Professional Documents
Culture Documents
ISBN 978-602-6428-04-2
ABSTRACT
This study aims to determine the perceptions of first-year students on the material of Organic
Chemistry in Senior High School and its learning, as well as mental models profile. Subjects were students
of the 2nd semester of Chemistry Education Department UNDIKSHA Singaraja, as many as 37 people. Data
were collected through questionnaires and test three levels (threetier test), which consists of parts of the
content (chemical macroscopic level) in the form of multiple choice, and part of the reason (level
submikroskopis and symbolic) is test description. The results showed 70.27% of respondents said material
organic chemistry taught in senior high school is rote, as well as 86.49% of teachers teach reveal the
structure and nomenclature of organic compounds as a top priority. Teaching methods are mainly applied
by the teacher is lecturing (56.76%), and do not use tools to visualize molecular structure (94.59%).
Learners also never invited practicum (97.30%). Only 8.37% of the students mental model of Organic
Chemistry were classified conceptual mental models, and the remaining 20.81% no response; 7.57% had a
specific misconceptions; and 63.24% partially correct. The data showed first-year student's mental model
of Organic Chemistry in Senior High School mostly in the form of alternative mental models.
Key words: Key words: first-year students perception, mental models, and organic chemistry
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persepsi mahasiswa tahun pertama tentang materi Kimia
Organik SMA dan pembelajarannya, serta profil model mentalnya. Subyek penelitian adalah mahasiswa
semester 2 Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNDIKSHA Singaraja, sebanyak 37 orang. Data
dikumpulkan melalui angket dan tes tiga tingkat (threetier test), yang terdiri atas bagian isi (level
makroskopis kimia) berupa pilihan ganda, serta bagian alasan (level submikroskopis dan simbolik) berupa
tes uraian. Hasil penelitian menunjukkan 70,27% responden menyatakan materi kimia organik yang
diajarkan di SMA bersifat hafalan, serta 86,49% mengungkapkan guru mengajarkan struktur dan tata nama
senyawa organik sebagai prioritas utama. Metode mengajar yang terutama diterapkan oleh guru adalah
ceramah (56,76%), dan tidak menggunakan alat bantu untuk memvisualisasikan struktur molekul (94,59%).
Pebelajar juga tidak pernah diajak praktikum (97,30%). Hanya 8,37% model mental mahasiswa tentang
materi Kimia Organik SMA tergolong model mental konseptual, serta sisanya sebanyak 20,81% tidak
memberikan respon; 7,57% mengalami miskonsepsi khusus; dan 63,24% benar sebagian. Data tersebut
menunjukkan model mental mahasiswa tahun pertama tentang materi Kimia Organik SMA sebagian besar
dalam bentuk model mental alternatif.
Kata-kata kunci: presepsi mahasiswa tahun pertama, model mental, dan kimia organik.
355
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2
kajian Kimia Organik di SMA/MA bertujuan melalui angket serta tes pilihan ganda dan
untuk membangun model mental pebelajar uraian tiga tingkat (threetier test), yang
tentang korelasi struktur dan sifat senyawa terdiri dari bagian isi dan bagian alasan.
organik (Suja et al., 2015). Bagian pertama memuat respon mahasiswa
Hasil penelitian Suja et al. (2015) terhadap pilihan jawaban yang disediakan
menunjukkan, model mental mahasiswa berkaitan dengan konten kimia organik pada
calon guru kimia sebelum pembelajaran level makroskopis; sedangkan bagian kedua,
mata kuliah Kimia Organik I di Jurusan menuntut mahasiswa agar memberikan
Pendidikan Kimia UNDIKSHA pada tahun alasan atas jawabannya pada bagian pertama
ajaran 2014/2015 hanya 1,36% tergolong pada level submikroskopis dan simbolik.
model mental konseptual. Sisanya, 45,45% Analisis data dilakukan secara
tidak memiliki konsep, 21,82% mengalami deskriptif. Menurut Sendur et al. (2010),
miskonsepsi khusus, dan 31,36% benar model mental mahasiswa dapat
sebagian. Data tersebut menunjukkan model dikelompokkan menjadi empat kategori
mental mahasiswa tentang korelasi struktur berikut.
dan sifat senyawa organik sebagian besar a. Tidak ada jawaban/tanggapan (No
dalam bentuk model mental alternatif. Response/NR), jika mahasiswa tidak
Model mental mahasiswa tentang memberikan jawaban dan tidak
struktur, sifat, dan kegunaan senyawa membuat alasan, atau menjawab dengan
organik dipengaruhi oleh pengalaman penjelasan tidak berkaitan dengan
belajarnya (Wang, 2007). Untuk itu, perlu pertanyaan.
dilakukan penelitian berkaitan dengan b. Miskonsepsi khusus pada hal tertentu
persepsi mahasiswa tahun pertama (sebelum (Specific Misconceptions/ SM), yaitu
mengikuti perkuliahan Kimia Organik) ketika jawaban dan penjelasan tidak
tentang materi dan pembelajaran bahan dapat diterima secara keilmuan.
kajian Kimia Organik di SMA. c. Benar sebagian (Partially Correct/ PC)
Penelitian ini dilaksanakan dengan jika jawaban benar secara keilmuan,
tujuan untuk menentukan persepsi namun penjelasan/alasan tidak benar;
mahasiswa tahun pertama tentang materi dan atau jawaban tidak benar secara
pembelajaran Kimia Organik di SMA, serta keilmuan, namun penjelasan-nya benar.
mendeskripsikan profil model mental d. Benar secara keilmuan (Scientifically
mahasiswa tentang korelasi struktur dan sifat Correct/SC), jika jawaban dan
senyawa organik dalam kurikulum Kimia penjelasan benar secara keilmuan. Tipe
SMA. Persepsi dan deskripsi profil model ini dikenal sebagai model mental
mental mahasiswa tersebut dapat dijadikan ilmiah atau model konseptual.
bahan pertimbangan bagi dosen dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
melaksanakan pembelajaran Kimia Organik
di Perguruan Tinggi. Hasil penelitian berupa persepsi dan
METODE profil model mental mahasiswa dalam
memahami bahan kajian Kimia Organik di
Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan SMA. Uraian kedua data hasil penelitian
Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA, tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.
UNDIKSHA pada semester genap tahun
1. Persepsi mahasiswa
ajaran 2015/2016. Subyek penelitian adalah
mahasiswa semester 2 Jurusan Pendidikan Hasil penelitian pertama berupa
Kimia FMIPA UNDIKSHA Singaraja persepsi mahasiswa tentang materi dan
sebanyak 37 orang. Data dikumpulkan pembelajaran Kimia Organik di SMA.
356
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2
357
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2
358
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2
gaya van der Waals antar molekul-molekul organik. Stabilitas senyawa tergantung pada
dimetil eter. Namun, mahasiswa gagal struktur molekulnya. Jika gugus-gugus yang
menggambar ikatan hidrogen yang terjadi sama, apalagi gugus-gugus besar, ada dalam
antar dua molekul etanol. Sebagian posisi berdekatan satu dengan lainnya, maka
mahasiswa menggambar ikatan hidrogen akan tolak-menolak yang menyebabkan
terjadi antara atom oksigen pada gugus senyawa tersebut tidak stabil. Semakin jauh
hidroksil dari etanol dengan atom hidrogen jarak antar gugus-gugus tersebut, gaya tolak-
pada gugus metil pada molekul yang lainnya. menolaknya semakin kecil, sehingga
Kekeliruan juga terjadi karena mahasiswa senyawanya semakin stabil. Dalam kasus
menggambar ikatan hidrogen tidak antar ini, isomer trans-2-butena lebih stabil dari
molekul etanol, tetapi antara molekul etanol pada isomer cis-nya.
dan molekul air. Kondisi itu sejalan dengan Timbulnya berbagai model mental
temuan Graulic (2015), yang menyatakan alternatif pada mahasiswa tahun pertama
mahasiswa kelas Kimia Organik memiliki tentang materi Kimia Organik SMA
konsepsi alternatif berkaitan dengan ikatan disebabkan oleh beberapa faktor berikut.
hidrogen, sehingga tidak mampu Pertama, pemahaman mahasiswa tahun
menjelaskan perbedaan titik didih dan pertama tentang konsep-konsep dasar Kimia
berbagai efeknya pada spektroskopi NMR Organik cenderung tidak utuh, dan tidak
dan IR, serta pengaruhnya pada berbagai mampu membangun interkoneksi di antara
reaksi kimia organik, misalnya berkaitan ketiga level kimia tersebut. Kondisi itu
dengan halangan sterik. terjadi karena pembelajaran Kimia Organik
Miskonsepsi khusus paling tinggi di SMA tidak mengajarkan ketiga level
(18,92%) terjadi pada penjelasan tentang kimia secara utuh dan terpadu. Materi Kimia
kelarutan formaldehida dalam air. Organik yang disampaikan oleh guru dengan
Mahasiswa memrediksi formaldehida tidak metode ceramah sebagian besar berkaitan
larut dalam air dengan alasan formaldehida dengan struktur dan tata nama (level
memiliki struktur simetris, sehingga bersifat simbolik), tetapi tidak mengaitkan dengan
nonpolar; sedangkan air bersifat polar. sifat senyawanya. Temuan tersebut sejalan
Penjelasan lain yang dikemukakan dengan hasil penelitian Jansoon et al. (2009)
mahasiswa di antaranya molekul-molekul di Thailand, yang menunjukkan mahasiswa
formaldehida tidak dapat membentuk ikatan kurang mampu mengaitkan ketiga level
hidrogen dengan molekul-molekul air. kimia untuk menjelaskan fenomena
Miskonsepsi tersebut terjadi karena over makroskopis kimia pada level
generalization. Tidak semua molekul submikroskopis dan simbolik.
simetris bersifat non polar, misalnya Kedua, sebanyak 97,30% maha-siswa
molekul-molekul air. Hanya molekul- menyatakan tidak pernah melakukan
molekul linier yang simetris, misalnya CO2, praktikum Kimia Organik di SMA. Kondisi
bersifat nonpolar. Polaritas tidak berkaitan itu menunjukkan guru kurang memberikan
dengan kesimetrisan molekul, tetapi ruang dan waktu kepada siswanya untuk
ditentukan oleh momen dipolnya, yaitu mengamati langsung level makroskopis
jumlah vektor seluruh momen ikatan dalam sebagai dasar dalam mempelajari kimia pada
molekul. level submikroskopis dan simbolik.
Distribusi tertinggi berkaitan dengan Akibatnya, siswa tidak mampu membangun
tidak ada jawaban (37,84%) terjadi pada interkoneksi ketiga level Kimia Organik
kestabilan isomer geometri (cis/trans) pada tersebut.
senyawa 2-butena. Kondisi itu terjadi karena Ketiga, guru tidak pernah
mahasiswa tidak bisa menggambar struktur memperkenalkan struktur molekul senyawa
molekul kedua senyawa tersebut dan lupa organik dengan menggunakan alat bantu,
prinsip penentuan stabilitas senyawa misalnya molymod. Akibatnya, mahasiswa
359
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2
360
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2
361