Professional Documents
Culture Documents
Euis Sunaryo
Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Al Azhar Indonesia
Contact: euis.sunaryo@yahoo.com
Penelitian ini menjadi penting karena dua Sumber data penelitian terdiri atas data
alasan, yaitu pertama, Batik Tradisional primer dan data sekunder. Data primer
dengan motif klasiknya sudah dikerjakan adalah data yang diperoleh langsung dari
secara turun temurun, diciptakan sejak obyeknya, dalam hal ini adalah para
zaman kerajaan dahulu dan termasuk dalam pembatik di wilayah Provinsi D.I Yogyakarta
dua budaya tersebut diberi identitas lokal makam. Melalui seni arca khususnya pakaian
atau menciptakan sendiri sesuatu yng yang digambarkan pada patung-patung dapat
dianggap hasil karya budayanya. terlihat perkembangan seni batik seperti
yang terdapat pada patung Siwa yang
Selain motif-motif dan teknik pembuatannya, menggunakan dasar motif Lereng pada
terdapat hal penting lain dari proses pakaiannya (Candi Dieng abad ke-9) atau
membatik secara tradisional, yaitu motif Ceplok yang terlihat pada pakaian
perlengkapan membuat batik dengan patung Ganesha yang terdapat di Candi
menggunakan canting. Canting sebagai alat Banon komplek Candi Borobudur (abad ke-
membatik adalah penemuan kreatif orang 9).
Jawa yang tiada duanya di dunia yang
menerapkan salah satu teknik membatik. 2. Pengetahuan Tradisional Batik dan Hak
Kemungkinannya canting adalah hasil Kekayaan Intelektual
pengembangan di lingkungan keraton Pengertian batik sebagai Pengetahuan
Mataram pada abad ke-17. (Veldhuisen, Tradisional dalam Rancangan Undang-
1983: 31 terjemahan Setiadi, 2007: 22) undang Pengetahuan Tradisional dan
Ekspresi Budaya Tradisional (RUU PTEBT)
Pendapat yang menyatakan bahwa asal mula adalah apabila mengandung dua unsur pokok
batik Jawa terpengaruh kebudayaan India yaitu teknik celup rintang menggunakan lilin
dan dibawa oleh orang Kalinga Koromandel sebagai perintang warna dan pola yang
adalah kurang tepat, alasannya (Susanto, beragam hias khas batik. Pengetahuan
1974: 294-295). Tradisional batik adalah mengenai cara
a. Jika seni batik langsung dipengaruhi pembuatan batik dan juga penggunaan
Kalinga, mengapa di India tidak terdapat canting dalam pembuatan batik tradisional
motif-motif Kawung, Lereng, Ceplok dan sebagai ciri khas batik Indonesia. Ekspresi
Cinden dimana semua motif tersebut muncul Budaya Tradisional batik adalah pada motif-
di Indonesia antara abad ke-9 sampai dengan motif batiknya. Sejarah perlindungan folklore
abad ke-14. di Indonesia melalui perundang-undangan
b. Proses ‘wax resist technique’ tidak hanya adalah Undang-undang Hak Cipta 1982, UU
terdapat di India saja. Pengaruh hubungan Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 Tentang
Indonesia-Tiongkok pada zaman Sriwijaya Hak Cipta dan Pasal 13 RUU Hak Cipta Tahun
yang erat sekali lebih memungkinkan adanya 2010.
hubungan timbal balik.
c. Perkembangan batik secara wax resist Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi
pada batik Indonesia mencapai Budaya Tradisional (PTEBT) ketika
kesempurnaan antara abad ke-14 sampai berhadapan dengan HKI menghadapi
dengan abad ke-15, sedangkan di India baru sejumlah dilema seperti:
tercapai pada abad ke-17 sampai ke-19. a). Pihak yang ingin melakukan perlindungan
d. Beberapa daerah di Indonesia yang tidak PTEBT ke dalam rezim HKI. Perlindungan
kena pengaruh Hindu seperti Toraja HKI bersifat personal sementara
Sulawesi, dahulu pernah berkembang batik Pengetahuan Tradisional dimiliki secara
yang dibuat secara wax resist dyeing. komunal, tidak diketahui siapa penciptanya
(anonim) dan ekspresi kultural tidak
Pada mulanya candi-candi di Indonesia dimonopoli oleh suatu kelompok tertentu.
dianalogikan dengan candi-candi di India b). Pihak yang ingin membebaskan belenggu
yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. HKI kepada kebudayaan tradisional.
Belakangan diketahui fungsi candi di Perlindungan kebudayaan tradisional dalam
Indonesia adalah sebagai tempat bentuk kepemilikan apakah perkembangan
penyimpanan abu jenazah atau sebagai yang sehat atau justru membekukan
kepada pihak lain. Surat pendaftaran ciptaan mempunyai hubungan dinas, kecuali
dapat dijadikan sebagai alat bukti di diperjanjikan lain maka pemegang Hak Cipta
pengadilan apabila timbul sengketa di yang dibuat oleh pencipta dalam hubungan
kemudian hari atas motif batik tersebut. dinas adalah instansi pemerintah tersebut.
Bidang HKI yang dapat diterapkan pada Batik Hal ini diatur dalam Pasal 35 Undang-undang
Kalimosodo selain merek adalah Hak Paten Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
sederhana pada kain batiknya. Penggunaan Apabila di kemudian hari hasil ciptaan motif
zat pewarna alami menghasilkan tampilan batiknya digunakan oleh para pengrajin dan
warna yang khas pada Batik Kalimosodo. industri batik untuk kegiatan komersial,
Sayangnya takaran-takaran yang maka pencipta motif batik tersebut yang juga
dipergunakan pengrajin Batik Kalimosodo pegawai dan instansinya dalam hal ini Balai
dalam mencampur pewarna alamnya masih Besar Kerajinan dan batik berhak untuk
menggunakan ukuran yang kurang terjamin memperoleh royalti. Contoh invensi di
tingkat akurasinya, sehingga belum dapat bidang perbatikannya adalah ekstrasi
diterapkan dalam suatu proses industri rumput laut sebagai pewarna alam dari alga
sebagai syarat untuk mendapatkan hak coklat (Sargassum filipendula dan Turbinaria)
patennya. dan telah mendapatkan Hak Paten dengan
No. Paten P00201200722, invensi komposisi
Menurut Budi Agus Riswandi, Konsultan HKI lilin batik dengan paraffin wax substitute
Universitas Islam Indonesia yang yang bertujuan untuk menyediakan lilin batik
menjelaskan bahwa Batik Yogyakarta yang siap pakai jenis klowong tulis dan klowong
sudah memiliki hak cipta sesuai ketentuan cap dengan No. Paten P00201602170, serta
Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 contohnya invensi alat kompor batik berbahan gas yang
antara lain motif batik Anggrek Tricolor dari menggunakan sistem otomatisasi elektronik
Kabupaten Sleman dan motif batik Sekaring untuk pengaturan suhu sesuai panas ideal
Gedangsari dari Kabupaten Bantul yang dibutuhkan untuk melakukan
Yogyakarta yang mendapatkan surat pengecapan batik.
pencatatan ciptaan dari Kementrian Hukum
dan HAM Republik Indonesia Menurut Maslahatul Hayah, Kabid Sub Bagian
(Riswandi,2018). Salah satu Hak Paten dalam Kepegawaian Badan Penelitian dan
bidang perbatikan adalah Hak Paten Pengembangan Industri BBKB, posisi Balai
pembuatan Batik Obong. Teknik ini Besar dan Kerajinan (BBKB) dapat dijadikan
ditemukan oleh Lugiyantoro seorang warga sebagai saksi ahli di bidang perbatikan bila
Kabupaten Bantul Yogyakarta. Penelusuran terjadi sengketa hak cipta. Peranan BBKB
dari Patent Public Domain Indonesia, sebagai saksi ahli khususnya pada motif
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual batik, dilakukan melalui beberapa tahap
(DJKI) hanya mendapatkan tiga paten yang untuk bisa menentukan apakah motif
berkaitan dengan batik yaitu P00201000228; tersebut ada unsur kesamaan dimana
S00201000043; S00201000104 tentang hasilnya disampaikan secara lisan dan
pewarna batik, wajan batik listrik dan wajan tertulis. (Hayah, 2018)
kompor listrik.
Selain hasil karya para pengrajin batik 6. Perlindungan HKI Bagi Batik Solo
Yogyakarta, invensi atas Hak Paten dan Hak
Cipta motif batik juga ada yang diciptakan Kotamadya Surakarta juga dikenal sebagai
oleh pegawai Balai Besar Kerajinan dan Batik sentra pengrajin batik terbaik di Indonesia
(BBKB). Pegawai BBKB dikarenakan dengan produknya yang dikenal sebagai
posisinya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) Batik Solo. Langkah yang telah dilakukan
dan merupakan Aparatur Sipil Negara yang Disperindag untuk pengembangan batik Solo
Hambatan lain yang dihadapi karya cipta Forum Pengembangan Kampung Batik
Batik Solo dalam usaha pendaftaran hak Laweyan Surakarta adalah suatu komunitas
ciptanya dikarenakan faktor-faktor berikut pengrajin batik di Laweyan dimana
ini: komunitas tersebut sudah memiliki label
a) Substansi, yaitu masih banyaknya Batikmark untuk produk batiknya dan merek
pencipta motif batik yang tidak kolektif Batik Laweyan. Merek kolektif
mengetahui keberadaan Undang-undang menurut Pasal 1 ayat (4) Undang-undang
Hak Cipta dan berlaku juga bagi para Republik Indonesia Nomor 19 Tentang
desainer batik di tingkat menengah ke Merek adalah merek yang digunakan pada
bawah. barang atau jasa dengan karakteristik yang
b) Struktur, yaitu layanan dari staf Direktorat sama yang diperdagangkan oleh beberapa
Jendral HAKI masih bekerja dengan baik orang atau badan hukum secara bersama-
akan tetapi sistem pendaftarannya masih sama untuk membedakan dengan barang
berbelit-belit dan biaya pendaftarannya atau jasa sejenis lainnya. Adapun proses
masih mahal. motifnya adalah komunal Laweyan.
Para pengrajin batik di sentra-sentra industri incentive theory adalah dengan memberikan
batik mempunyai metode atau cara suatu insentif agar kegiatan penelitian dan
tersendiri untuk memenangkan persaingan penciptaan dapat terjadi lagi, sehingga
di usaha perbatikan. Menurut penelitian yang Pengetahuan Tradisional dan Hak Kekayaan
dilakukan oleh Selvie Sinaga, sebagian Intelektual Batik Yogyakarta dan Batik Solo
pengrajin batik tidak mengkhawatirkan akan tetap lestari.
apabila orang lain mengetahui rahasia
dagang mereka. Terdapat pengaplikasian KESIMPULAN
metode yang berbeda untuk melindungi asset
intelektual propertinya, antara lain (Sinaga, 1. Perlindungan hukum terhadap Batik
2012: 282): Yogyakarta dan Batik Solo dalam
a) Pengrajin skala menengah (medium penerapannya sebagai pengetahuan
enterprise) dengan produk Batik Tulis Tradisional dan Ekspresi Budaya
85% dan Batik Cap 15%, melindungi Tradisional dilakukan secara Positif dan
Rahasia Dagangnya dengan tidak Defensif. Perlindungan Positif melalui
membiarkan karyawannya terutama yang Hukum HKI dan Hukum Kontrak,
masih baru dan tidak dipercayai untuk sementara secara defensif dilakukan
mengetahui seluruh proses pewarnaan melalui usaha untuk menginventarisasi
batik. motif-motif tradisional batik baik motif
b) Pengrajin batik skala menengah dengan tradisional Yogyakarta dan Solo.
produk Batik Printing dan Cap, melindungi 2. Perlindungan hukum HKI yang dapat
Rahasia Dagang dengan hanya membuka diterapkan pada Batik Yogyakarta adalah
sebagian informasi dari keseluruhan melalui rezim Hak Cipta, Merek dan Paten.
proses produksinya kepada karyawan 3. Perlindungan hukum HKI yang diterapkan
sehingga tidak ada yang memahami pada Batik Solo adalah melalui rezim Hak
prosesnya dari awal hingga akhir. Cipta, Merek dan Rahasia Dagang.
c) Pengrajin batik skala menengah (medium)
dengan produknya batik printing dan
tekstil untuk peralatan rumah tangga DAFTAR PUSTAKA
(household fabric) seperti taplak meja,
bedcover, sprei dan lain-lain, hanya Amirudin dan Asikin, Zainal. 2006. Pengantar
mengijinkan anggota keluarga saja untuk Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT. Raja
bekerja dan mengatur hal-hal yang Grafindo Persada
diputuskan sebagai Rahasia Dagang
bisnisnya. Ayu, Miranda Risang, dkk. 2014. Hukum
Perlindungan Batik Yogyakarta dan Solo Sumber Daya Genetik, Pengetahuan
sebagai Pengetahuan Tradisional dan motif- Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional.
motif batik tradisionalnya sebagai Ekspresi Bandung. PT. Alumni.
Budaya Tradisional, serta batik
kontemporernya yang dimiliki individu Diantha, I Made Pasek. 2016. Metodologi
sebagai HKI adalah sesuai dengan teori hak Hukum Normatif. Jakarta. Prenada Media
kekayaan intelektual reward theory dimana Grup.
pencipta atau penemu diberi penghargaan
atas hasil jerih payahnya dalam Doellah, Santosa. 2002. Batik Pengaruh
menghasilkan ciptaan atau penemuan. Zaman dan Lingkungan. Solo. PT. Batik
Pengakuan dan perlindungan Hak Cipta Danar Hadi.
motif-motif batik kontemporer adalah dalam
rangka menarik pengembangan kreativitas Harian Kompas Edisi (2004, Oct 10).
penemuan. Perlindungannnya menurut
Keringer, Pred N., 1996. Asas-asas Penelitian Tirta, Iwan. 2009. Batik Sebuah Lakon.
Behaviora Edisi Indonesia Cetakan ke-5. Jakarta. PT. Gaya Favorit Press.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Veldhuisen, Harmen C., 1983.”
Kusumaatmaja, Mochtar. 1978. Pengantar Ontwikkelingen in de Batik Van Java”, 6
Hukum Internasional. Jakarta. Bina Cipta. articles in Handweken Zon der Grenzen.
Utrecht. Kluwerpers B.V. (edisi terjemahan
Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian oleh Setiadi, Agus. 2007. Batik Belanda 1840-
Hukum. Jakarta. Kencana Prenada Media 1940: Pengaruh Belanda pada Batik dari
Grup. Jawa. Sejarah dan Kisah-kisah di Sekitarnya
Cetakan ke-1. Jakarta. Gaya Favorit Press).
Purba, Afrillyana dan Saleh, Gazalba. 2005.
TRIPs-WTO dan Hukum HKI Indonesia. Wahington Journal Law and Policy. 2000
Jakarta. Rineka Cipta. (Vol. 2) No. 371.
Purwaningsih, Endang. 2012. HKI dan Widya, Naditira. 2012 (Vol. 6) Nomor 1.
Lisensi. Bandung. CV. Mandar Maju. Banjarmasin. Balai Arkeologi.
Saleh, Ismail. 1990. Hukum dan Ekonomi. Yusuf, Asep Warlan. 1994. Masalah Hukum
Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. dan Kekuasaan dalam Perspektif Filsafat:
Filsafat Hukum, Mazhab dan Refleksinya.
Sardjono, Agus. 2010. HKI dan Pengetahuan Bandung. Remaja Rosdakarya.
Tradisional. Bandung. PT. Alumni.