You are on page 1of 13

PINTU : Pusat Penjamin Mutu

Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074

LINI MASA KEBIJAKAN KURIKULUM MERDEKA DALAM TATANAN


KOTRUKSI MUTU PROFIL PELAJAR PANCASILA

Oleh
I Putu Suardipa
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singara
putu.suardipa@yahoo.com

Abstract
The Merdeka Curriculum continues the previous curriculum, based on literature
research there are several components within the framework of the 2022 Merdeka
Curriculum which includes student profiles of Pancasila, CP, curriculum, and learning
and assessment principles, further curriculum in the operational curriculum of the
education unit. The student profiles of Pancasila and CP become a reference for the
formulation of learning objectives. When formulating learning objectives, educators can
project learning activities as well as the form and assessment strategies that will be carried
out, so that learning objectives, learning activities, and assessments are interrelated. The
assessment is used as feedback for students and reflection for educators for continuous
learning improvement. The education unit and/or local government can add additional
content according to the needs and characteristics of the education unit and/or region. The
implementation of the project to improve the profile of Pancasila students takes 20-30%
(twenty to thirty percent) of the total allocation of learning hours for 1 (one) year. The
project to strengthen the Pancasila student profile provides an opportunity for students to
apply application as a process of strengthening character, as well as an opportunity to
learn from the surrounding environment. The teaching tools in the Merdeka 2022
Curriculum are various teaching materials used by teachers and other educators in an
effort to achieve the Pancasila student profile and learning achievement..
Keywords: Merdeka Curriculum, Quality of Pancasila Student Profile

I. PENDAHULUAN
Kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi
selama masa pemulihan pembelajaran. Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar,
Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan menjelaskan pemerintah tidak akan memaksa semua
sekolah menggunakan kurikulum yang baru. Ini akan ditawakan sebagai opsi. Sama seperti
kurikulum kondisi khusus (kurikulum darurat) tahun lalu. Jadi di 2022 yang ditawarkan
kurikulum baru (Merdeka) sebagai salah satu opsi tambahan bagi sekolah yang percaya
dan merasa sudah siap menerapkan. Jadi bukan paksaan, melainkan tumbuh secara organik.
Untuk menyiapkan SDM guru dan tenaga kependidikan dalam menyambut Kurikulum
Merdeka ini, dalam dokumen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi,
dijelaskan beberapa strategi yang akan diterapkan. Di antaranya, fokus pada pelatihan
SDM dan pengembangan komunitas belajar.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum pilihan (opsi) yang dapat diterapkan
satuan pendidikan mulai tahun ajaran 2020-2023. Kurikulum Merdeka melanjutkan ada
pengembangan kurikulum sebelumnya. jika melihat dari kebijakan yang akan di ambil
pada pemangku kebijakan nantinya sebelum kurikulum nasional dievaluasi tahun 2024,
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
satuan pendidikan diberikan beberapa pilihan kurikulum untuk diterapkan di sekolah
(Sulbar, Led 2021).
Menurut Pulu, Ester. (2021) Kurikulum Merdeka diberikan sebagai opsi tambahan
bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022 - 2024
kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada tahun 2024 berdasarkan evaluasi
selama masa pemulihan pembelajaran. Kurikulum Merdeka dapat diartikan sebagai model
awal atau contoh yang dibuat untuk melakukan uji coba terhadap konsep yang sudah
diperkenalkan. Merdeka biasanya dibuat untuk melakukan beberapa uji coba, seperti untuk
mengetahui apakah konsep yang sudah dipaparkan bisa diimplementasikan ataupun untuk
menguji selera pasar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Merdeka adalah model asli
yang menjadi contoh. Bisa juga disebut sebagai contoh baku yang memiliki ciri khas.
Namun jika kita lihat dari asal katanya, Merdeka merupakan kata serapan Bahasa Inggris
yakni Merdeka. Kurikulum Merdeka diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan
pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024 (Sulbar, Led
2021).
Implementasi Kurikulum Paradigma Baru ini Kemendikbud Dikti memberikan
sejumlah dukungan kepada pihak sekolah. Kemendikbud Dikti menyediakan Buku Guru,
modul ajar, ragam asesmen formatif, dan contoh pengembangan kurikulum satuan
pendidikan untuk membantu dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Modul lebih
dianjurkan disiapkan oleh guru mata pelajaran masing-masing. Akan tetapi kalau pada
tahap awal guru belum cukup mampu untuk menyusun modul pembelajaran, maka dapat
menggunakan modul yang telah disusun oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset
dan Teknologi. Agaknya terlalu banyak yang masih perlu dipahami secara mendalam
tentang Kurikulum Paradigma Baru ini sebelum diterapkan secara holistik pada seluruh
satuan pendidikan. Berita baiknya kurikulum ini belum akan dilaksanakan dalam waktu
dekat pada seluruh satuan pendidikan. Sehingga masih tersedia cukup waktu untuk warga
sekolah khususnya kepala sekolah dan guru sebelum benar-benar
mengimplementasikannya nanti (Richards, J. C. 2001). Semoga saja informasi yang
singkat tentang Kurikulum Paradigma Baru ini dapat menjadi pemantik bagi pelaku
pendidikan di satuan pendidikan untuk mempelajari lebih jauh. Tempat belajar secara
langsung tentang Implementasi Kurikulum Paradigma Baru ini tentunya pada sekolah
penggerak yang telah terlebih dahulu menerapkannya pada tahun ajaran 2021/2022 ini.
Mari bersama mencapai pendidikan lebih baik untuk anak bangsa.

II. METODE
Artikel ini mengkaji lini masa kebijakan Kurikulum Merdeka dalam tatanan
kotruksi mutu Profil Pelajar Pancasila, jenis metode yang digunakan adalah literatur
research dengan cara mengumpulkan teori-teori, literatur ilmiah yang relevan, linear
dengan topik yang dibahas. Studi Literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan
dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Data yang
diperoleh dikompulasi, dianalisis, dan disimpulkan sehingga mendapatkan kesimpulan
mengenai lini masa kebijakan Kurikulum Merdeka dalam tatanan kotruksi mutu Profil
Pelajar Pancasila.

III. PEMBAHASAN
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
Menurut Nugroho. A (2021) Mulai tahun pelajaran 2021-2022, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah meluncurkan Kurikulum Paradigma
Baru sebagai penyempurnaan dari KTSP 2013. Kurikulum Paradigma Baru ini akan
diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui program sekolah penggerak dan pada
akhirnya akan diterapkan pada setiap satuan pendidikan yang ada di Indonesia. Sebelum
diterapkan pada setiap satuan pendidikan, mari kita mengenal 7 (tujuh) hal baru yang ada
dalam Kurikulum Paradigma Baru.
1) Struktur Kurikulum, Profil Pelajar Pancasila (PPP) menjadi acuan dalam
pengembangan Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian, atau Struktur
Kurikulum, Capaian Pembelajaran (CP), Prinsip Pembelajaran, dan Asesmen
Pembelajaran. Secara umum Struktur Kurikulum Paradigma Baru terdiri dari
kegiatan intrakurikuler berupa pembelajaran tatap muka bersama guru dan kegiatan
proyek. Selain itu, setiap sekolah juga diberikan keleluasaan untuk mengembangkan
program kerja tambahan yang dapat mengembangkan kompetensi peserta didiknya
dan program tersebut dapat disesuaikan dengan visi misi dan sumber daya yang
tersedia di sekolah tersebut.
2) Hal yang menarik dari Kurikulum Paradigma Baru yaitu jika pada KTSP 2013 kita
mengenal istilah KI dan KD yaitu kompetensi yang harus dicapai oleh siswa setelah
melalui proses pembelajaran, maka pada Kurikulum Paradigma Baru kita akan
berkenalan dengan istilah baru yaitu Capaian Pembelajaran (CP) yang merupakan
rangkaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai satu kesatuan proses yang
berkelanjutan sehingga membangun kompetensi yang utuh. Oleh karena itu, setiap
asesmen pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru haruslah mengacu pada
capaian pembelajaran yang telah ditetapkan.
3) Pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan tematik yang selama ini hanya
dilakukan pada jenjang SD saja, pada kurikulum baru diperbolehkan untuk
dilakukan pada jenjang pendidikan lainnya. Dengan demikian pada jenjang SD
kelas IV, V, dan VI tidak harus menggunakan pendekatan tematik dalam
pembelajaran, atau dengan kata lain sekolah dapat menyelenggarakan pembelajaran
berbasis mata pelajaran.
4) Jika dilihat dari jumlah jam pelajaran, Kurikulum Paradigma Baru tidak menetapkan
jumlah jam pelajaran perminggu seperti yang selama ini berlaku pada KTSP 2013,
akan tetapi jumlah jam pelajaran pada Kurikulum Paradigma Baru ditetapkan
pertahun. Sehingga setiap sekolah memiliki kemudahan untuk mengatur
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Suatu mata pelajaran bisa saja tidak
diajarkan pada semester ganjil namun akan diajarkan pada semester genap atau
dapat juga sebaliknya, misalnya mata pelajaran IPA di kelas VIII hanya diajarkan
pada semester ganjil saja. Sepanjang jam pelajaran pertahunnya terpenuhi maka
tidak menjadi persoalan dan dapat dibenarkan.
5) Sekolah juga diberikan keleluasaan untuk menerapakan model pembelajaran
kolaboratif antar mata pelajaran serta membuat asesmen lintas mata pelajaran,
misalnya berupa asesmen sumatif dalam bentuk proyek atau penilaian berbasis
proyek. Pada Kurikulum Paradigma Baru siswa SD paling sedikit dapat melakukan
dua kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran. Sedangkan siswa SMP,
SMA/SMK setidaknya dapat melaksanakan tiga kali penilaian proyek dalam satu
tahun pelajaran. Hal ini bertujuan sebagai penguatan Profil Pelajar Pancasila.
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
6) Untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang pada KTSP
2013 dihilangkan maka pada Kurikulum Paradigma Baru mata pelajaran ini akan
dikembalikan dengan nama baru yaitu Informatika dan akan diajarkan mulai dari
jenjang SMP. Bagi sekolah yang belum memiliki sumber daya/guru Informatika
maka tidak perlu khawatir untuk menerapkan mata pelajaran ini karena mata
pelajaran ini tidak harus diajarkan oleh guru yang berlatar belakang
TIK/Informatika, namun dapat diajarkan oleh guru umum. Hal ini disebabkan
karena pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi telah mempersiapkan buku pembelajaran Informatika yang sangat mudah
digunakan dan dipahami oleh pendidik dan peserta didik.
7) Untuk mata pelajaran IPA dan IPS pada jenjang Sekolah Dasar Kelas IV, V, dan VI
yang selama ini berdiri sendiri, dalam Kurikulum Paradigma Baru kedua mata
pelajaran ini akan diajarkan secara bersamaan dengan nama Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Sosial (IPAS). Hal ini bertujuan agar peserta didik lebih siap
dalam mengikuti pembelajaran IPA dan IPS yang terpisah pada jenjang
SMP.Sedangkan pada jenjang SMA peminatan atau penjurusan IPA, IPS, dan
Bahasa akan kembali dilaksanakan pada kelas XI dan XII.

1.1 Lini Masa Kebijakan Kurikulum


Seperti kita ketahui bersama dimasa pandemi satuan pendidikan diberikan
opsi/pilihan untuk mengunkan kurikulum sesui dengan kemampuannya, dimana pada
tahun 2020-2021 sekolah diberikan pilihan mengunkan kurikulum 2013 atau
kurikulum darurat. Pada tahun 2022-2024 satuan pendidikan mendapatkan
opsi/pilihan kurikulum tambahan yaitu kurikulum Merdeka bagi semua satuan
pendidikan. dan pada tahun 2024 akan dilaksanakan evaluasi terhadap kurikulum pada
masa pandemi pemulihan pembelajaran untuk menentukan kurikulum yang akan
diterapkan secara nasional. Kurikulum Merdeka diberikan sebagai opsi tambahan bagi
satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022 sampai
dengan 2024. Kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada tahun 2024
berdasarkan evaluasi selama masa pemula pembelajaran yaitu:
1) Pra pandemi satuan pendidikan menggunakan kurikulum 2013.
2) Pada pandemi 2020-2021 satuan pendidikan menggunakan kurikulum darurat
(kurikulum 2013 yang disederhanakan).
3) Pandemi 2021-2022 satuan pendidikan menggunakan kurikulum 2013,
kurikulum darurat dan kurikulum Merdeka di SP dan SMK PK.
4) Pemulihan pembelajaran 2022-2024 satuan pendidikan menggunakan
kurikulum 2013 kurikulum dan kurikulum Merdeka sebagai opsi bagi semua
satuan Pendidikan.
5) Tahun 2024 satuan pendidikan melakukan penentuan kebijakan kurikulum
nasional berdasarkan evaluasi terhadap kurikulum pada masa pemulihan
pembelajaran.
Kemendikbudristek menyusun model literasi dan numerasi untuk membantu guru
menerapkan kurikulum. Juga tersedia modal untuk orang tua yang dapat digunakan di
rumah. Selanjutnya sekolah akan melaksanakan kurikulum Merdeka sebagai pilihan
tambahan untuk melakukan pembelian pembelajaran selama 2022 - 2024. Kebijakan
kurikulum nasional akan dikaji ulang pada tahun 2024 berdasarkan informasi selama
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
masa pemulihan pembelajaran. Data kualitatif mengkonfirmasi bahwa guru merasa
terbantu untuk melihat materi yang esensial sehingga bisa merancang dan menerapkan
pembelajaran yang lebih baik (Suardipa, I. P. 2020). Modul literasi numerasi dari
Kemendikbud juga sering disebutkan sebagai alat bantu yang bermanfaat untuk
menerapkan kurikulum. Hasil Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 seperti berikut
ini:
1. Komponen perangkat pembelajaran terlalu banyak dan menyulitkan guru dalam
membuat perencanaan.
2. menerjemahkan dalam pembelajaran yang sesuai filosofi Kurikulum 2013.
3. Strategi sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring implementasi
Kurikulum 2013 belum terlaksana secara tepat dan optimal, belum variatif,
belum sesuai dengan kebutuhan, dan belum efektif. Contoh kendala: sosialisasi
tidak sampai langsung kepada tingkat gugus, pemilihan instruktur ditetapkan
sentralistik sehingga tidak sesuai kebutuhan, dan pelatihan masih dilakukan
secara konvensional dengan ceramah yang cenderung teoretik.
4. Masih banyak pengawas, kepala sekolah, dan guru yang memiliki pemahaman
kurang tentang kerangka dasar, diversifikasi, dan konsep implementasi
Kurikulum 2013.
5. Sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring implementasi Kurikulum
2013 belum berdampak optimal terhadap pemahaman pengawas, kepala
sekolah, dan guru, kemampuan dan kinerja guru, serta peningkatan kualitas
pendidikan di sekolah.
Menurut Kusmiran, dan Rinto. (2021) Kurikulum Merdeka melanjutkan arah
pengembangan kurikulum sebelumnya:
1) Orientasi holistik: kurikulum dirancang untuk mengembangkan murid secara
holistik, mengembangkan minat belajar dan non-akademis, kompetensi kognitif,
sosial, emosional, dan spiritual.
2) Berbasis kompetensi, bukan konten: kurikulum dirancang berdasarkan yang
dikembangkan, bukan berdasarkan konten atau materi tertentu.
3) Kontekstualisasi dan personalisasi: kurikulum dirancang sesuai konteks (budaya,
misi sekolah, lingkungan lokal) dan kebutuhan peserta didik.

2.2 Karakteristik Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka sebagai kelanjutan arah pengembangan kurikulum
sebelumnya yaitu berorientasi holistik, berbasis kompetensi dan kontekstualisasi dan
personalisasi. Kurikulum Merdeka memiliki karakteristik utama guna mendukung
pemulihan pembelajaran yaitu: Kurikulum Merdeka memiliki beberapa karakteristik
utama yang mendukung pemulihan pembelajaran:
1. Pengembangan soft skills dan karakter (akhlak mulia, gotong royong,
kebinekaan, kemandirian, nalar kritis, kreativitas) mendapat porsi khusus
melalui pembelajaran berbasis projek.
2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan
konteks dan muatan lokal.
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
Kurikulum Merdeka mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi
dasar. Kurikulum Merdeka memiliki beberapa karakteristik utama yang mendukung
pemulihan pembelajaran:
1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter
(iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong; kebinekaan global;
kemandirian; nalar kritis; kreativitas).
2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan
konteks dan muatan lokal.
Adapun Karakteristik Umum Kurikulum Merdeka yaitu:
1) Pengembangan Karakter
Menurut Samsudin, S. (2018) Kurikulum 2013 sudah menekankan pada
pengembangan karakter nama belum memberi porsi khusus pada struktur
kurikulumnya. Kurikulum Merdeka pembelajaran berbasis projek untuk
mengembangkan soft skills serta karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia,
gotong royong, kebinekaan global, kemandirian, nalar kritis, kreativitas) dalam
struktur kurikulum Merdeka 20%-30% jam pembelajaran digunakan untuk
pengembangan karakter profil pelajar Pancasila melalui pembelajaran berbasis
projek. melalui pembelajara berbasis projek dapat mengembangkan karakter
karena memberikan kesempatan untuk belajar melalui
pengalamanmengintegrasikan kompetensi esensial yang dipelajarai peserta
didik dari berbagai disiplin ilmustruktur belajar yang fleksibel (Bryk, A. S., at
all. 2015). Pengembangan Pendidikan karakter dibagi: (1) Karakter yang
diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri; dan (2) Karakter yang built-in
dalam setiap mata pelajaran. Sampai saat ini, pendekatan pertama ternyata lebih
efektif dibandingkan pendekatan kedua. Salah satu alasannya ialah karena para
guru mengajarkan masih seputar teori dan konsep, belum sampai ke ranah
metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses
pembelajaran mencakup aspek konsep (hakikat), teori (syari’at), metode
(tharekat) dan aplikasi (ma’rifat). Jika para guru sudah mengajarkan kurikulum
secara komprehensif melalui konsep, teori, metodologi dan aplikasi setiap
bidang studi, maka kebermaknaan yang diajarkannya akan lebih efektif dalam
menunjang pendidikan karakter (Alwi, 2017). yang dimana mencakup: (1) tahap
studi pendahuluan, yaitu: identifikasi masalah dan analisis kebutuhan (2) tahap
studi pengembangan, dimulai dari perencanaan, pengembangan/ penyusunan
desain awal (Merdeka), pengembangan bahan ajar hingga menjadi produk bahan
ajar buku Perencanaan Pembelajaran; dan (3) tahap validasi dan evaluasi untuk
menguji kepraktisan dan keefektifan bahan ajar yang dihasilkan.
Tema-tema utama pembelajaran berbasis projek. Menurut menyediakan 7
tema utama yang perlu dikembangkan menjadi modul dengan topik dan tujuan
yang lebih spesifik yaitu: Bangunlah jiwa dan raga, Merekayasa dan
berteknologi untuk membangun NKRI, Bhinneka tunggal Ika, Gaya hidup
berkelanjutan, Kearifan local, Kewirausahaan, Suara demokrasi, Fokus pada
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
Materi Esensial (Literasi dan Numerasi)
Fokus pada materi esensial dengan tujuan adanya kecukupan waktu untuk
belajar yang mendalam pada kompetensi dasar Literasi dan Numerasi.
Pengalaman belajara yang mendalam dapat diterapkan dengan metode
pembelajaran diskusi, kerja kelompok, pembelajaran berbasisi problem dan
projek (Muttaqin, T. 2018). metode pembelajran ini sanggat memerlukan waktu
yang panjang, jika materi pelajaran terlalu padat maka guru akan lebih memilih
metode ceramah satu arah dengan tujuan menuntaskan materi. Namun
kurikulum Merdeka berfokus pada materi esensial pada setiap mata pelajaran
gune memberikan ruang dan waktu bagi pengembangan kompetensi yang
mendasar seperti Literasi dan Numerasi secara mendalam.
Menurut Alwi, Z. dkk (2017) Proses pembelajaran yang mengacu pada
pendekatan Saintifik meliputi lima langkah, yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Selanjutnya
dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengamati, yaitu kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera
penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan
peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat
bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan,
mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta,
membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet
maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah
siswa dapat mengidentifikasi masalah.
2) Menanya, yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin
diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu
proses tertentu. Dal am kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan
secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya.
Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa
lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa
dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara
lisan dan tulisan serta harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk
tetap aktif dan gembira (Fullan, Michael. 2007). Bentuknya dapat berupa
kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari kegiatan
menanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan
hipotesis.
3) Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa mencari informasi sebagai
bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data
dapat dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data
sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara,
menyebarkan kuesioner, dan lain-lain (Wilcox, K.C., Lawson. 2017).
Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat
menguji hipotesis.
4) Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk
serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu.
Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan klasifikasi,
pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga
lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data misalnya membuat
tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan (Drake, C.
& Sherin, M.G. 2006). Selanjutnya siswa menganalisis data untuk
membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data yang telah
diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau
ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam
menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan
pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan menalar/ mengasosiasi adalah
siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.
5) Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan
menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan
kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk di-agram,
bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi
sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi (OECD. 2020).
Hasil belajar dari kegiatan mengkomunikasikan adalah siswa dapat
memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.

2.4 Kerangka Dasar Kurikulum


Kerangka dasar kurikulum merupakan landasan utama dalam pengembangan
struktur kurikulum yang menjadi acuan pembelajaran. Kerangka dasar kurikulum
mengarahkan kompetensi yang perlu dikuasai peserta didik, karakter yang perlu
dibangun dan dikembangkan, serta materi pelajaran yang perlu dipelajari peserta didik.
Kerangka dasar kurikulum juga mengatur prinsip-prinsip yang perlu menjadi acuan guru
ketika merancang pembelajaran dan asesmen. Kerangka dasar Kurikulum Merdeka
2022 (Kurikulum Merdeka 2022) terdiri dari: struktur kurikulum; capaian pembelajaran
(CP); dan prinsip pembelajaran dan asesmen. Dalam implementasi Kurikulum Merdeka
2022 (Kurikulum Merdeka 2022), pemerintah menyediakan berbagai contoh kurikulum
operasional dan perangkat ajar untuk membantu sekolah dan guru. Contoh kurikulum
operasional dan perangkat ajar digunakan sebagai referensi untuk menginspirasi sekolah
dan guru dalam mengembangkan kurikulum operasional dan perangkat ajar secara
mandiri yang kontekstual serta sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan
peserta didik (Ornstein, A.C. & Hunkins, F.P. 2018). Contoh kurikulum operasional dan
perangkat ajar tersebut bukan merupakan kewajiban bagi sekolah dan guru untuk
menggunakannya.

2.5 Strategi Pengembangan


Strategi pengembangan pada pengembangan struktur kurikulum yang menjadi
acuan pembelajaran pada kurikulum Merdeka adalah
1) Fokus pelatihan kepada Sumber Daya Manusia.
2) Peningkatan kapasitas guru dan tenaga kependidikan dalam menerapkan Merdeka
Merdeka.
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
3) Mempercepat peningkatan kapasitas guru dan tenaga kependidikan secara masif
agar siap menerapkan kurikulum Merdeka.
4) Komunitas belajar. Komunitas belajar dapat terdiri dari guru, KS, PS dari Sekolah
Penggerak atau Guru Penggerak. Komunitas belajar ini memfasilitasi berbagi
praktik baik penerapan kurikulum Merdeka
5) Adopsi kurikulum dapat dilakukan secara bertahap (learning journey).
Penerapan kurikulum dilakukan melalui tahapan berdasarkan kapasitas dan
penetapan target oleh satuan pendidikan.
1) Tahap 1 Kompleksitas Sederhana
Mengikuti contoh yang telah disediakan/dilatihkan
2) Tahap 2 Kompleksitas Dasar
Melakukan modifikasi mengacu pada contoh yang disediakan/dilatih.
3) Tahap 3 Kompleksitas Sedang
Melakukan pengembangan sesuai konteks satuan pendidikan dengan pelibatan
warga sekolah dan masyarakat secara terbatas.
4) Tahap 4 Kompleksitas Tinggi
Melakukan pengembangan sesuai konteks satuan pendidikan dengan pelibatan
warga sekolah secara luas.

1.6 Kebijakan Kurikulum Merdeka dalam Tatanan Kotruksi Mutu Profil Pelajar Pancasila
Kurikulum Merdeka 2022 (Kurikulum Merdeka 2022), Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila merupakan kegiatan pembelajaran berbasis projek yang yang
dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai
dengan profil pelajar Pancasila. Projek penguatan profil pelajar Pancasila dilaksanakan
dalam berbagai aktivitas berbasis projek sebagai unit pembelajaran terintegrasi
sehingga tidak ada lagi sekat antar-mata pelajaran. Pelaksanaan projek penguatan
profil pelajar Pancasila mengambil alokasi waktu 20-30% (dua puluh sampai dengan
tiga puluh persen) dari total alokasi jam pelajaran selama 1 (satu) tahun. Untuk
pelaksanaan projek pemerintah menetapkan tema-tema utama yang dapat dijabarkan
dalam topik yang spesifik oleh satuan pendidikan sesuai dengan konteks wilayah serta
karakteristik peserta didik.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan sebagai proses penguatan karakter,
sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Pembelajaran dalam
projek perlu dirancang dengan baik agar alokasi waktu dapat memberikan manfaat
untuk pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik. Pada PAUD, kegiatan
projek dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan harian. Pada SD, SMP, SMA
dan SLB kegiatan projek dilaksanakan sebagai kegiatan pembelajaran yang lebih
fleksibel, tidak terpaku pada jadwal belajar seperti kegiatan reguler, serta lebih banyak
melibatkan lingkungan dan masyarakat sekitar dibandingkan pembelajaran reguler.
Perangkat ajar dalam Kurikulum Merdeka 2022 (Kurikulum Merdeka
2022) merupakan berbagai bahan ajar yang digunakan oleh guru dan pendidik lainnya
dalam upaya mencapai profil pelajar Pancasila dan capaian pembelajaran. Perangkat
ajar meliputi buku teks pelajaran, modul ajar, video pembelajaran, serta bentuk
lainnya. Pendidik dapat menggunakan beragam perangkat ajar dari berbagai sumber
dalam 1 (satu) tahun ajaran. Pemerintah menyediakan beragam perangkat ajar untuk
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
membantu pendidik yang membutuhkan referensi atau inspirasi dalam pengajaran.
Pendidik memiliki keleluasaan untuk membuat sendiri, memilih, dan memodifikasi
perangkat ajar yang tersedia sesuai dengan konteks, karakteristik, serta kebutuhan
peserta didik.
Secara umum 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila beserta elemen di dalamnya
adalah sebagai berikut:
1) Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia.
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak
mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan
pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci
beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak
beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak
kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.
2) Berkebinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan
tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga
menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan
budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa.
Elemen dan kunci kebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai
budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi
dengansesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman
kebinekaan.
3) Bergotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotongroyong, yaitu kemampuan
untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan
yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari
bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.
4) Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung
jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari
kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.
5) Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik
kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi,
menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen
dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan,
menganalisis dan mengevaluasi penalaran, refleksi pemikiran dan proses
berpikir, dan mengambil keputusan.
6) Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari
menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karyadan tindakan yang
orisinal.
Struktur kurikulum dalam Kurikulum Merdeka merupakan pengorganisasian atas
capaian pembelajaran, muatan pembelajaran, dan beban belajar. Pemerintah mengatur
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
muatan pembelajaran wajib beserta beban belajarnya. Satuan pendidikan dan/atau
pemerintah daerah dapat menambahkan muatan tambahan sesuai kebutuhan dan
karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah. Pembelajaran dengan model Kurikulum
Merdeka dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan utama, yaitu: pembelajaran reguler atau rutin
yang merupakan kegiatan intrakurikuler; dan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Kegiatan pembelajaran reguler untuk setiap mata pelajaran mengarah pada CP dan profil
pelajar Pancasila. Pembelajaran berbasis projek dalam projek penguatan profil pelajar
Pancasila diselenggarakan untuk menguatkan upaya pencapaian profil pelajar Pancasila.
Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila diatur sebagai berikut: 1)
dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah; 2) tidak
diarahkan untuk mencapai target CP tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata
pelajaran; 3) merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih fleksibel, tidak terpaku pada
jadwal belajar seperti kegiatan reguler, serta lebih banyak melibatkan lingkungan dan
masyarakat sekitar dibandingkan pembelajaran reguler; dan 4) peserta didik berperan besar
dalam menentukan strategi dan aktivitas projeknya, sementara guru atau pendidik PAUD
berperan sebagai fasilitator.
Kemendikbudristek mengatur beban belajar untuk setiap muatan atau mata
pelajaran dalam Jam Pelajaran (JP) per-tahun. Oleh karena itu, satuan pendidikan dapat
mengatur pembelajaran secara fleksibel di mana alokasi waktu setiap minggunya tidak
selalu sama dalam 1 (satu) tahun. Sebagai contoh, satuan pendidikan dapat mengajarkan
mata pelajaran secara intensif dalam kurun waktu 1 (satu) semester untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik untuk melakukan pameran unjuk kerjanya di akhir semester
pertama. Oleh karena itu, alokasi waktu yang ditargetkan untuk 1 (satu) tahun dapat dicapai
dalam kurun waktu 1 (satu) semester. Dengan demikian, satuan pendidikan dapat
meniadakan mata pelajaran tersebut pada semester berikutnya karena JP yang harus
dipenuhi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun telah dicapai dalam waktu 1 (satu) semester.
Pengaturan beban belajar seperti ini dilakukan agar pembelajaran lebih bermakna karena
peserta didik memiliki waktu belajar yang lebih efektif dan dapat fokus pada kompetensi
yang ingin dicapai tanpa membebaninya dengan muatan yang terlalu padat. Namun
demikian, alokasi JP intrakurikuler per-minggu tetap disampaikan untuk membantu guru
dalam merancang kurikulum dan pembelajaran.
Pemerintah juga mengatur proporsi beban belajar untuk setiap muatan atau mata
pelajaran. Proporsi beban belajar diatur untuk pembelajaran intrakurikuler dan projek
penguatan profil pelajar Pancasila. Alokasi waktu untuk kegiatan projek yang diarahkan
untuk penguatan pencapaian profil pelajar Pancasila digunakan secara lebih fleksibel
dibandingkan pembelajaran intrakurikuler karena projek penguatan profil pelajar Pancasila
bukan suatu kegiatan rutin per- minggu. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah
yang menambahkan muatan tambahan sesuai kebutuhan dan karakteristik satuan
pendidikan dan/atau daerah, secara fleksibel dapat mengelola kurikulum muatan lokal.
Pembelajaran muatan lokal dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pilihan sebagai berikut:
1. Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain.
Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat menentukan capaian
pembelajaran untuk muatan lokal, kemudian memetakannya ke dalam mata pelajaran
lain. Sebagai contoh, tentang batik diintegrasikan dalam mata pelajaran Seni Rupa,
sejarah lokal suatu daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPS, dan
sebagainya.
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
2. Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema projek penguatan profil pelajar
Pancasila.
Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat mengintegrasikan muatan lokal
ke dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila. Sebagai contoh, projek
terkait dengan tema wirausaha dilakukan dengan mengeksplorasi potensi kerajinan
lokal, projek dengan tema perubahan iklim dikaitkan dengan isu-isu lingkungan di
wilayah tersebut, dan sebagainya.
3. Mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai
bagian dari program intrakurikuler.
Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat mengembangkan mata
pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari
programintrakurikuler. Sebagai contoh, mata pelajaran bahasa dan budaya daerah,
kemaritiman, kepariwisataan, dan sebagainya sesuai dengan potensi masing-masing
daerah. Dalam hal satuan pendidikan membuka mata pelajaran khusus muatan lokal,
beban belajarnya maksimum 72 (tujuh puluh dua) JP per tahun atau 2 (dua) JP per
minggu (Noeroel 2021).
IV. SIMPULAN
Lomba Bulan Bahasa Bali sebagai Pendidikan Bahasa Bali yang berkesinambungan
dilakukan melalui proses perencanaan yang meliputi empat aspek yaitu 1) Tujuan
Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali di Sekolah, 2) Keadaan Penyelenggaraan Lomba
Bulan Bahasa Bali Saat Ini di Sekolah, 3) Kemudahan dan Hambatan Penyelenggaraan
Lomba Bulan Bahasa Bali Saat ini di Sekolah, 4) Mengembangkan rencana atau
serangkaian kegiatan Penyelenggaraan Lomba Bulan Bahasa Bali. Setelah melewati
proses tersebut didapatkan sebuah rancangan perlombaan Bulan Bahasa Bali yang
bernama “Lomba Sekolah Ajeg Bali”. Kriteria penilaiannya meliputi 1) Implementasi
Pergub Nomor 79 dan Nomor 80 Tahun 2018. 2) Adanya poster berbahasa Bali, 3)
Terdapat taman usada dan taman upakara, 4) Terdapat bahan bacaan literasi Berbahasa
Bali, dan 5) Terdapat ekstrakurikuler yang mendukung pelestarian bahasa Bali.

DAFTAR PUSTAKA

AP, I. G. G. P. 2020. Sutindih ring Basa Bali; Sinergi Pemerintah dan Lembaga Non-
Pemerintah dalam Usaha Melestarikan Bahasa Bali. Makalah Kongres Bahasa
Indonesia.
Ardika, I Gede. 2006. Kebijakan, Strategi, dan Revitalisasi Bahasa Bali, Makalah dalam
Kongres Bahasa Bali VI di Denpasar, 10-23 Oktober 2006
Diari, K. P. Y., & Jayawangsa, I. G. A. R. (2020, June). Strategi Dan Inovasi
Pembelajaran Bahasa Aksara Dan Sastra Bali Di Era Industri 4.0. In Prosiding
Seminar Nasional Dharma Acarya (Vol. 1, No. 2).
George R. Terry, (1975). Badan perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta:
Erlangga.https://sman4singaraja.sch.id/bulan-bahasa-bali-iii-tahun-2021/
https://smpn2kuta.sch.id/2021/02/16/rangkaian-lomba-perayaan-bulan-
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 3, No 2, September 2022 ISSN : 2746-7074
bahasa-bali/ https://sixsmadenpasar.sch.id/kegiatan-lomba-bulan-bahasa-bali-
mengambil-tema-sabdaning-taru-mahottama/
Jayawangsa, I. G. A. R., & Suari, A. P. (2021). Relevansi Penguasaan Bahasa Bali
Dengan Pendidikan Karakter Dan Implementasinya Dalam Pendidikan.
Haridracarya: Jurnal Pendidikan Agama Hindu, 1(2), 119-128.
Jayawangsa, I. G. A. R. (2021). Penjaminan Mutu Pendidikan Bahasa Bali Pada Generasi
Digital dan Relevansinya Pada Masa Pandemi Covid-19. PINTU: Jurnal
Penjaminan Mutu, 1(1).
Jendra, I Wayan. (2006). Sikap Penutur Bahasa Bali dan Pemakaian Bahasa Bali.
Makalah yang disampaikan dalam Kongres bahasa Bali VI di Denpasar. Pergub Nomor
20 Tahun 2013 Tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Daerah Bali.
Pergub Bali No. 79 Tahun 2018 Tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali dan
Hari Kamis Berbahasa Bali.
Pergub Bali No. 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa,
Aksaradan Sastra Bali.
Pramana, I. B. B. S. A., Ardiawan, I. K. N., Lestari, N. G. A. M. Y., Ekaningtyas, N. L.
D., Psi, S., Diari, K. P. Y., ... & Andayani, K. Y. (2020). Adaptasi Di Masa
Pandemi: Kajian Multidisipliner. Nilacakra.
Putra, M. S., Dwijayanthi, N. M. A., & Jayawangsa, I. G. A. R. (2021).
PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS EXPERT SYSTEM PRODI
SASTRA AGAMA DAN PENDIDIKAN BAHASA BALI JURUSAN
DHARMA ACARYA STAHN MPU KUTURAN SINGARAJA DAN
RELEVANSINYA DENGAN STAKEHOLDERS DI PROVINSI
BALI. Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya, 5(2), 191-199.
Sriasih, Putu. (2020). Program Kamis Berbahasa Bali Sebagai Upaya Pelestarian
Budaya Bali Di Sekolah Dasar Mutiara Singaraja, Proceeding Senadimas
Undiksha.
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara Serta
Lagu Keban.

You might also like