You are on page 1of 20

PERAN BAZNAS KABUPATEN SUKABUMI DALAM

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN

Maha Toyibah
Institut Madani Nusantara
Email: mahathayyibah2@gmail.com
Yuni Yulianti
Institut Madani Nusantara
Email: yuliantiyuni07@gmail.com

Aris Fauzin, S.E.I, M.H


Institut Madani Nusantara
Email: arisfau@gmail.com

ABSTRACT
This research aims to describe the role of the National Amil Zakat Agency (BAZNAS) of
Sukabumi Regency in improving the welfare of the poor in sukabumi regency. This type of
qualitative research is based on case studies. Research in the form of data on the distribution or
distribution and utilization of BAZNAS zakat funds in Sukabumi Regency obtained through
the holding of PPL (Field Profession Practice) held by the Campus of Madani Nusantara
Institute located in Sukabumi City and the PPL process itself was carried out at the BAZNAS
office of Sukabumi Regency. Researchers also looked for data through direct reports compiled
by BAZNAS Sukabumi Regency and online media in the form of electronic journals and
books related to the formulation of this article's problems. Documented data is presented
systematically and accurately with a valid sumer. During this time data analysis is carried out
using data reduction methods of data presentation and data interpretation. The results showed
that BAZNAS Sukabumi Regency implemented five excellent strategies or programs in order
to improve the economy of the poor in Sukabumi Regency in 2020 and 2021. The five
programs are Sukabumi Taqwa, Sukabumi Cerdas, Sukabumi Sehat, Sukabumi Sejahtera,
and Sukabumi Peduli. All BAZNAS programs in Sukabumi Regency can be realized well of
course in terms of increasing the effectiveness and efficiency of services in zakat management,
and increasing the benefits of zakat to realize community welfare and poverty reduction. The
importance of fulfilling economic integrity becomes an inevitability in the survival of society.
Economics is a key factor with practical meaning to encourage a prosperous life. People with
high economic levels will have different social attitudes to people with low economic levels,
reality calls it. Not to mention the microeconomic study that brought the question. Economics
is a factor that changes the structure and dynamics of society.
Key Words: BAZNAS, Sukabumi Regency, Poor, Zakat.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kabupaten Sukabumi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin di wilayah Kabupaten Sukabumi. Jenis penelitian kualitatif ini didasarkan
pada studi kasus. Penelitian berupa data penyaluran atau pendistribusian maupun
pendayagunaan dana zakat BAZNAS Kabupaten Sukabumi yang diperoleh dengan
diadakannya PPL (Praktek Profesi Lapangan) yang diselengarakan oleh kampus

1
2

Institut Madani Nusantara yang bertempat di Kota Sukabumi dan proses PPL itu
sendiri dilakukan di kantor BAZNAS Kabupaten Sukabumi. Peneliti juga mencari
data melalui laporan langsung yang disusun oleh pihak BAZNAS Kabupaten
Sukabumi dan media online berupa jurnal elektronik dan buku yang berkaitan
dengan rumusan masalah artikel ini. Data terdokumentasi disajikan secara
sistematis dan akurat dengan sumber yang valid. Selama ini analisis data dilakukan
dengan menggunakan metode reduksi data penyajian data dan interpretasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAZNAS Kabupaten Sukabumi menerapkan
lima strategi atau program unggulan dalam rangka meningkatkan perekonomian
masyarakat miskin di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2020 dan 2021. Adapun
kelima program tersebut adalah Sukabumi Taqwa, Sukabumi Cerdas, Sukabumi
Sehat, Sukabumi Sejahtera, dan Sukabumi Peduli. Semua program BAZNAS
Kabupaten Sukabumi dapat direalisasikan dengan baik tentunya dalam hal
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, dan
meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan. Pentingnya pemenuhan kebutuhan ekonomi menjadi
keniscayaan dalam kelangsungan hidup masyarakat. Ekonomi merupakan faktor
utama dengan makna praktis untuk mendorong kehidupan yang sejahtera. Orang
dengan tingkat ekonomi yang tinggi akan memiliki sikap sosial yang berbeda
dengan orang dengan tingkat ekonominya rendah, realitas menyebutnya demikian.
Belum lagi studi ekonomi mikro yang menjawab pertanyaan tersebut. Ekonomi
merupakan faktor yang mengubah struktur dan dinamika masyarakat.
Kata Kunci: BAZNAS, Kabupaten Sukabumi, Miskin, Zakat.

PENDAHULUAN
Zakat merupakan ibadah amaliah jama’i yang berdimensi keumatan atau sosial
kemasyarakatan serta memiliki posisi strategis dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini secara nyata dinyatakan di dalam Al-Qur’an dan Hadits serta
terefleksikan dalam sejarah islam. Dalam sejarah islam, zakat menempati posisi
strategis sebagai pilar utama (rukun islam) ketiga yang memiliki dimensi ibadah dan
sosial. Maknanya zakat selain sebagai bentuk ibadah mahdiah juga memiliki peran
penting dalam membangun sosial ekonomi masyarakat. Pengaruh zakat pada
masyarakat dan ekonomi Islam cukup besar. Dalam zakat terdapat sikap empati
terhadap fakir miskin serta tindakan proaktif untuk kemaslahatan bersama (Al-
Utsaimin, 2008).
Dalam upaya meningkatkan pengelolaan zakat di Kabupaten Sukabumi, pada
tahun 2005 telah diterbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi No.12 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Zakat dan Peraturan Bupati Sukabumi No.17 Tahun 2008
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi No.12
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Zakat.
BAZNAS Kabupaten Sukabumi sebagai lembaga pemerintah non struktural
yang bersifat mandiri dalam mengelola dana umat dibentuk oleh Menteri atau Pejabat
yang dibentuk atas usul Bupati tentunya harus berusaha secara konsisten memegang
teguh amanah secara akuntabel, kredibel transparan serta didukung oleh tata Kelola
manajemen yang profesional dan harus bersinergi dengan pemerintah daerah karena
lingkup kerja BAZNAS Kabupaten adalah di wilayah Kabupaten itu sendiri dalam hal
3

meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, dan


meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.
Pertanyaan penelitian yang dirumuskan adalah “bagaimana peran BAZNAS
Kabupaten Sukabumi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin?” ini
menjadi fokus pertanyaan yang dijawab dalam penelitian ini. Adapun tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan peran BAZNAS Kabupaten Sukabumi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Penelitian ini memiliki signifikansi
atas perlunya pengetahuan peran BAZNAS Kabupaten Sukabumi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin (Fathoni, 2021)

METODE PRAKTIK PROFESI


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian
berdasarkan filosofi post-naturalisme yang digunakan untuk mempertimbangkan
keadaan objek alam (kebalikan dari suatu eksperimen atau percobaan) di mana
peneliti sebagai alat utaman dalam pengumpulan data serta menggunakan teknik yang
dilakukan dengan cara analisis (kominasi) analisis data bersifat induktif kualitatif dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan signifikansi dari pada generalisasi.
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan
menjawab secara lebih rinci berkaitan dengan masalah yang akan dipelajari dengan
mempelajari sebanyak mungkin baik individu, kelompok atau suatu peristiwa. Dalam
penelitian kualitatif manusia atau seseorang adalah alat penelitian dan hasilnya
dituliskan dalam bentuk kata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya (Irawan, 2019).

PELAKSANAAN KEGIATAN
Praktek Profesi Lapangan yang disingkat menjadi PPL, dilaksanakan oleh para
mahasiswa/i Institut Madani Nusantara yang menjalani pendidikan di fakultas selain
keguruan. Kegiatan ini dilaksanakan sejak tanggal 24 Januari sampai dengan 24
Februari 2022. Praktek Profesi Lapangan ini bersifat penelitian dan observasi secara
langsung ke tempat PPL yang telah ditentukan oleh panitia dan di arahkan serta di
pantau secara langsung oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Penelitian dalam
artikel ini mengambil data secara langsung dan ikut berpartisipasi dan melaksanakan
segala kegiatan yang ada di kantor BAZNAS Kabupaten Sukabumi serta dibantu oleh
beberapa artikel dan sumber referensi dari media sosial yang valid.
Adapun para pemangku kepentingan yang menjabat pada periode 2020-2025
yang ada di BAZNAS Kabupaten Sukabumi diantaranya :
1. Pimpinan BAZNAS Kabupaten Sukabumi :
Ketua : H. Unang Sudarma, S.H., M.Si
Wk. Ketua I (Bid. Pengumpulan) : Dahlan Gozali
Wk. Ketua II (Bid Penyaluran dan : Drs. H.E. Badrudin Usman, M.Pd
Pendayagunaan)
Wk. Ketua III (Bid. Perencanaan, : Dr. Atot Sugiri, M.Pd.i
Keuangan dan Pelaporan)
Wk. Ketua IV (Bidang Administrasi : M. Taufik, S.E., M.Pd
Umum dan SDM)
4

2. Pelaksana :
Bidang Pengumpulan : Iyan Sopyan, S.E
Abdul Qodir, S.Ag
Mulyana Yusuf, S.T
Bidang Pendistribusian : M. Kamaludin, S.Th.I
Arbi Rodhibillah, S.T
Asmi Agniani, S.Pd
Ahmad Khoer Avandi
Bidang Perencanan, Keuangan dan : Yudith Asri Rahayu, S.E
Pelaporan Siska Sri Rezeki, S.Ak
Bidang Administrasi Umum dan : Nendi Hanka
SDM Esti Rahmani Ayu, S.Pd
Muhammad Akbar Erso Putra Nurjaya
Untuk mendapatkan materi dan informasi mengenai BAZNAS Kabupaten
Sukabumi, penulis melakukan beberapa Teknik pengumpulan data seperti
mengadakan wawancara dengan para pelaksana bidan yang berkaitan dengan artikel
ini dan merekannya dalam bentuk audio dan dituangkan ke dalam artikel ini dalam
bentuk tulisan. Selain itu indormasi di dapat dari beberapa laporan yang dibuat oleh
pihak BAZNAS Kabupaten Sukabumi yang diberikan langsung oleh kabid yang
bersangkutan kepada penulis yang tidak di publikasikan pada media sosial. Adapun
hal lain yang penulis lakukan adalah dengan melakukan observasi dan mengikuti
beberapa kegiatan yang ada di BAZNAS Kabupaten Sukabumi. Berikut beberapa
dokumentasi kegiatan yang berkaitan dengan artikel ini :

Gambar 1
Pelaksanaan observasi mahasiswi Institut Madani Nusantara ke BAZNAS Kabupaten
Sukabumi bersama Bapak M. Kamaludin, S.Th.I

Sumber: Dokumentasi pelaksanaan Praktek Profesi Lapangan (PPL)


5

Gambar 2 dan 3
Kegiatan pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah di kantor BAZNAS
Kabupaten Sukabumi

Sumber: Dokumentasi pelaksanaan Praktek Profesi Lapangan (PPL)

Gambar 4 dan 5
Kegiatan pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah di kantor BAZNAS
Kabupaten Sukabumi dalam program Sukabumi Cerdas

Sumber: Dokumentasi pelaksanaan Praktek Profesi Lapangan (PPL)


6

Gambar 6
Penyerahan cendramata dan tanda terimakasih dari mahasiswa Institut Madani
Nusantara kepada pihak BAZNAS Kabupaten Sukabumi yang diwakili oleh Bapak
Iyan Sopyan, S.E

Sumber: Dokumentasi pelaksanaan Praktek Profesi Lapangan (PPL)

HASIL DAN PEMBAHASAN

SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN SUKABUMI


Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Sukabumi merupakan
Lembaga Pemerinta Non Struktural yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama RI
Nomor DJ.II/568 Tahun 2014 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) pada tingkat Kabupaten/Kota.
Pengelolaan zakat, infak dan sedekah di Kabupaten Sukabumi mulai
menampakkan kegiatan operasionalnya pada tahun 1996 dengan dibentuknya BAZIS
yang diketuai oelh Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial Pemerintah Darah Tingkat II
Kabupaten Sukabumi, selama dua tahun. Periode selanjutnya dari tahun 1998-2006
kepemimpinan BAZIS dilanjutkan oleh K.H. Acep Supiani sebagai ketua, Drs. K.H.
Atjeng T. Sjah, MM sebagai sekretaris dan Sutarno sebagai Bendahara.
Perubahan yang mendasar dari arah pergerakan zakat, infak, dan sedekah di
Kabupaten Sukabumi terjadi sejak dideklarasikannya Penegakkan Syariah Islam (PSI)
pada tahun 2002, yang bertujuan menjalankan Rukun Islam dengan baik dan benar,
yang secara riil kegiatan tersebut diimplementasikan dalam Gerakan memakmurkan
masjid dan gerakan zakat, infak dan sedekah.
Dalam masa periode tersebut tahun (2004-2006 Badan Amil Zakat Infak dan
Sedekah (BAZIS) bekerja sama dengan Dompet Dhuafa sebagai Unit Pengumpul
Zakat (UPZ) dan berhasil meningkatkan pengumpulan rata-rata Rp. 100.000.000,-
)seratus juta rupiah) setiap bulan. Dompet dhuafa dibubarkan pasca terbentuknya
lembaga pengelola zakat dengan nomenclatur Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA).
7

Periode 2006-2009, kinerja BAZDA Kabupaten Sukabumi meningkat


signifikan berkaitan dengan terpilihnya pasangan Drs. H. Sukmawijaya, MM dan Drs.
H. Marwan Hamami, MM sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi yang
mengusung Visi “Mewujudkan Kebupaten Sukabumi yang berakhlak Mulia Produktif
dan Sejahtera” dibawah kepemimpinan Drs. H. Mustafa Kamal dengan jargon salam
perubahan “BISA, BISA, PASTI BISA, INSYA ALLAH” dan grand design 3Re (Re-
volusi, Re-vitalisasi, dan Re-aktualisasi) dengan motto sebagai motor pergerakan
“Membangun Peradaban Zakat, Zakat Membangun Peradaban”.
Pergerakan “Membangun Peradaban Zakat, Zakat Membangun Peradaban”
menjadi monumental dengan melibatkan seluruh masyarakat muslim Kabupaten
Sukabumi dalam Gerakan Infak 1.000 untuk membangun Gedung Pusat Pelayanan
Zakat Kabupaten Sukabumi yang di launching pada tahun 2008 (Ramadhan tahun
1431 H), Gerakan ini berlangsung selama 5 (lima) tahun dan berhasil mengumpulkan
dana sebesar Rp. 1.671.330.495,- (Satu milyar enam ratus tujuh puluh satu juta tiga
ratus tiga puluh ribu empat ratus Sembilan puluh lima rupiah). Seluruh hasilnya
digunakan untuk membangun Gedung Pusat Pelayanan Zakat yang lebih dikenal
dengan sebutan GEDUNG 1.000 BAZNAS Kabupaten Sukabumi yang peresmiannya
dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2013 oleh Bupati Sukabumi Drs. H.
Sukmawijaya, MM., dengan disaksikan oleh Wakil Menteri Agama Republik
Indonesia, Ketua BAZNAS dan 34 Ketua BAZNAS Provinsi se-Indonesia.
Pada tahun 2016, seiring dengan terbentuknya BAZNAS Kabupaten Sukabumi
Periode 2015-2020 berdasarkan Surat Keputusan pembentukan lembaga dari Dirjen
Bimas Islam Kementerian Agama Nomor : DJ.II/568 Tahun 2014, dan Surat
Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 451/Kep.372-BK/2015, Tentang Pimpinan
BAZNAS Kabupaten Sukabumi Tahun 2015-2020, Bupati Sukabumi Drs. H. Marwan
Hamami, MM mengeluarkan kebijakan yang sangat prestisius dalam mendorong
peningkatan pengelolaan zakat, infak dan sedekah diantara : Intruksi Bupati No. 1
Tahun 2016 Tentang Pemungutan Zakat, Infak dan Shadaqoh Bagi Para Penyedia
Barang dan Jasa , Peraturan Bupati No. 35 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Infak,
Sedekah dan Dana Sosial Keagamaan lainnya Berbasis Masyarakat, serta intruksi
Bupati No. 4 Tahun 2016 Tentang Optimalisasi Pemungutan Zakat, Infak dan
Shodaqoh dari Pegawai Negeri. Hal tersebut selaras dengan visi yang disampaikan
Bupati Sukabumi yakni “Terwujudnya kabupaten Sukabumi yang religius dan
mandiri”.

LANDASAN SYAI’AH, VISI, MISI, STRATEGI, KEBIJAKAN PROGRAM


DAN NILAI
A. Landasan Syariah
1. Al-Qur’an
Ayat-ayat Al-Qur’an yang melandasi BAZNAS secara khusus adalah sebagai
berikut :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah [9] : 60)
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
8

(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sembahyang,


menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Q.S. At-Taubah [9] : 71)
“Ambillah zakat dari Sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. At-Taubah [9] : 103)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh.” (Q.S. Ash-Shaaf [61] : 4)

2. Al- Hadits
“Dari Yazid bin Amru al Ma’rifi dari orang yang pernah mendengar “Uqbah
bin ‘Amir al Juhani, ia berkata : ‘Rasulullah telah mengutusku sebagai petugas zakat.
Lalu saya meminta izin kepadanya bahwa kami nantinya akan memakan Sebagian
dari harta itu. Lalu beliau pun memberikan izin kepada kami.” (H.R. Ahmad)
“Kau akan berada di tengah-tengah umat Ahli Kitab (agama lain). Ajaklah
mereka mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan saya adalah Rasul-Nya.
Bila mereka menerima, beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka diwajibkan
salat lima kali dalam sehari semalam. Bila mereka menjalankannya, beritahukan pula
pungut dari orang-orang ngeluarkan zakat yang dipungut dari orang-orang kaya dan
dikembalikan kepada orang-orang miskin. Dan doa orang-orang yang teraniaya,
karena ant kepada doa orang-orang yang teraniaya, karena ant kepada doa orang-
orang yang teraniaya, karena antara doa yang teraniaya dengan Allah tidak terdapat
penghalang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan (professional) atas
segala sesuatu.” (HR. Muslim)

3. Fikih Zakat
“Kewajiban zakat merupakan sarana paling utama untuk mengatasi
kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin dan mewujudkan jaminan sosial
dalam islam.” (Dr Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqhul Islamy, Jilid II hal 732)
“Zakat, sekalipun di bahas di dalam pokok bahasan ‘ibadat’, karena di
pandang bagian yang tidak terpisahkan dari shalat, namun zakat sesungguhnya
merupakan bagian system sosial ekonomi islam, dan oleh karena itu di bahas di dalam
buku-buku tentang strategi hukum dan ekonomi islam.” (Dr. Yusuf Al-Qaradhawy
dalam Fiqh Zakat [edisi terjemahan] hal 3)

B. Visi BAZNAS Kabupaten Sukabumi


“Menjadi Model Terbaik Lembaga Pengelolaan Zakat di Tingkat Nasional”

C. Misi BAZNAS Kabupaten Sukabumi


Visi tersebut direalisasikan melalui misi BAZNAS Kabupaten Sukabumi
sebagai berikut :
1. Mengembangkan kompetensi Lembaga dan Pengelola Zakat yang Profesional
dan Terpercaya
2. Mengoptimalkan penghimpunan Zakat di Kabupaten Sukabumi
9

3. Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk pengentasan


kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
4. Mengembangkan kapabilitas pengelolaan zakat berbasis teknologi modern
sehingga terwujud pelayanan zakat yang transparan, efektif dan efisien.
5. Membangun model rujukan zakat tingkat pengelolaan nasional untuk tata
kelola, aspek syariah, inovasi program, dan pusat data zakat bagi seluruh
penelola zakat
6. Mensinergikan seluruh potensi dan kekuatan para pemangku kepentingan
(stakeholders) zakat untuk memberdayakan umat

D. Strategi :
Adapun strategi yang ditetapkan dalam rangka melaksanakan Misi
sebagaimana tersebut diatas terdiri dari :
1. Penataan system manajemen Lembaga dengan SOP lengkap menuju ISO 9001
2. Meningkatkan fungsionalisasi sarana prasana IT
3. Meningkatkan kemampuan IT para amilin
4. Standarisasi kompetensi amilin
5. Meningkatkan layanan berbasis IT
6. Meningkatka aksebilitas data berbasis IT
7. Mengembangkan sistem pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
berbasis IT
8. Membangun kepercayaan stakeholder
9. Melalukan sinergitas dengan berbagai komunitas Sadar Zakat dalam
pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan serta pendataan dana ZIS
10. Membentuk UPZ di berbagai institusi, Lembaga, organisasi dan perusahaan
11. Optimalisasi edukasi, publikasi dan transparansi
12. Efektifitas penaluran dana ZIS baik yang bersifat konsumtif maupun produktif
13. Meningkatkan sinergitas dengan berbagai Lembaga terkait
14. Menjalin kerja sama dengan berbagai institusi, Lembaga, organisasi dan
perusahaan.

E. Kebijakan :
Arah kebijakan selaras dengan agenda utama Pembangunan Pemerintah
Daerah dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Sukabumi.

F. Program :
BAZNAS Kabupaten Sukabumi dalam pelaksanaan tugasnya sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat didasarkan pada
5 (lima) Grand Design Program BAZNAS tentang prngrlolaan zakat yaitu :
1. Sukabumi Taqwa
Mengokohkan peran lembaga dalam mendukung dakwah, syi’ar islam dan
membentengi akidah umat dari pemurtadan. Bentuk program Sukabumi Taqwa
diantaranya : Bantuan Insentif Imam Masjid, Bantuan Stimulant Sarana Keagamaan,
Bantuan Opersioanal MUI Kabupaten Sukabumi, Bantuan Atas Syi’ar Keagamaan
tingkat Kabupaten maupun Kecamatan, Bantuan Pembinaan Ormas Islam, Ekspose
Zakat, dan sejenisnya.
2. Sukabumi Cerdas
10

Membantu menopang pendidikan dasar, menengah dan tinggi bagi masyarakat


tidak mampu serta mengupayakan pendirian Sekolah Cendikia BAZNAS. Bentuk
program Sukabumi Cerdas diantaranya : Keluarga Miskin 1 (satu) Sarjana (Beasiswa
Cendikia), Beasiswa Santri Khusus, Bantuan Pendidikan untuk Siswa dan Mahasiswa
yang tidak mampu, Peningkatan Mutu Baca Al-Qur’an dan sejenisnya.
3. Sukabumi Sehat
Memberikan bantuan kesehatan, penguatan, kebutuhan gizi masyarakat tidak
mampu dan mengupayakan berdirinya rumah sehat BAZNAS. Bentuk program
Sukabumi Sehat seperti : Bantuan Biaya Rawat Inap dan Operasi Masyarakat Miskin,
Pelayanan Mobil Ambulance dan Mobil Jenazah untuk Mustahik Meninggal Dunia
atau Sakit, BPJS Guru Ngaji dan sejenisnya.
4. Sukabumi Sejahtera
Mendorong tumbuhnya wirausahawan baru melalui pengembangan komunitas
usaha mikro dan pra koperasi syariah. Bentuk program Sukabumi Sejahtera seperti :
Bantuan Modal Produktif Bergulir bangkit Usaha Mandiri Sukabumi berbasis Majid
(BUMI) dan non Bumi (Pemberian Pembiyaan/Modal Usaha Mikro di luar program
BUMI, kepada perorangan secara langsung),ZCD,Z-Mart dan sejenisnya.
5. Sukabumi Peduli
Mewujudkan kampung emas berdaya melalui inovasi program pemberdayaan
masyarakat berbasis potensi local dan penanganan bencana kemanusiaan. Bentuk
program Sukabumi Peduli seperti : Khitan Massal, Pemberdayaan Majelis Muallaf,
Santunan Yatim Piatu, Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU),
Bantuan Langsung Muallaf, Bantuan Ibnu Sabil, Bantuan Riqob, Bantuan Gharimin,
BAZNAS Tanggap Bencana (BTB) dan Layanan Aktif BAZNAS.

G. Nilai :
Nilai adalah kondisi ideal yang diharapkan tergambarkan baik secara personal
maupun kelembagaan BAZNAS Kabupaten Sukabumi. Adapun nilai yang disepakati
untuk menjadi performance di BAZNAS Kabupaten Sukabumi adalah :
“PICT” yaitu Progressive, Integrity, Customer First, dan Trusted.
1. Progressive, berani melakukan inovasi dalam pengelolaanzakat untuk memberikan
manfaat yang lebih terhadap umat.
2. Integrity, konsisten menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam setiap langkah
menuju perubahan lembaga yang lebih baik.
3. Customer First, fokus memberikan pelayanan terbaik kepada para muzakki dan
mustahik.
4. Trusted, menjalankn usaha dengan amanah, professional, transparan secara syariah
dan terpercaya.

SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT BAZNAS KABUPATEN SUKABUMI


A. Kerangka Pengelolaan Zakat
UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat menyebutkan bahwa
pengelolaan zakat bertujuan :
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.
2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Sukabumi yang religius dan mandiri dalam rangka mengentaskan kemiskinan.
Tujuan pertama pengelolaan zakat menjadi dasar dalam melakukan pengumpulan dan
pendistribusian zakat. Sehingga strategi pencapaian target pengumpulan dan
11

pendistribusian di Kabupaten Sukabumi perlu dilakukan secara stimulan, terintegrasi,


efektif dan efisien. Untuk itu, ada 6 (enam) aspek yang perlu dilakukan agar mampu
mewujudkan kebangkitan zakat di Kabupaten Sukabumi.
1. Aspek Legalitas
Aspek legalitas mencakup sudah terbitnya Surat Keputusan pementukan
lembaga dari Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Nomor : DJ.II/568 Tahun
2014 dan Surat Keputusan Bupati Sukabumi Nomor : 451……./Kep.372-BK/2020
Tentang Pimpinan BAZNAS Kabupaten Sukabumi Tahun 2020-2025.
2. Aspek Akuntabilitas dan Kesesuaian Syariah
Untuk BAZNAS Kabupaten Sukabumi aspek ini mencakup laporan dan
pertanggung jawaban secara berkala, pengesahan RKAT setiap tahun, audit atas
laporan keuangan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dan audit syariah. Sedangkan
untuk UPZ mencakup laporan dan pertanggung jawaban hasil pengumpulan secara
berkala, atas laporan keuangan oleh UPZ dan audit internal agar pengelolaan zakat
Kabupaten Sukabumi dapat berjalan sesuai dengan syariah islam dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka diperlukan pembinaan dan pengawasan
yang berkesinambungan baik terhadap keuangan, program dan kesesuaian terhadap
syariah.
3. Aspek IT dan Sistem
BAZNAS Kabupaten Sukabumi menerapkan SIMBA dengan baik. Dan UPZ
terintegrasi baik dengan SIMBA. Sehingga laporan kepada Bupati, BAZNAS
Provinsi, BAZNAS Pusat, dan pemangku kepentingan perzakatan Kabupaten
Sukabumi dapat disamoaikan secara berkala dan tepat waktu. Kehadiran SIMBA
untuk mempermudah pembuatan laporan, penyimpanan data dan informasi yang
dimiliki oleh BAZNAS Kabupaten Sukabumi. Dengan berbasis web, SIMBA
merupakan aplikasi yang tersentralisasi sehingga dapat digunakan oleh BAZNAS
Kabupaten Sukabumi tanpa harus melewati proses instalasi yang rumit.
4. Aspek Penyaluran
Berdasarkan Zakat Core Principle dimana untuk menilai kinerja penyaluran
zakat dilihat dari rasio pendistribusian terhadap pengumpulan zakat. Semakin tinggi
rasio penyaluran terhadap pengumpulan zakat, maka semakin efektif pengelolaan
zakat. Dalam penyaluran zakat BAZNAS Kabupaten Sukabumi tebagi dalam lima
program besar, yaitu Sukabumi Sehat, Sukabumi Cerdas, Sukabumi Peduli, Sukabumi
Taqwa, Sukabumi Makmur berdasarkan asnaf syar’i dan berdasarkan data dan
standar Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukabumi bagi asnaf fukoro masakin.
5. Aspek Pengumpulan
Dalam rangka mengoptimalkan pengumpulan zakat di Kabupaten Sukabumi,
maka BAZNAS Kabupaten Sukabumi perlu melakukan sosialisasi dan edukasi
terhadap muzakki dalam bentuk kampanye zakat yang dilakukan berkelanjutan. Hal
ini penting agar muzakki memahami bahwa zakat adalah ibadah yang memiliki posisi
yang sangat strategis baik dari aspek keagamaan, sosial, ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Maka untuk itu BAZNAS Kabupaten Sukabumi perlu membentuk UOZ
disemua sektor agar mempermudah para muzakki melaksanakan kewajibannya, dan
BAZNAS Kabupaten Sukabumi pun harus mampu memberikan kenyamanan dan
jaminan bahwa zakat yang telah ditunaikan oleh muzakki melalui BAZNAS itu
sampai kepada mustahiknya. Kenyamanan ini diharapkan akan melahirkan
kepercayaan yang berkelanjutan dari muzakki kepada BAZNAS Kabupaten
Sukabumi.
12

6. Aspek Pengembangan Amil


Untuk meningkatkan dan menstandarkan kapasitas dan kompetensi amil
secara merata kepada amil BAZNAS Kabupaten Sukabumi, maka perlu dilakukan
pelatihan dan pembinaan yang sesuai dan mengacu pada standar nasional (sertifikasi).

Di dalam pengelolaan zakat, BAZNAS Kabupaten Sukabumi berlandaskan


kepada 7 (tujuh) asas. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat. Ketujuh asas tersebut adalah syariat Islam, Amanah,
Kemanfaatan, Keadilan, Kepastian Hukum, Terintegrasi dan Akuntanilitas dengan
prinsip syari Prosedural, Profesional, Sinergi dan Transparan. Tujuh asas tersebut
bermakna :
1. Syariat islam, zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Pembayaran
zakat oleh muzakki dan penyaluran zakat kepada mustahik dilakukan sesuai
dengan ketentuan syariat.
2. Amanah, pengelola zakat baik amil maupun lembaganya harus dapat
dipercaya.
3. Kemanfaatan, pengelolaan zakat dilakukan untuk memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi mustahik.
4. Keadilan, pengelolaan zakat dalam pendistribusiannya dilakukan secara adil.
5. Kepastian hukum, dalam pengelolaan zakat terdapat jaminan kepastian hukum
bagi mustahik dan muzakki
6. Terintegrasi, pengelolaan zakat dilaksanakan secara hierarkis dalam upaya
menngkatkan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
7. Akuntabilitas, pengelolan zakat dapat dipertanggung jawabkan dan diakses
oleh masyarakat.

INDIKATOR MISKIN MENURUT BERBAGAI PENDAPAT


a. Miskin Menurut Regulasi
Pemerintah Indonesia telah menerbitkan undang-undang mengenai
penanggulangan kemiskinan, yaitu Undang-Undang No. 13 tahun 2011, tentang
Penanganan Fakir Miskin. Tujuan dari ini adalah untuk menanggulangi kemiskinan
di Indonesia. Namun setelah diteliti dan dibaca lebih mendalam, ternyata dalam
undang-undang ini tidak ada kriteria khusus mengenai apa itu orang miskin. Aturan
umum pasal 1 menyatakan bahwa yang disebut miskin adalah orang yang tidak
memiliki sama sekali sumber penghidupan atau sumber pendapatan atau yang
mempunyai mata pencaharian tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
keluarganya.
Dengan tidak adanya ketentuan khusus mengenai kemiskinan, lalu para ahli
fokus pada definisi, pemahaman, serta berbagai konsep dan kriteria kemiskinan
dengan berbagai macam pemikiran. Dengan menganalisis pemikirannya, setiap ahli
mengembangkan pemikirannya masing-masing. Mereka merujuk pada pendapat ahli
secara nasional dan internasional untuk menetapkan kriteria dan standar kemiskinan.
Selain itu, kemiskinan telah menjadi perhatian semua negara di dunia, maka menurut
hemat penulis, pendapat para ahli nasional dan internasional dapat menjadi pedoman
atau referensi unuk merumuskan kemiskinan, meskipun secara tertulis tidak ada
dalam peraturan pemerintah ini.
13

b. Kemiskinan Menurut BPS (Badan Pusat Statistik)


Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai lembaga pemerintah yang memiliki
wewenang untuk menentukan kriteria dan standar kemiskinan dan membaginya
menjadi dua jenis, yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Situs resmi BPS
menyatakan bahwa :
 Pertama, kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif adalah kondisi buruk karena
kebijakan pembangunan yang gagal menjangkau semua lapisan masyarakat, hal
ini menyebabkan distribusi pendapatan yang tidak merata. Standar minimum
didasarkan pada kondisi kehidupan di suatu negara pada kurun waktu dan
terfokus pada suatu golongan "termiskin", misalnya 20% atau 40% terbawah dari
jumlah penduduk yamg sudah disusun dan berutut berdasarkan penghasilan atau
pengeluaran. Kelompok ini merupakan sekelompok orang yang relatif miskin.
Oleh karena itu, ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi
pendapatan/pengeluaran penduduk.
Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan penduduk miskin yang menjadi
sasaran, maka cukup dengan menggunakan garis kemiskinan relatif, dan harus
diseimbangkan dengan tingkat pembangunan negara secara menyeluruh. Garis
kemiskinan relatif ini tidak bisa dipakai untuk membandingkan maupun
menyamakan tingkat kemiskinan antar Negara dan waktu, karena hal ini tidak
mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama atau rata.
 Kedua, kemiskinan absolut. Kemiskinan absolut atau kemiskinan total mengacu
pada standar hidup minimum masyarakat yang dinyatakan dalam garis
kemiskinan. Penetapan garis kemiskinan tergantung pada penetapan standar hidup
minimum. Dengan demikian kemiskinan absolut dapat dipahami dengan melihat
derajat perbedaan antara tingkat pendapatan seseorang dengan tingkat pendapatan
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan inti. Kemiskinan absolut ditentukan
atas dasar ketidakmampuan untuk memenuhi keutuhan dasar minimum seperti
makanan, pakaian, perawatan Kesehatan, tempat tinggal dan pendidikan yang
diperlukan untuk hidup dan bekerja. Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan
ke dalam ukuran keuangan dalam bentuk mata uang. Nilai minimal keutuhan
dasar disebut juga garis kemiskinan. Penduduk dengan pendapatan di bawah garis
kemiskinan tergolong sebagai masyarakat miskin.
Oleh karena itu perbedaan konsep kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut
menurut BPS terletak pada kriteria evaluasinya. Kemiskinan relatif adalah taraf hidup
yang ditentukan dan ditetapkan secara subyektif oleh masyarakat lokal bersifat lokal
dan masyarakat di bawah penilaian tergolong relatif miskin. Sedangkan standar
kemiskinan absolut adalah standar hidup minimal yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pangan dan non pangan. Standar hidup minimum untuk memenuhi
kebutuhan dasar ini disebut garis kemiskinan (Aflah, 2017).
Menurut data BPS jumlah penduduk miskin di Indonesia tidak sedikit,
pendataan terakhir dilakukan pada bulan Maret tahun 2011, data menunjukkan total
masyarakat miskin (mereka dengan pengeluaran per kapita setiap bulannya di bawah
garis kemiskinan) tercatat pada bulan Maret tahun 2011 di Indonesia mencapai 30,02
juta jiwa (12,49%), turun dari yang asalnya 31,02 juta jiwa pada Maret 2010, dengan
total penduduk miskin yang ada di perkotaan 11,05 juta jiwa dan yang ada di
pedesaan sebanyak 18,97 juta jiwa. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011
jumlah masyarakat miskin berkurang, sampai tahun 2017 meningkat menjadi 2658
juta jiwa dan angka terakhir adalah 25,95 juta jiwa pada Maret 2018. Namun secara
14

absolut masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan juga
masih banyak masyarakat dengan pendapatan sedikit di atas garis kemiskinan.
Kelompok tersebut dikategorikan sebagai kelompok "hampir miskin", ini sangat
rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi seperti kenaikan harga komoditas utama
atau penurunan ekonomi. Masalah kemiskinan ini masih harus ditanggapi dan
perhatikan secara serius sebagai tujuan pembangunan Indonesia yaitu pembangunan
manusia seutuhnya (Ulya, 2018).
c. Miskin Menurut BKKBN
BKKBN belum secara resmi mengumumkan kriteria kemiskinan. Namun
BKKBN dalam makalah lokakarya di awal tahun 2014 yang diprakarsai oleh
BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) di mana penulis yang berpartisipasi langsung
dalam lokakarya tersebut menjelaskan kriteria kemiskinan versi dari BKKBN. Untuk
menghitung tingkat kesejahteraan, BKKBN pada tahun 1999 melaksanakan program
yang disebut Pendekatan Keluarga. Pendataan keluarga dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh data dasar tentang kependudukan dan keluarga untuk
merealisasikan program pembangunan dan penanggulangan kemiskinan. Ada empat
kelompok data yang dihasilkan dari Pendataan Keluarga yaitu:
1) Data Demografi, misalnya jumlah orang yang ada dalam satu keluarga menurut
jenis kelamin dan lain-lain;
2) Data Keluarga Berencana misal : Pasutri Usia Kesuburan (PUS), Peserta Keluarga
Berencana, Data Tahap Keluarga Sejahtera yaitu jumlah Keluarga Prasejahtera,
Keluarga Sejahtera I, II dan III.
Namun penulis berpendapat bahwa upaya BKKBN untuk mengembangkan
kriteria dan garis kemiskinan telah dilakukan dengan sangat baik. Apakah kemudian
menggunakan standar dan kriteria ini atau tidak, dapat diperdeatkan tergantung pada
pandangan yang dinilai oleh pihak lain.
d. Miskin Menurut Fiqh
Ada dua istilah yang sangat terkenal terkait dengan kemiskinan yaitu kata
fakir dan miskin. Dari bahasa aslinya (Arab) kata fakir berasal dari kata faqara yang
aslinya berarti tulang belakang. Faqir adalah seorang laki-laki dengan patah tulang
belakang artinya beban yang dipikulnya terlalu berat untuk mematahkan tulang
punggungnya sedangkan miskin diamil dari kata “sakana” yang artinya diam atau
tenang. Dalam Ensiklopedia Hukum Islam dijelaskan arti fakir dan miskin. Orang
fakir adalah orang-orang yang berkeinginan atau orang yang berhajat. Sedangkan
orang miskin adalah mereka yang tidak memiliki harta atau serba kekurangan. Kata
fakir ditemukan dalam Al-Quran sebanyak 12 kali dan kata miskin disebutkan
sebanyak 15 kali masing-masing digunakan dengan arti yang berbeda.
Definisi miskin dibahas lebih rinci dalam fiqh. Sayid Saiq seorang ahli fiqh
Mesir mengatakan bahwa yang tergolong miskin adalah mereka yang tidak memiliki
harta yang mencapai nishab (jumlah minimum harta untuk membayar zakat dalam
waktu tertentu). Dari sini ulama fiqh memahami bahwa mereka yang memiliki harta
sama dengan satu nishab zakat disebut kaya sedangkan mereka yang memiliki harta
kurang dari satu nishab zakat disebut miskin.
Dari 12 kata fakir yang ada dalam Al-Quran terdapat 6 (enam) kategori yang
berkaitan dengan hukum.
1. Fakir yang diklasifikasikan sebagai mereka yang berhak menerima porsi daging
kurban yang dibuat oleh mereka yang melakukanhaji (Quran 22:28).
15

2. Fakir yang digolongkan sebagai seseorang yang dapat mengkonsumsi harta anak
yatim yang ia urus dengan baik dan tidak melebihi aturan (Al-Quran 4:6).
3. Fakir yang termasuk dalam mereka yang secara terbuka dapat menerima sedekah
untuk menjadi contoh bagi orang lain (Quran 2:273).
4. Fakir yang termasuk ke dalam mereka yang berhak menerima zakat (Al-Quran
9:60).
5. Fakir yang menikmati bagian dari rampasan perang atau ghanimah (Quran 59:6).
6. Fakir yang hanya berhak pendapatkan dukungan yang adil ketika dia melakukan
dosa yang tidak disengaja (Al-Quran 4:135).

Sedangkan orang miskin memiliki hak sebagai berikut:


1. Orang miskin yang termasuk ke dalam orang yang berhak memperoleh barang
fidyah atau denda mereka yang tidak dapat memenuhi kewajian agamanya karena
suatu alasan (Al-Quran 2: 18)
2. Orang miskin yang berhak atas haknya (Al-Quran 17:26).
3. Orang miskin yang berhak mendapatkan uang dari kafarat yang dibayarkan
sebanyak dzihar (perkataan seorang suami kepada istri kepada ibu kandungnya (Al-
Quran 58:3)
4. Orang miskin yang menerima hasil dari kafarat yang dibayar oleh mereka yang
dengan sengaja melanggar sumpah mereka (Quran 5:89).
5. Orang miskin yang mendapatkan uang dari orang yang telah melanggar larangan
pada saat melaksanakan ihram (Al-Quran, 5: 95)
6. Orang miskin yang termasuk kedalam orang yang bisa mengklaim harta
rampasan perang (Quran 8:1).
7. Orang miskin yang dapat menerima pembiayaan zakat (Quran 9:60).
Dalam literatur Islam ada banyak kata untuk menggambarkan keberadaan
kondisi mereka yang tidak berdaya secara ekonomi. Kata-kata ini termasuk assail,
almahrûm, alfaqîr dan almiskîn. Secara etimologis dan sintaksis kata tersebut berarti
"peminta", "mereka yang terhalang untuk memiliki barang", "mereka yang
membutuhkan" dan "mereka yang diam yang tidak memiliki apa-apa". Kadang-
kadang arti dari salah satu kata ini disebut sebagai definisi dari kata yang lain. Hanya
saja meski secara redaksional berbeda namun kata-kata tersebut memberikan satu
makna yaitu ketidakberdayaan ekonomi.
Dari perbedaan pendapat di atas penulis dapat meringkas menjadi 5 kelompok
penafsiran;
1. Kelompok yang termasuk fakir adalah mereka yang tidak meminta-minta
sedangkan orang miskin adalah mereka yang meminta-minta.
2. Kelompok yang mengukur orang miskin dengan tubuh sakit dan sehat. Fakir
adalah orang sakit sedangkan orang miskin adalah orang yang selamat atau sehat
jiwa.
3. Kelompok yang mengatakan bahwa yang miskin adalah mereka yang berpergian
jauh sedangkan yang miskin adalah mereka yang tidak bepergian jauh.
4. Kelompok yang mengatakan bahwa orang fakir diukur dengan pendapatan rendah
mereka.
5. Kelompok yang mengatakan bahwa orang fakir adalah Muslim sedangkan orang
miskin adalah ahli kitab.
Jadi orang miskin adalah mereka yang memiliki setengah kekayaan atau
kurang dari yang mereka inginkan. Sementara memiliki setengah kekayaan tetapi
16

tidak dapat menghidupi diri sendiri dan tidak dikatakan kaya disebut miskin.
Penyebutan kata fuqara setelah masakin menunjukkan bahwa orang fakir lebih
menderita dari pada orang miskin. Karena dalam tradisi bangsa Arab mereka selalu
mengutamakan apa yang paling. Maka orang fakir memutuhkan lebih membutuhkan.
Untuk mempelajari leih lanjut tentang kriteria dan parameter orang miskin,
penulis menggunakan logika terbalik untuk mengetahui batasan yang disebut kaya.
Yaitu mereka yang sudah termasuk ke dalam golongan orang kaya maka dia dilarang
menerina harta zakat. Menurut Al Kasani yang dikutip Yusuf Qardhawi orang kaya
dibagi menjadi 3 kategori:
1) Orang kaya wajib zakat yaitu orang yang memiliki nisab hartanya di atas
kebutuhan dasarnya.
2) Orang kaya dilarang mengambil zakat dan menerima sedekah tetapi tidak wajib
membayar zakat yaitu mereka yang berkewajiban membayar zakat fitrah dan
berkurban dan jumlah hartanya dari sisa kebutuhan melebihi 200 dirham.
3) Orang kaya yang diharamkan meminta-minta dan yang tidak diharamkan
mengamil harta zakat adalah mereka yang memiliki pendapatan untuk satu
harinya.

PERBANDINGAN REALISASI PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAN


BAZNAS KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2020 DAN 2021
A. 1 Januari s.d 31 Desember 2020
Target pendistribusian dan pendayagunaan BAZNAS Kabupaten Sukabumi
tahun 2020 telah dicanangkan dalam RKAT BAZNAS Kabupaten Sukabumi tahun
2020. Berikut ini adalah perbandingan realisasi dengan target pendistribusian dan
pendayagunaan BAZNAS Kabupaten Sukabumi dari 1 Januari sampai dengan 31
Desember 2020.

Tabel 1
Realisasi Anggaran Pendistribusian dan Pendayagunaan
Periode 1 Januari s.d 31 Desember Tahun 2020

Realisasi
Anggaran
Rp %
(1) (2) (3) (4)=(3)/(2)
BAZNAS Kabupaten
Sukabumi 21.497.045.823,- 22.368.096.410,- 104,05 %
Jumlah Pendistribusian dan
21.497.045.823,- 22.368.096.410,- 104,05 %
Pendayagunaan

Sumber: Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan BAZNAS Kabupaten


Sukabumi tahun 2020

Tabel 1 menunjukkan bahwa realisasi Pendistribusian dan Pendayagunaan


Zakat, Infak dan Sedekah BAZNAS Kabupaten Sukabumi tahun 2020 terealisasi
sebesar 104,05% dari yang sudah direncanakan pada Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan (RKAT) tahun 2020.
17

Tabel 2
Realisasi Penyaluran Per Asnaf
Periode 1 Januari s.d 31 Desember Tahun 2020

Badan/Lembaga Amil Zakat Fakir Miskin Amil Mualaf Riqob Gharimin Fisabilillah Ibnu Sabil

BAZNAS Kabupaten Sukabumi 981.764.790,- 11.218.893.414,- 2.492.220.923,- 30.580.000,- 150.000,- 18.873.000,- 7.603.104.283,- 22.510.000,-
Jumlah 981.764.790,- 11.218.893.414,- 2.492.220.923,- 30.580.000,- 150.000,- 18.873.000,- 7.603.104.283,- 22.510.000,-
% Penyaluran 4,39 50,16 11,14 0,14 0,001 0,08 33,99 0,10
Sumber: Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan BAZNAS Kabupaten
Sukabumi tahun 2020

Tabel 2 diatas menunjukkan Akumulasi Realisasi Penyaluran dana zakat, infak


dan sedekah untuk semua asnaf tahun 2020. Jumlah dana yang disalurkan untuk
setiap asnaf sebesar Rp. 22.368.096.410,- (dua puluh dua milyar tiga ratus enam puluh
delapan juta sembilan puluh enam ribu empat ratus sepuluh rupiah). Tersalurkan
4,39% untuk fakir, 50,16% untuk miskin, 11,14% untuk amil, 0,14% untuk mualaf,
0,001% untuk riqob, 0,08% untuk gharimin, 33,99 % untuk fisabilillah, dan 0,10%
untuk ibnu sabil.

Tabel 3
Realisasi Penyaluran Per Bidang
Periode 1 Januari s.d 31 Desember Tahun 2020
Dakwah-
Badan/Lembaga Amil Zakat Pendidikan Kesehatan Kemanusiaan Ekonomi
Advokasi
BAZNAS Kabupaten Sukabumi 613.983.500,- 529.448.104,- 7.353.059.934,- 541.880.000,- 13.329.724.872,-
Jumlah 613.983.500,- 529.448.104,- 7.353.059.934,- 541.880.000,- 13.329.724.872,-
% Realisasi 2,74 2,37 32,87 2,42 59,59

Sumber: Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan BAZNAS Kabupaten


Sukabumi tahun 2020

Dari Tabel 3 diatas realisasi penyaluran dana untuk bidang pendidikan,


kesehatan, kemanusiaan, ekonomi, dan dakwah advokasi sampai dengan 31
Desember sebesar Rp. 22.368.096.410,- ((dua puluh dua milyar tiga ratus enam puluh
delapan juta sembilan puluh enam ribu empat ratus sepuluh rupiah). Tersalurkan
59,59% untuk dakwah-advokasi, 32,87% untuk kemanusiaan, 2,74% untuk
Pendidikan, 2,42% untuk ekonomi dan 2,37% untuk kesehatan.

Tabel 4
Realisasi Penerima Manfaat
Periode 1 Januari s.d 31 Desember Tahun 2020

Jumlah
Badan/Lembaga Amil Zakat Jumlah KK
Jiwa
BAZNAS Kabupaten 2.456 16.872
18

Sukabumi
Jumlah 2.456 16.872

Sumber: Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan BAZNAS Kabupaten


Sukabumi tahun 2020
Dari Tabel 4 diatas menjelaskan bahwa penerima manfaat dari dana Zakat,
Infak dan Sedekah pada periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2020 yaitu
sebanyak 2.456 KK (Kartu Keluarga) atau sebanayak 16.872 jiwa.

B. 1 Januari s.d 31 Desember 2021

Target pendistribusian dan pendayagunaan BAZNAS Kabupaten Sukabumi


tahun 2021 telah dicanangkan dalam RKAT BAZNAS Kabupaten Sukabumi tahun
2021. Berikut ini adalah perbandingan realisasi dengan target pendistribusian dan
pendayagunaan BAZNAS Kabupaten Sukabumi dari 1 Januari sampai dengan 31
Desember 2021.

Tabel 5
Realisasi Penyaluran per Asnaf
Periode 1 Januari s.d 31 Desember Tahun 2021

Sumber: Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan BAZNAS Kabupaten


Sukabumi tahun 2021

Tabel 5 diatas menunjukkan Akumulasi Realisasi Penyaluran dana zakat, infak


dan sedekah untuk semua asnaf tahun 2020. Jumlah dana yang disalurkan untuk
setiap asnaf sebesa Rp. 36.928.200.299,- (tiga puluh enam milyar sembilan ratus dua
puluh delapan juta dua ratus ribu dua ratus sembilan puluh sembilan rupiah).
Tersalurkan 3,12% untuk fakir, 4,48% untuk miskin, 10,25% untuk amil, 0,11% untuk
mualaf, 0,002% untuk riqob, 0,14% untuk gharimin, 81,77 % untuk fisabilillah, dan
0,11% untuk ibnu sabil.

Tabel 6
Realisasi Penyaluran Perbidang
Periode 1 Januari s.d 31 Desember Tahun 2021
19

Badan/Lemba Pendidika Dakwah


Kesehatan Kemanusiaan Ekonomi
ga Amil Zakat n - Advokasi

BAZNAS Kab. 416.358.00 846.786.61 12.431.727.06 264.055.00 22.969.273.


Sukabumi 0 1 8 0 620

416.358.00 846.786.61 12.431.727.06 264.055.00 22.969.273


Jumlah
0 1 8 0 .620

% Realisasi 1,13% 2,29% 33,66% 0,72% 62,20%

Sumber: Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan BAZNAS Kabupaten


Sukabumi tahun 2021

Dari Tabel 6 diatas realisasi penyaluran dana untuk bidang pendidikan,


kesehatan, kemanusiaan, ekonomi, dan dakwah advokasi sampai dengan 31
Desember sebesar Rp. 36.928.200.299,- (tiga puluh enam milyar sembilan ratus dua
puluh delapan juta dua ratus ribu dua ratus sembilan puluh sembilan rupiah).
Tersalurkan 62,20% untuk dakwah-advokasi, 33,66% untuk kemanusiaan, 1,13%
untuk Pendidikan, 0,72% untuk ekonomi dan 2,29% untuk kesehatan.
Dari data diatas menunjukkan jumlah penerima manfaat dana zakat, infak dan
sedekah dari tahun 2020 ke tahun 2021 mengalami kenaikan. Hal itu dapat dianggap
wajar karena pada masa tersebut sedang mengalami pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan berbagai sektor mengalami penurunan termasuk ekonomi. Namun
pada kenyataannya pendistribusian seta pendayagunaan dana zakat ini dapat
direalisasikan secara optimal dan tepat sasaran.

SIMPULAN
Untuk mensukseskan program pemerintah khususnya dalam mewujudkan
kesejahteraan sosial dan dalam menunaikan misi keagamaan khususnya membantu
seksama, Kabupaten Sukabumi melalui BAZNAS Kabupaten Sukabumi berupaya
menerapkan strategi peningkatan perekonomian masyarakat miskin di wilayah
abupaten Sukabumi. Strategi yang ditempuh BAZNAS Kabupaten Sukabumi adalah
bersifat konsumtif dan produktif. Semua program BAZNAS Kabupaten Sukabumi
dapat direalisasikan dengan baik tentunya dalam hal meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat, dan meningkatkan manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Walupun
dari data diatas menunjukkan jumlah penerima manfaat dana zakat, infak dan
sedekah dari tahun 2020 ke tahun 2021 mengalami kenaikan. Hal itu dapat dianggap
wajar karena pada masa tersebut sedang mengalami pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan berbagai sektor mengalami penurunan termasuk ekonomi. Namun
pada kenyataannya pendistribusian seta pendayagunaan dana zakat ini dapat
direalisasikan secra optimal dan tepat sasaran.
Juga dapat di simpulkan bahwa kriteria miskin (kemiskinan) memiliki banyak
definisi parameter dan standar yang berbeda. Islam melalui interpretasi ulama fiqh
mendefinisikan kriteria kemiskinan dengan banyak definisi dan metrik yang berbeda.
Peredaan pendapat ini disebabkan oleh fakta bahwa istilah kemiskinan dalam Al-
20

Quran dan hadits yaitu "fakir" dan "miskin" memiliki beberapa arti. Demikian pula
dengan peraturan di Indonesia parameter kemiskinan sangatlah banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Artikel di Jurnal periodik
Aflah, K. N. (2017). Urgensi Penetapan Kriteria Fakir. Ziswaf, 4(1), 167–192.
Fathoni, K. (2021). Peran Baznas Kota Samarinda Dalam Meningkatkan Ekonomi
Kaum Duafa. Jurnal Riset Inossa, 3, 32–44.
https://ojs.samarindakota.go.id/index.php/jri/article/view/38
Irawan, F. B. (2019). Menyingkap Kualitas Pelayanan Pada Toko Kelontong Aulia
Anugerah Pati. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 26–35.
https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/B11A/2015/B.111.15.0308/B.111.15.
0308-15-File-Komplit-20200323090502.pdf
Ulya, H. N. (2018). Paradigma Kemiskinan Dalam Perspektif Islam Dan
Konvensional. El-Barka: Journal of Islamic Economics and Business, 1(1), 129.
https://doi.org/10.21154/elbarka.v1i1.1448

Buku (Penulis dan para Penulis)


Al-Utsaimin, S. M. S. (2008). Ensiklopedi Zakat - Kumpulan Fatwa Zakat Syaikh
Muhammad Shalih Al-Utsaimin.

Sumber Elektornik (Publikasi Web)


BAZNAS Kabupaten Sukabumi. Retrieved from https://kabsukabumi.baznas.go.id/

Sumber Print Lainnya


Tesis/Disertasi, Tidak dipublikasikan
BAZNAS Kabupaten Sukabumi. 2020. “Laporan Rencana Kerja dan Anggaran
Tahunan BAZNAS Kabupaten Sukabumi tahun 2020.” BAZNAS Kabupaten
Sukabumi.

BAZNAS Kabupaten Sukabumi. 2021. “Laporan Rencana Kerja dan Anggaran


Tahunan BAZNAS Kabupaten Sukabumi tahun 2021.” BAZNAS Kabupaten
Sukabumi.

You might also like