You are on page 1of 15

KEBUTUHAN GURU SEKOLAH DASAR INKLUSI

DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI


MELALUI MEDIA VIDEO
The Need of Primary School Inclusion Teachers to Increase Competence
by Using The Video Media

Edi Purnomo
Pengambang Teknologi Pembelajaran Muda , Balai Pengembangan Media Televisi
Pendidikan dan kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pos-el: edi.bpmtv@gmail.com
INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT:
Riwayat Artikel: This study is a research of instructional video development which
Diterima : 02 November 2016 aims to gain informations about the needs of inclusive primary school
Direvisi : 15 November 2016
Disetujui : 28 November 2016 teachers in improving their competencies through video media. Such
information includes: implementation constraints, teacher charac-
Keywords: teristics, teacher attitudes, and competencies required of teachers.
Need, inclusion of primary school The study used a survey research design. The data collection with a
teachers, competencies, video media focus group discussion (FGD) and the enclosed questionnaire. The
Kata kunci: results showed that the main obstacle implementation of inclusive
Kebutuhan, guru sekolah dasar education is the classroom teacher competence is still not good and
inklusi, kompetensi, media video the number of special guidance counselor (GPK) is still lacking.
The majority of primary school inclusion teacher educational back-
ground S1PGSD and no experience teaching in inclusive schools.
Many theachers of inclusion primary school have not attended train-
ing on inclusive education. The efforts to increase the competence of
self-done by discussing with fellow-teachers. The attitude of teachers
to implement inclusive education is very good but the handling of
learning obstacles still lacking. Teachers need to increase the compe-
tence of inclusive learning strategy. The study concluded that pri-
mary school inclusion teachers need a tutorial learning strategies in
the classroom inclusion. The packed tutorial in the videos media so
that it can individually study or the training delivered.

ABSTRAK:
Penelitian ini merupakan tahapan penelitian pengembangan
media video yang bertujuan menggali informasi kebutuhan
guru sekolah dasar inklusi dalam meningkatkan kompetensi
melalui media video. Informasi tersebut meliputi: kendala
pelaksanaan, karakteristik guru, sikap guru, dan kompeten-
si yang dibutuhkan guru. Penelitian menggunakan desain
penelitian survey. Pengumpulan data dengan focus group
discussion (FGD) dan kuesioner tertutup. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kendala utama penyelenggaraan pen-

Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Inklusi dalam Meningkatkan Kompetensi melalui Media Video, Edi Purnomo. Hal: 95 - 109
95
didikan inklusif adalah kompetensi guru kelas masih kurang
baik dan jumlah guru pembimbing khusus (GPK) masih
kurang. Guru SD inklusi mayoritas berlatar belakang pendi-
dikan S1 PGSD dan belum berpengalaman mengajar di seko-
lah inklusi. Banyak Guru SD inklusi yang belum mengikuti
pelatihan pendidikan inklusif. Upaya untuk meningkatkan
kompetensi diri dilakukan dengan berdiskusi dengan sesama
guru. Sikap guru terhadap pelaksanaan pendidikan inklusif
sangat baik, tetapi dalam menangani kendala pembelajaran
masih kurang. Guru membutuhkan peningkatan kompetensi
tentang strategi pembelajaran inklusif. Penelitian ini menyim-
pulkan bahwa guru SD inklusi membutuhkan tutorial strategi
pembelajaran di kelas inklusi. Tutorial dikemas dalam media
video sehingga dapat dipelajari secara mandiri maupun dis-
ampaikan dalam pelatihan.

PENDAHULUAN dan; (5) melaksanakan administrasi kelas


Pendidikan inklusif adalah penyelenggara- sesuai dengan bidang tugasnya (Direktorat
an pendidikan yang memberikan kesempat- PLB, 2004: 6-7).
an kepada semua peserta didik yang memi- Menurut Tarnoto (2016: 55) permasalah-
liki kelainan untuk mengikuti pendidikan an utama yang banyak dikeluhkan guru
secara bersama-sama dengan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran di seko-
pada umumnya (Permendiknas, Nomor 70 lah inklusi antara lain: (1) kurangnya guru
tahun 2009). Guru di sekolah inklusif ditun- pembimbing khusus; (2) kurangnya kompe-
tut memiliki pengetahuan dan keterampil- tensi guru dalam menangani ABK; (3) guru
an tentang konsep pendidikan inklusif agar kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar;
mampu memberikan layanan pendidikan (4) kurangnya pemahaman guru tentang
yang bermutu sesuai dengan kebutuhan ABK dan sekolah inklusi; (5) latar belakang
dan kemampuan peserta didik. Para guru pendidikan guru yang tidak sesuai; (6) be-
membutuhkan peningkatan profesional dan ban administrasi yang semakin berat untuk
mempraktekkan kompetensi pedagogiknya guru; (7) kurangnya kesabaran guru dalam
agar mampu menjalankan tugas sebagai menghadapi ABK; dan (8) guru mengalami
pendidik satuan pendidikan inklusif. Ada- kesulitan dengan orang tua. Pernyataan
pun tugas guru di satuan pendidikan penye- yang sama disampaikan Lopes et al (2004:
lenggara inklusif adalah: (1) menciptakan 394) guru reguler merasakan beban berat
iklim belajar yang kondusif sehingga anak ketika menghadapai anak berkebutuhan
merasa nyaman belajar; (2) menyusun dan pendidikan khusus yang membutuhkan
melaksanakan asesmen pada semua anak, perhatian dan waktu yang lebih banyak
baik anak berkebutuhan khusus (ABK) atau dibandingkan dengan teman-teman yang
reguler, untuk mengetahui kemampuan lain dan apa yang dilakukan guru tidak
dan kebutuhannya; (3) menyusun program menunjukkan hasil yang sesuai harapan.
pembelajaran individual (PPI) bersama-sa- Guru menjalankan peran sebagai pemberi
ma dengan guru pembimbing khusus; (4) layanan pada konteks pendidikan inklusi
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
dan mengadakan penilaian; (5) memberikan siswa. Keterbatasan pemahaman dan ke-
program remidi pembelajaran, pengayaan/ terampilan pedagogik harus dipandang
percepatan bagi siswa yang membutuhkan, sebagai tantangan dalam menangani siswa

96 Kwangsan, Vol. 4 No. 2, Edisi Desember 2016


berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. ber daya pada sekolah inklusi masih fokus
Keterbatasan pemahaman dan penerimaan pada guru pembimbing khusus. Guru kelas
keberadaan anak berkebutuhan khusus, masih banyak yang belum mendapatkan
guru membutuhkan pengetahuan dan pen- kesempatan untuk meningkatkan kompe-
galaman dalam menangani anak berkebu- tensi dalam pelatihan pendidikan inklusif
tuhan khusus (Radiyati, 2013: 297). Dalam (BPMTPK: 2016). Untuk itu, salah satu usa-
kondisi seperti ini, peran serta pemerintah ha dalam mengatasi permasalahan kom-
dan lembaga terkait diperlukan sebagai petensi guru sekolah dasar inklusi adalah
upaya meningkatkan kompetensi guru dengan pengembangan model media video.
sekolah inklusi. Model media video ini nantinya dimanfaat-
Guru sebagai ujung tombak pemberi kan dalam pelatihan peningkatan kompe-
layanan pendidikan yang bermutu dalam tensi guru sekolah dasar inklusi. Media au-
pendidikan inklusif perlu ditingkatkan ke- dio visual memiliki keunggulan yang lebih
mampuannya. Pemerintah harus menjamin daripada media yang lain dalam menyam-
ketersediaan sumber daya yang berkompe- paikan materi dengan jenis belajar penge-
ten pada satuan pendidikan inklusif yang nalan visual, prinsip, konsep, dan prosedur.
ditunjuk. Selama ini, usaha untuk mening- Pemahaman dan pengetahuan keterampil-
katkan pemahaman dan pengetahuan guru an mengajar sangat tepat diakomodir de-
tentang pendidikan inklusif sering dilaku- ngan media video. Selain itu, peserta harus
kan dalam bentuk pelatihan-pelatihan. melakukan praktek langsung baik melalui
Akan tetapi, peningkatan kompetensi guru simulasi maupun peer teaching agar pembe-
sekolah inklusi yang dilakukan pemerintah lajarannya lebih bermakna (Mustaji: 2013:
kabupaten/kota belum membuahkan hasil 18 ). Anderson (1994:104) mengemukakan
yang maksimal. Hasil penelitian BPMTPK bahwa media video dapat digunakan un-
(2016: 49) tentang pemahaman guru SD di tuk menunjukkan contoh cara bersikap atau
Jawa Timur terkait pembelajaran inklusi berbuat dalam suatu penampilan, khusus-
menunjukkan; 51% guru kelas dengan nya menyangkut interaksi manusiawi. Se-
latar belakang pendidikan non PLB merasa lain itu, video merupakan media yang tepat
kurang memahami strategi pembelajaran untuk memperlihatkan contoh keterampil-
inklusi dan hanya 3% saja yang merasa su- an yang menyangkut gerak. Melalui video,
dah sangat memahami tentang konsep pen- pebelajar langsung mendapat umpan balik
didikan inklusi. Guru pendamping khusus secara visual terhadap kemampuan mereka
merasa telah memahami pendidikan inklusi sehingga mampu mencoba keterampilan
sebesar 80% sedangkan yang sudah sangat yang menyangkut gerakan tadi.
memahami sebesar 8%. Hanya sebagian ke- Berdasar penelitian Isiaka (2007: 110)
cil guru pendamping khusus yang kurang bahwa video sebagai media pembelajaran
memahami yaitu sebesar 8% dan yang tidak efektif digunakan dalam proses pembelajar-
memahami hanya 4%. Guru-guru tersebut an yang berisikan tentang materi terkait de-
sebagian besar telah mengikuti pelatihan ngan realita sehari-hari di lapangan. Peng-
tentang pendidikan inklusi. gunaan media video tidak ada perbedaan
Problema pelaksanaan pendidikan inklu- yang signifikan dibandingkan dengan me-
sif masih mengemuka. Data dalam lapor- dia langsung (real) sepanjang media video
an studi kelayakan pengembangan media tersebut berisi materi-materi yang mendo-
yang dilakukan Balai pengembangan me- kumentasikan objek langsung di lapangan.
dia Televisi Pendidikan dan Kebudayaan Salah satu konsep pengembangan media
menunjukkan, pelatihan peningkatan sum- video adalah model ADDIE. Model ADDIE

Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Inklusi dalam Meningkatkan Kompetensi melalui Media Video, Edi Purnomo. Hal: 95 - 109
97
menggunakan 5 tahap pengembangan yak- (Kaufman,1979: 53). Jadi analisis kebutuhan
ni: analysis, design, develop, implement, dan dibuat untuk mengukur tingkat kesenjangan
evaluate (Branch, 2009). Jadi penelitian anali- dari apa yang diharapkan dan apa yang ada
sis kebutuhan ini merupakan tahapan awal dalam realita.
dari kegiatan pengembangan model media Penelitian ini ditujukan untuk menga-
video untuk peningkatan kompetensi guru nalisis kebutuhan dalam pengembangan
sekolah dasar inklusi. media video bagi guru SD inklusif. Perma-
Model pengembangan diartikan sebagai salahannya adalah bagaimana kebutuhan
proses desain konseptual dalam upaya pen- guru sekolah dasar inklusi dalam mening-
ingkatan fungsi dari model yang telah ada katkan kompetensi melalui model media
sebelumnya. Kegiatan dilakukan de-ngan video. Informasi tersebut mengungkap be-
penambahan komponen pembelajaran yang berapa permasalahan yang berguna untuk
dianggap dapat meningkatkan kualitas pen- mendukung pengembangan model media
capaian tujuan (Sugiarta, 2007:11). Pengem- video untuk peningkatan kompetensi guru
bangan model diartikan sebagai upaya mem- sekolah dasar inklusi. Adapun perma-
perluas guna membawa suatu keadaan atau salah tersebut: (1) apa saja kendala yang
situasi secara berjenjang kepada situasi yang dihadapi sekolah dasar dalam menerapkan
lebih sempurna atau lebih lengkap maupun model pendidikan inklusif?; (2) bagaimana
keadaan yang lebih baik. Pengembangan di- karakteristik guru sekolah dasar inklusi?;
arahkan pada suatu program yang telah atau (3) bagaimana sikap guru sekolah dasar
sedang dilaksanakan menjadi program yang terhadap pendidikan inklusif?; (4) kompe-
lebih baik. Hal ini seiring dengan pendapat tensi apakah yang dibutuhkan guru sekolah
yang dikemukakan oleh Adimiharja dan dasar guna meningkatkan layanan pendidi-
Hikmat (2001:12) bahwa pengembangan kan inklusi?
meliputi kegiatan mengaktifkan sumber, Berdasarkan permasalahan tersebut, tu-
memperluas kesempatan, mengakui keber- juan penelitian ini adalah menggali infor-
hasilan, dan mengintegrasikan kemajuan. masi tentang kebutuhan guru sekolah dasar
Analisis kebutuhan merupakan suatu inklusi dalam meningkatkan kompetensi
proses mendefinisikan apa yang akan di- melalui media video. Informasi tersebut
pelajari oleh pebelajar. Needs assessment be- meliputi: (1) kendala yang dihadapi sekolah
rarti mengidentifikasi masalah (kebutuhan) dasar dalam memerapkan model pendidi-
dan melakukan analisis tugas (task analysis). kan inklusif; (2) karakteristik guru sekolah
Output yang akan dihasilkan berupa karak- dasar inklusi; (3) sikap guru sekolah dasar
teristik atau profil calon pebelajar, identi- terhadap pendidikan inklusif; dan (4) kom-
fikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan petensi yang dibutuhkan guru sekolah
dan analisis tugas yang rinci didasarkan dasar dalam meningkatkan layanan pendi-
atas kebutuhan (Branch, 2009). Need assess- dikan inklusi.
ment adalah suatu cara atau metode untuk Sikap guru yang menjadi fokus peneli-
mengetahui perbedaan antara kondisi yang tian ini adalah sikap terhadap konsep pen-
diinginkan atau seharusnya dengan kondisi didikan inklusif, sikap terhadap komponen
yang ada (Anderson,2000, 74). Analisis ke- pelaksanaan pendidikan inklusif, dan sikap
butuhan sebagai suatu proses untuk me- terhadap kendala dan solusi pelaksanaan
nentukan kesenjangan antara keluaran dan pendidikan inklusif. Peraturan Pemerintah
dampak yang nyata dengan keluaran dan Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru Pasal
dampak yang diinginkan, kemudian men- 3 Ayat 2 menyebutkan bahwa guru ditun-
empatkan kesenjangan dalam skala prioritas tut menguasai empat kompetensi pendidik,

Kwangsan, Vol. 4 No. 2, Edisi Desember 2016


98
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi inklusi. Ada 19 kota/kabupaten yang terse-
kepribadian, kompetensi sosial, dan kom- bar di sembilan provinsi yaitu Jawa Timur,
petensi profesional. Akan tetapi penelitian Jawa Tengah, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta,
ini lebih memfokuskan pada kompetensi Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Ka-
pedagogik. Kompetensi pedagogik meru- limantan Barat, Kalimantan Selatan, dan
pakan kemampuan guru dalam mengelola Nangroe Aceh Darussalam. Dari sembilan
pembelajaran peserta didik meliputi pema- provinsi tersebut terpilih 29 sekolah dasar
haman terhadap peserta didik, pengemban-
penyelenggara pendidikan inklusi sebagai
gan kurikulum, perancangan pembelajaran,
lokasi pengambilan data. Teknik pengam-
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi ha-
sil belajar. bilan sampel dilakukan dengan purposive
sampling. Masing-masing sekolah sebanyak
METODE PENELITIAN sembilan responden, yang terdiri dari satu
Penelitian dilakukan dengan menggunakan orang kepala sekolah, satu orang guru kelas
desain penelitian survey. Penelitian survey di tiap-tiap jenjang (kelas 1 s.d. kelas 6), satu
adalah jenis penelitian yang mengumpul- orang guru mata pelajaran, dan satu orang
kan informasi tentang karakteristik, tindak- guru pembimbing khusus. Dari 29 SD pe-
an, pendapat dari sekelompok responden nyelenggara pendidikan inklusi tersebut
yang representatif yang dianggap sebagai terkumpul responden 29 orang kepala seko-
populasi. Penetapan jenis penelitian ini di- lah, 203 orang guru reguler, dan 27 guru
dasarkan pada keinginan peneliti mengung- pembimbing khusus.
kap secara mendalam terhadap apa yang Penelitian dilaksanakan selama dua bu-
dibutuhkan dalam pengembangan media. lan, yaitu mulai tanggal 4 Maret sampai
Dari hasil pengungkapan itu, peneliti men- dengan 4 Mei 2016. Kegiatannya meliputi
coba memahami, menganalisis, mengin- penyusunan desain, pengembangan instru-
terpretasi, dan merumuskan sebuah kisi- men, ujicoba instrumen, pengumpulan data,
kisi berdasarkan aspirasi kebutuhan dalam analisis data, dan penyusunan laporan.
pengembangan media video. Dengan de- Data yang terkumpul dianalisis meng-
sain tersebut akan diperoleh data kelayakan gunakan teknik analisis statistik deskriptif
pengembangan produk. dengan memberikan prosentase pada mas-
Metode pengumpulan data dalam pene- ing-masing variabel. Statistik deskriptif adalah
litian ini adalah dengan melakukan focus statistik yang digunakan untuk menganalisis
group discussion (FGD) dan menyebar kue- dengan cara mendeskripsikan atau meng-
sioner tertutup. FGD dilakukan untuk men- umpulkan data yang telah terkumpul untuk
jaring data terkait dengan kendala yang di- membuat kesimpulan secara umum (Sugi-
hadapi sekolah dalam menerapkan model yono, 2014: 208).
pendidikan inklusif. Kuesioner untuk men-
HASIL DAN PEMBAHASAN
gumpulkan data tentang karakteristik guru,
Kendala Penyelenggaraan Pendidikan
sikap guru terhadap pendidikan inklusif,
Inklusif di Sekolah Dasar
dan kompetensi yang dibutuhkan guru.
Permasalahan-permasalahan yang dihada-
Populasi dari penelitian ini adalah ke-
pi sekolah dasar dalam pelaksanaan pendi-
pala sekolah, guru reguler (guru kelas dan
dikan inklusi berdasarkan hasil FGD di 29
guru mata pelajaran), dan guru pembim- sekolah disajikan pada tabel 1 berikut.
bing khusus dari sekolah penyelenggara
Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Inklusi dalam Meningkatkan Kompetensi melalui Media Video, Edi Purnomo. Hal: 95 - 109
99
Tabel 1. Kendala Pembelajaran Inklusif di Sekolah Dasar katan kompetensi secara mandiri.
No Uraian Permasalahan ∑ % Berdasar latar belakang pendidikan di-
1 Kompetensi guru kelas dalam penanganan ABK rendah 24 25% ketahui bahwa guru reguler mayoritas me-
2 Banyaknya GPK yang berpindah fungsi menjadi guru kelas 19 20% miliki latar belakang pendidikan jenjang S1
3 Pemahaman guru kelas terhadap KBM kelas inklusi masih kurang 17 18% PGSD yaitu sebesar 77%, jenjang SPG dan
4 Kurangnya jumlah tenaga Guru Pembimbing Khusus (GPK) 17 18%
5 Banyak guru kelas belum mengikuti pelatihan inklusif 10 11% D2 PGSD sebesar 8%, jenjang S1 PLB sebe-
6 Pandangan negatif masyarakat terhadap sekolah inklusi dan ABK 6 6% sar 6%, jenjang S2 non PLB sebesar 5%, dan
7 Kepedulian orang tua terhadap penanganan ABK masih kurang 2 2%
jenjang S1 non PGSD sebesar 4%.
(Sumber: diolah dari data) Guru pembimbing khusus (GPK) seba-
Kendala utama yang dihadapi sekolah gian besar berlatar belakang pendidikan S1
penyelenggara pendidikan inklusif adalah PLB yaitu 46%, jenjang S1 PGSD 36%, jen-
terkait dengan kompetensi SDM, terutama jang S1 Umum (non PGSD dan SLB) sebesar
guru. Kendala-kendala di atas, jika dikaji 10%, dan jenjang SPG/D2 PGSD sebesar 8%.
lebih lanjut akan saling berkaitan antara Berdasar data tersebut, guru reguler
satu dengan yang lain. Kompetensi guru maupun guru GPK telah memenuhi stan-
kelas dalam penanganan ABK masih ren- dar kualifikasi akademik guru profesional.
dah. Hal ini disebabkan karena kurangnya Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerin-
pemahaman guru terkait kerakteristik ABK. tah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 29 ayat 2
Kurangnya pemahaman guru terhadap tentang standar nasional pendidikan bah-
karakteristik ABK berdampak pada proses wa kualifikasi akademik guru berdasarkan
kegiatan belajar mengajar. Kondisi ini diper- tingkatan pendidikan yaitu pendidik pada
parah dengan minimnya jumlah GPK yang SD/MI memiliki: (a) kualifikasi akademik
tersedia di sekolah. Selain itu banyaknya pendidikan minimum diploma empat (D-
GPK berpindah fungsi menjadi guru kelas. IV) atau sarjana (S1); (b) latar belakang pen-
Perpindahan fungsi ini diakibatkan oleh ke- didikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI,
bijakan pemerintah terkait syarat pemberian kependidikan lain atau psikologi; dan (c)
tunjangan profesi pendidik yang belum men-
sertifikasi guru untuk SD/MI.
gakomodir keberadaan GPK yang mengajar
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
di sekolah umum (sekolah inklusi).
pada aspek pengalaman mengajar di sekolah
Melihat kondisi di atas, pengembangan
media video diprioritaskan pada pening- inklusi tergambar pada tabel 2 di bawah ini.
katan kompetensi guru. Hasil penelitian Tabel 2. Pengalaman Mengajar
Tarnoto (2016: 57) menunjukkan bahwa Lama Mengajar Guru Reguler GPK
berbagai masalah yang muncul terkait
≤ 2 tahun 31% 31%
pelaksanaan sekolah inklusi berasal dari 2 - 3 tahun 16% 8%
guru. Guru merupakan faktor utama dalam 4 - 5 tahun 20% 27%
proses pendidikan inklusi. Penanganan ≥ 5 tahun 33% 35%
SDM guru perlu bantuan dari pihak lain Jumlah 100% 100%
agar pelaksanaan sekolah inklusi bisa berja- (Sumber: diolah dari data)
lan dengan maksimal. Data tersebut menunjukkan bahwa guru
reguler dan GPK sebagian besar telah sa-
Karakteristik Guru Sekolah Dasar Inklusi ngat berpengalaman mengajar sekolah
Data karakteristik guru SD inklusi sebagai dasar inklusi. Akan tetapi banyak pula guru
calon pengguna pengembangan media vi- reguler dan GPK yang belum berpengala-
deo pembelajaran dilihat dari aspek; latar man mengajar sekolah dasar inklusi. Guru
belakang pendidikan, pengalaman menga- yang berpengalaman seharusnya mempu-
jar, frekuensi pelatihan, dan upaya pening- nyai kemampuan dalam hal mengajar dan

100 Kwangsan, Vol. 4 No. 2, Edisi Desember 2016


mendidik anak secara umum. Lama seorang
guru mengajar sekolah inklusi merupakan Table 3. Frekwensi Pelatihan Inklusif

indikator yang dapat menentukan kema- Frekwensi Guru Reguler GPK


tangan pengalaman dalam mendidik anak Belum pernah 30% 8%
(Yaum: 2014: 2). 1 kali 18% 15%
2 kali 22% 27%
Hampir berimbangnya jumlah guru yang 3 kali/lebih 30% 50%
berpengalaman dengan jumlah guru yang Jumlah 100% 100%
belum berpengalaman mengajar di sekolah
dasar inklusi, dikarenakan objek penelitian (Sumber: diolah dari data)
sebagian adalah sekolah dasar yang pilot Responden guru reguler telah mengi-
project inklusi dan sebagian lagi adalah kuti pelatihan pendidikan inklusi sebanyak
sekolah dasar yang masih menjadi rintisan 3 kali/lebih yaitu sebesar 30%, akan tetapi
inklusi. Sekolah yang menjadi pilot project kondisi ini berbanding terbalik dengan jum-
lah guru reguler yang belum pernah mengi-
menyelenggarakan pendidikan inklusif se-
kuti pelatihan pendidikan inklusi yaitu se-
jak aturan tentang pendidikan inklusif yaitu
basar 30%. Sedangkan GPK mayoritas telah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no-
mengikuti pelatihan tentang pendidikan
mor 70 Tahun 2009 dikeluarkan. Sedangkan inklusi 3 kali atau lebih yaitu sebesar 50%.
rintisan sekolah inklusif baru menyeleng-
Dari hasil analisis diketahui bahwa seko-
garakan pendidikan inklusi kurang dari 2
lah cenderung menugaskan guru yang
tahun. Hal inilah yang menyebabkan pen-
galaman guru mengajar sekolah inklusif sama setiap kali mendapatkan kesempatan
memiliki gap yang besar. mengirmkan guru dalam pelatihan inklusi.
Secara logika, semakin lama seorang Kecenderungan ini berakibat kesempatan
guru mengajar sekolah inklusi semakin ter- guru mengikuti pelatihan inklusif tidak
latih dalam menangani anak berkebutuhan merata. Banyak guru yang sering mengikuti
khusus. Akan tetapi berdasar penelitian De- pelatihan inklusif tetapi banyak pula guru
wanti (2012: 70) lamanya guru mengajar di yang tidak pernah mengikuti pelatihan pen-
sekolah inklusi tidak menjamin sepenuhnya didikan inklusi. Kondisi ini tergambar se-
terhadap kompetensi yang dimiliki guru bagaimana pada tabel 3 di atas.
dalam menagani ABK di sekolah inklusi. Pemahaman terhadap konsep pendidik-
Hasil penelitian Prasetyorini (2007: 18) me- an inklusi ditunjang dengan peningkatan
ngungkapkan bahwa guru baru dengan kompetensi tenaga pendidik SD inklusi se-
masa kerja kurang dari lima tahun dan guru
cara mandiri. Sebagian besar guru reguler
yang lebih dari lima tahun memiliki kinerja
dan GPK melakukan peningkatan kompe-
yang sama yaitu pada katagori baik, sehing-
tensi secara mandiri. Sebagian kecil guru
ga tidak ada perbedaan secara signifikan.
Penelitian Cahyaningrum (2012; 9) menun- tidak melakukan peningkatan kompetensi
jukkan bahwa faktor pengalaman memiliki pendidikan inklusi secara mandiri. Hal ini
kontribusi tinggi pada kesiapan guru dalam terlihat pada sajian tabel berikut.
menerima keberadaan ABK di kelas inklusi. Tabel 4. Upaya peningkatan Kompetensi Secara Mandiri
Guru yang berpengalaman memiliki nilai- Bentuk Guru Reguler GPK
nilai yang positif terhadap peserta didik Tidak pernah 3% 0%
berkebutuhan khusus. Membaca literatur 22% 27%
Berdiskusi dengan teman 58% 35%
Frekwensi guru mengikuti palatihan Pelatihan internal 17% 38%
pendidikan inklusi dapat dilihat pada tabel Jumlah 100% 100%
berikut. (Sumber: diolah dari data)

Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Inklusi dalam Meningkatkan Kompetensi melalui Media Video, Edi Purnomo. Hal: 95 - 109
101
Tabel di atas menggambarkan bahwa merupakan gambaran positif atau nega-
peningkatan kompetensi terkait pendidi- tif dari komitmen guru dalam mengem-
kan inklusi yang dilaksanakan secara man- bangkan anak berkebutuhan khusus. Sikap
diri lebih banyak dilakukan melalui diskusi guru juga menggambarkan sejauh mana
dengan teman yaitu 58%. Peningkatan kom- anak berkebutuhan khusus diterima di se-
petensi secara mandiri dengan melakukan buah sekolah. Melalui sikap positif guru,
pelatihan internal di sekolah lebih banyak anak berkebutuhan khusus akan mendapat
dilakukan oleh GPK yaitu sebesar 38%. banyak kesempatan belajar dengan teman
Berdasar hasil data di atas, karakteristik sebayanya secara lebih maksimal (Olson:
guru SD inklusi sebagai calon pengguna 2003). Penelitian ini dilakukan untuk me-
media video dapat dikatagorikan menjadi ngetahui; sikap guru terhadap konsep pen-
dua kelompok. Pertama, calon pengguna didikan inklusif, sikap guru terhadap kom-
ponen pelaksanaan pendidikan inklusif,
media video merupakan guru dengan latar
dan sikap guru terhadap kendala serta solu-
belakang pendidikan sarjana, telah memi-
si dalam pelaksanaan pendidikan inklusif.
liki pengalaman mengajar dan pelatihan
Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi
pendidikan inklusi. Kedua, calon peng-
sikap guru dapat dijelaskan sebagai berikut.
guna media video merupakan guru dengan
latar belakang pendidikan sarjana, kurang Sikap terhadap Konsep Pendidikan Inklusif
memiliki pengalaman mengajar dan pela- Data tentang skala sikap guru reguler dan
tihan pendidikan inklusi. Karakter kedua GPK terhadap konsep pendidikan inklsusif
kelompok calon pengguna media video terdiri dari 13 butir pernyataan. Skor yang
yang berbeda berdampak pada rancangan digunakan adalah 0 sampai dengan 4. Se-
model media yang berbeda. Pengembang hingga skor tertinggi adalah 52. Hasil anali-
media perlu mengembangkan dua model sis deskriptif aspek sikap guru reguler dan
media video yang berbeda agar media yang GPK terhadap konsep pendidikan inklusif
ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai
dikembangkan sesuai dengan karakteristik
berikut.
calon pengguna. Perancang program media Tabel 5 . Kategori Sikap terhadap
harus dapat mengetahui pengetahuan atau Konsep Pendidikan Inklusif
keterampilan awal pengguna. Suatu pro- Katagori Guru Reguler GPK Rerata
gram media akan dianggap terlalu mudah Kurang 0.00% 0.00% 0.00%
bagi pengguna bila pengguna tersebut telah Sedang 0.00% 0.00% 0.00%
Baik 27.06% 11.54% 19.30%
memiliki sebagian besar pengetahuan atau Sangat baik 72.94% 88.46% 80.70%
keterampilan yang disajikan oleh program Jumlah 100% 100% 100%
media itu. Program media yang terlalu mu- (Sumber: diolah dari data)
dah akan membosankan pengguna dan se-
dikit sekali manfaatnya karena pengguna Berdasarkan tabel di atas dapat diartikan
tidak memperoleh tambahan pengetahuan bahwa sikap terhadap konsep pendidikan
atau keterampilan dari program media inklusif menunjukkan kategori sangat baik
tersebut (Sadiman, 2006: 103). yaitu 80,70%. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan Eli-
Sikap Guru Sekolah Dasar Terhadap sa dan Aryani (2013: 09) bahwa sikap positif
Pendidikan Inklusif guru ditandai sikap menerima kehadiran
Sikap guru terhadap pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus di dalam kelas

102 Kwangsan, Vol. 4 No. 1, Edisi Juni 2016


yang diajar. Pandangan ini didasari bahwa suai dengan intelegensi anak berkebutuhan
semua anak memiliki karakteristik dan ke- khusus, modifikasi proses belajar menga-
butuhan masing-masing serta harapan dan jar dengan menyesuaikan tipe belajar anak,
dukungan terhadap pendidikan inklusi. modifikasi lingkungan belajar dengan belajar
Data di atas menunjukan bahwa tenaga di luar ruangan, dan modifikasi pengelolaan
pendidik sudah memahami konsep pendi- kelas dengan melakukan penataan tempat
dikan inklusif. Guru berpandangan bahwa duduk. Guru menjalankan tanggung ja-
wabnya secara penuh sebagai guru kelas;
pendidikan tanpa diskriminatif sehingga
guru memahami jenis-jenis anak berkebu-
anak berkebutuhan khusus dapat mem-
tuhan khusus; guru menyiapkan sarana
peroleh haknya dalam memperoleh pen-
dengan menggunakan media khusus bagi
didikan. Sikap sangat baik guru terhadap
anak berkebutuhan khusus; guru meren-
konsep pendidikan inklusif menunjuk-
canakan kegiatan belajar mengajar dengan
kan kecenderungan tindakan yang berupa
merencanakan strategi pembelajaran, guru
mendekati, menyayangi, dan mengharap-
menggunakan metode pembelajaran yang
kan keberadaan anak berkebutuhan khusus
disesuaikan dengan anak berkebutuhan
(Purwanto, 1999).
khusus. Guru melaksanakan tindak lanjut
setelah proses pembelajaran; melaksanakan
Sikap terhadap Komponen Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dengan dengan
Pendidikan Inklusif
memberikan kesempatan kepada anak
Data tentang sikap guru terhadap kompo-
berkebutuhan khusus untuk terlibat aktif
nen pelaksanaan pendidikan inklusi terdiri
di kelas; guru membimbing anak berkebu-
dari 32 pernyataan. Skor yang digunakan
tuhan khusus dalam pembelajaran di kelas;
adalah 0 sampai dengan 4, sehingga skor
guru melaksanakan evaluasi pembelajaran
tertinggi adalah 128. Hasil analisis deskrip-
untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
tif aspek sikap terhadap pelaksanaan pen-
Temuan ini sejalan dengan teori pen--
didikan inklusi ditampilkan dalam tabel se-
tingnya sikap positif guru terhadap pembe-
bagai berikut. lajaran inklusi. Guru dengan sikap positif
akan lebih mampu untuk mengatur pem-
Tabel 6. Kategori Sikap terhadap
Komponen Pelaksanaan Pendidikan Inklusif belajaran dan mengelola kurikulum yang
Katagori Guru Reguler GPK Rerata digunakan untuk siswa berkebutuhan khu-
Kurang baik 0.00% 0.00% 0.00%
sus. Guru yang bersikap positif memiliki
Sedang 0.46% 0.00% 0.23% pendekatan yang lebih baik terhadap pen-
Baik 72.48% 84.62% 78.55% didikan inklusif (Taylor, 2012).
Sangat baik 27.06% 15.38% 21.22%
Jumlah 100% 100% 100%
Sikap Guru terhadap Kendala dan Solusi
(Sumber: diolah dari data)
Pelaksanaan Pendidikan Inklusif
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpul- Data tentang skala sikap pendidik terhadap
kan bahwa sikap guru terhadap komponen kendala dan solusi pendidikan inklusi ter-
sistem pendidikan inklusif menunjukan kat- diri dari 5 pernyataan. Skor yang digunakan
egori baik dengan persentase 78,55%. Hal ini adalah 0 sampai dengan 4. Sehingga skor
menunjukan bahwa tenaga pendidik melak- tertinggi adalah 20. Hasil analisis deskrip-
sanakan modifikasi kurikulum. Kuriku- tif aspek sikap pendidik terhadap kendala
lum yang dimodifikasi meliputi: modifikasi dan solusi pendidikan inklusi ditampilkan
waktu pembelajaran, modifikasi materi se- dalam tabel berikut.
Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Inklusi dalam Meningkatkan Kompetensi melalui Media Video, Edi Purnomo. Hal: 95 - 109
103
kegiatan pelatihan tentang pelaksanaan
Tabel 7. Sikap Suru terhadap Kendala pendidikan inklusif guna meningkatkan
dan Solusi Pelaksanaann Pendidikan Inklusif
pengetahuan ke-PLB-anya.
Katagori Guru Reguler GPK Rerata
Berdasarkan tiga katagori di atas, dapat
Kurang baik 0.92% 0.00% 0.46%
Sedang 55.50% 46.15% 50.83%
disimpulkan bahwa sikap guru terhadap
Baik 43.12% 53.85% 48.49% pelaksanaan pendidikan inklusif masuk
Sangat baik 0.46% 0.00% 0.23% kategori baik dan tidak ada guru yang me-
Jumlah 100% 100% 100% miliki kategori sikap sangat kurang baik.
(Sumber: diolah dari data) Persebaran sikap guru terhadap pelak-
sanaan pendidikan inklusif ditampilkan
Berdasarkan data di atas diketahui bah- dalam grafik berikut.
wa sikap guru reguler terhadap kendala
dan solusi pelaksanaan pendidikan inklu- Sikap Terhadap Pendidikan Inklusi
sif mayoritas berada pada kategori sedang
yaitu sebesar 55,50%. Sikap GPK terhadap
kendala dan solusi pelaksanaan pendidikan
inklusif mayoritas pada kategori baik yaitu
sebesar 53,85%. Secara rata-rata sikap tena-
ga pendidik terhadap kendala dan solusi
pelaksanaan pendidikan inklusif menun-
jukan kategori sedang dengan persentase
50,83%.
Temuan ini sejalan dengan hasil pene-
Gambar 1 . Kategori Sikap Guru terhadap
litian Elisa dan Aryani (2013) bahwa guru Pelaksanaan Pendidikan Inklusif
dengan latar belakang pendidikan bukan (Sumber: diolah dari data)
PLB lebih memilih mengajar kelas reguler
karena merasa latar belakang pendidikan- Berdasarkan data sikap guru terhadap
nya tidak sesuai untuk mengajar ABK. Guru pelaksanaan pendidikan inklusif menunjuk-
dengan latar belakang pendidikan bukan kan bahwa guru memiliki komitmen terha-
PLB memiliki kecenderungan sikap bertipe dap pelaksanaan pendidikan inklusi. Guru
negatif terhadap pelaksanaan pembelajaran memiliki kecenderungan sikap yang belum
inklusif. baik dalam mengatasi kendala dan ham-
Data menunjukkan bahwa mayoitas batan dalam pembelajaran. Sikap guru yang
guru reguler di SD inklusi berlatar belakang dalam katagori belum baik sangat dipenga-
pendidikan bukan PLB. Peneliti berkesim- ruhi oleh faktor pengetahuan. Menurut Elisa
pulan bahwa tenaga pendidik masih meng- dan Aryani (2013: 5) salah satu faktor yang
hadapi kendala dalam pelaksanaan pendi- mempengaruhi sikap guru terhadap inklusif
dikan inklusif. Guru merasa belum mampu adalah pengetahuan yang dimiliki mengenai
menangani permasalahan kelas inklusi dan siswa berkebutuhan khusus yang dikem-
belum mampu memberikan layanan maksi- bangkan melalui pelatihan yang didapat.
mal bagi anak berkebutuhan khusus. Tena- Untuk itu, guru perlu meningkatkan
ga pendidik masih berharap besar pada kompetensi pedagogik dan profesional
bantuan pemerintah dalam mengatasi dan mengenai anak berkebutuhan khusus.
mencari solusi terhadap kendala yang diha- Peningkatan kompetensi dapat dilakukan
dapi dalam pelaksanaan pendidikan inklu- secara mandiri dan/atau dalam bentuk
sif. Guru berharap diikutsertakan dalam pelatihan. Untuk menunjang peningkatan

104 Kwangsan, Vol. 4 No. 2, Edisi Desember 2016


kompetensi, guru membutuhkan bahan tipe ABK 10,13%; (5) strategi membangun
belajar yang dapat membantu mempermu- lingkungan sekolah ramah inklusi 6,78%; (6)
dah memahami anak berkebutuhan khusus. model pengembangan kurikulum sekolah
Salah satunya adalah bahan belajar video. inklusi 6,76%; (7) teknik evaluasi terhadap
Media video memiliki beberapa keunggulan anak berkebutuhan khusus 5,37%; dan (8)
dalam menyampaikan materi yang bersifat strategi pembelajaran individual 5,06%.
contoh cara bersikap atau berbuat dalam Alasan guru membutuhkan kompetensi
suatu penampilan, khususnya menyangkut tersebut sebagai priroritas dikarenakan bah-
interaksi manusiawi (Anderson,1994: 104). wa materi-materi tersebut belum dipahami
guru. Di samping itu, kompetensi tersebut
Kompetensi yang Dibutuhkan Guru da- selalu ditemui dan dilaksanakan oleh guru
lam Meningkatkan Layanan Pendidikan dalam melakukan pembelajaran di kelas
Inklusi. inklusif. Hal ini didukung hasil penelitian
Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 74 Zafira (2015: 205) guru kelas SD Inklusi den-
tahun 2008, guru dituntut menguasai empat gan latar belakang pendidikan PGSD meski-
kompetensi pendidik yang meliputi; kom- pun senior dengan pengalaman mengajar
petensi pedagogik, kompetensi kepribadi- yang cukup belum sepenuhnya memiliki
an, kompetensi sosial, dan kompetensi pro- 10 aspek kompetensi pedagogik guru yang
fesional. Kompetensi pedagogik merupakan ditetapkan pada Permendiknas nomor 16
kemampuan guru dalam mengelola pem- tahun 2007. Sekolah dan pihak-pihak terkait
belajaran meliputi pemahaman terhadap harus selalu membekali guru dengan pelatihan
peserta didik, pengembangan kurikulum, kompetensi pedagogik guru inklusi.
perancangan pembelajaran, pelaksanaan Pemahaman kompetensi pedagogik ter-
pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. kait identifikasi anak berkebutuhan khusus
Kompetensi profesional merupakan ke- memiliki peran penting untuk dipahami
mampuan guru dalam menguasai pengeta- oleh guru SD inklusi. Kemampuan melaku-
huan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kan identifikasi merupakan prasyarat agar
dan/atau seni dan budaya yang diampunya. guru mampu memberikan layanan sesuai
Penelitian ini lebih memfokuskan pada kebutuhan ABK. Berdasar hasil penelitian
kompetensi pedagogik. Hal ini didasari Hermanto (2010) disebutkan bahwa seko-
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan lah yang telah dan akan menyelenggarakan
terencana untuk mewujudkan suasana be- pendidikan inklusi, langkah pertama yang
lajar dan proses pembelajaran agar peserta harus disiapkan adalah memberikan bekal
didik secara aktif mengembangkan potensi kemampuan kepada guru agar memiliki ke-
dirinya (UU No. 20 tahun 2003). Pendidikan mampuan mengidentifikasi anak berkebu-
erat kaitannya dengan kemampuan guru tuhan khusus. Guru yang memiliki kemam-
dalam mengelola pembelajaran. puan mengidentifikasi tidak hanya guru
Berdasar hasil analisis data menunjuk- yang akan mengajar atau menangani ABK
kan bahwa kompetensi yang butuhkankan namun semua guru di sekolah dasar penye-
guru adalah kompetensi yang terkait de- lenggara pendidikan inklusi harus memiliki
ngan: (1) teknik dan strategi pembelajaran kemampuan mengidentifikasi ABK.
di kelas inklusi yaitu 32,50%; (2) teknik as- Peningkatan kompetensi pedagogik meru-
sasmen dan identifikasi anak berkebutuhan pakan kebutuhan mendesak bagi guru SD
khusus 16,81%; (3) mengintegrasikan RPP inklusi. Hasil penelitian Rapisa (2012: 386)
siswa reguler dan RPP siswa ABK dalam menunjukkan bahwa pemahaman guru dan
pembelajaran 16,60%; (4) karakteristik tipe- semua warga sekolah terhadap pendidikan

Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Inklusi dalam Meningkatkan Kompetensi melalui Media Video, Edi Purnomo. Hal: 95 - 109
105
inklusif masih terbatas pada keberadaan mayoritas berlatar belakang S-1 PLB. Guru
ABK di sekolah umum, untuk itu perlu pema- yang berpengalaman dan kurang berpengala-
haman yang lebih komprehensif. Pemahaman man dalam pembelajaran inklusi mempu-
ini diberikan oleh pihak yang berkompeten nyai frekwensi yang hampir sama. Pela-
dalam bentuk pelatihan-pelatihan. tihan tentang pembelajaran inklusi lebih
Materi-materi peningkatan kompetensi didomisasi oleh guru GPK atau guru kelas
pedogogik yang dibutuhkan guru di atas, yang ditugaskan sebagai koordinator un-
bersifat konsep, prinsip, prosedur, dan ke-
tuk menangani pembelajaran inklusi. Khu-
terampilan mengajar. Media video memiliki
sus untuk guru kelas secara umum kurang
potensi/keunggulan yang lebih daripada
media lain dalam menyampaikan materi mendapatkan pelatihan inklusif bahkan
dengan jenis belajar pengenalan visual, sebagian besar belum pernah mengikuti
prinsip, konsep, prosedur, dan keterampil- pelatihan. Upaya peningkatan kompetensi
an (Sadiman, 2006: 92). secara mandiri yang dilakukan guru dalam
Dengan mempertimbangkan hasil anali- bentuk bertukar pikiran dengan sesasma
sis data di atas, media video potensial un- guru secara informal. Guru belum secara
tuk meningkatkan kompetesi guru sekolah serius dan berniat untuk meningkatkan
dasar inklusi. Guru membutuhkan bahan kompetensi pribadi melalui pelatihan-pela-
belajar yang dikemas dalam media video tihan atau kegiatan sejeninsnya.
tutorial membahas materi-materi yang berkaitan
dengan kompetensi pedagogik guru seko- Sikap guru terhadap pelaksanaan pen-
lah dasar inklusif. Pengembangan media didikan inklusif menunjukan kategori baik.
video untuk guru SD inklusi hendaknya Hal ini menunjukan bahwa guru sudah me-
menekankan pada karakter media yang miliki komitmen pada peserta didik dan
mampu membangkitkan motivasi guru proses pembelajaran, melaksanakan evalu-
dalam menjalankan tugas sebagai pendidik asi dengan menyesuakan kebutuhan ma-
sekolah inklusi. Media video dikembangkan sing-masing peserta didik, dan memberikan
mengacu pada model pembelajaran Contex- motivasi kepada anak berkebutuhan khusus
tual Teaching and Learning (CTL) sehingga agar percaya diri dalam pembelajaran di ke-
sesuai dengan pengalaman guru las. Akan tetapi dalam hal mengatasi ham-
batan atau kendala yang ada, guru masih
SIMPULAN mengharapkan adanya bantuan pihak lain.
Masih terdapat kesenjangan dalam proses Guru belum berinisiatif untuk mengatasi
pembelajaran di sekolah dasar inklusi. Ken- permasalahan pembelajaran secara mandiri
dala yang dihadapi dalam penerapan model karena belum memiliki kemampuan.
pendidikan inklusi antara lain; pemahaman
guru kelas terhadap karakteristik ABK Kompetensi yang dibutuhkan guru
kurang, guru kelas belum memahami KBM sekolah dasar inklusi dalam meningkatkan
di sekolah Inklusi, kurangnya tenaga GPK, layanan pendidikan inklusif adalah materi
GPK beralih fungsi sebagai guru kelas, dan yang berhubungan dengan kompetensi
kurangnya peran serta orang tua ABK dalam pedagogik. Kompetensi yang diprioritas-
menunjang pendidikan inklusi di sekolah. kan untuk dikembangkan menjadi media
Karakteristik guru calon pengguna me- video tutorial adalah materi yang berupa
dia video adalah; mayoritas sasaran berlatar strategi pembelajaran, karakteristik ABK,
belakang pendidikan S-1 PGSD dan GPK dan pengembangan kurikulum.

106 Kwangsan, Vol. 4 No. 2, Edisi Desember 2016


Ucapan Terima Kasih Dewanti, Dipa Susanti. 2012. Permormative
Kami mengucapkan terima kasih kepada Competence Guru pada Anak Berkebu-
Kepala BPMTPK-Kemdikbud yang telah tuhan Khusus. Skipsi. Fakultas Sosial
memfasilitasi kegiatan analisis kebutuhan. dan Ilmu Politik, Universitas Indone-
Ucapan terima kasih juga kepada teman- sia. (online) pada http://lib.ui.ac.id/
teman pejabat Fungsional Pengembang file?file=digital/ 20289750-S-Dipa%20
Teknologi Pembelajaran BPMTPK yang Sandi%20Dewanty.pdf diakses 1 Ok-
telah mengumpulkan data pada survey
tober 2016
analisis kebutuhan pengembangan media
Direktorat PLB. 2004. Pedoman Penyeleng-
video pembelajaran untuk guru inklusi dan
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan garaan Pendidikan: Pengadaan dan Pem-
satu per satu yang membantu penelitian ini. binaan Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Depdiknas.
Pustaka Acuan Elisa, Syafrida dan Aryani Tri W. 2013. Si-
Adimihardja, K. dan Harry Hikmat, 2001, kap Guru Terhadap Pendidikan Inklusi
Participatory Research Appraisal: Peng- Ditinjau dari Faktor Pembentuk Sikap.
abdian dan Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Psikologi dan Pendidikan Vol.
Bandung: Humaniora Utama Press. 2 Nomor. 01 Februari 2013. journal.
Anderson, J. 2000 . ACT-R web based environ- unair.ac.id/download – fullpapers -
ment [On-line]. dalam http://128.2.248.57 jppp59a59e52332full.pdf. diakses 18
/inter/ ACT-R-tutorial.html. diakses 17 November 2016.
September 2016. Hermanto. S.P. 2010. Kemampuan Guru dalam
Anderson, Ronald. A. 1994. Pemilihan dan Melakukan Identifikasi Anak Berkebu-
Pengembangan Media untuk Pembela- tuhan Khusus di Sekolah Dasar Peny-
jaran. Terjemahan oleh Yusuf Hadi elenggara Pendidikan Inklusi. Laporan
Miarso, Slamet Sudarman, Yunarsih Penelitian. Universitas Negeri Yogya-
Kusdarmanto, Dewi Salma, dan An- karta, Fakultas Ilmu Pendidikan, Ju-
ung Haryono. Jakarta: PT Raja Grafin- rusan Pendidikan Luar Biasa. (On-
do Persada. line) pada http://staff.uny.ac.id/sites
BPMTPK. 2016. Studi Kelayakan Pengemban- /default/files/penelitian//INKLUSI-
gan Model Media Video Pembelajaran Tu- DINAMIKA.pdf diakses 18 Nobember
torial untuk Guru SD Inklusi. Laporan 2016.
Kegiatan. Sidoarjo: Kemdikbud Isiaka, Babalola. 2007. Effectiveness of Video as
Branch, Robert Maribe. 2009. Instructional an Instructional Medium in Teaching Ru-
Design:The ADDIE Approach. New ral Children Agricultural and Environ-
York: Springer. mental Sciences”. International Journal
Cahyaningrum, Rahma K. 2012. Tinjauan Education and Development using In-
Psikologis Kesiapan Guru dalam Menan- formation and Communication Tech-
gani Peserta Didik Berkebutuhan Khusus nology (IJEDICT). Vol. 3, issue 3 tahun
pada Program Inklusi. Educational Psy- 2007, pp 105-114.
chology. Journal. Vol.1 (1). 2012. (On- Lopes, J.A. et al. 2004. Theacher Perception
line) dalam http://journal.unnes.ac.id/ About Teaching Problem Students in
sju/index.php/epj diakses 2 November Reguler Classroms. Journal Educatioan
2016. and Treatment of Childeren. 27 (4) pp.

Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Inklusi dalam Meningkatkan Kompetensi melalui Media Video, Edi Purnomo. Hal: 95 - 109
107
391-397. edu/ 8793/4/d_adp_0605255.pdf diak-
Mustadji. 2013. Media Pembelajaran. Suraba- ses 12 November 2016. diakses 14 No-
ya: Unesa University Press. vember 2016.
Olson, J. M. 2003. Special Education and Gen- Sadiman, Arief S., Anung Haryono, R. Ra-
eral Education Teacher Attitudes Toward harjo, Rahardjito. 2006. Media pen-
Inclusion. Wisconsin-Stout: University didikan; Pengertian, pengembangan,
of Wisconsin Stout. dan pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun Grfindo Persada.
2005 tentang standar nasional pendi- Sugiarta, Awandi Nopyan. 2007. Pengem-
dikan bangan Model Pengelolaan Program Pem-
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 belajaran Kolaboratif untuk Kemandirian
tentang Guru. Anak Jalanan di Rumah Singgah (Stu-
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI di Terfokus di Rumah Singgak Kota
Nomor 70 tahun 2009 tentang Pen- Bekasi). Desertasi. tidak publikasikan.
didikan Inkluisf Bagi Peserta Didik Bandung: PPS UPI .
yang Memiliki Kelainan dan Mimiliki Sugiyono. 2014. Metode penelitian kuantitatif,
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Is- kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfa-
timewa. beta
Prasetyorini, L. 2007. Kinerja Ditinjau dari Tarnoto, Nissa. 2016. Permasalahan-Perma-
Perbedaan Gender, Status dan Masa Ker- salahan yang Dihadapi Sekolah Peny-
ja Bagi Guru SLB Se Propinsi Sulawesi elanggara Pendidikan Inklusi pada Jen-
Tenggara. Tesis tidak diterbitkan PPS jang SD. Humanitas: Jurnal Psikologi
Universitas Negeri Surabaya. Indonesia. Vol. 13 No. 1 Februari 2016.
Purwanto, Heri. 1999. Pengantar Perilaku Ma- pp. 50-61.(Online) dalam http://jour-
nusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. nal.uad.ac.id/index.php/HUMANI-
Kaufman, Roger dan Fenwick W. English. TAS/ diakses 7 Agutus 2016
1979. Needs Assessment: Concept and Taylor, R. W dan Ringlaben, R. P. 2012. Im-
Application. New Jersey: Englewood pacting Pre-service Teachers Attitudes
Cliffs. toward Inclusion. Higher Educatian
Radiyati, Sri. 2013. Peningkatan Kompetensi Studies. 2.3.
Guru Sekolah Inklusif dalam Penanganan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 ten-
Anak Berkebutuhan Pendidikan Khusus tang Sistem Pendidikan Nasional
Melalui Pembelajaran Kolaboratif. Jurnal Yaum, Lailil A. dan Asrorul M. 2014. Penga-
Cakrawala Pendidikan, Juni 2013, Th. ruh Kualifikasi Pendidikan, Masa Kerja,
XXXII, No.2 (online) dalam journal. dan Status Terhadap Optimalisasi Tu-
uny.ac.id/index.php/cp/article/down- gas Pokok dan Fungsi Guru Pembimb-
load/1488/pdf diakses 6 Juni 2016). ing Khusus di SD Inklusif Surabaya. ar-
Rapisa, Dewi Ratih. 2012. Kompetensi Guru tikel penelitian Prodi PLB Fakultas Ilmu
Pendidikan Khusus dalam Seting Sekolah Pendidikan IKIP PGRI Jember. (Online)
Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif. dalam https://aminsilalahi. files.word-
Tesis. Universitas Pendidikan Indone- press.com/2014/10/artikel-penelitan-
sia. (online) pada http://repository.upi. lailil-aflahku. diakses 3 November

108 Kwangsan, Vol. 4 No. 1, Edisi Juni 2016


2016
Zafira, Ruwaida. 2015. Kompetensi Pedagogik
Guru Pada Anak Berkebutuhan Khusus di
SD Inklusi Klampis Ngasem 1 Surabaya.
Jurnal Penelitian Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Vol 3, No 2, (2015) (on-
line) pada http://ejournal.unesa.ac.id/
index.php/jurnal-penelitian-pgsd/ar-
ticle/view/15419/ 19421.

Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Inklusi dalam Meningkatkan Kompetensi melalui Media Video, Edi Purnomo. Hal: 95 - 109
109

You might also like