Professional Documents
Culture Documents
Hadis Nabi Tentang Manajemen Risiko Dalam Perspektif Filsafat Dakwah
Hadis Nabi Tentang Manajemen Risiko Dalam Perspektif Filsafat Dakwah
DAKWAH
MAKALAH
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Dakwah
Oleh
Dosen Pengampu
Dr. Sokhi Huda, M.Pd
NIP. 196701282003121001
1
Bambang Subandi, “Manajemen Organisasi Hadits Nabi”, (Yogyakarta: INDes, 2016). Hal 168
Dalam Hadits juga dikisahkan, salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yang
meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, seperti pohon, tonggak dan lain-lain, lalu
ditinggalkan. Rsulullah bertanya: "Mengapa tidak kamu ikatkan?" Ia menjawab: "Saya sudah
bertawakkal kepada Allah." Rasulullah SAW tidak dapat menyetujui cara berfikir orang itu,
lalu bersabda, "Ikatlah dulu lalu bertawakkallah." Ringkasnya tawakkal tanpa usaha lebih
dahulu adalah salah dan keliru menurut pandangan Islam. Adapun maksud tawakkal yang
diperintahkan oleh agama itu ialah menyerahkan diri kepada Allah sesudah berupaya dan
berusaha serta bekerja sebagaimana mestinya. Misalnya meletakkan sepeda di muka rumah,
setelah dikunci baik-baik, lalu bertawakkal. Artinya apabila setelah dikunci itu masih juga
hilang misalnya dicuri orang, maka dalam pandangan agama orang itu sudah tidak bersalah,
sebab telah melakukan ikhtiar supaya jangan sampai hilang. Makna tawakal ini yang diartikan
sebagai manajemen risiko, islam memberi ajaran untuk mengatur posisi risiko dengan sebaik-
baiknya, sebagaimana Al-Qur’an dan Hadits mengajarkan untuk melakukan aktivitas dengan
perhitungan yang sangat matang dalam menghadapi risiko, dalam usahanya mencari nafkah,
seorang muslim dihadapkan pada kondisi ketidakpastian terhadap apa yang terjadi. Kita boleh
saja merencanakan suatu kegiatan usaha atau investasi, namun kita tidak bisa memastikan apa
yang akan kita dapatkan dari hasil investasi tersebut, apakah untung atau rugi. Hal ini
merupakan sunnatullah atau ketentuan Allah seperti yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw.
Manajemen risiko dalam pengembangan masyarakat islam adalah mencakup semua
aspek kehidupan baik itu yang mengatur dan mengembangkan dalam bidang perekonomian,
pendidikan, kesehatan, lingkungan, budaya, dan agama. Adapun tahap-tahapan dalam
Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam dapat mengacu apa yang dijabarkan oleh
Isbandi Rukminto Adi, yang melihat kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
beberapa organisasi masyarakat senantiasa mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan.
b. Tahap assesment .
c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan.
d. Tahap formulasi rencana aksi.
e. Tahap pelaksanaan program.
f. Tahap evaluasi, kegiatan evaluasi perlu dilakukan pada semua program pemberdayaan
masyarakat.
g. Tahap terminasi.
Yang menjadi problem dalam tahapan-tahapan tersebut sering terlupakan adalah aspek
keberlanjutan dari program tersebut. Secara implisit, mungkin, dalam perencanaan program
sudah direncanakan soal keberlanjutan program tersebut. Tetapi hal ini terasa belum cukup,
karena segi keberlanjutan cenderung terabaikan, agar dieksplisit dalam bentuk tahapan,
misalnya, tahap pelembagaan/keberlanjutan program.2
2
Asy’ari Suparmin. “Manajemen Resiko Dalam Perspektif Islam”. Artikel.
DAFTAR PUSTAKA
Subandi, bambang. “Manajemen Organisasi Dalam Hadits Nabi”. Yogyakarta: Nusantara Pres.
2016.
Suparmin, Asy’ari. “Manajemen Resiko Dalam Perspektif Islam”. Artikel.