You are on page 1of 15

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 8, No.

2,
Tahun 2019. Program Studi Kimia. FKIP. Universitas
Lampung https://jurnal.fkip.unila.ac.id/

Pengaruh Isu Sosio-Saintifik dalam Meningkatkan


Keterampilan Proses Sains pada Materi
Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

Bella Nur Farida*, Sunyono, Tasviri Efkar


FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1
* email: bellafarida17@gmail.com, Telp:+6282278345586

Received: July 22, 2019 Accepted: July 24, 2019 Online Published: July 26, 2019

Abstract: The Effect of Socio-Scientific Issues in Improving Science Process Skill on


Electrolyte and Non-Electrolyte Solutions Topics. This research was aimed to
describe the effect of socio-scientific issues on improving science process skills.
The method used was quasi-experiment with pretest-postest control group design.
The samples were the students from one of senior high school in Bandar Lampung,
X MIA 4 as experiment class and X MIA 3 as control class, cluster random sampling
technique was used in determining the samples. The effect of socio-scientific issues
was analyzed using the difference between two average tests and the effect size test.
The results of the research show that the science process skills of students in the
experiment class were higher than in the control class. The effect size of socio-
scientific issues as a "large" category. In conclusion, socio-scientific issues had
large and positive effects on improving students’ science process skills on
electrolyte and non-electrolyte solutions topics.

Keywords: science process skills, socio-scientific issues,


electrolyte and non-electrolyte solutions.

Abstrak:Pengaruh Isu Sosiosaintifik dalam Meningkatkan Keterampilan Proses


Sains pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan pengaruh pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini menggunakan metode
quasi eksperiment dengan desain penelitian pretest-posttest control group.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling didapatkan kelas X
MIA 4 sebagai kelas eksperimen dan X MIA 3 sebagai kelas kontrol. Pengaruh
pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik dianalisis menggunakan uji perbedaan dua
rata-rata dan uji effect size. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan proses sains
siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Ukuran pengaruh
pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik berkategori “besar”. Kesimpulannya,
pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik berpengaruh besar dan positif dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi larutan elektrolit dan
non elektrolit.

Kata Kunci: keterampilan proses sains, isu sosiosaintifik, larutan


elektrolit dan non-elektrolit.
335| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

PENDAHULUAN Pembelajaran kimia umumnya guru


hanya memberikan materi dan latihan
Kimia merupakan salah satu
soal tanpa mengaitkan materi kimia
cabang dariIlmu Pengetahuan Alam.
yang dipelajari dengan masalah yang
Ilmu pengetahuan alam berkaitan
akrab dengan siswa dikehidupan
dengan cara mencari tahu tentang
sehari-hari. Kesulitan siswa tersebut
gejala alam secara sistematis.Ilmu
menyebabkan rendahnya pemahaman
pengetahuan alam berkaitan dengan
siswa sehingga nilai yang diperoleh
cara mencari tahu tentang gejala alam
siswa pada mata pelajarankimia
secara sistematis, sehingga IPA bukan
cenderung rendah (Sunyono, 2009).
hanya penguasaan kumpulan
Rendahnya pemahaman dan nilai yang
pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
diperoleh siswa pada mata pelajaran
konsep-konsep, maupun prinsip-
kimia disebabkan oleh banyak faktor.
prinsip saja tetapi juga merupakan
Salah satu faktor yang berperan dalam
suatu proses penemuan. Pendidikan
keberhasilan
IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk
pembelajaran kimia adalah
mempelajari diri sendiri dan alam
keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains
sekitar, serta prospek pengembangan
merupakan semua keterampilan yang
lebih lanjut dalam menerapkannya
diperlukan untuk memperoleh,
dalam kehidupan sehari-hari BSNP
mengembangkan, dan menerapkan
(dalam Efendi, 2012).
konsep-konsep, prinsip-prinsip,
Pembelajaran kimia saat ini bukan
hukum-hukum, dan teori-teori sains,
hanya menenkankan pada pemahaman baik berupa keterampilan mental,
konsep saja, namun siswa keterampilan fisik (manual), maupun
juga saat ini untuk dapat keterampilan sosial (Nugraha, 2005).
meningkatkan suatu keterampilan Pembelajaran kimia dapat
untuk memecahkan suatu masalah tercipta melalui interaksi aktif siswa
yang ada kaitannya dengan sains di dengan teman sejawat, guru, buku,
kehidupan sehari-hari. Jadi, sumber-sumber belajar yang
keberhasilan dari pembelajaran kimia relevan,dan alam sekitarnya (Amri
lebih bermakna apabila hasil yang dan Ahmadi, 2010), maka
diperoleh dari suatu pembelajaran pembelajaran kimia seharusnya
dapat langsung di terapkan dalam diarahkan kepada keterlibatan siswa
kehidupan sehari-hari. secara aktif dengan lingkungannya
Mempelajari ilmu kimia memberikan melalui percobaan. Dalam melakukan
ekperimen atau percobaan ini siswa
manfaat yang sangat besar bagi manusia,
dapat mengembangkan keterampilan
karena hampir semua aspek dalam proses sains seperti merumuskan
kehidupan sehari-hari berhubungan hipotesis, melakukan percobaan,
dengan ilmu kimia (observasi) pengambilan data, dan
contohnya seperti makanan, mengkomunikasikan hasil percobaan/
eksperimen secara lisan dan tertulis
minuman, pakaian,obat-obatan,
(Abrari, Meti dan Riezky, 2012).
perumahan, kendaraan, dan
Menurut Esler dan Esler (dalam
sebagainya (Sujana, Sopandi dan
Laili, 2016) keterampilan proses sains
Mudzakir 2014).
dikelompokkan menjadi dua, yaitu
Kimia dianggap sebagai salah
keterampilan proses sains dasar
satu mata pelajaran yang sulit
dipahami oleh siswa, karena dalam
336| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

dan keterampilan proses sains Salah satu cara untuk mengatasi


terintegrasi. Keterampilan proses permasalahan ini adalah dengan
sains dasar siswa yaitu terdiri dari memperbaiki dan meningkatkan
mengamati, inferensi, mutu dalam proses pembelajaran
mengelompokkan, menafsirkan kimia di kelas (Rakhmawan,
(interpretasi), menyimpulkan dan Setiabudi dan Mudzakir, 2015).
berkomunikasi. Keterampilan proses Menurut Khishfe (dalam Putri,
sains terintegrasi yaitu mengajukan 2015), salah satu pendekatan yang
pertanyaan, merumuskan masalah, dapat digunakan untuk menunjang
membuat hipotesis, penyelidikan, pembelajaran adalah melalui isu
membuat alat/bahan dan menerapkan sosiosaintifik. Pembelajaran dengan
konsep. SSI (Socioscientific Issues) baik
Berdasarkan dari hasil
diterapkan, karena pada
penelitian yang dilakukan oleh pembelajaran dengan SSI
Hariyani (2014) menunjukkan melibatkan permasalahan atau isu-
bahwa keterampilan proses sains isu yang berkembang di masyarakat
kelas X dalam merumuskan yang berkaitan erat dengan sains.
masalah, membuat hipotesis, dan Contoh masalah yang dekat dengan
membuat kesimpulan pada materi kehidupan sehari-hari yangdapat
larutan elektrolit dan non elektrolit diangkat adalah mengenai dampak
dikategorikan kurang terampil. penggunaan alat setrum yang
Rendahnya keterampilan digunakan untuk menangkap belut.
proses sains siswa disebabkan Masalah ini berkaitan dengan materi
karena selama proses pembelajaran, kimia yaitu pada materi larutan
tidak semua guru membimbing elektrolit dan non elektrolit yang
siswa cara membuat hipotesis,
berkaitan dengan sosial dan sains.
merumuskan masalah, menentukan
Penelitian Putriana (2018)
variabel danmembuat kesimpulan.
menunjukkan bahwa pembelajaran
Selain itu, metode yang sering
menggunakan isu sosiosaintifik
digunakan oleh guru dalam proses
mampu meningkatkan literasi kimia
pembelajaran yaitu metode ceramah
dan metakognisi siswa pada materi
tanpa mengikut sertakan siswa
larutan elektrolit dan non elektrolit.
untuk melatih keterampilan proses
Penelitian yang dilakukan oleh
sainsnya (Puspita, 2014).
Pambudi (2018) juga menunjukkan
Hal ini didukung dari hasil
bahwa pembelajaran menggunakan
penelitian yang dilakukan oleh
isu sosiosaintifik mampu
Fauziah (2015) bahwa pembelajaran
meningkatkan literasi kimia dan
kimia di sekolah masih banyak
efikasi diri siswa pada materi larutan
menggunakan metode ceramah dan
elektrolit dan non elektrolit, namun
kegiatan pembelajaran yang lebih pada keterampilan proses sains
berpusat kepada guru sehingga siswa belum diteliti oleh Putriana
siswa kurang berperan aktif dalam dan Pambudi oleh karena itu maka
kegiatan pembelajaran. dilakukan penelitian dengan tujuan
Berdasarkan pada hal tersebut mendeskripsikan “Pengaruh
diatas, maka perlu adanya upaya Pembelajaran Berbasis Isu
untuk dapat mengatasi permasalahan Sosiosaintifik Dalam Meningkatkan
yang ada pada pembelajaran kimia. Keterampilan Proses Sains Siswa
337| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

Pada Materi Larutan elektrolit jenis LKPD. Instrumen yang


dan Non-Elektrolit”. digunakan pada penelitian yaitu
soal tes keterampilan proses sains
METODE PENELITIAN pada materi larutan elektrolit dan
non elektrolit yang terdiri dari 8
Populasi dan Sampel pertanyaan dalam bentuk uraian,
Populasi pada penelitian ini data aktivitas siswa dan dengan
adalah seluruh siswa kelas X MIA lembar observasi keterlaksanaan
(Matematika dan Ilmu Alam) tahun pembelajaran isu sosiosaintifik.
pelajaran 2018/2019 yang tersebar
dalam lima kelas. Sampel diambil
Teknik Analisis Data
secara acak dengan teknik cluster
Analisis yang dilakukan
random sampling, sehingga
pada penelitian ini adalah analisis
mendapatkan 2 (dua) kelas penelitian
penelitian sebagai sampel, yaitu kelas
validitas dan reliabilitas instrumen
X MIA 4 yang terdiri dari 29 siswa penelitian, analisis keterlaksanaan
sebagai kelas eksperimen dan kelas X pembelajaran menggunakan isu
MIA 3 yang terdiri dari 30 siswa sosiosaintifik dalam meningkatkan
sebagai kelas kontrol. keterampilan proses sains
siswa dan analisis ukuran
Metode dan Desain Penelitian pengaruh (effect size).
Pada penelitian ini digunakan Validitas dan reliabilitas
metode penelitian kuasi eksperimen dianalisis menggunakan software
dengan Pretest Posttest Control SPSS 23.0 instrumen dianalisis
Group Design (Fraenkel dan Wallen, berdasarkan perbandingan nilai
2012). Pada desain penelitian ini
rhitung dan rtabel dengan n sebesar
melibatkan perbedaan nilai pretes
maupun postes pada kelas yang 20 dan taraf signifikan sebesar
diteliti. Kelas eksperimen diberikan 5%, sehingga diperoleh nilai rtabel
perlakuan berupa pembelajaran sebesar 0,4438. Reliabilitas
dengan menggunakan isu ditentukan dengan menggunakan
sosiosaintifik pada materi larutan rumus Alpha Cronbach yaitu
elektrolit dan non-elektrolit, dan dengan membandingkan nilai r11
perlakuan untuk kelas kontrol berupa
dan rtabel.Instrumen tes dikatakan
pembelajaran tanpa menggunakan isu
reliabel jika nilai r11≥ rtabel.
sosiosaintifik pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit. Keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan isu
sosiosaintifik dapat diukur melalui
Perangkat Pembelajaran dan
Instrumen Penelitian penilaian terhadap keterlaksanaan
Perangkat pembelajaran yang RPP yang memuat unsur-unsur
digunakan pada penelitian ini adalah pembelajaran SSI berdasarkan
Silabus materi larutan elektrolit dan rumus menurut Sudjana (2005) :
non-elektrolit, RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) berbasis %Ji= ×100% (Sudjana, 2005).
isu sosiosaintifik pada materi larutan Keterangan, %Ji adalah
elektrolit dan non elektrolit dan 2 persentase dari skor
ideal pada
338| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

pertemuan ke-i, ∑Ji adalah jumlah n-Gain Kriteria


skor setiap aspek pengamatan pada > 0,7 Tinggi
pertemuan ke-I dan N adalah skor 0,3 < n-Gain = 0,7 Sedang
maksimal. Selanjutnya, menghitung n-Gain ≤ 0,3 Rendah
rata-rata persentase ketercapaian
untuk setiap aspek pengamatan dari Setelah itu dilakukan uji
perbedaan dua rata-rata
dua orang pengamat, serta
menggunakan SPSS versi 23.0
menafsirkan data keterlaksanaan dengan melihat nilai signifikansi.
pembelajaran dengan tafsiran Sebelum dilakukan uji perbedaan
persentase ketercapaian dua rata-rata maka dilakukan uji
normalitas dan homogenitas.
pelaksanaan pembelajaran menurut Uji normalitas dimaksudkan
Arikunto (2006) seperti pada Tabel 1. untuk meyakinkan bahwa sampel
benar-benar berasal dari populasi
Tabel 1. Kriteria ketercapaian yang berdistribusi normal. Uji
pelaksanaan pembelajaran homogenitas untuk meyakinkan
Persentase Kriteria bahwa sampel memiliki varians yang
80,1%-100% Sangat tinggi homogen (Sudjana, 2005). Apabila
60,1%-80% Tinggi data yang diperoleh berdistribusi
40,1%-60% Sedang normal dan varians homogen, maka
20,1%-40% Rendah dilakukan uji perbedaan dua rata-rata
0,0%-20% Sangat rendah (uji-t), yaitu uji independent sample
test dengan menggunakan nilai n-Gain
Aktivitas siswa selama dari kedua kelas. Kriteria pengujian
pembelajaran diukur menggunakan
adalah terima H0jika nilai sig (2-tailed)
lembar observasi oleh observer.
<0,05 yang berarti bahwa rata-rata nilai
Analisis deskriptif terhadap aktivitas
n-Gain keterampilan proses sains
siswa dalam pembelajaran
pada kelas eksperimen lebih tinggi
menggunakan tafsiran harga
daripada rata-rata n-Gain keterampilan
persentase menurut Ratumanan
proses sains pada kelas kontrol, tolak
(2006) pada Tabel 2.
H0 jika sebaliknya. Uji ukuran
Tabel 2. Kriteria aktivitas siswa pengaruh (effect size) digunakan
Persentase Kriteria untuk mengetahui seberapa besar
80,1%-100% Sangat tinggi pengaruh
60,1%-80% Tinggi perlakuan terhadap sampel penelitian.
40,1%-60% Sedang Sebelum menghitung effect size,
20,1%-40% Rendah terlebih dahulu dicari nilai t yang
0,0%-20% Sangat rendah diperoleh dari uji independent sample
test pada nilai pretes dan nilai postes
Peningkatan keterampilan menggunakan rumus sebagai berikut :
proses sains siswa ditunjukkan
melalui nilai n-Gain, yaitu selisih
antaraskor postes dan skor pretes
µ (Jahjouh, 2014).
dan dihitung berdasarkan rumusan
2
menurut Hake (2012) dengan kriteria Keterangan µ adalah effect
seperti pada Tabel 3 berikut : 2
size, t adalah kuadrat t hitung dari
Tabel 3. Kriteria Skorn-Gain uji-t, df adalah derajat kebebasan.
339| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

Setelah diperoleh effect size, Uji reliabilitas soal tes


kemudian menginterpretasikan nilai keterampilan proses sains
tersebut dengan kriteria effect size menunjukkan nilai Alpha Cronbach
menurut Dincer (2015) pada Tabel 4. (r11) sebesar 0,773 dan
menunjukkan bahwa nilai r11 ≥ rtabel,
Tabel 4. Kriteria Effect Size sehingga instrumen dinyatakan
Effectsize(μ) Kriteria
reliabel. Berdasarkan uji validitas
μ ≤ 0,15 Sangat kecil
0,15 < μ ≤ 0,40 Kecil dan reliabilitas, soal tes
0,40 < μ ≤ 0,75 Sedang keterampilan proses sains adalah
0,75 < μ ≤ 1,10 Besar valid dan reliabel sehingga layak
μ > 1,10 Sangat besar digunakan untuk mengukur
keterampilan proses sains siswa.
HASILDAN PEMBAHASAN
Analisis Keterlaksanaan
Validitas danReliabilitas Pembelajaran Isu Sosiosaintifik
Berdasarkan perhitunganyang Kemampuan guru dalam
telah dilakukan terhadap instrumen mengelola pembelajaran diukur
tes, hasil analisis validitas menggunakan Lembar Observasi
instrumen soal tes keterampilan Keterlaksanaan Guru dalam
proses sains siswa disajikan pada pengelolaan pembelajaran berbasis
Tabel 5 sebagai berikut : isu sosiosaintifik. Penilaian lembar
observasi ini dilakukan oleh dua
Tabel 5. Uji validitas soal tes orang observer selama proses
keterampilan proses sains pembelajaran berlangsung. Adapun
Soal rhitun rtabel Keteranga persentase keterlaksanaan
g n pembelajaran isu sosiosaintifik
1 0,896 0,4438 Valid
2 0,788 0,4438 Valid dapat dilihat pada Tabel 6.
3(a) 0,683 0,4438 Valid Berdasarkan data hasil
3(b) 0,557 0,4438 Valid observasi keterlaksanaan
4 0,685 0,4438 Valid pembelajaran berbasis isu
5 0,733 0,4438 Valid
6 0,645 0,4438 Valid sosiosaintifik yang diperoleh, rata-
7 0,625 0,4438 Valid rata persentase pembelajaran pada
kelas eksperimen pada pertemuan
Berdasarkan data pada Tabel 5, pertama dan pertemuan kedua yang
terlihat bahwa 8 butir soal membahas LKPD 1 dengan
pretes/postes keterampilan proses persentase rata-rata keterlaksanaan
sains memiliki rhitung lebih besar dari pembelajaran isu sosiosaintifik
masuk dalam kriteria “tinggi” dan
nilairtabel (rhitung> rtabel). Hal tersebut
pada pertemuan ketiga yang
menunjukkan bahwa soal membahas LKPD 2 dengan
pretes/postes keterampilan persentase rata-rata keterlaksanaan
proses sains adalah valid pada pembelajaran masuk dalam kriteria
materi larutan elektrolit dan non “sangat tinggi”.
elektrolit dan dapat digunakan Tabel 6. Persentase keterlaksanaan
sebagai instrumen pengukuran
isu sosiosaintifik
keterampilan proses sains.
Pertemuan Pengamatan
Persentase
340| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

1 Kegiatan 78,12% mengkondisikan kelas karena siswa


Pendahuluan belum terbiasa dengan pembelajaran
Scientific 75,00% berbasis isu sosiosaintifik yang
background
sedang digunakan. Siswa masih sulit
2 Evaluation of 78,12%
Information untuk memahami bahwa materi
Local, 81,25% larutan elektrolit dan non elektrolit
National and yang dekat dengan kehidupan dan
Global
lingkungan sosialnya. Beberapa siswa
Dimension
Decision 87,50% sudah berani untuk menyampaikan
Making pendapatnya namun belum disertai
Penutup 75,00% dengan alasan yang mendukung
Pengelola 83,37% pendapatnya tersebut serta interaksi
Waktu
Skor 79,90% antara guru dan siswa masih kurang.
3 Kegiatan 84,37% Pada pertemuan ini siswa sudah aktif
pendahuluan dalam melakukan percobaan dan
Scientific 81,25% mengikuti arahan dari guru.
background
Evaluation of 87,50%
Information Pada pertemuan kedua,
Local, kondisi kelas sudah kondusif dan
National and 81,25% sudah mulai terbiasa dengan
Global pembelajaran berbasis isu
Dimension
sosiosaintifik yang digunakan.Siswa
Decision 81,25%
Making sudah mulai berani menyampaikan
Penutup 81,25% pendapatnya.
Pengelola 96,87% Pada pertemuan ketiga, siswa
Waktu terlibat aktif dalam setiap proses
Skor 84,33% pembelajaran seperti, siswa yang
Rata-rata
keseluruhan 82,11% menyampaikan pendapat meng-
pertemuan gunakan bahasa yang santun dan
Kategori Sangat mudah dipahami ketika menyanggah
Tinggi pendapat/jawaban dari kelompok lain
terkait dengan LKPD yang sedang
Secara keseluruhan persentase
dibahas dan memberikan solusi untuk
keterlaksanaan pembelajaran berbasis
isu sosiosaintifik yang sedang
isu sosiosaintifik pada kelas
dibahas. (Murezhawati, Hairida dan
eksperimen mengalami peningkatan
Melati2017) yang menyatakan bahwa
pada setiap pertemuannya.
guru memiliki peran penting sebagai
Berdasarkan kriteria tersebut maka
pendidik menentukan keberhasilan
dapat dinyatakan bahwa
suatu proses pembelajaran
pembelajaran berbasis isu
menciptakan
sosiosaintifik pada kelas eksperimen
sudah terlaksana dengan baik. Pada
kondisi dansituasi yang
kelas eksperimen yang diberikan
memungkinkan siswa membentuk
makna dari bahan-bahan pelajaran
pembelajaran berbasis isu
melalui suatu proses belajar. Juhji
sosiosaintifik yaitu kelas X MIA 4,
(2016) menyatakan bahwa
pada pertemuan pertama, masih
kemampuan guru dalam mengelola
terjadi kesulitan dalam
341| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

pembelajaran sangat diperlukan, tinggi”. Peningkatan aktivitas siswa


dimana tidak hanya berpengaruh ditunjukkan dengan terjadinya
pada hasil belajar siswa saja, tetapi peningkatan aktivitas siswa disetiap
dapat juga berpengaruh terhadap pertemuan pada kelas eksperimen
keterampilan proses siswa. Hal ini yang menggunakan pembelajaran
sejalan dengan penelitian Pambudi berbasis isu sosiosaintifik.
(2018), pembelajaran menggunakan
isu sosiosaintifik mampu Analisis Data Keterampilan
meningkatkan literasi kimia dan Proses Sains
Keterampilan proses sains
efikasi diri siswa pada materi larutan
siswa diukur menggunakan soal
elektrolit dan non elektrolit.
pretes-postes tentang materi larutan
elektrolit dan non elektrolit yang
Analisis Data Penilaian diberikan kepada seluruh siswa kelas
Aktivitas Siswa X MIA 3 dan X MIA 4. Berikut hasil
Analisis penilaian terhadap
keterampilan proses sains ini perhitungan dan persentase
dilakukan pada kelas eksperimen yaitu ketercapaian setiap indikator
pada kelas X MIA 4 yang keterampilan proses sains siswa
menggunakan pembelajaran berbasis pada kelas X MIA 4 (kelas
isu sosiosaintifik untuk melihat eksperimen) pada Gambar 2.
peningkatan aktivitas siswa dalam 3
pertemuan. Peningkatan aktivitas 25 24%
Proses Sains

siswa ditunjukan pada Gambar 1. 18%


20
15
11% 10%
Keteram
pilan

82 81.42%
9%
AktivitasSiswa

10 8%
80
5
78 75.74%
0 persentase

76
Rata -Rata

Persentase Indikator

74 73.75%
persentase
mengamatiinferensimengelompokkaninterpretasime

72
nyimpulkanmengkomunikasikan
Persen

68
tase

70

Gambar 2. Persentase ketercapaian


indikator keterampilan
proses sains pada
Gambar 1.Persentase rata-rata kelas eksperimen
aktivitas siswa Berdasarkan pada Gambar
Persentase rata-rata aktivitas 2, terlihat bahwa persentase paling
siswa pada pertemuan pertama dan tinggi pada ketercapaian indikator
pertemuan kedua yang mempunyai proses sains siswa yaitu pada
kriteria “tinggi” dan pada pertemuan indikator mengelompokkan dan
ketiga mempunyai kriteria “sangat persentase paling rendah pada
342| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

ketercapaian indikator proses “mengelompokkan” ditandai dengan


sains siswa yaitu pada banyak siswa yang menjawab “benar”
indikator menyimpulkan. pada soal tes nomor 1 dan 3a dan
Berikut ini adalah hasil persentase ketercapaian indikator
perhitungan dan persentase paling rendah yaitu pada indikator
ketercapaian setiap indikator “menyimpulkan” ditandai dengan
proses sains siswa pada kelas banyak siswa yang menjawab “kurang
X MIA 3 (kelas kontrol) yang tepat” pada soal tes nomor 7.
disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan hal tersebut ketercapaian
keterampilan proses sains siswa telah
20 19% terlatih dengan baik pada indikator
15 13% mengelompokkan karena siswa banyak
Proses

menjawab benar dan siswa banyak


persentase
PersentaseIndikato

Sains

menjawab kurang tepat pada


rKeterampilan

10 6% indikator menyimpulkan, ini


5 7%6% 5%
membuktikan bahwa pada
indikator menyimpulkan belum
0 terlatih dengan baik pada siswa.
Peningkatan keterampilan proses
sains ditunjukkan melalui skor n-Gain.
Adapun rata-rata nilai pretes dan
postes keterampilan proses sains
siswa disajikan dalam Gambar 4.

100 84.80
prets-postes

Gambar 3. Persentase ketercapaian 80 Pretes


indikator keterampilan 57.50
60 Postes
proses sains pada
40 35.93 37.50
kelas kontrol
Rata -rata

Berdasarkan pada Gambar 3, 20


terlihat bahwa persentase paling 0
tinggi pada ketercapaian indikator Kontrol Eksperimen
proses sains siswa yaitu pada
indikator mengelompokkan dan Gambar 4. Rata-rata nilai pretes dan
persentase paling rendah postes keterampilan
ketercapaian indikator keterampilan proses sains.
proses sains siswa yaitu pada Berdasarkan Gambar 4,
indikator menyimpulkan. terlihat bahwa rata-rata keterampilan
Berdasarkan pada Gambar 2 proses sains setelah pembelajaran
dan Gambar 3 baik di kelas lebih tinggi daripada sebelum
eksperimen maupun kelas kontrol, pembelajaran baik pada kelas
persentase ketercapaian indikator eksperimen maupun kelas kontrol. .
keterampilan proses sains paling Perbedaan rata-rata nilai pretes dan
tinggi yaitu pada indikator postes pada kelas kontrol dan kelas
343| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

eksperimen menunjukkan bahwa


terdapat peningkatan keterampilan Tabel 7. Uji normalitas
proses sains pada masing-masing Nilai sig.
kelas. Adanya peningkatan Data Kelas Kelas
eksperimen kontrol
keterampilan proses sains siswa di
Pretes 0,200 0,111
kelas eksperimen dan kelas kontrol Postes 0,059 0,089
digambarkan dengan rata-rata n-Gain n-Gain 0,200 0,172
keterampilan proses sains yang
disajikan pada Gambar 5 berikut. Berdasarkan data pada Tabel
7, terlihat bahwa nilai signifikansi
0.8 0.76% yang diperoleh pada uji normalitas
0.7 data keterampilan proses sains siswa
Gai
n-

lebih besar dari 0,05 (>0,05) baik pada


0.5

0.6 n-Gain
0.4 0.34% kelas eksperimen maupun kelas
-rata

kontrol. Berdasarkan kriteria uji maka


0.3
0.2 terima H0 dan tolak H1, yang
at
R

0.1 menunjukkan data pretes, postes, dan


0
n-Gain keterampilan proses sains
siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol berasal dari populasi
yang berdistribusi normal Uji
homogenitas data keterampilan
Gambar 5. Rata-rata n-Gain proses sains kelas eksperimen dan
keterampilan kelas kontrol disajikan pada Tabel 8.
proses sains
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas
Berdasarkan Gambar 5, Keterampilan Proses Sains
menunjukkan rata-rata n-Gain
keterampilan proses sains siswa Nilai sig. Kriteria Uji
pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada rata-rata n-Gain Pretes 0,969 Homogen

keterampilan proses sains siswa Postes 0,059 Homogen


n-Gain 0,121 Homogen
kelas kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan isu
sosiosaintifik pada kelas Berdasarkan Tabel 8, terlihat
eksperimen dapat meningkatkan bahwa nilai signifikansi dari pretes,
keterampilan proses sains siswa postes dan n-Gain yang diperoleh
lebih baik dibandingkan pada uji homogenitas data
pembelajaran tanpa menggunakan keterampilan proses sains siswa di
isu sosiosaintifik pada kelas kontrol.
kelas eksperimen dan kelas kontrol
lebih besar dari 0,05. Berdasarkan
Pengujian Hipotesis
Hasil uji normalitas data kriteria uji maka terima H0 dan tolak
keterampilan proses sains siswa H1, yang berarti berdasarkan hasil
pada kelas eksperimen dan kelas pengujian tersebut dapat diketahui
kontrol ditunjukkan pada Tabel 7.
344| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

bahwa kedua sampel berasal Berdasarkan Tabel 10, terlihat


dari varians yang homogen. bahwa nilai T pada kelas eksperimen
Hasil uji perbedaan dua rata- lebih besar dari kelas kontrol. Nilai ini
yang kemudian digunakan untuk
rata n- Gain keterampilan proses
menghitung effect size. Berdasarkan
sains diperoleh nilai signifikansi uji effect size yang telah dilakukan,
sebesar 0,00. Nilai signifikansi yang diperoleh hasil bahwa pada kelas
diperoleh kurang dari 0,05 pada Uji-T eksperimen 97% peningkatan
pada n-Gain keterampilan proses keterampilan proses sains siswa
dengan kriteria “besar” dipengaruhi
sains. Adapun hasil uji perbedaan
oleh pembelajaran berbasis isu
dua rata-rata pretes-postes kelas sosiosaintifik dan untuk kelas kontrol
eksperimen dan kelas kontrol dapat diperoleh hasil 85% peningkatan
dilihat pada Tabel 9. keterampilan proses sains siswa
dengan kriteria
Tabel 9. Uji perbedaan dua rata-rata “besar” dipengaruhi oleh
sig.( pembelajaran.
2- Berdasarkan hal tersebut
kelas data Df Nilai t taile
dapat disimpulkan bahwa
d)
pembelajaran pembelajaran berbasis
Eksperimen n- 57 25,450 0,00
isu sosiosaintifik berpengaruh lebih
Kontrol Gain
besar dalam peningkatan
keterampilan proses sains siswa
Berdasarkan Tabel 9, telah
ditandai dengan nilai effect size
diketahui nilai t pada kelas kontrol pada kelas eksperimen lebih tinggi
dan kelas eksperimen, dimana nilai t daripada nilai effect size pada kelas
ini yang selanjutnya akan digunakan kontrol yang tanpa menggunakan
untuk perhitungan effect size pada pembelajaran berbasis isu
kelas kontrol dan kelas eksperimen. sosiosaintifik atau
pembelajaran konvensional
Hasil penelitian ini relevan
Effect Size (Ukuran Pengaruh)
dengan hasil penelitian yang
Uji effect size dilakukan
dilakukan Putriana (2018), bahwa
untuk mengetahui seberapa besar
pembelajaran dengan menggunakan
pengaruh pembelajaran yang
isu sosiosaintifik mampu
dilaksanakan pada kelas eksperimen meningkatkan literasi kimia dan
dan kelas kontrol. Hasil uji effect size metakognisi siswa dengan ukuran
untuk data keterampilan proses pengaruh dengan kriteria “besar”
sains siswa disajikan pada Tabel 10. pada materi larutan elektrolit dan
Tabel 10. Perhitungan effect size non-elektrolit. Hal ini juga sejalan
Kelas Nilai Effect Kriteria dengan penelitian Pambudi (2018),
T Size pembelajaran menggunakan isu
Eksp. 32,201 0,97 Besar sosiosaintifik mampu meningkatkan
Kontrol 12,324 0,85 Besar
literasi kimia dan efikasi diri siswa
345| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

pada materi larutan elektrolit dan Inovatif dalam Kelas.


dan non-elektrolit. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar
SIMPULAN Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Berdasarkan hasil analisis Dincer, S. 2015. Effect of
data dan pembahasan dari penelitian Computer Assisted Learning
yang telah dilakukan, maka dapat on Students’ Achievement in
disimpulkan bahwa pembelajaran Turkey: a Meta-Analysis.
berbasis isu sosiosaintifik Journal of Turkish Science
berpengaruh dalam meningkatkan Education, 12(1): 99-118.
keterampilan proses sains siswa pada Efendi, A K. 2012. Efektivitas
kelas eksperimen. Indikator keterampilan Model Pembelajaran Inquiry
proses sains siswa yang paling mudah Terbimbing Dalam
ditingkatkan dengan baik yaitu pada Meningkatkan Keterampilan
indikator mengelompokkan dan indikator Mengkonstruksi Argumen dan
yang sulit untuk ditingkatkan yaitu Memberikan Alasan Pada
indikator menyimpulkan. Pada kelas Materi Hidrolisis Garam.
eksperimen yang menggunakan
Skripsi. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia, Volume
pembelajaran berba isu
1(1).
sosiosaintifik ,indikator-indikator
Fauziah, N., Sunyono, & Efkar, T.
keterampilan proses sains meningkat
2015. Penerapan Pembelajaran
dengan baik dibandingkan dengan Berbasis Multipel Representasi
peningkatan indikator-indikator SiMaYang Tipe II untuk
keterampilan proses sains pada kelas Menumbuhkan Model Mental
kontrol. Ukuran pengaruh pembelajaran dan Penguasaan Konsep
isu sosiosaintifik dalam meningkatkan Larutan Elektrolit dan Non-
keterampilan proses sains siswa pada elektrolit Siswa. Jurnal
materi larutan elektrolit dan non Pendidikan dan Pembelajaran
Kimia, (1): 172-183.hysic
elektrolit memiliki kategori “besar”.
Fraenkel, J. R. and Wallen, N. E.
2008. How to Design and
Evaluate Research in
DAFTAR RUJUKAN
Education. New York:
McGraw-Hill Inc.
Abrari, N.A.I., Meti, I., & Riezky,
Hake, R.R. 2002. Relationship of
M.P. 2012. The Influence of
Indiviual Student Normalized
Guided Discovery Learning Learning Gains in Mathematics
Methods Towards Science with Gender, High School,
Skills Process in Class X of Physics , and Pre Test Score in
SMA Negeri 1 Teras Boyolali Mathematics and Spatial
in Academic Year 2011/2012. Visualization. Physics
Jurnal Pendidikan Biologi, Education Research
4(2): 421-428. Conference
Amri, S., dan Ahmadi, I.K. 2010. Hariyani, C., Masriadi, & Sartika,
Proses Pembelajaran Kreatif R.P. 2014. Deskripsi
Keterampilan Proses Sains
346| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

Siswa Kelas X SMK Negeri Larutan Elektrolit dan Non


1 Pontianak. Jurnal Elektrolit. Jurnal Pendidikan
Pendidikan dan dan Pembelajaran, 2(2).
Pembelajaran, 5(12): 16-28. Puspita, D. R. 2014. Deskripsi
Jahjuoh, Y. M. 2014. The Keterampilan Proses Sains
Effectiveness of Blended E- Siswa melalui Metode
Learning Forum in Planning Praktikum Materi Larutan
for Science Instruction. Penyangga Kelas XI MIA.
Journal of Turkish Science Jurnal Pendidikan Kimia
Education, 11(4): 3-16. Jurusan Pendidikan
Juhji. 2016. Peningkatan Matematika dan Ilmu
Keterampilan Proses Sains Pengetahuan Alam
Siswa melalui Pendekatan Universitas Tanjungpura
Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pontianak, 4(1): 56-60.
Penelitian dan Pembelajaran Putri, C. D. S. 2015. Pengaruh
IPA, 2 (1): 58-70. Pembelajaran Berbasis
Laili, I., 2016. Pengembangan Hakikat Sains terhadap
Assesmen Keterampilan Pengambilan Keputusan dan
Proses Sains pada Materi Pandangan Siswa tentang
Larutan Penyangga. Jurnal Hakikat Sains Melalui Isu
Pendidikan dan Sosiosaintifik. (Skripsi).
Pembelajaran Kimia, Bandung: UPI.
4(3): 1097-1100. Putriana. 2018. Pengaruh
Murezhawati, E., Penggunaan Isu
Hairida, dan Sosiosaintifik Dalam
Melati, H.A. 2017. Meningkatkan Literasi Kimia
Peningkatan Keterampilan dan Metakognisi Siswa Pada
Proses Sains SMA dengan Materi Larutan Elektrolit dan
Model Pembelajaran Predict- Non Elektrolit. Jurnal
Observe-Explain Materi Pendidikan dan
Hidrolisis Garam. Jurnal Pembelajaran, 2(2).
Pendidikan dan Rakhmawan, A., Setiabudi, A., dan
Pembelajaran, 6(8) : 1-11 Mudzakir, A. 2015.
Nugraha, A.W. Perancangan Pembelajaran
2005.Penerapan Literasi Sains Berbasis Inkuiri
Pendekatan Keterampilan pada Kegiatan Laboratorium.
Proses IPA pada Jurnal Penelitian dan
Praktikum Kimia Fisika II Pembelajaran IPA, 1(1):
di Jurusan Kimia FMIPA 143-152.
Ratumanan. 2006. Penilaian
UNIMED melalui Kegiatan Kinerja Siswa.
Praktikum Terpadu, Jurnal Yogyakarta: Pustaka
Penelitian Bidang Belajar.
Pendidikan, 11(2): 107-112. Sudjana, N. 2005. Metode
Statistika. Bandung:
Pambudi, F S . 2018. Pengaruh Transito.
Penggunaan Isu Sujana, A., Permanasari, A.,
Sosiosaintifik Dalam Sopandi, W., dan Mudzakir,
Meningkatkan Kemampuan A.
2014. Literasi Kimia
Literasi Kimia dan Efikasi Mahasiswa PGSD dan
Diri Siswa Pada Materi Guru IPA Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 3(1): 5-11.
347| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia Universitas Lampung. Vol. 8 No. 2 (2019)

Sunyono, Wirya, I. W., Suyanto, E.,


dan Suyadi, G. 2009.
Identifikasi Tentang Masalah
Kesulitan dalam
Pembelajaran Kimia SMA
Kelas X di Propinsi
Lampung. Journal
Pendidikan MIPA, 10(2): 9-
18.

You might also like