Professional Documents
Culture Documents
BUNAIM
Abstract
At this time learning in schools is carried out online, of course in its implementation
teachers are required to be able to do it with various strategies, models and varied
learning media. This is important because each student has a different learning style,
namely visual, audio, and kinesthetic.
The differentiated learning model is one of the appropriate ways to be used when
learning to use online media. By mapping the learning styles of students, a teacher will
consider the strategies, models, approaches and media that must be used so that online
learning is effective. So that the material and assignments given are in accordance with
the readiness of students.
The purpose of this study is for teachers to carry out learning not only by sending files in
the form of writing to online learning media such as wattsap, gcr, or siamolek but how to
make the material packaged in such a way using other online media including online
meeting room media such as zoom, google meet, and more. Canva media, ppt, creative
videos and innovations are online learning strategies that will motivate students to
engage in learning. The methods used are literature review and literature review,
observation and documentation.
From this research, it is hoped that it can be a reference and improvement material in
applying online learning models with differentiated learning models as a form of central
student learning with different learning styles.
Keywords: learning, differentiation, learning style, online media
Abstrak
Pada saat ini pembelajaran di sekolah dilaksanakan secara daring, tentunya dalam
pelaksanaannya guru ditruntut untuk mampu melakukannya dengan berbagai strategi,
model dan media pembelajaran yang bervariatif. Ini penting karena setiap peserta didik
mempunya gaya belajar yang berbeda, yaitu visual, audio, dan kinestetik.
Model pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satunya tepat digunakan pada saat
pembelajaran menggunakan media daring. Dengan melakukan pemetaan gaya belajar
terhadap siswa maka seorang guru akan mempertimbangkan strategi, model, pendekatan
dan media yang harus digunakan agar pembelajaran secara daring berjalan efekktif.
Sehingga materi dan tugas yang diberikan sesuai dengan kesiapan siswa.
2
Tujuan penelitian ini adalah agar guru melaksanakan pembelajaran tidak hanya dengan
mengirimkan file berupa tulisan ke media belajar daring seperti wattsap, gcr, atau
siamolek saja tetapi bagaimana caranya agar materi tersebut dikemas sedemikian rupa
dengan menggunakan media daring yang lainnya termasuk media daring meeting room
seperti zoom, google meet, dan lainnya. Media canva, ppt, video kreatif dan inovasi
merupakan strategi pembelajaran daring yang akan membuat siswa termotivasi dalam
keterlibatan belajar.Metode yang digunakan adalah kajian literatur dan kajian pustaka,
observasi dan dokumentasi.
Dari peneltian ini diharapkan bisa menjadi rujukan dan bahan perbaikan dalam
menerapkan model pembelajaran daring dengan model pembelajaran berdiferensiasi
sebagai wujud central student learning dengan perbedaan gaya belajarnya .
Kata Kunci : pembelajaran, berdiferensiasi, gaya belajar, media daring
A. Pendahuluan
working, tools for working dan skills for living in the world.(Edhy Rustan &
Ahmad Munawir, 2020)
Way of thinking mengandung kreativitas, inovasi, berpikir kritis,
mampu memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang
bertanggung jawab. Way of working mencakup keterampilan
berkomunikasi, berkolaborasi, dan bekerjasama dalam tim. Tools for
working mengandung adanya kesadaran sebagai warga negara global
maupun lokal, mampu mengembangkan hidup dan karir, serta adanya
rasa tanggung jawab sebagai pribadi maupun sosial. Sedangkan skills for
living in the world merupakan keterampilan yang didasarkan pada literasi
informasi, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi baru, serta
kemampuan untuk belajar dan bekerja melalui jaringan sosial digital. Di
Indonesia sendiri untuk merealisasikan hal di atas muncul istilah kebijakan
merdeka belajar yang mengadopsi pemikiran filosofi pendidikan dari Ki
Hajar Dewantara dimana pendidikan merupakan proses among yang
bertujuan menciptakan profil pelajar pancasila, yaitu peserta didik yang:
1). Beriman, bertawa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berahlak mulia,
2). Berkebinekaan global, 3). Bergotong royong, 4). Kreatif, 5). Bernalar
kritis, 6). Mandiri.(Patrick Griffin, 2012)
Berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 443/
Kep.337-Hukham / 2021 tentang PPKM darurat Covid 19 di daerah Jawa
Barat.(Kemendikbud riset dan teknologi, 2020) Maka pemerintah melarang
semua lembaga pendidikan dari tingkat TK sampai PT melaksanakan
pembelajaran secara tatap muka untuk menghindari penularan dan
bertambahnya kasus kematian akibat virus covid 19. Sehingga memaksa
seluruh siswa dan guru untuk melakukan pembelajaran secara daring
melalui perangkat telekomunikasi dan informasi seperti handphone,
android, iphone, tab, laptop, komputer dan lainnya serta luring melalui
pemberian lembar kerja dan tugas untuk dikerjakan di rumah. Oleh karena
itu guru dituntut untuk mampu membuat media pembelajaran dalam
pembelajaran daring. Kemampuan guru dalam menggunakan teknologi
4
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif atau
mixed methods. Pendekatan penelitian ini menggunakan pengumpulan
data kuantitatif dan kualitatif secara bersama-sama dalam satu penelitian
yang sama. (Samsu, S.Ag., M.Pd.I., 2017) Menurut Sugiyono, mix
methode adalah metode penelitian yang mengkombinasikan antara dua
metode penelitian sekaligus, kualitatif dan kuantitatif, dalam suatu
kegiatan penelitian , sehingga akan diperoleh data yang valid, reliabel dan
obyektif. (Sugiyono, 2012)
Model penelitian yang digunakan adalah model participant
selection. Model ini diawali dengan pengumpulan data kuantitatif,
kemudian data tersebut dianalisis secara kuantitatif untuk menetukan gaya
belajar yang dimiliki siswa sebagai salah bentuk pemetaan dalam
pembelajaran berdiferensiasi mata pelajaran PAI. Dari hasil tersebut
selanjutnya dilakukan seleksi partisipan secara kualitatif untuk
memperoleh data melalui pengumpulan data kemudian data yang
terkumpul dianalisis secara kualitatif pula, sehingga hasilnya bersifat
kualitatif. Dengan demikian, adapt dikatakan bahwa model participant
selection menjelaskan bahwa interprestasi hasil kuantitatif dilakukan untuk
memperoleh data utama secara kualitatif. (Samsu, S.Ag., M.Pd.I., 2017)
Dalam melakukan penelitian cara yang digunakan peneliti untuk untuk
mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang dibahas
adalah dengan menggunakan metode penelitian.(Samsu, S.Ag., M.Pd.I.,
2017) Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dengan model studi deskriptif yaitu metode
yang bertujuan utuk menguraikan secara apa adanya yang terjadi sesuai
fakta dan temuan di lapangan dan menganalisis data tertulis dengan
mendeskripsiskan kembali data yang terkumpul dari objek
penelitian.(Sugiyono, 2011)
Pada teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan jenis sumber
data primer dan skunder agar mendapatkan gambaran data yang akurat
9
C. Pembahasan
1. Pembelajaran Berdiferensiasi
a. Pengertian
Pembelajaran Berdiferensiasi mempunyai beberapa pengertian
menurut para pakarnya, diantaranya:
Menurut Carol Tomlinsen Ann, dalam bukunya yang berjudul
Leadership for Differentiating Schools & Classrooms mengandung
pengertian adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di
kelas dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar individu setiap
murid.(Samsu, S.Ag., M.Pd.I., 2017) Pembelajaran berdiferensiasi adalah
serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh
guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Pembelajaran berdiferensi menurut Marlina mempunyai
pengertian adalah merupakan penyesuaian terhadap minat, freferensi
belajar, kesiapan siswa agar tercapai peningkatan hasil belajar.(Rumidi,
2006) Menurutnya pembelajaran berdiferensiasi bukanlah pembelajaran
yang diindividualkan, namun lebih cenderung pembelajaran yang
mengakomodir kekuatan dan kebutuhan belajar siswa dengan strategi
belajar yang independen. Saat guru merespon kebutuhan belajar siswa,
berarti guru mendiferensiasikan pembelajaran dengan menambah,
memperluas, menyesuaikan waktu untuk memperoleh hasil belajar yang
maksimal.
Diferensiasi adalah praktik menyesuaikan kurikulum, strategi
mengajar, strategi penilaian, dan lingkungan kelas dengan kebutuhan
10
c. Tujuan
Secara umum, pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk
mengakomodir pembelajaran siswa dengan memperhatikan minat belajar,
kesiapan belajar, dan preferensi belajar. Secara khusus, tujuan
pembelajaran berdiferensiasi adalah:
1. Untuk membantu semua siswa dalam belajar.
2. Agar guru bisa meningkatkan kesadaran terhadap kemampu-an
siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh seluruh
siswa.
3. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
4. Agar siswa memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tingkat
kesulitan materi yang diberikan guru. Jika siswa dibelajarkan
sesuai dengan kemampuannya maka motivasi belajar siswa
meningkat.
5. Untuk menjalin hubungan yang harmonis guru dan siswa.
6. Pembelajaran berdiferensiasi meningkatkan relasi yang kuat
antara guru dan siswa sehingga siswa semangat untuk belajar.
7. Untuk membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri.
8. Jika siswa dibelajarkan secara mandiri, maka siswa terbiasa dan
menghargai keberagaman.
9. Untuk meningkatkan kepuasan guru.
10. Jika guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, maka guru
merasa tertantang untuk mengembangkan kemampuan
mengajarnya sehingga guru menjadi kreatif.(Mukti, Abdul dan
Sayekti, 2003)
d. Peran
Kelas yang berdiferensiasi menyediakan pembelajaran yang
berbeda-beda untuk siswa yang berbeda. Bagi beberapa guru,
pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah paradigma baru dalam
pembelajaran. Terjadi perubahan peran guru dalam kelas yang
14
e. Gaya Belajar
Gaya belajar belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang
dapat menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi atau
bahan pelajaran. Kemampuan menyerap dan mengatur informasi bagi
setiap orang berbeda-beda dan sangat mempengaruhi gaya
belajarnya.(Dr. Marlina, S.Pd., 2000) Gaya belajar merupakan cara
termudah yang dimiliki oleh individu dalam menyerap, mengatur, dan
mengolah informasi yang diterima.(Dr. Marlina, S.Pd., 2000) Masing
masing individu memiliki sejumlah gaya belajar dan berfikir. Setiap kelas
punya siswa dengan gaya belajar dan berpikir yang berbeda- beda.
Mengidentifikasi gaya belajar yang dimiliki siswa akan membantu guru
menentukan cara mengajar yang tepat agar bisa membantu mereka
dalam belajar.
Menurut Nasution gaya belajar adalah cara yang konsisten yang
dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi,
cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal.(Pozas et al., 2020)
Sehingga gaya belajar seseorang sangat berpengaruh pada hasil
belajarnya. Dale memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar melalui
indera pandang (visual) berkisar 75%, melalui indera dengar (auditorial)
sekitar 13% dan melalui indera lainnya (termasuk dalam kinestetik) sekitar
12%.
Setiap siswa memiliki karakteristik gaya belajar masing-masing. Hal
ini sesuai dengan pendapat De Poter bahwa terdapat 3 modalitas (tipe)
dalam gaya belajar yaitu Visual, Auditori dan Kinestetik. (Bobbi De Porter
dan Mike Hernacki, 2005) Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka
lihat. Auditori belajar dengan cara mendengar dan kinestetik belajar lewat
gerak dan menyentuh.
adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus
(rangsangan) belajar. Ciri-Ciri individu yang memiliki tipe gaya belajar
visual yaitu menyukai kerapian dan ketrampilan, jika berbicara cenderung
lebih cepat, suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka
panjang, sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya.(Arylien Ludji
Bire, 2014) Peta pikiran dapat menjadi alat yang bagus bagi para pelajar
visual dalam mata pelajaran apapun.(Nasution, 2003)
Ciri-ciri siswa yang mempunyai gaya belajar visual 1) Rapi dan
teratur 2) Berbicara dengan cepat 3) Perencana dan pengatur jangka
panjang yang baik 4) Teliti terhadap detail 5) Mementingkan penampilan,
baik dalam pakaian maupun presentasi 6) Pengeja yang baik dan dapat
melihat kata- kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka 7) Mengingat
apa yang dilihat, daripada yang didengar 8) Mengingat dengan asosiasi
visual 9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan 10) Mempunyai masalah
untuk mengingat instruksi verbal kecuai jika ditulis, dan sering kali minta
bantuan orang untuk mengulanginya 11) Pembaca cepat dan tekun 12)
Lebih suka membaca daripada dibacakan. 13) Membutuhkan pandangan
dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara
mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek 14) Mencoret-
coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam rapat 15) Lupa
menyampaikan pesan verbal kepada orang lain 16) Sering menjawab
pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak 17) Lebih suka
melakukan demonstrasi dari pada berpidato 18) Lebih suka seni dari pada
musik 19) Sering kali mengetahui apa yang dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata-kata 20) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika
mereka ingin memperhatikan. (Bobbi De Porter, 2005)
Kendala yang ditemukan pada anak yang memiliki gaya belajar visual
yaitu tidak suka berbicara di depan kelompok dan tidak suka
mendengarkan orang lain berbicara. Pada dașarnya siswa tahu apa yang
harus dikatakan, tetapi tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.
Keadaan ini ditandai dengan sering terlambat menyalin pelajaran di papan
tulis, tulisan tangan berantakan, dan sering lupa jika harus menyampaikan
pesan secara verbal kepada orang lain.
Biasanya anak dengan gaya belajar visual kurang mampu mengingat
informasi yang di berikan secara lisan dan mempunyai kendala untuk
berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap suara sehingga
sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah menginterpretasikan
17
tujuan sebelum mempelajari sesuatu hal dengan demikian gaya belajar ini
lebih menjelaskan melalui praktek langsung untuk dapat memahaminya.
Diantara tiga macam gaya belajar, yang paling berpengaruh yaitu
gaya belajar auditorial karena gaya belajar ini benar-benar menempatkan
pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi tertentu, jadi
seseorang harus mendengarkan terlebih dahulu, artinya seseorang harus
mendengar baru kemudian bisa mengingat dan memahami informasi yang
diterima.
perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu
sampai pada penerima. Media pengajaran pada hakekatnya hanya
merupakan alat yang berfungsi untuk memvisualisasikan konsep
tertentu.(Thobroni, Muhammad, 2012) Sementara definisi media
pembelajaran atau instructional media yang dikemukakan oleh Heinich
dkk (2008) dalam Benny A. Pribadi yaitu;”…sesuatu yang memuat
informasi dan pengetahuan yang dapat digunakan untuk melakukan
proses belajar,” Media yang digunakan untuk mendukung aktivitas
pembelajran-memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap-disebut
dengan istilah media pembelajaran.(Ophilia Papilaya, Jeanete, Huliselan,
2016) Menurut Assosiation for Educational Technology (AECT), media
adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
informasi, Menurut santoso S. Hamidjojo, media pembelajaran adalah
media yang penggunannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran
yang bermaksud untuk mempertinggi kegiatan belajar mengajar dalam
segi mutu. Menurut Oemar Hamalik, media pendidikan adalah alat,
metode,dan teknik yang dipergunakan dalam rangka mengaktifkan
komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran. Menurut Blake dan Haralsen, media adalah medium yang
digunakan untuk membawa atau menyampaikan pesan berjalan antara
komunikator dengan komunikan. Media adalah channel (saluran) karena
pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang
kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat batas-
batas jarak, ruang, dan waktu tertentu. Dengan bantuan media, batas-
batas itu hampir tidak ada.(Bobbi De Porter, 2005)
Dari pendapat beberapa ahli tentang pengertian media yang telah
disebutkan di atas, ternyata terdapat beberapa persamaan. Meskipun
diungkapkan dengan redaksi dan cara yang berbeda namun
pengertiannya sama, yaitu bahwa media pendidikan merupakan
sarana/bentuk komunikasi nonpersonal (bukan manusia), sedangkan
sarana tersebut merupakan wadah dari informasi pelajran yang akan
23
D. Hasil
Berikut gambar grafik hasil pemetaan gaya belajar melalui
pembagian angket terhadap 69 responden dari kelas XII di SMA Plus NU
Panguragan.
E. Kesimpulan
1. Dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan media daring
mata pelajaran PAI guru belum menerapkan model pembelajaran
berdiferensiasi, dimana seharusnya sebelum proses pembelajaran
melakukan pemetaan terlebih dahulu terhadap profil murid yang dimiliki
setiap siswa minimal mengetahui gaya belajar yang dimiliki agar pada
prosesnya guru dapat menyesuaikan penggunaan metode, strategi, model
dan penggunaan media yang sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya,
hindari memberikan materi berupa tulisan saja dan tugas yang sama
kepada peserta didik agar pembelajaran yang terjadi bisa menyenangkan
dan menumbuhkan kretaifitas siswa dalam belajar.
2. Guru juga seyogyanya bisa memanfaatkan berbagai media
pembelajaran daring dengan dikemas sedemikian rupa termasuk
menggunakan media daring meeting/room secara tatap maya (live),
menggunakan aplikasi quiz dan google form untuk tugas dan evaluasinya,
sehingga dapat memantau keaktifan siswa belajar dan menghindari
plagia mengerjakan tugas. Implementasi pembelajaran PAI di masa
pandemi covid-19 ini belum berjalan dengan baik dan efektif. Salah satu
rekomendasi kami dalam proses pembelajaran daring ini terkhusus pada
pembelajaran PAI adalah ada baiknya jika guru atau pihak sekolah sering
melakukan kegiatan pelatihan dalam penggunaan berbagai media daring
yang sesuai, menyenangkan, kreatif, inovatif dan pembuatan media
belajar dengan menggunakan keterampilan digital ber-TIK.
30
DAFTAR PUSTAKA