang
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.” Retrieved December 6, 2022
(https://sisdiknas.kemdikbud.go.id/apa-saja-sisi-positif-ruu-sisdiknas/).

Media, Kompas Cyber. 2022. “RUU Sisdiknas, Daftar Aturan Baru Jenjang PAUD, SD, SMP,
SMA Sederajat Halaman all.” KOMPAS.com. Retrieved December 6, 2022
(https://www.kompas.com/edu/read/2022/09/09/102254571/ruu-sisdiknas-
daftar-aturan-baru-jenjang-paud-sd-smp-sma-sederajat).

Muhaimin, Prof. Dr., and Prof. Dr. Suti’ah. 2009. Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah / Madrasah). Jakarta: Prenada Media.
RI, Setjen DPR. 2021. “Revisi UU Sisdiknas Bertujuan Sinkronkan UU yang Berpotensi
Tumpang-tindih.” Retrieved December 6, 2022
(http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/32068).

Setiawan, Agus. 2019. “MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH (Analisis


Implementasi Media Pembelajaran Berbasis PAI).” 10:18.

Setiiawan, Bram. 2022. “4 Polemik RUU Sisdiknas, Minim Pelibatan Publik.” Retrieved
December 11, 2022 (https://nasional.tempo.co/read/1628061/4-polemik-ruu-
sisdiknas-minim-pelibatan-publik).

Yustiana, Yusi Riksa, Fitri Aryanti, Fitriah Khoirunnisa, Geterudis Kerans, and Marfuatun
Marfuatun. 2022. “STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU IPA DI INDONESIA:
ANALISIS KRITIS RUU SISDIKNAS 2022.” Vidya Karya 37(1):23–32. doi:
10.20527/jvk.v37i1.13173.

You might also like