You are on page 1of 10

Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23.

Februari 2017
PENGEMBANGAN SEKOLAH INKLUSIF DENGAN
MENGGUNAKAN INSTRUMEN INDEKS FOR INCLUSION

Muhammad Nurrohman Jauhari


Program Studi PG-PAUD
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
muhammadnurrohmanjauhari@yahoo.co.id

ABSTRACT
Inclusive education is to provide education system that provides opportunities for
all learners who have the disorder and have intelligence and special talents to
participate in education or learning in an educational setting together with the
learners in general. The problems that occurred in the implementation of inclusive
education include the acceptance of students with special needs; identification and
assessment; lack of understanding of teachers to the school curriculum inclusive;
fields of energy, duty and authority; classroom management system; learning
process; Facilities and infrastructure; the understanding of the school and the
community about inclusive schools and children with special needs. To address the
issue of implementation of inclusive schools using instruments Index for Inclusion
as an effort to develop a suitable school with inclusive value in terms of three
dimensions, namely: (1) the dimensions of culture (creating inclusive cultures), (2)
the dimensions of policy (producing inclusive policies) and (3) the dimensions of
practice (evolving inclusive practices). Each dimension is divided into two sections.
namely: cultural dimension consists to build a community (community building),
and build inclusive values (establishing inclusive values). Dimension policy consists
of the development section the place for all (developing setting for all) and
implement support for diversity (organizing support for diversity). While the
dimensions of the practice consist of sections to learn and play together
(orchestrating play and learning) and mobilization of resources (Mobilizing
resources.)

Key Word: inclusive school, instumentIndex for Inclusion

PENDAHULUAN seluas-luasnya kepada semua peserta


Pendidikan inklusif adalah didik yang memiliki kelainan fisik,
sistem penyelenggaraan pendidikan emosional, mental, dan sosial, atau
yang memberikan kesempatan kepada memiliki potensi kecerdasan dan/atau
semua peserta didik yang memiliki bakat istimewa untuk memperoleh
kelainan dan memiliki potensi pendidikan yang bermutu sesuai
kecerdasan dan/atau bakat istimewa dengan kebutuhan dan
untuk mengikuti pendidikan atau kemampuannya; serta untuk
pembelajaran dalam lingkungan mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan secara bersama-sama pendidikan yang menghargai
dengan peserta didik pada umumnya. keanekaragaman, dan tidak
Tujuan dari pendidikan inklusif diskriminatif bagi semua peserta
adalah memberikan kesempatan yang didik. (Kemdikbud, 2011).
20
Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23. Februari 2017
Perkembangan sejarah mempunyai fasilitas serta sarana
pendidikan inklusif di Indonesia pembelajaran yang mudah diakses
dimulai tahun 1980 yang dinamakan oleh semua anak. Penyelenggara juga
program terpadu sebagai pendidikan harus mengembangkan program
untuk semua, akan tetapi dalam pembelajaran individual (PPI) bagi
menjalankan program terpadu anak-anak berkebutuhan khusus,dan
mempunyai masih banyak menyiapkan guru pendamping khusus
kekurangan dalam implementasinya yang didatangkan dari sekolah luar
sehingga program tidak biasa (SLB) ataupun guru di sekolah
dikembangkan lebih lanjut. Dengan umum yang telah memperoleh
adanya perkembangan dalam dunia pelatihan khusus (Suparno, dkk,
pendidikan maka pada tahun 2004 2007:71-72). Pada tahun 2008, ada 925
diselenggarakan konvensi nasional sekolah inklusif di Indonesia yang
yang menghasilkan Deklarasi terdiri dari 790 sekolah mengakui
Bandung dengan komitmen 'Indonesia siswa dengan kebutuhan khusus dan
menuju pendidikan inklusif'. Untuk 135 sekolah dengan dipercepat
memperjuangkan hak-hak anak program untuk berbakat dari TK
dengan hambatan belajar, pada tahun hingga sekolah dengan tingkat
2005 diadakan simposium tertinggi (Direktorat Pendidikan
internasional di Bukittinggi yang Khusus dikutip dalam Sunardi et all,
menghasilkan Rekomendasi Bukit 2011).
tinggi yang isinya antara lain Pada kondisi saat ini banyak
menekankan perlunya terus sekolah yang mendeklarasikan sebagai
dikembangkan program pendidikan sekolah inklusi, permasalahan yang
inklusif sebagai salah satu cara terjadi banyak ditemukan sekolah-
menjamin bahwa semua anak benar- sekolah penyelenggara sekolah
benar memperoleh pendidikan dan inklusif belum memahami sepenuhnya
pemeliharaan yang berkualitas dan tentang konsep-konsep yang
layak. mendasari implementasi dalam
Penyelenggara pendidikan sekolah masing-masing. Bahkan tidak
inklusif adalah sekolah yang telah jarang ditemukan adanya kesalahan
memenuhi beberapa persyaratan yang dalam penyaringan peserta didik
telah ditentukan. Ada beberapa dalam memasuki sekolah inklusi
persyaratanyang dimaksud karena kurangnya pemahaman
diantaranya mempunyai siswa sekolah dan pengambil kebijakan
berkebutuhan khusus, mempunyai dalam menerapkan identifikasi dan
komitmen terhadap pendidikan asesmen yang baku, kurangnya
inklusif, penuntasan wajib pemahaman guru terhadap kurikulum
belajarmaupun terhadap komite yang digunakan dalam sekolah
sekolah, menjalin kerjasama dengan inklusif. Dalam bidang ketenagaan
lembaga-lembaga terkait, dan masih kurangnya pemahaman warga
21
Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23. Februari 2017
sekolah dalam menjalankan tugas dan dan mengelola dukungan untuk
wewenang, pada proses pembelajaran keberagaman, segi praktek dengan
sekolah masih belum melaksanakan mengelola proses pembelajaran dan
pengelolaan kelas dalam mengembangkan sumber daya
pembelajaran. Sarana prasarana anak manusia atau warga sekolah dalam
berkebutuhan khusus dalam sekolah memahami nilai-nilai yang inklusif
inklusif juga masih banyak ditemui untuk menghilangkan diskriminatif
kekurangan serta sosialisasi sekolah pada anak berkebutuhan khusus.
tentang sekolah inklusif pada warga Index for Inclusion merupakan
sekolah dan warga masyarakat masih instrumen yang mendukung sekolah
belum dilakukan sehingga masih ada untuk mengembangkan sebagai
ditemukannya diskriminasi pada anak sekolah inklusif dan guru inklusif.
berkebutuhan khusus dalam sekolah Index for Inclusion digunakan di
inklusif. Hal ini sekaligus menyiratkan banyak negara di dunia sebagai
bahwa dalam perjalanan menuju instrumen yang cocok untuk
pendidikan inklusi (toward inclusive pengembangan sekolah inklusif dan
education), Indonesia masih dokumen disesuaikan dan telah mulai
dihadapkan kepada berbagai isu dan digunakan di Kosovo juga sejak tahun
dan permasalahan yang kompleks 2007, dengan dukungan dari Save the
yang harus mendapatkan perhatian Children. Index for Inclusion merupakan
serius dan disikapi oleh berbagai bagian dari rencana strategis untuk
pihak yang terkait, khususnya pengaturan pendidikan inklusif bagi
pemerintah sehingga tidak Anak berkebutuhan khusus. Pada
menghambat hakekat awalnya, Index for Inclusion mulai
penyelenggaraan pendidikan inklusif. dilaksanakan oleh Save the Children
Untuk mengatasi permasalahan pada tahun 2006 di dua sekolah dari
yang komplek dalam pendidikan Kotamadya Prizren ("Ibrahim Fehmiu"
inklusif yang terjadi saat ini berbagai dan "Haziz Tola"). Kemudian, pada
pihak harus melakukan monitoring tahun 2010, Save the Children
dan evaluasi pada setiap sekolah menandatangani Nota Kesepahaman
penyelenggara inklusif dengan dengan MEST, terkait untuk
menggunakan instrumen Index for pelaksanaan Index for Inclusion (Zabeli
Inclusion sebagai upaya & Lulaver, 2014).
untukmengembangkan sekolah yang Dalam implementasi
sesuai dengan inclusive value yang penyelenggaraan pendidikan inklusif
dapat dilihat dari 3 segi antara lain : bermutu, memerlukan proses
segi budaya dengan membangun perbaikan yang berkelanjutan dari
masyarakat dan menetapkan nilai-nilai setiap instrumen Index for Inclusion
yang inklusif, segi kebijakan yang harus dilakukan. Pendidikan
memberikan kebijakan dalam inklusif dapat dievaluasi dengan suatu
mengembangkan education for all dan indeks yang disebut dengan Index for
22
Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23. Februari 2017
Inclusion. Index for Inclusion ini pemeriksaan. Indeks dapat
dibangun dari tiga dimensi, yaitu: (1) membantu setiap orang dalam
dimensi Budaya (creating inclusive pengaturan untuk menemukan
cultures), (2) dimensi Kebijakan langkah selanjutnya untuk menjadi
(producing inclusive policies), dan (3) lebih inklusif (Booth T, Ainscow M,
dimensi praktek (evolving inclusive & Kingston D, 2006).
practices). Setiap dimensi dibagi dalam Index for Inclusion menurut
dua seksi yaitu: Dimensi budaya Ainscow & Booth (2011) adalah
terdiri atas seksi membangun sebuah contoh dari pengembangan,
komunitas (building community), dan alat evaluasi diri yang telah
seksi membangun nilai-nilai inklusif dirancang khusus untuk
(establishing inclusive values). Dimensi mendukung dan membantu dengan
kebijakan terdiri atas seksi proses pengembangan pendidikan
pengembangan tempat untuk semua inklusif. Indeks ini dapat
(developing setting for all) dan seksi dimodifikasi dan disesuaikan untuk
melaksanakan dukungan untuk memenuhi kebutuhan lembaga
keberagaman (organizing support for individu dan dimaksudkan untuk
diversity). Sedangkan dimensi praktik mendukung refleksi kritis dan
terdiri atas seksi belajar dan bermain tindakan melalui proses evaluasi
bersama (orchestrating play and diri dan evaluasi (Avau et all, 2012).
learning) dan seksi mobilisasi sumber- b. Dimensi Indeks
sumber (mobilizing resources.). Dimensi dalam Index for
Inclusion mencakup 3 dimensi, yaitu
PEMBAHASAN (Booth T, Ainscow M & Kingston D,
1. Kajian tentang Index for Inclusion 2006):
a. Pengertian Index for Inclusion 1. Dimensi A Menciptakan
Indeks adalah dokumen Budaya Inklusif
praktis, yang menunjukkan apa Dimensi ini tentang menciptakan
yang dikhususkan pada semua sebuah jaminan, penerimaan,
aspek pengaturan. Indeks kolaborasi, stimulasi komunitas,
menyediakan proses yang dimana setiap orang merasa
mendukung evaluasi diri dan dihargai. Nilai-nilai inklusif
pengembangan, yang dibangun di diberikan dan disampaikan
atas pengetahuan dan pandangan kepada semua pelaksana, anak-
praktisi, anak-anak, orang muda, anak, direksi
orang tua/wali, anggota lain dari pimpinan/pemerintah dan orang
masyarakat sekitarnya serta mereka tua atau wali. Prinsip dan nilai-
yang bekerja di pengaturan. nilai dalam keputusan panduan
Pendekatan mendukung ini untuk budaya inklusif tentang
meningkatkan pengaturan kebijakan dan praktik waktu ke
menawarkan alternatif dalam
23
Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23. Februari 2017
waktu. Sehingga perkembangan Setiap dimensi terbagi
akan terus berlanjut. menjadi 2 bagian untuk lebih
2. Dimensi B Menghasilkan lanjut dapat berfokus terhadap
Kebijakan Inklusif apa yang lebih dibutuhkan dalam
Pada dimensi inklusi ini meningkatkan aktifitas. Dimensi
menyebarkan semua rencana dan bagian tersebut terdiri atas
untuk pengaturan. Kebijakan kerangka konsep untuk
partisipasi kepada anak-anak dan menyusun pengembangan
praktisi saat mereka bergabung rencana dan dapat menjadi
pada keadaan yang terkait untuk pedoman. Pengaturan
menjangkau semua anak pada dibutuhkan untuk memastikan
suatu tempat dan meminimalkan bahwa mereka dapat berpindah
penekanan ekslusi. Semua kearah yang lebih progresif pada
pengaturan mengarahkan kepada area ini dan dapat menggunakan
strategi perubahan inklusi. indicator atau pertanyaan untuk
Support merupakan bagian dari menolong lebih spesifik terhadap
aktifitas yang meningkatkan apa yang mereka ingin lakukan
kapasitas dalam respon (Booth T, Ainscow M & Kingston
menghadapi perbedaan. D, 2006). Setiap bagian terdiri
3. Dimensi C Mengembangkan atas beberapa indikator. Hal ini
Praktek Inklusif untuk mengaspirasikan bahwa
Dimensi ini adalah tentang betapa pentingnya aspek
mengembangkan aktivitas yang penagturan dalam memulai
mencerminkan kepada budaya peninjauan yang luas terhadap
dan kebijakan inklusif. Aktivitas inklusi. Dari masing-masing
dibuat untuk merespon terhadap indikator kemudian dibagi atas
perbedaan pada anak-anak dan beberapa pertanyaan (Lampiran)
remaja yang berada pada suatu (Booth T, Ainscow M & Kingston
lingkungan komunitas. Anak- D, 2006). Index for Inclusion
anak didorong untuk terlibat terdiri dari beberapa bagian,
aktif, mampu menggambarkan dengan masing-masing dari
pengetahuan dan pengalaman mereka mengandung 5-11
mereka diluar. Praktisi indikator. Setiap indikator
mengidentifikasi sumber materi merupakan aspek penting untuk
dari masing-masing mereka, sekolah meskipun beberapa lebih
manajemen pemerintah, anak- spesifik terhadap beberapa
anak dan remaja, orang tua atau masalah, seperti kaum minoritas,
wali, dan komunitas setempat anak-anak dengan kebutuhan
yang dapat menggerakkan khusus, tercermin dalam semua
support permainan, indikator. setiap indikator telah
pembelajaran, dan partisipasi. dijelaskan oleh sejumlah
24
Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23. Februari 2017
pertanyaan. Situasi saat ini di dan anggota dari komunitas
sekolah, memberikan ide-ide setempat
tambahan untuk kegiatan d) Memutuskan prioritas
pembangunan, dan berfungsi pengembangan
sebagai kriteria kemajuan (Zabeli 3. Menyusun rencana sekolah
N & Lulavere B, 2014). untuk pendidikan inklusif.
a) Meninjau prioritas untuk
kerangka perencanaan
c. Proses Indeks b) Menempatkan yang
Proses indeks terdiri dari 5 diprioritaskan kedalam
fase (Booth T, Ainscow M & rencana pengembangan
Kingston D, 2006): 4. Mendukung Pengembangan
1. Persiapan dengan Indeks, a) Menempatkan perencanaan
a) Menetapkan sebuah rencana menjadi sebuah aksi
dalam kelompok b) Mempertahankan
b) Meninjau terhadap pengembangan
pendekatan sebuah 5. Meninjau proses Panduan -
perencanaan Evaluasi.
c) Meningkatkan kesadaran a) Meninjau dan mencatat
terhadap indeks kemajuan
d) Menyelidiki panduan b) Meninjau kerja ke dalam
pengetahuan yang telah ada indeks
oleh pedoman konsep dan c) Melanjutkan proses indeks.
kerangka perencanaan
e) Memperdalam penyelidikan d. Pendekatan dalam
menggunakan indikator dan mengembangkan Indikator Index
pertanyaan for Inclusion
f) Mempersiapkan untuk Pendekatan untuk
bekerja dengan orang lain. mengembangkan indikator ini
2. Mendapatkan Informasi tentang dapat berupa:
sekolah, 1. Membentuk tim koordinasi
a) Mengeksplor pengetahuan partisipatori.
dan ide dari praktisi dan 2. Menyiapkan materi untuk
manajemen ketua atau menstimulasi diskusi yang
komite didasarkan pada pernyataan-
b) Mengeksplor pengetahuan pernyataan tentang inklusi dari
dan ide dari dari anak-anak berbagai dokumen internasional,
atau remaja studi kasus, dan definisi
c) Mengeksplor pengetahuan pendidikan inklusif.
dan ide dari orang tua/ wali 3. Menggunakan pendekatan
partisipatori untuk membuat
25
Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23. Februari 2017
daftar nilai-nilai, keyakinan dan yang lebih tinggi pada beberapa
prinsip inti yang berkaitan anak-anak karena kemajuan
dengan pendidikan inklusif. mereka dalam perkembangan fisik
4. Mendapatkan opini dari dan pencapaian, mengakui bahwa
kelompok-kelompok yang paling anak-anak berbeda satu sama lain
termajinalisasi dan tersisihkan: tidak berarti mereka semua harus
perempuan, anak-anak, terlibat dalam tugas individu
penyandang cacat, orang usia tetapi memahami cara-cara
lanjut. beragam diantara mereka melalui
5. Masukkan kedalam kategori pengalaman bersama (Booth T,
sederhana misalnya isu Ainscow M, & Kingston D, 2006).
kebijakan, kurikulum, Staub dan Peck (1995)
pelatihan, pembangunan mengemukakan bahwa
sekolah dan lain-lain yang pendidikan inklusif adalah
kemudian dapat diubah dan penempatan anak berkelainan
disesuaikan kembali. tingkat ringan, sedang, dan berat
6. Didalam setiap kategori secara penuh di kelas reguler. Hal
tersebut, deskripsikan perilaku, ini menunjukkan bahwa kelas
keterampilan, pengetahuan dan reguler merupakan tempat belajar
perubahan konkret yang akan yang sesuai bagi anak berkelainan,
menunjukkan nilai-nilai, apapun jenis kelainannya dan
keyakinan, prinsip-prinsip yang bagaimanapun gradasinya
benar dipraktekkan. (Kemdikbud, 2011).

2. Kajian tentang Pendidikan b. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan


Inklusi Pendidikan Inklusif
a. Pengertian Pendidikan Inklusi Penyelenggaraan pendidikan
Inklusi dapat diartikan sebagai inklusif didasarkan pada beberapa
sebuah pendekatan berprinsip prinsip, sebagai berikut
untuk bertindak dalam (Kemdikbud, 2011):
pendidikan dalam masyarakat 1. Prinsip pemerataan dan
yang meliputi komitmen seperti peningkatan mutu. Pendidikan
gagasan-gagasan bahwa setiap inklusif merupakan filosofi dan
kehidupan dan kematian strategi dalam upaya
mempunyai nilai yang sama. pemerataan kesempatan
Inklusi meminimalkan semua memperoleh layanan
hambatan dalam perbedaan dan pendidikan dan peningkatan
persamaan pada anak-anak dan mutu pendidikan yang
remaja dengan menghargai semua memungkinkan dapat
perbedaan diantara orang-orang, memberikan akses pada semua
menghindari penempatan nilai
26
Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23. Februari 2017
anak dan menghargai perencanaan, pengorganisasian,
perbedaan. pengarahan, pengoordinasian,
2. Prinsip keberagaman. Adanya pengawasan dan
perbedaan individual dari sisi pengevaluasian, baik yang
kemampuan, bakat, minat, serta berkaitan dengan
kebutuhan perserta didik, peserta didik, kurikulum,
sehingga pendidikan ketenagaan, sarana dan
hendaknya diupayakan untuk prasarana serta
menyesuaikan dengan penataan lingkungan.
kebutuhan dan karakteristik 2. Sekolah menyediakan kondisi
individual peserta didik. kelas yang hangat, ramah,
3. Prinsip kebermaknaan. menerima
Pendidikan inklusif harus keanekaragaman,dan
menciptakan dan menjaga menghargai perbedaan.
komunitas kelas yang ramah, 3. Sekolah menyiapkan sistem
menerima, keragaman dan pengelolaan kelas yang mampu
menghargai perbedaan, serta mengakomodasi heterogenitas
bermakna bagi kemandirian kebutuhan khusus peserta
peserta didik. didik.
4. Prinsip keberlanjutan. 4. Guru memiliki kompetensi
Pendidikan inklusif pembelajaran bagi semua
diselenggarakan secara peserta didik
berkelanjutan pada semua jenis, termasuk kompetensi
jalur dan jenjang pendidikan. pembelajaran bagi peserta didik
5. Prinsip keterlibatan. berkebutuhan khusus.
Penyelenggaraan pendidikan 5. Guru memiliki kemampuan
inklusif harus melibatkan dalam mengoptimalkan peran
seluruh komponen pendidikan orang tua, tenaga profesional,
terkait. organisasi profesi, lembaga
swadaya
c. Implikasi Manajerial Pendidikan masyarakat (LSM), dan komite
Inklusif sekolah dalam kegiatan
Untuk mengoptimalkan perencanaan, pelaksanaan, dan
layanan pendidikan di sekolah evaluasi pembelajaran di
penyelenggara pendidikan sekolah.
inklusif, dalam pengelolaannya
perlu memperhatikan hal-hal d. Implementasi Pendidikan Inklusi
berikut (Kemdikbud, 2011): Dalam merencanakan
1. Sekolah menerapkan sistem pendidikan inklusif, tidak cukup
manajemen berbasis sekolah dengan memahami konsepnya
dalam saja. Sebuah rencana juga harus
27
Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23. Februari 2017
realistis dan tepat. Pengalaman tidak, solusi tersebut tidak akan
pendidikan inklusif yang sukses bertahan lama.
menunjukkan bahwa ada 3 faktor 3. Partisipasi yang
penentu utama yang perlu berkesinambungan dan refleksi
diperhatikan agar implementasi diri yang kritis “darah
pendidikan inklusif bertahan lama, kehidupannya”:Pendidikan
yaitu : inklusif tidak akan berhasil jika
1. Adanya kerangka yang kuat- hanya merupakan struktur yang
rangka:Pendidikan inklusif mati. pendidikan inklusif
perlu merupakan proses yang
didukung oleh kerangka nilai- dinamis, dan agar pendidikan
nilai, keyakinan, prinsip- inklusif terus hidup, diperlukan
prinsip, dan indikator adanya monitoring partisipatori
keberhasilan. Ini akan yang berkesinambungan, yang
berkembang seiring dengan melibatkan semuq stakeholder
implementasinya dan tidak dalam refleksi diri yang kritis.
harus ‘disempurnakan’ Satu prinsip inti dari
sebelumnya. Tetapi jika pihak- pendidikan inklusif.
pihak yang terlibat mempunyai
konflik nilai-nilai SIMPULAN
dan lain-lain, dan jika konflik Dalam mengatasi permasalahan
tersebut tidak diselesaikan dan yang terjadi dalam implementasi
disadari, maka pendidikan pendidikan inklusif meliputi
inklusif akan mudah ambruk. penerimaan peserta didik
2. Implementasi berdasarkan berkebutuhan khusus; identifikasi dan
budaya dan konteks asesmen; kurangnya pemahaman guru
lokalnya:Pendidikan inklusif terhadap kurikulum sekolah inklusif;
bukan merupakan suatu cetak bidang ketenagaan, tugas dan
biru. Satu kesalahan utama wewenang; sistem pengelolaan kelas;
adalah asumsi bahwa solusi proses pembelajaran; Sarana dan
yang diekspor dari suatu prasarana; pemahaman warga sekolah
budaya/konteks dapat dan masyarakat tentang sekolah
mengatasi permasalahan dalam inklusif dan anak berkebutuhan
budaya/konteks lain yang sama khusus dengan cara menggunakan
sekali berbeda. Lagi-lagi, instrumen Index for Inclusion sebagai
berbagai pengalaman upaya untukmengembangkan sekolah
menunjukkan bahwa solusi yang sesuai dengan
harus dikembangkan secara inclusivevalueditinjau dari tiga dimensi,
lokal dengan memanfaatkan yaitu: (1) dimensi Budaya (creating
sumber-sumber daya lokal; jika inclusive cultures), (2) dimensi
Kebijakan (producing inclusive policies),
28
Jurnal Buana Pendidikan Tahun XII, No. 23. Februari 2017
dan (3) dimensi praktek (evolving Kementerian Pendidikan dan
inclusive practices) agar penyelenggara Kebudayaan, 2011. Pedoman
sekolah inklusif dapat memonitoring Umum Penyelenggaraan
dan mengevaluasi sekolah masing- Pendidikan Inklusif (Sesuai
masing untuk mengembangkan, Permendiknas No 70 Tahun 2009).
menjadi tolak ukur dan menerapkan Jakarta: Direktorat PPK-LK,
nilai-nilai inklusif yang tanpa Pendidikan Dasar Kementrerian
diskriminasi. Pendidikan dan Kebudayaan.
Sunardi, Mucawir Y, Gunarhadi,
DAFTAR PUSTAKA Priyono, & John LY, June 2011.
Avau G, P.M.F.W.K.C.e.a., 2012. The Implementation ofInclusive
Analysis of the use and value of the Education for Students with
Index for Inclusion (Booth& Special Needs in Indonesia.
Ainscow 2011) and other Excellence in Higher Education,
instruments to assess and develop Vol. 2 (No. 1), pp.pp. 1-10.
inclusive education practice in P2i Suparno, dkk. (2007). Pendidikan Anak
partner countries. Berkebutuhan Khusus (Bahan
Brussels/Tilburg, Fontys OSO.: AjarCetak). Jakarta: Dirjen DIKTI
EASPD. Departemen Pendidikan
Booth T, Ainscow M, Kingston D , Nasional.
2006. Index for inclusion: Zabeli N & Lulavere B, 2014. Index For
Developing play, learning Inclussion: Facts and Opinions.
andparticipation in early years and Prishtina, Kosovo:Save the
childcare. Centre for Studies on Children.
Inlusive Education (CSIE).

29

You might also like