You are on page 1of 10

Journal of Intellectual Property

Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

PERLINDUNGAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PERBATIKAN (TINJAUAN


TERHADAP BATIK YOGYAKARTA DAN SOLO)

Euis Sunaryo
Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Al Azhar Indonesia

Contact: euis.sunaryo@yahoo.com

Diterima: 14 Sep 2018 ABSTRACT


Direvisi: 10 Nov 2018
Disetujui:12 Des 2018 One of the traditional knowledges in the arts and culture that is
Hak Cipta: ©2019 protected by Indonesia is Batik. Traditional batik with its classic
Halaman: 12-21 motifs has been worked on for generations and is included in
Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions. Not all
batik is registered for copyright because batik that needs copyright
protection under Article 11 paragraph (1) letter f of the 1987
Copyright Act is a new art of batik. The problem that arises is how
the legal protection of Yogyakarta Batik and Solo Batik is applied as
Traditional Knowledge and Intellectual Property Rights (IPR). The
purpose of this research is to know and understand the legal
protection that can be obtained by Batik Yogyakarta and Batik Solo
as the application of Traditional Knowledge and Intellectual Property
Rights (IPR). The main theory used in this thesis research is John
Locke's theory of Natural Law which states that the concept of
property has something to do with human rights with its statement
'life, liberty, property'. The research method used is empirical
normative research with qualitative research carried out in the field
(field research) and take a research method with a non-judicial case
study approach. The conclusion of the research is legal protection for
Batik Yogyakarta and Solo as Traditional Knowledge carried out by
the State by inventorying traditional batik motifs and maintaining
Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions.
The legal protection of Intellectual Property Rights (IPR) that can be
applied to Yogyakarta and Solo Batik is through the Copyright,
Trademark, Patent and Trade Secret regimes.

Keywords: Batik, Traditional Knowledge, Intellectual Property Rights (IPR)

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Perbatikan…12


Journal of Intellectual Property
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

PENDAHULUAN Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi


Budaya Tradisional (PTEBT). Kedua, tidak
Salah satu pengetahuan tradisional di bidang semua batik didaftarkan hak ciptanya karena
seni dan budaya yang dilindungi oleh batik yang perlu dilindungi Hak Ciptanya
Indonesia adalah Batik. Pengertian Batik berdasarkan Pasal 11 ayat (1) huruf f
adalah sehelai wastra (kain) yang digunakan Undang-undang Hak Cipta Tahun 1987
dalam matra tradisional beragam hias pola adalah seni batik ciptaan baru.
tertentu dengan teknik pembuatan celup
rintang menggunakan malam (lilin batik) Dari uraian diatas maka permasalahan yang
sebagai perintang warna dan dibuat secara dapat disusun antara lain:
tradisional (Doellah, 2002: 10). 1. Bagaimanakah perlindungan hukum yang
bisa didapatkan oleh Batik Yogyakarta dan
PTEBT (Pengetahuan Tradisional dan Batik Solo dalam penerapan Pengetahuan
Ekspresi Budaya Tradisional/folklore) batik Tradisional?
adalah mengenai motif-motif batik, cara 2. Bagaimanakah perlindungan HKI yang
pembuatannya dan juga penggunaan canting didapatkan Batik Yogyakarta dan Batik
dalam pembuatan batik tradisional adalah Solo?
ciri khas pada batik Indonesia sehingga
menjadikannya berbeda dengan batik dari METODE PENELITIAN
negara-negara lain. Pemerintah Indonesia
secara jelas telah mengatur perlindungan Metode yang digunakan adalah penelitian
folklore dalam Undang-undang Hak Cipta hukum normatif empiris. Penelitian normatif
Nomor 19 Tahun 2002 yaitu pada Pasal 10 menganalisis norma hukum, yaitu hukum
ayat (2) yang berbunyi “Negara memegang dalam arti perundang-undangan (Soekanto
Hak Cipta atas folklore dan hasil kebudayaan dan Mamudji, 1985: 14). Sementara
rakyat yang menjadi milik bersama seperti penelitian hukum empiris menganalisis
hikayat, dongeng, legenda, lagu, kerajinan, hukum dari perspektif eksternal dengan
koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni obyek penelitiannya adalah sikap, perilaku
lainnya”. sosial dan kenyataan kultur terhadap hukum
(Diantha, 2016: 12). Pendekatan dalam
Sementara itu batik bermotif kontemporer penelitian ini bersifat kualitatif yang
(modern) adalah termasuk seni batik yang dilaksanakan di lapangan (field research).
merupakan salah satu jenis ciptaan yang Penggunaan pendekatan tersebut dalam
mendapat perlindungan hukum dalam penelitian ini setidaknya karena dua alasan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 yaitu, pertama, penelitian dilakukan mengacu
tentang Hak Cipta yang meliputi ciptaan kepada norma-norma hukum yang terdapat
dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan dalam peraturan perundang-undangan yang
sastra. Salah satu bidang Hak Kekayaan terkait dengan hierarki perundang-undangan
Intelektual yang secara konseptual hanya hukum hak cipta, hukum paten dan hukum
melindungi ekspresi adalah hak cipta. merek. Kedua, penelitian ini mengemukakan
Sementara penemuan teknologi di bidang permasalahan hukum terkait pengaturan hak
pembatikan dapat memperoleh perlindungan cipta motif batik tradisional dan motif batik
HKI melalui pendaftaran paten. kontemporer.

Penelitian ini menjadi penting karena dua Sumber data penelitian terdiri atas data
alasan, yaitu pertama, Batik Tradisional primer dan data sekunder. Data primer
dengan motif klasiknya sudah dikerjakan adalah data yang diperoleh langsung dari
secara turun temurun, diciptakan sejak obyeknya, dalam hal ini adalah para
zaman kerajaan dahulu dan termasuk dalam pembatik di wilayah Provinsi D.I Yogyakarta

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Perbatikan…13


Journal of Intellectual Property
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

dan Kotamadya Surakarta, Konsultan HKI HASIL DAN PEMBAHASAN


dari Universitas Islam Indonesia, pejabat
berwenang di lingkungan Dinas Perlindungan Hukum Terhadap Batik
Perindustrian dan Perdagangan serta pejabat Yogyakarta dan Batik Solo dalam
berwenang di lingkup Balai Besar Kerajinan Penerapan sebagai Pengetahuan
dan Batik Yogyakarta. Data sekunder terdiri Tradisional
atas bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. Metode analisis data yang 1. Perkembangan Seni Batik Indonesia
digunakan adalah menggunakan cara Batik secara umum adalah teknik menghias
deskriptif kualitatif. permukaan kain (tekstil) dengan cara
menahan warna menggunakan malam (wax).
KERANGKA TEORI Sebenarnya proses membatik ini ada di
beragam peradaban termasuk di benua
Teori yang digunakan dalam penelitian ini Afrika, Asia, Amerika dan Eropa.
adalah teori dari Robert C. Sherwood
mengenai reward theory dan incentive theory Batik Indonesia memiliki karakter khusus
serta teori Hukum Alam (natural right). yang membedakannya dengan batik dari
Reward theory memiliki makna mendalam negara-negara lain, yaitu batik Indonesia
terhadap pengakuan karya intelektual yang berkembang dan merupakan bagian dari
dihasilkan oleh penemu, pencipta atau kesenian keraton Jawa, batik harus
pendesain sehingga ia harus diberi menggunakan canting dengan metode waxing
penghargaan sebagai imbalan atas upaya dan batik memiliki pakem. Ciri khas batik
kreatifnya (Sudaryat dan Permata, 2010: 19- tradisional Indonesia menurut Iwan Tirta
20). Justifikasi terhadap beberapa konsep adalah berhubungan erat dengan bidang-
perlindungan didasarkan pada incentive bidang kebudayaan Jawa yang lain, bersifat
theory, yakni agar suatu karya cipta bisa universal yang artinya lintas sara dan agama
berkembang maka sang pencipta diberikan serta teknik yang pasti yaitu penahan warna
suatu insentif baik penghargaan secara (Tirta, 2009: 223).
ekonomi dan moral atas hasil ciptaannya
(Keringer, 1996: 14). Teori Hukum Alam Motif batik yang biasa disebut sebagai corak
digunakan sebagai landasan moral dan batik diartikan sebagai kerangka gambar
filosofis atas tuntutan untuk melindungi yang mewujudkan batik secara keseluruhan.
kekayaan intelektual dan sangat Ragam hias motif batik mengungkapkan
berpengaruh terhadap individu yang adanya latar belakang kebudayaan,
menciptakan pelbagai ciptaan yang kepercayaan, adat-istiadat, sifat dan tata
memperoleh perlindungan hukum atas karya kehidupan, alam lingkungan, cita rasa dan
intelektualnya (Yusuf, 1994: 170). Menurut tingkat keterampilannya (Istari, 2012: 69).
John Locke hukum hak cipta memberikan hak Ragam hias adalah hasil kebudayaan yang
eksklusif kepada karya cipta dari seorang berkesinambungan dengan local genius
pencipta. Hukum Alam meminta individu (cultural identity), yaitu kemampuan
untuk menguasai karya-karyanya dan secara menyerap dan mengolah pengaruh
adil dikompensasikan untuk didistribusikan kebudayaan sehingga dapat mencapai suatu
kepada masyarakat (Purba dan Saleh, 2005: ciptaan baru yang tidak ada pada wilayah
3). bangsa yang membawa pengaruh budaya
tersebut. (Soebadjo, 1985: 21-23). Bangsa
Indonesia sudah memiliki kemampuan itu
sejak dahulu, jika unsur-unsur budaya luar
dianggap cocok dengan pola kebudayaan
yang sudah ada maka transformasi antara

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Perbatikan…14


Journal of Intellectual Property
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

dua budaya tersebut diberi identitas lokal makam. Melalui seni arca khususnya pakaian
atau menciptakan sendiri sesuatu yng yang digambarkan pada patung-patung dapat
dianggap hasil karya budayanya. terlihat perkembangan seni batik seperti
yang terdapat pada patung Siwa yang
Selain motif-motif dan teknik pembuatannya, menggunakan dasar motif Lereng pada
terdapat hal penting lain dari proses pakaiannya (Candi Dieng abad ke-9) atau
membatik secara tradisional, yaitu motif Ceplok yang terlihat pada pakaian
perlengkapan membuat batik dengan patung Ganesha yang terdapat di Candi
menggunakan canting. Canting sebagai alat Banon komplek Candi Borobudur (abad ke-
membatik adalah penemuan kreatif orang 9).
Jawa yang tiada duanya di dunia yang
menerapkan salah satu teknik membatik. 2. Pengetahuan Tradisional Batik dan Hak
Kemungkinannya canting adalah hasil Kekayaan Intelektual
pengembangan di lingkungan keraton Pengertian batik sebagai Pengetahuan
Mataram pada abad ke-17. (Veldhuisen, Tradisional dalam Rancangan Undang-
1983: 31 terjemahan Setiadi, 2007: 22) undang Pengetahuan Tradisional dan
Ekspresi Budaya Tradisional (RUU PTEBT)
Pendapat yang menyatakan bahwa asal mula adalah apabila mengandung dua unsur pokok
batik Jawa terpengaruh kebudayaan India yaitu teknik celup rintang menggunakan lilin
dan dibawa oleh orang Kalinga Koromandel sebagai perintang warna dan pola yang
adalah kurang tepat, alasannya (Susanto, beragam hias khas batik. Pengetahuan
1974: 294-295). Tradisional batik adalah mengenai cara
a. Jika seni batik langsung dipengaruhi pembuatan batik dan juga penggunaan
Kalinga, mengapa di India tidak terdapat canting dalam pembuatan batik tradisional
motif-motif Kawung, Lereng, Ceplok dan sebagai ciri khas batik Indonesia. Ekspresi
Cinden dimana semua motif tersebut muncul Budaya Tradisional batik adalah pada motif-
di Indonesia antara abad ke-9 sampai dengan motif batiknya. Sejarah perlindungan folklore
abad ke-14. di Indonesia melalui perundang-undangan
b. Proses ‘wax resist technique’ tidak hanya adalah Undang-undang Hak Cipta 1982, UU
terdapat di India saja. Pengaruh hubungan Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 Tentang
Indonesia-Tiongkok pada zaman Sriwijaya Hak Cipta dan Pasal 13 RUU Hak Cipta Tahun
yang erat sekali lebih memungkinkan adanya 2010.
hubungan timbal balik.
c. Perkembangan batik secara wax resist Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi
pada batik Indonesia mencapai Budaya Tradisional (PTEBT) ketika
kesempurnaan antara abad ke-14 sampai berhadapan dengan HKI menghadapi
dengan abad ke-15, sedangkan di India baru sejumlah dilema seperti:
tercapai pada abad ke-17 sampai ke-19. a). Pihak yang ingin melakukan perlindungan
d. Beberapa daerah di Indonesia yang tidak PTEBT ke dalam rezim HKI. Perlindungan
kena pengaruh Hindu seperti Toraja HKI bersifat personal sementara
Sulawesi, dahulu pernah berkembang batik Pengetahuan Tradisional dimiliki secara
yang dibuat secara wax resist dyeing. komunal, tidak diketahui siapa penciptanya
(anonim) dan ekspresi kultural tidak
Pada mulanya candi-candi di Indonesia dimonopoli oleh suatu kelompok tertentu.
dianalogikan dengan candi-candi di India b). Pihak yang ingin membebaskan belenggu
yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. HKI kepada kebudayaan tradisional.
Belakangan diketahui fungsi candi di Perlindungan kebudayaan tradisional dalam
Indonesia adalah sebagai tempat bentuk kepemilikan apakah perkembangan
penyimpanan abu jenazah atau sebagai yang sehat atau justru membekukan

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Perbatikan…15


Journal of Intellectual Property
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

kebudayaan tradisional itu sendiri. Padahal


hidup di era global saling meminjam unsur Peluang untuk memberikan perlindungan
kebudayaan adalah tak terelakkan (Haryanto, hukum di tingkat internasional terhadap
2004). Bahkan sebenarnya sejak jaman Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi
dahulupun tidak ada yang betul-betul asli. Budaya Tradisional menjadi semakin besar
c). Pengetahuan Tradisional adalah kreasi karena sejumlah faktor, antara lain:
yang umumnya telah terpublikasi. Salah satu
syarat dalam rezim HKI (seperti paten dan 1). Pasal 12 paragraf viii Agreement
desain industri) mengharuskan adanya Establishing the World Intellectual
kebaruan (novelty). Property Organization, bahwa yang
d). Hak Cipta mempersyaratkan bentuk dimaksud Kekayaan Intelektual termasuk
formal (fixation). Folklore tidak dalam bentuk didalamnya yang menurut beberapa pihak
tertentu, biasanya diekspresikan secara lisan frasa tersebut mengandung arti bahwa
dan diwariskan antar generasi dalam karya-karya yang dihasilkan melalui
masyarakat yang bersangkutan. pemikiran di luar yang sudah saat ini tetap
diberikan ruang.
3. Perlindungan Hukum Batik Bagi
Pengetahuan Tradisional 2). Pasal 8 paragraf j Convention on
Perlindungan pengetahuan tradisional dilatar Biological Diversity 1992, yang mewajibkan
belakangi adanya misappropriation yaitu negara anggotanya untuk menghormati,
penggunaan pengetahuan tradisional milik memelihara dan melestarikan pengetahuan,
suatu masyarakat, tetapi dimanfaatkan oleh inovasi dan praktik masyarakat adat dan
pihak asing dengan mengabaikan hak-hak lokal yang mewujudkan gaya hidup
masyarakat lokal sebagai pemiliknya tradisional yang relevan untuk konservasi
(Sardjono, 2010: 11). dan mempromosikan aplikasi yang lebih luas
dengan persetujuan dan keterlibatan para
Bentuk-bentuk perlindungan hukum bagi pemegang pengetahuan tersebut.
pengetahuan tradisional batik dapat 1) WTO Report on Fact-Finding Missions on
dilakukan melalui dua cara yaitu (Ayu, dkk, Intellectual Property and Traditional
2014: 111-137) Knowledge (1998-1999)
a) Perlindungan Positif, dengan cara 2) Pembentukan IGC GRTKF
pembentukan hukum dan tindakan hukum (Intergovernmental Committee on
negara. Intellectual Property and Genetic Resouces,
b) Perlindungan Defensif, dilakukan dengan Traditional Knowledge and Folklore) oleh
cara pendokumentasian Pengetahuan WIPO
Tradisional dan melindungi pengetahuan 3) Like Minded Countries (LMCs) meetings
tersebut sebagai aset kekayaan intelektual. (2009-sekarang), diinisiasi oleh Indonesia
Perlindungan hukum terhadap pengetahuan dan Afrika Selatan dengan tujuan
tradisional dapat dilakukan dengan dua cara, mengupayakan dibentuknya perlindungan
yaitu melalui perlindungan jangka pendek, hukum terhadap PTEBT di negara-negara
menengah, dan panjang. Perlindungan jangka yang memiliki pandangan sama terhadap
pendek melalui sistem inventarisasi isu.
dokumen pengetahuan tradisional, hal ini Terdapat beberapa sumber hukum
selain sebagai fungsi normatif juga sebagai internasional yang hingga saat ini dijadikan
sarana untuk fungsi pembuktian hukum. sumber hukum untuk mengakomodasi
Adapun perlindungan jangka menengah dan perlindungan pengetahuan tradisional antara
panjang, pemerintah mengeluarkan undang- lain Nagoya Protocol on Access to Genetic
undang yang secara khusus melindungi Resources and The Fair and Equitable Sharing
pengetahuan tradisional. on Benefits tahun 2010, Cartagena Protocol

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Perbatikan…16


Journal of Intellectual Property
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

on Biosafety tahun 2000, United Nation Kasultanan Yogyakarta, dimana segala


Convention on Biological Diversity tahun macam tata adibusana termasuk batik
1992, Marrakech Agreement Establishing the diserahkan sepenuhnya kepada Keraton
World Trade Organization tahun 1995, Yogyakarta. Ciri khas batik tradisional
International Covenant on Civil and Political Kasultanan Yogyakarta adalah memiliki
Rights tahun 1966 dan International tampilan dasar putih mencolok bersih dan
Covenant on Economic, Social and Cultural pola geometri khas bermotif besar. Sogan
Rights tahun 1966. Selain sumber hukum Yogyakarta didominasi warna coklat tua
formal terdapat pula soft law sebagai acuan kehitaman dan putih. Adapun batik
terhadap perlindungan pengetahuan tradisional Kasunanan Surakarta memiliki
tradisional, seperti Universal Declaration of tampilan dasar putih kecoklatan atau krem
Human Rights tahun 1948 dan United Nations bermotif penuh. Warna sogan pada batik
Declarations on Rights of Indigenous Peoples Surakarta berwarna coklat oranye dan coklat.
tahun 2007. Beberapa konvensi tersebut
merupakan suatu bentuk perjanjian 4.Perlindungan HKI Bagi Batik Yogyakarta
internasional yang mengikat bagi negara-
negara anggotanya yang menerapkan Salah satu pengrajin batik di daerah
perjanjian tersebut ke dalam negaranya Yogyakarta yang menjadi sasaran penelitian
(Kusumaatmaja, 1978: 11). adalah pengrajin batik yang berada di desa
Trembono Gedangsari Kabupaten Gunung
Rezim Hak Cipta adalah instrumen Kidul Yogyakarta. Para pengrajin dan
perlindungan bagi Pengetahuan Tradisional seniman batik di Gedangsari biasanya
dan folklore/ Ekspresi Budaya Tradisional menggunakan motif-motif tradisional khas
(EBT). Menurut Undang-undang Nomor 19 Yogyakarta yang didominasi oleh gambar
Tahun 2002 tentang Hak Cipta, budaya tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar
tradisional termasuk dalam karya ciptaan dibuat secara batik tulis. Narasumber yang
yang dilindungi seperti tercantum dalam penulis temui ini adalah pengrajin batik
Pasal 10 dan Pasal 12. Posisi negara dalam dengan merek Kalimosodo. Berlatar belakang
pasal 10 UU Hak Cipta adalah negara seorang dalang mempengaruhi beliau dalam
mewakili kepentingan rakyatnya dalam hal menciptakan sendiri motif-motifnya, yang
ini masyarakat tradisional di Indonesia selain didominasi oleh motif tumbuhan dan
sebagai pemegang hak cipta. Hal tersebut cerita pewayangan khasJawa. Hak Cipta atas
dilakukan apabila pihak asing memanfaatkan batik motif cerita pewayangan ini sudah
pengetahuan tradisionalnya dalam rangka didaftarkan sejak 2012 tetapi hingga
sharing benefit (Sutedi, 2009: 181). Pada sekarang hak cipta atas karyanya tersebut
saaat sekarang ini Pengetahuan Tradisional belum beliau dapatkan (Surono, 2018).
dibagi menjadi dua, yaitu untuk yang
berbasis Paten dinamakan Pengetahuan Mengacu pada ketentuan Pasal 12 ayat (1)
Tradisional sedangkan untuk yang berbasis huruf I Undang-undang Nomor 19 Tahun
Hak Cipta disebut folklore (Purwaningsih, 2002 Tentang Hak Cipta dengan berbagai
2012: 23-26). Syarat pengetahuan tradisional peraturan pelaksanaannya, motif batik yang
dapat dipatenkan adalah apabila memenuhi dapat didaftarkan adalah untuk desain motif
persyaratan patentable. batik yang baru dan bukan modifikasi motif
lama. Perlindungan yang akan didapatkan
atas karya motif cerita pewayangan tersebut,
5. Perlindungan HKI Bagi Batik maka akan muncul hak eksklusif bagi
Yogyakarta dan Batik Solo pengrajin/pencipta untuk
Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 mempublikasikan/memperbanyak sendiri
melahirkan Kasunanan Surakarta dan motif baru ciptaannya atau memberi ijin

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Perbatikan…17


Journal of Intellectual Property
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

kepada pihak lain. Surat pendaftaran ciptaan mempunyai hubungan dinas, kecuali
dapat dijadikan sebagai alat bukti di diperjanjikan lain maka pemegang Hak Cipta
pengadilan apabila timbul sengketa di yang dibuat oleh pencipta dalam hubungan
kemudian hari atas motif batik tersebut. dinas adalah instansi pemerintah tersebut.
Bidang HKI yang dapat diterapkan pada Batik Hal ini diatur dalam Pasal 35 Undang-undang
Kalimosodo selain merek adalah Hak Paten Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
sederhana pada kain batiknya. Penggunaan Apabila di kemudian hari hasil ciptaan motif
zat pewarna alami menghasilkan tampilan batiknya digunakan oleh para pengrajin dan
warna yang khas pada Batik Kalimosodo. industri batik untuk kegiatan komersial,
Sayangnya takaran-takaran yang maka pencipta motif batik tersebut yang juga
dipergunakan pengrajin Batik Kalimosodo pegawai dan instansinya dalam hal ini Balai
dalam mencampur pewarna alamnya masih Besar Kerajinan dan batik berhak untuk
menggunakan ukuran yang kurang terjamin memperoleh royalti. Contoh invensi di
tingkat akurasinya, sehingga belum dapat bidang perbatikannya adalah ekstrasi
diterapkan dalam suatu proses industri rumput laut sebagai pewarna alam dari alga
sebagai syarat untuk mendapatkan hak coklat (Sargassum filipendula dan Turbinaria)
patennya. dan telah mendapatkan Hak Paten dengan
No. Paten P00201200722, invensi komposisi
Menurut Budi Agus Riswandi, Konsultan HKI lilin batik dengan paraffin wax substitute
Universitas Islam Indonesia yang yang bertujuan untuk menyediakan lilin batik
menjelaskan bahwa Batik Yogyakarta yang siap pakai jenis klowong tulis dan klowong
sudah memiliki hak cipta sesuai ketentuan cap dengan No. Paten P00201602170, serta
Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 contohnya invensi alat kompor batik berbahan gas yang
antara lain motif batik Anggrek Tricolor dari menggunakan sistem otomatisasi elektronik
Kabupaten Sleman dan motif batik Sekaring untuk pengaturan suhu sesuai panas ideal
Gedangsari dari Kabupaten Bantul yang dibutuhkan untuk melakukan
Yogyakarta yang mendapatkan surat pengecapan batik.
pencatatan ciptaan dari Kementrian Hukum
dan HAM Republik Indonesia Menurut Maslahatul Hayah, Kabid Sub Bagian
(Riswandi,2018). Salah satu Hak Paten dalam Kepegawaian Badan Penelitian dan
bidang perbatikan adalah Hak Paten Pengembangan Industri BBKB, posisi Balai
pembuatan Batik Obong. Teknik ini Besar dan Kerajinan (BBKB) dapat dijadikan
ditemukan oleh Lugiyantoro seorang warga sebagai saksi ahli di bidang perbatikan bila
Kabupaten Bantul Yogyakarta. Penelusuran terjadi sengketa hak cipta. Peranan BBKB
dari Patent Public Domain Indonesia, sebagai saksi ahli khususnya pada motif
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual batik, dilakukan melalui beberapa tahap
(DJKI) hanya mendapatkan tiga paten yang untuk bisa menentukan apakah motif
berkaitan dengan batik yaitu P00201000228; tersebut ada unsur kesamaan dimana
S00201000043; S00201000104 tentang hasilnya disampaikan secara lisan dan
pewarna batik, wajan batik listrik dan wajan tertulis. (Hayah, 2018)
kompor listrik.

Selain hasil karya para pengrajin batik 6. Perlindungan HKI Bagi Batik Solo
Yogyakarta, invensi atas Hak Paten dan Hak
Cipta motif batik juga ada yang diciptakan Kotamadya Surakarta juga dikenal sebagai
oleh pegawai Balai Besar Kerajinan dan Batik sentra pengrajin batik terbaik di Indonesia
(BBKB). Pegawai BBKB dikarenakan dengan produknya yang dikenal sebagai
posisinya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) Batik Solo. Langkah yang telah dilakukan
dan merupakan Aparatur Sipil Negara yang Disperindag untuk pengembangan batik Solo

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Perbatikan…18


Journal of Intellectual Property
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

menurut D. Puspandari seorang pejabat di c) Budaya, yaitu kebiasaan para pengrajin


lingkup Disperindag Kotamadya Surakarta batik untuk melakukan penjiplakan atau
adalah memfasilitasi pendaftaran merek peniruan motif adalah hal yang masih
terhadap produk-produk batik dan dianggap biasa.
pendampingan kepada para pengrajin batik
di lingkup Kotamadya Surakarta untuk Salah satu pengrajin batik di kota Solo yang
mendapatkan sertifikasi Batikmark menjadi sasaran penelitian adalah produk
(Puspandari, 2018). Batik Solo baru memiliki batik bermerek Mahkota Laweyan. Menurut
lima Batikmark. Alpha Febela Priyatmono pemilik Batik
Mahkota Laweyan dan Ketua Umum
Pendaftaran Hak Cipta atas motif Batik Solo Pengembangan Kampung Batik Laweyan,
masih minim alasannya karena kurangnya produknya adalah batik tulis yang sudah
kreatifitas untuk menghasilkan desain batik memiliki 20 desain motif batik hasil karyanya
motif-motif yang baru, jika ada pengrajin sendiri akan tetapi baru 12 desain motif
yang memproduksi motif atau desain baru batiknya yang sudah memiliki Hak Cipta
untuk produksinya ternyata sebagian besar diantaranya motif Batik Arsitektur, Batik Sido
motif batik yang terbaru tersebut adalah Langgeng, Batik Super Maestro, Batik
motif tradisional yang telah ditambahkan Persepsi, Batik Terakota, dan lain sebagainya.
sedikit ornamen sehingga terlihat sebagai Menurut bapak Alpha adalah tidak masalah
motif baru, serta tidak ada larangan untuk apabila motif batik ciptaannya yang telah
membuat motif batik yang mirip dengan didaftarkan hak ciptanya ditiru atau
produk sesama pengrajin batik lainnya. digunakan oleh para pengrajin batik lainnya
Sementara lamanya proses pendaftaran hak (Priyatmono, 20 April 2018). Hal ini
cipta yakni 1,5 tahun sehingga hak cipta atas dikarenakan menurut beliau manusia
motif batiknya belum keluar akan tetapi hanyalah sebagai alat sedangkan ilham
motif batik tersebut sudah di contoh dan didapat dari Tuhan YME dan digunakan
diproduksi oleh pengrajin batik lainnya. sebagai alat untuk berdakwah, kecuali bila
Masalah hak cipta juga sulit diatasi karena motif batik ciptaannya digunakan oleh
adanya rasa tidak enak untuk menegur seniman atau pengrajin batik dari
pengrajin batik lainnya dikarenakan banyak mancanegara barulah beliau akan
pengrajin atau pengusaha batik masih memprotes karena dinilai merugikan negara
memiliki hubungan darah atau kekerabatan. dan bangsa Indonesia.

Hambatan lain yang dihadapi karya cipta Forum Pengembangan Kampung Batik
Batik Solo dalam usaha pendaftaran hak Laweyan Surakarta adalah suatu komunitas
ciptanya dikarenakan faktor-faktor berikut pengrajin batik di Laweyan dimana
ini: komunitas tersebut sudah memiliki label
a) Substansi, yaitu masih banyaknya Batikmark untuk produk batiknya dan merek
pencipta motif batik yang tidak kolektif Batik Laweyan. Merek kolektif
mengetahui keberadaan Undang-undang menurut Pasal 1 ayat (4) Undang-undang
Hak Cipta dan berlaku juga bagi para Republik Indonesia Nomor 19 Tentang
desainer batik di tingkat menengah ke Merek adalah merek yang digunakan pada
bawah. barang atau jasa dengan karakteristik yang
b) Struktur, yaitu layanan dari staf Direktorat sama yang diperdagangkan oleh beberapa
Jendral HAKI masih bekerja dengan baik orang atau badan hukum secara bersama-
akan tetapi sistem pendaftarannya masih sama untuk membedakan dengan barang
berbelit-belit dan biaya pendaftarannya atau jasa sejenis lainnya. Adapun proses
masih mahal. motifnya adalah komunal Laweyan.

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Perbatikan…19


Journal of Intellectual Property
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

Para pengrajin batik di sentra-sentra industri incentive theory adalah dengan memberikan
batik mempunyai metode atau cara suatu insentif agar kegiatan penelitian dan
tersendiri untuk memenangkan persaingan penciptaan dapat terjadi lagi, sehingga
di usaha perbatikan. Menurut penelitian yang Pengetahuan Tradisional dan Hak Kekayaan
dilakukan oleh Selvie Sinaga, sebagian Intelektual Batik Yogyakarta dan Batik Solo
pengrajin batik tidak mengkhawatirkan akan tetap lestari.
apabila orang lain mengetahui rahasia
dagang mereka. Terdapat pengaplikasian KESIMPULAN
metode yang berbeda untuk melindungi asset
intelektual propertinya, antara lain (Sinaga, 1. Perlindungan hukum terhadap Batik
2012: 282): Yogyakarta dan Batik Solo dalam
a) Pengrajin skala menengah (medium penerapannya sebagai pengetahuan
enterprise) dengan produk Batik Tulis Tradisional dan Ekspresi Budaya
85% dan Batik Cap 15%, melindungi Tradisional dilakukan secara Positif dan
Rahasia Dagangnya dengan tidak Defensif. Perlindungan Positif melalui
membiarkan karyawannya terutama yang Hukum HKI dan Hukum Kontrak,
masih baru dan tidak dipercayai untuk sementara secara defensif dilakukan
mengetahui seluruh proses pewarnaan melalui usaha untuk menginventarisasi
batik. motif-motif tradisional batik baik motif
b) Pengrajin batik skala menengah dengan tradisional Yogyakarta dan Solo.
produk Batik Printing dan Cap, melindungi 2. Perlindungan hukum HKI yang dapat
Rahasia Dagang dengan hanya membuka diterapkan pada Batik Yogyakarta adalah
sebagian informasi dari keseluruhan melalui rezim Hak Cipta, Merek dan Paten.
proses produksinya kepada karyawan 3. Perlindungan hukum HKI yang diterapkan
sehingga tidak ada yang memahami pada Batik Solo adalah melalui rezim Hak
prosesnya dari awal hingga akhir. Cipta, Merek dan Rahasia Dagang.
c) Pengrajin batik skala menengah (medium)
dengan produknya batik printing dan
tekstil untuk peralatan rumah tangga DAFTAR PUSTAKA
(household fabric) seperti taplak meja,
bedcover, sprei dan lain-lain, hanya Amirudin dan Asikin, Zainal. 2006. Pengantar
mengijinkan anggota keluarga saja untuk Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT. Raja
bekerja dan mengatur hal-hal yang Grafindo Persada
diputuskan sebagai Rahasia Dagang
bisnisnya. Ayu, Miranda Risang, dkk. 2014. Hukum
Perlindungan Batik Yogyakarta dan Solo Sumber Daya Genetik, Pengetahuan
sebagai Pengetahuan Tradisional dan motif- Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional.
motif batik tradisionalnya sebagai Ekspresi Bandung. PT. Alumni.
Budaya Tradisional, serta batik
kontemporernya yang dimiliki individu Diantha, I Made Pasek. 2016. Metodologi
sebagai HKI adalah sesuai dengan teori hak Hukum Normatif. Jakarta. Prenada Media
kekayaan intelektual reward theory dimana Grup.
pencipta atau penemu diberi penghargaan
atas hasil jerih payahnya dalam Doellah, Santosa. 2002. Batik Pengaruh
menghasilkan ciptaan atau penemuan. Zaman dan Lingkungan. Solo. PT. Batik
Pengakuan dan perlindungan Hak Cipta Danar Hadi.
motif-motif batik kontemporer adalah dalam
rangka menarik pengembangan kreativitas Harian Kompas Edisi (2004, Oct 10).
penemuan. Perlindungannnya menurut

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Perbatikan…20


Journal of Intellectual Property
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

Keringer, Pred N., 1996. Asas-asas Penelitian Tirta, Iwan. 2009. Batik Sebuah Lakon.
Behaviora Edisi Indonesia Cetakan ke-5. Jakarta. PT. Gaya Favorit Press.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Veldhuisen, Harmen C., 1983.”
Kusumaatmaja, Mochtar. 1978. Pengantar Ontwikkelingen in de Batik Van Java”, 6
Hukum Internasional. Jakarta. Bina Cipta. articles in Handweken Zon der Grenzen.
Utrecht. Kluwerpers B.V. (edisi terjemahan
Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian oleh Setiadi, Agus. 2007. Batik Belanda 1840-
Hukum. Jakarta. Kencana Prenada Media 1940: Pengaruh Belanda pada Batik dari
Grup. Jawa. Sejarah dan Kisah-kisah di Sekitarnya
Cetakan ke-1. Jakarta. Gaya Favorit Press).
Purba, Afrillyana dan Saleh, Gazalba. 2005.
TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia. Wahington Journal Law and Policy. 2000
Jakarta. Rineka Cipta. (Vol. 2) No. 371.

Purwaningsih, Endang. 2012. HKI dan Widya, Naditira. 2012 (Vol. 6) Nomor 1.
Lisensi. Bandung. CV. Mandar Maju. Banjarmasin. Balai Arkeologi.

Saleh, Ismail. 1990. Hukum dan Ekonomi. Yusuf, Asep Warlan. 1994. Masalah Hukum
Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. dan Kekuasaan dalam Perspektif Filsafat:
Filsafat Hukum, Mazhab dan Refleksinya.
Sardjono, Agus. 2010. HKI dan Pengetahuan Bandung. Remaja Rosdakarya.
Tradisional. Bandung. PT. Alumni.

Soebadio, Haryati. 1985. Kepribadian Budaya


Bangsa (local genius). Jakarta. Pustaka Jaya.

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri. 1985.


Penelitian Hukum Normatif. Jakarta.
Radjawali.

Sudaryat, Sudjana dan Permata, Rika Ratna.


2010. Hak Kekayaan Intelektual: Memahami
Prinsip Dasar, Cakupan dan Undang-undang
yang Berlaku. Bandung. Oase Media.

Susanto, S.K Sewan. 1974. Seni Kerajinan


Batik Indonesia. Yogyakarta. Balai Penelitian
Batik dan Kerajinan.

Sutedi, Adrian. 2009. Hak Atas Kekayaan


Intelektual. Jakarta. Sinar Grafika.

Sinaga, Selvie. 2012. “Utilisation of IPRs by


Indonesian Small and Enterprises: A Case
Study of Challenge Facing the Batik and Jamu
Industries”, Disertasi Faculty of Law
University of Wollongong. Australia.

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Terhadap Perbatikan…21

You might also like