You are on page 1of 10

MEDIA EKSAKTA Vol. 19 No.

2: xx-xx, Juni-November 2023

Media Eksakta
Journal available at: http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jme
e-ISSN: 2776-799x p-ISSN: 0216-3144

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR KIMIA SISWA


KELAS X MIPA SMA NEGERI 1 BANAWA PADA POKOK
BAHASAN STRUKTUR ATOM SELAMA MASA PANDEMI
COVID-19
(IDENTIFICATION OF LEARNING DIFFICULTIES IN CHEMISTRY IN CLASS X
MIPA STUDENTS OF SMA NEGERI 1 BANAWA ON THE SUBJECT OF ATOMIC
STRUCTURE DURING THE COVID-19 PANDEMIC)
*Novita Anggi 1
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Tadulako, Indonesia1
*e-mail: novita.a.abidjulu@gmail.com (corresponding author)

Article Info Abstract

Article History: Novita Anggi, 2016. Identification of Chemistry Learning Difficulties for Class X MIPA SMA
Received: Negeri 1 Banawa on the Subject of Atomic Structure During the Covid-19 Pandemic, Chemistry
Accepted: Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education,
Published: Faculty of Teacher Training and Education, Tadulako University, Palu. Advisor: Afadil

Keywords: This study aims to find out (1) In class X MIPA 1 SMAN 1 Banawa has a percentage of (1)
learning difficulties, Internal factor 63.08% with a moderately difficult category. (2) External Factors 63.6% with
atomic structure, quite difficult category. (2) In class X MIPA 1 SMAN 1 Banawa has a percentage of (1)
covid 19 pandemic Internal factors 68% in the difficult category. (2) External Factors 63.2% with quite difficult
category. (3) In class X MIPA 1 SMAN 1 Banawa has a percentage of (1) Internal factor 69.3%
in the difficult category. (2) External Factors 64.6% with quite difficult category. (4) In class X
MIPA 1 SMAN 1 Banawa has a percentage of (1) Internal factor 68.2% with quite difficult
category. (2) External Factors 62.7% with quite difficult category.

DOI :

PENDAHULUAN siswa mengalami kesulitan dalam materi elektrokimia.


Selanjutnya, penelitian Wulandari (2018) menyatakan
Ilmu kimia memiliki karakteristik berbeda dari
bahwa siswa mengalami kesulitan belajar kimia pada materi
ilmu lain di bidang sains, yang mana ilmu kimia secara utuh
hidrolisis garam. Maka dari itu, seharusnya proses
melibatkan tiga aspek kajian, yaitu makroskopis,
pembelajaran kimia harus melibatkan ketiga aspek kimia
submikroskopis dan simbolik. Menurut Coll & Taylor
agar tidak menyebabkan siswa kesulitan memahami konsep
(dalam Ristiyani & Evi, 2016) menyebutkan bahwa banyak
kimia, yang sifatnya abstrak pada khususnya. Selain itu,
penelitian yang menunjukkan terjadinya kesulitan belajar
guru harus mengaitkan materi di setiap konsep yang ada
siswa pada bagian memahami konsep kimia karena
sehingga pembelajaran lebih bermakna (Sirhan, 2007).
kekurangan kemampuan dalam menghubungkan aspek
makroskopis dengan mikroskopis. Hal tersebut dapat Kenyataan yang terjadi di sekolah pada proses
terlihat dalam penelitian, Akram, dkk. (2014) menyebutkan pembelajaran menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

1
MEDIA EKSAKTA Vol. 19 No. 2: xx-xx, Juni-November 2023

Media Eksakta
Journal available at: http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jme
e-ISSN: 2776-799x p-ISSN: 0216-3144

menganggap kimia itu sulit. Hal tersebut dikarenakan 12 Mei 2020 terdapat 17.514 kasus positif terkonfimasi
terdapat banyak materi perhitungan. Hal ini juga sejalan tersebar di 34 provinsi dan 415 kabupaten/kota (Gugus
dengan penelitian Ashadi (dalam Yakina & Raudhatul, Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia,
2017) bahwa ilmu kimia terlihat seperti tidak menarik dan 2020). Dampak yang ditimbulkan dari pandemi COVID-
ilmu yang sulit bagi siswa untuk dipelajari. Hal tersebut 19 telah mengubah berbagai aspek kehidupan manusia.
membuat siswa belajar dengan menerapkan metode
` Pandemic COVID-19 secara tiba-tiba
menghapal. Jika siswa belajar dengan metode tersebut maka
mengharuskan elemen pendidikan untuk mempertahankan
siswa memiliki kemampuan dalam menyajikan level hafalan
pembelajaran secara online. Kondisi saat ini mendesak
saja terhadap bahan materi yang diajar, namun
untuk melakukan inovasi dan adaptasi terkait pemanfaatan
kenyataannya mereka tidak atau kurang memahami materi
teknologi yang tersedia untuk mendukung proses
itu sendiri. Selain itu, proses belajar di sekolah selama ini
pembelajaran (Ahmed dkk, 2020). Praktiknya
dapat dikatakan kurang menarik, sehingga siswa merasakan
mengharuskan pendidik maupun peserta didik untuk
kejenuhan dan siswa kurang memiliki suatu minat untuk
berinteraksi dan melakukan transfer pengetahuan secara
mengikuti pelajaran di kelas yang pada akhirnya
online. Pembelajaran online dapat memanfaatkan platform
menyebabkan nilai hasil belajarnya menjadi rendah. Hal
berupa aplikasi, website, jejaring social maupun learning
tersebut sejalan dengan penelitian oleh Sunyono, dkk.
management system (Gunawan dkk, 2020).
(2009), hasil belajar siswa rendah dikarenakan umumnya
mereka mengalami kesulitan saat diberikan persoalan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
tentang reaksi-reaksi kimia dan perhitungan kimia. Oleh
oleh peneliti yaitu mewawancarai salah satu guru mata
karena itu, seharusnya guru memiliki suatu usaha untuk
pelajaran kimia, bahwa sistem pembelajaran di SMA Negeri
mengoptimalkan proses pembelajaran di dalam kelas
1 Banawa yaitu dengan menggunakan aplikasi Whatsapp,
dengan menerapkan metode serta pendekatan yang tepat.
dan Google Clasroom. Sehingga di peroleh hasil belajar
Kesulitan belajar ini ditunjukkan dengan adanya suatu
siswa terdapat sekitarr 50% siswa menunjukkan hasil
hambatan untuk meraih prestasi belajar. Indikator terjadinya
belajar yang rendah pada mata pelajaran kimia khususnya
kesulitan belajar ini adalah hasil belajar yang diperoleh
materi Struktur Atom. Selain itu peneliti juga sempat
siswa rendah (Purba, 2006).
mewawancarai beberapa siswa tetang permasalahan mereka
ketika mengikuti pelajaran Kimia, dan rata-rata siswa
Pada 31 Desember 2019 muncul kasus serupa
mengatakan bahwa pelajaran kimia memiliki banyak materi
dengan Pneumonia yang tidak diketahui di Wuhan, China
yang sulit dan dipahami, terlebih lagi sistem belajar
(Lee, 2020). Kasus tersebut di akibatkan oleh virus corona
mengajar yang dilakukan melalui daring/online. Hal ini
atau yang Corona Virus Desese-2019). Karakteristik virus
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rica dan Suyanta
ini adalah kecepatan penyebaran yang tinggi. Berdasarkan
(2013) menunjukkan bahwa tingkat kesulitan peserta didik
data WHO diperoleh bahwa COVID-19 telah menjadi
dalam memahami materi struktur atom sebesar 52,07%
pandemic global dengan 4.534.0731 kasus positif yang
(sedang). Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
terkonfirmasi di 216negara di seluruh dunia (Update:17-
mereka adalah kurangnya pemahaman terhadap konsep
05-2020). Virus Corona juga telah dikenal dengan COVID-
kimia, kurangnya variasi latihan soal, kurangnya interaksi
19 (mewabah di Indonesia sejak awal Maret hingga saat ini
antara peserta didik, guru dalam pembelajaran dan
2
MEDIA EKSAKTA Vol. 19 No. 2: xx-xx, Juni-November 2023

Media Eksakta
Journal available at: http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jme
e-ISSN: 2776-799x p-ISSN: 0216-3144

kurangnya penggunaan media pembelajaran serta Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah seluruh
banyaknya materi ajar. siswa kelas X MIPA yaitu kelas X MIPA 1 berjumlah 36
orang, X MIPA 2 yang berjumlah 35 orang, X MIPA 3 yang
Berdasarkan beberapa fenomena diatas dan
berjumlah 33 orang , dan X MIPA 4 yang berjumlah 34
observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Banawa
orang yang terdaftar pada tahun ajaran 2022/2023.
maka penulis tertarik untuk meneliti serta mengetahui
Penarikan sampel pada penelitian ini yaitu siswa kelas X
kesulitan belajar kimia siswa kelas X pada pokok bahasan
MIPA SMA Negeri 1 Banawa yang telah mempelajari
stuktur atom pada saat melakukan proses pembelajaran
materi struktur atom. Secara garis besar penelitian ini
dikelas. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka
dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
pelaksanaan, dan tahap akhir.
“IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR KIMIA
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
SISWA KELAS X MIPA SMA NEGERI 1 BANAWA
berbentuk angket pernyataan. Setiap butir pernyataaa yang
PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM
digunakan dalam penelitian terdiri dari 4 pilihan jawaban.
SELAMA MASA PANDEMI COVID-19”
Angket disusun dengan skala liker t. Skala likert merupakan
skala untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang tentang fenomena sosial dengan gradasi dari
METODE sangat baik sampai kurang baik (Sugiyono, 2018).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Tabel 3.3 Skala Angket
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Skor
Sugiyono (2012: 13) menjelaskan bahwa penelitian No Kriteria Jawaban
Pernyataan
deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk 1 Sangat Tidak Setuju 1
2 Tidak Setuju 2
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau
3 Setuju 3
lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau 4 Sangat Setuju 4
menghubungkan dengan variabel yang lain.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
bahwa penelitian deskriptif dilakukan dengan cara mencari
adalah analisis deskriptif presentase. Teknik ini digunakan
informasi berkaitan dengan gejala yang ada, dijelaskan
untuk mengetahui beberapa besar persentase faktor-faktor
dengan jelas tujuan yang akan diraih, merencanakan
kesulitan belajar kimia baik faktor internal maupun
bagaimana melakukan pendekatannya, dan mengumpulkan
eksternal. Peneliti menggunakan angket untuk mengukur
berbagai macam data sebagai bahan untuk membuat
kemampuan hasil belajar siswa, setelah proses data selesai
laporan.
maka tahap selanjutnya adalah pengolahan hasil setiap
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri
siswa dan analisa data. Pada tahap ini, data yang berasal
1 Banawa yang bertempat di Jl. Banawa No.208 Kelurahan
dari angket dan wawancara digunakan dan dianalisa secara
Maleni, Kecematan Banawa, Kabupaten Donggala. Waktu
bersamaan untuk mengkonfirmasi dan saling menguatkan
penelitian telah di lakukan pada Semester genap Tahun
data hasil penelitian. (Sugiyono, 2018).
ajaran 2022/2023 dan dimulai pada bulan Maret 2023
sampai selesai.

3
MEDIA EKSAKTA Vol. 19 No. 2: xx-xx, Juni-November 2023

Media Eksakta
Journal available at: http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jme
e-ISSN: 2776-799x p-ISSN: 0216-3144

Tahapan-tahapan teknik analisa dari data yang metode CRI. Hasil analisis tersebut meliputi uji validitas
digunakan adalah sebagai berikut : a. Memberi tanda ceklis soal, uji reabilitas soal, penentuan tingkat pemahaman
(√) dalam lembar kuesionar/angket , Tanda Chek-List menggunakan metode CRI dan pemetaan persentase siswa
digunakan untuk mengisi deretan pertanyaan, dimana paham konsep, tidak tahu konsep dan miskonsepsi.
responden yang diberikan kuesioner/angket tinggal Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
membubuhkan tanda cocok (√) ditempat yang sudah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen
disediakan”. b.Menjumlah banyaknya ceklis pada setiap pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes
kolom yang terdapat pada lembar kuesioner/ angket,b dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
anyaknya ceklis yang terdapat pada lembar kuesioner/ tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau
angket dari tiap-tiap aspek sikap dan masing-masing kriteria memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
yang dimilikinya. c. Kemudian dicari persentase masing- dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari
masing kriteria berdasarkan rumus berikut: pengukuran tersebut merupakan besaran yang
mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan
Nilai persentase dicari dengan menggunakan rumus:
sesungguhnya dari apa yang diukur (Matondang, 2009).
Uji validitas soal ini telah dilakukan kepada 37 orang
Σ skor tiap indikator
Presentasi ( % )= x 100 % siswa kelas XII MIA 5 dan 6 MAN 2 Palu dengan hasil
skor mksimal
sebagai berikut.
(Mustapa, 2009) Tabel 4.1 Hasil uji validitas instrumen tes

Hasil presentase yang diperoleh di kategorikan dalam


pedoman konverse presentase rata-rata tiap indikator
kesulitan kesulitan belajar (Sugiyono 2016).

Tabel 3.5 Kriteria Pengujian

Persentase Keterangan

85% - 100% Sangat Sulit


65% - 84% Sulit Dari hasil uji validitas soal pilihan ganda diatas, terdapat
55% - 64% Cukup Sulit lima soal yang tidak valid yaitu soal nomor 5, 6, 9, 13, dan
35% - 54% Kurang Sulit 15. Butir soal dikatakan valid apabila nilai r-hitung > r-
Dibawah 35% Sangat Tidak Sulit tabel. Nilai r-tabel untuk N 37 dengan signifikansi 5%
(tingkat kepercayaan 95% atau alpha 0,05) maka ditemukan
nilai R adalah 0,325. Uji validitas merupakan suatu cara
pengukuranyang bertujuan untuk mengetahui seberapa tepat
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan seberapa akurat suatu alat ukur (Purnomo, 2018). Uji
Hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian ini
validitas juga bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
digunakan untuk mendeskripsikan langkah mengevaluasi
pernyataan yang harus dibuang atau diganti karena
soal, yaitu memetakan miskonsepsi siswa kelas XII MAN 2
dianggap tidak relevan.
Palu pada materi larutan asam basa dengan menggunakan
4
MEDIA EKSAKTA Vol. 19 No. 2: xx-xx, Juni-November 2023

Media Eksakta
Journal available at: http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jme
e-ISSN: 2776-799x p-ISSN: 0216-3144

Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan beberapa uji Pengelompokkan konsepsi siswa dibagi dalam empat
reliabilitas. Beberapa uji reliabilitas suatu instrumen yang kategori yaitu Paham konsep (PK), Paham konsep kurang
bisa digunakan antara lain test-retest, ekuivalen, dan yakin (PKKY) Tidak tahu konsep (TTK) dan Miskonsepsi
internal consistency. Internal consistency sendiri memiliki (MK). Berdasarkan hasil penelitian miskonsepsi yang telah
beberapa teknik uji yang berbeda.Teknik uji reliabilitas dilakukan menggunakan CRI termodifikasi, didapatkan
internal consistency terdiri dari uji split half, KR 20, KR 21, hasil penelitian yang diuraikan sebagai berikut.
dan Cronbach’s alpha. Namun yang digunakan dalam uji Secara keseluruhan, didapatkan persentasi tiap kategori
reliabilitas ini yaitu Cronbach’s alpha. Cronbach’s alpha pemahaman siswa yaitu paham konsep, paham konsep
merupakan sebuah ukuran keandalan yang memiliki nilai kurang yakin, tidak tahu konsep dan miskonsepsi pada
berkisar dari nol sampai satu. Tingkat keandalan nilai materi larutan asam basa. Berikut disajikan data tersebut
Cronbach’s alpha>0,40-0,60 dapat dinyatakan cukup andal dalam bentuk grafik pada gambar berikut:
atau reliabel (Widi, 2011). Apabila suatu variabel
menunjukkan nilai Cronbach’s alpha>0,60 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel tersebut dapat dikatakan
reliabel atau konsisten dalam mengukur (Putri, 2015).
Hasil yang diperoleh dari uji reliabilitas menunjukkan
nilai Cronbach’s Alpha 1,06 dengan taraf signifikansi 5%
sehingga dapat dinyatakan reliabel. Hal ini sesuai dengan Gambar 4.1 Persentase Rata-rata Pemahaman Siswa Pada
Materi Asam Basa
penelitian Dewi & Sudaryanto (2020) yang menyatakan uji
reliabilitas suatu instrumen penelitian adalah sebuah uji
yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu kuesioner
yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian sudah
dapat dikatakan reliabel atau tidak. Pada uji reliabilitas
menggunakan analisis Alpha Cronbach jika nilai Alpha
Cronbach menunjukkan angka > 0,60 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel tersebut dapat dikatakan
reliabel atau konsisten dalam mengukur.
Soal-soal dari hasil uji validitas yang masuk kategori
tidak valid tersebut dikeluarkan yaitu sebanyak lima nomor Gambar 4.1 di atas menunjukkan grafik persentase

sehingga soal yang masuk ketahap selanjutnya yaitu uji secara keseluruhan butir soal dari tiap-tiap kategori

menggunakan metode CRI berjumlah sepuluh nomor yang pemahaman siswa. Berdasarkan grafik tersebut terlihat

dinyatakan valid. bahwa kategori miskonsepsi menempati persentase tertinggi

Konsep yang diukur dalam soal tersebut terdiri dari yaitu sebesar 48%. Persentase kategori paham konsep

Teori-Teori Asam Basa, Sifat Asam Basa sebanyak, Derajat sebesar 28% dan persentase tidak tahu konsep sebesar 23%,

Keasaman (pH), Kekuatan asam basa berdasarkan tetapan serta yang terendah merupakan data paham konsep kurang

ionisasinya dan Penggunaan konsep pH berdasarkan yakin sebesar 1%.

konsentrasinya.

5
MEDIA EKSAKTA Vol. 19 No. 2: xx-xx, Juni-November 2023

Media Eksakta
Journal available at: http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jme
e-ISSN: 2776-799x p-ISSN: 0216-3144

Setiap miskonsepsi siswa yang sama belum tentu yang ada dan sudah dianalisis kemudian dapat dijabarkan
disebabkan hal yang sama. Siswa paling banyak mengalami dan dijelaskan pembahasan hasil penelitian.
miskonsepsi yang disebabkan oleh prakonsepsi yang salah Penyusunan instrumen tes menggunakan metode CRI
atau kurangnya pemahaman konsep. Prakonsepsi yang salah menggunakan acuan silabus. Silabus yang dijadikan acuan
akan mempengaruhi pembentukan konsep yang selanjutnya adalah mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, serta
(Suparno, 2005). Sehingga pada konsep yang dipelajari topik materi pembelajaran. Silabus juga sebagai acuan
selanjutnya siswa mengalami miskonsepsi. dalam penyusunan indikator kompetensi dasar (IKD) dan
Tabel 4.3 Persentase pemahaman konsep siswa tiap butir dilanjutkan dalam penyusunan kisi-kisi soal. Pembuatan
soal kisi-kisi soal disesuaikan dengan indikator pemahaman
konsep (IPK), yang mana selanjutnya akan dijadikan
sebagai acuan dalam menyusun soal tes. Butir soal yang
dibuat disusun mengikuti kisi-kisi soal, KD, IPK, dan
taksonomi bloom pada tingkatakan C2 (memahami), C3
(menerapkan), C4 (menganalisis), dan C5 (mengevaluasi).
Instrument tes menggunakan metode CRI merupakan tes
pilihan ganda yang terdiri dari soal pilihan ganda, alasan
memilih jawaban serta tingkat keyakinan dalam memilih
jawaban. Metode CRI termodifikasi ini merupakan suatu
metode yang berguna untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa dan kepercayaan diri dalam memilih jawaban. Ketika
seorang responden diminta untuk memberikan CRI
bersamaan dengan setiap jawaban suatu pertanyaan (soal),
sebenarnya ia diminta untuk memberikan penilaian terhadap
Gambar 4.2 Diagram Batang Persentase Pemahaman Siswa
Tiap Butir Soal dirinya sendiri akan kepastian yang dia miliki dalam
memilih aturan-aturan, prinsip-prinsip dan hukum-hukum
yang telah tertanam dibenaknya hingga ia dapat
menentukan jawaban dari suatu pertanyaan (Hassan, dkk,
1999). Pemahaman konsep siswa ini sangat penting untuk
diketahui oleh guru maupun siswa agar terjadinya kemajuan
dalam belajar pada pembelajaran serta kesulitan yang
dialami oleh siswa didalam proses pembelajarannya.
Miskonsepsi yang dialami siswa terjadi pada konsep
Penelitian mengenai miskonsepsi siswa pada konsep teori-teori asam basa, sifat asam basa, derajat keasaman
larutan asam basa menggunakan metode CRI termodifikasi (pH), kekuatan asam basa berdasarkan tetapan ionisasinya
telah dilakukan pada siswa kelas XII MIA 5 dan MIA 6 di dan penggunaan konsep pH berdasarkan konsentrasinya.
MAN 2 Palu. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan Bentuk miskonsepsi yang berasal dari metode CRI
miskonsepsi siswa pada materi asam basa . Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut:

6
MEDIA EKSAKTA Vol. 19 No. 2: xx-xx, Juni-November 2023

Media Eksakta
Journal available at: http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jme
e-ISSN: 2776-799x p-ISSN: 0216-3144

Konsep Teori Asam Basa


Pada konsep larutan asam basa, soal diwakili oleh butir
soal nomor 1. Persentase miskonsepsi pada konsep ini
sebesar 16,22%. Indikator soal nomor satu adalah disajikan
pertanyaan mengenai teori asam basa menurut Arrhenius.
Berikut salah satu jawaban siswa pada soal nomor 1 yang
teridentifikasi sebagai miskonsepsi pada gambar 4.2. Butir soal nomor 3 diperoleh persentase miskonsepsi
Gambar 4.3 Jawaban miskonsepsi siswa pada soal nomor 1 sebesar 40,54 %. Soal ini menyajikan pertanyaan tentang
reaksi asam menurut Arrhenius. Pilihan jawaban siswa pada
pilihan ganda menjawab benar namun pada alasan terbuka
siswa keliru dalam menuliskan alasan bahwa karena
+¿¿
terdapat ion H . Muchtar dan Harizal (2012) masih
banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi
asam basa. Salah satu miskonsepsi yang terjadi pada siswa
yaitu siswa menganggap setiap senyawa yang mengandung
atom H menunjukkan bahwa senyawa tersebut bersifat
Butir soal ini siswa yang mengalami miskonsepsi asam. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah
memahami bahwa teori asam basa menurut Arrhenius dilakukan yaitu masih terdapatnya siswa yang miskonsepsi
+¿¿
adalah ion H merupakan pembawa sifat asam, dan ion dalam membedakan asam basa menurut Arrhenius. Siswa
−¿¿ +¿¿
OH merupakan pembawa sifat basa. Namun, siswa menganggap bahwa ketika terdapat ion H termasuk
+¿¿ dalam senyawa asam sementara itu asam menurut Arrhenius
menganggap jika asam melepaskan ion H bukan
menghasilkan ion H
+¿¿
begitupun dengan senyawa basa. merupakan senyawa yang apabila dilarutkan dalam air
+¿¿
Beberapa siswa lain juga menjawab pertanyaan dengan menghasilkan ion H . hal tersebut tejadi karena siswa

benar namun memberikan alasan yang kurang sesuai tidak dapat mengaplikasikan teori berdasarkan contoh reaksi

dengan pertanyaan namun memiliki tingkat keyakinan yang yang ada.

tinggi.

Gambar 4.5 Jawaban alasan siswa pada soal nomor 8.

Gambar 4.4 Jawaban alasan siswa pada soal nomor 3.

7
MEDIA EKSAKTA Vol. 19 No. 2: xx-xx, Juni-November 2023

Media Eksakta
Journal available at: http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jme
e-ISSN: 2776-799x p-ISSN: 0216-3144

Butir soal nomor 8 diperoleh persentase miskonsepsi dalam menghitung pH suatu larutan asam kuat dan basa
sebesar 67,57%. Miskonsepsi pada konsep indikator asam kuat. Penyebab lainnya yaitu tidak dapatnya siswa dalam
basa ini telah dilakukan oleh Muchtar dan Harizal (2012) menentukan nilai molaritas suatu senyawa baik asam
serta Buchori, Suryadharma, dan Fajaroh (2013). Dari maupun basa sehingga siswa menjawab untuk menentukan
penelitian terdahulu yang telah dilakukan membuktukan nilai pH suatu larutan.
bahwa konsep ini merupakan materi yang sulit dipahami Gambar 4.7 Jawaban alasan siswa pada soal nomor 14
oleh siswa dikarenakan masih terdapatnya miskonsepsi
yang ditemukan pada konsep ini. Berdasarkan hasil
penelitian, siswa dalam menentukan asam basa melalui
indikator lakmus dengan jenis larutan dan volume yang
berbeda terhadap pilihan jawaban dan alasan mengalami
miskonsepsi. Siswa menganggap indikator yang digunakan
ikut bereaksi dengan larutan dan mempengaruhi nilai pH Penelitian Raudha, Nurhamidah, dan Elvinawati (2021)
terhadap jenis larutan sehingga memiliki reaksi yang Miskonsepsi tertinggi yang terjadi pada siswa yaitu pada
berbeda. Sementara itu jawaban yang tepat adalah Larutan konsep menentukan derajat keasaman (pH) sebesar
asam atau basa memiliki nilai trayek pH yang berbeda, 36,6%. Butir soal nomor 14 diperoleh miskonsepsi sebesar
sehingga jenis larutan mempengaruhi perubahan warna pada 56,76 %. Buchori, Suryadharma, dan Fajaroh (2013)
indicator. menyatakan miskonsepsi disebabkan karena siswa tidak
Gambar 4.6 Jawaban alasan siswa pada soal nomor 10 memahami pengertian pH dan tidak memahami bahwa
+¿¿
dalam larutan asam dan basa selalu mengandung ion H
dan OH- dengan konsentrasi tertentu. Bardasarkan hasil
penelitian, jawaban siswa pada pilihan ganda menjawab
benar namun dengan alasan yang salah serta tingkat
keyakinan yang tinggi. Siswa mengalami miskonsepsi

Butir soal nomor 10 diperoleh persentase miskonsepsi karena alasan yang diberikan keliru dimana siswa

sebesar 59,46%. Miskonsepsi pada konsep pH larutan juga menjelaskan jika semakin besar nilai Ka maka semakin

ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hidayah lemah asamnya sementara itu, jawaban yang tepat adalah

(2010) dan Anggraeni (2017). Hal ini mengungkapkan semakin rendah nilai pH maka semakin tinggi derajat

bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami keasaman suatu larutan. Hal ini terjadi karena siswa tidak

konsep ini. mengaplikasikan konsep yang ia pahami.

Buchori, Suryadharma, dan fajaroh (2013) Butir soal nomor 2 diperoleh persentase miskonsepsi

mengungkapkan bahwa tidak dapatnya siswa dalam sebesar 21,62 %. Pada soal ini kecil persentase miskonsepsi

menentukan suatu larutan asam-basa dan tidak dapatnya yang diperoleh, namun ada beberapa sebagian siswa yang

siswa dala menentukan jumlah ion H


+¿¿
(pada asam kuat) masih mengisi jawaban alasan yang kurang tepat. Soal
tersebut bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa
atau ion OH- (pada basa kuat) yang dapat dilepaskan satu
mengenai teori asam basa menurut Bronsted-Lowry. Pada
senyawa asam atau basa kuat megakibatkan siswa salah
soal siswa memilih jawaba yang benar namun alasan yang

8
MEDIA EKSAKTA Vol. 19 No. 2: xx-xx, Juni-November 2023

Media Eksakta
Journal available at: http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jme
e-ISSN: 2776-799x p-ISSN: 0216-3144

kurang tepat. Jawaban yang tepat adalah basa adalah zat KESIMPULAN
yang dapat menerima proton (H+) dengan alasan karena zat Berdasarkan hasil analisis dan pengukuran pemetaan
yang bertindak sebagai basa akan terbentuk menjadi asam miskonsepsi siswa kelas XII MAN 2 KOTA PALU pada
konjugasi karena menerima donor proton (H+). materi larutan asam basa melalui metode certainty of
Penelitian Parastuti (2016) miskonsepsi yang terjadi response index (CRI), diperoleh persentase rata-rata tingkat
karena siswa lemah dalam konsep asam basa Bronsted- pemahaman siswa secara keseluruhan yaitu paham konsep
Lowry. Siswa mengalami kesulitan. Siswa mengalami diperoleh sebesar 28%, paham konsep kurang yakin
kesulitan mementukan pasangan konjugasi untuk suatu diperoleh sebesar 1%, miskonsepsi diperoleh sebesar 48%
asam atau basa Bronsted-Lowry. Begitu juga penelitian dan tidak tahu konsep diperoleh sebesar 23%. Berdasarkan
yang dilakukan Dali (2013) pemahaman siswa terhadap hasil tersebut diketahui bahwa miskonsepsi memiliki
teori asam dan basa menurut Bronsted-Lowry termasuk persentase tertinggi dalam materi larutan asam basa yang
kategori paling rendah yaitu 41,47%. Hal ini membuktikan menunjukkan kemampuan siswa kelas XII dalam
adanya miskonsepsi pada konsep persamaan reaksi asam memahami konsep masih rendah.
basa menurut Bronsted-Lowry.
Butir Soal nomor 4 diperoleh persentase miskonsepsi REFFERENSI
sebesar 32,43%. Berdasarkan soal diatas siswa mejawab [1] N. Sinta, T., Anwarudin, A., Nuswowati, M., &
dengan benar namun jawaban alasan yang kurang tepat Widiarti, “Chemistry in Education Analisis Miskonsepsi
dimana siswa menjawab bahwa senyawa asam maupun basa Peserta Didik Pada Materi Hidrolisis Garam Melalui Tes
keduanya bisa menjadi pendonor electron. Namun alasan Diagnostik,” CiE, vol. 2, hal. 1–7, 2019.
yang tepat adalah menurut teori asam basaLewis [2] D. Purnomo, “‘Uji Validitas dan Realibilitas Step
berdasarkan transfer (serah terima) pasangan electron. Test Sebagai Alat Ukur Keseimbangan Pada Lansia,’” J.
Asam berpakan zat yang menerima pasangan electron Fisioter. Dan Rehabil., vol. 2, no. 2, hal. 53–70, 2018.
(akseptor electron) sedangkan basa merupakan zat yang [3] Z. M. dan Harizal, “Analyzing of Students’
mendonorkan pasangan electron (donor electron). Misconceptions On Acid-Base Chemistry at Senior High
Miskonsepsi yang terjadi karena siswa menganggap reaksi Schools in Medan,” J. Educ. Pract., vol. 3, no. 2, 2012.
asam basa menurut Lewis didasari pendonoran [4] P. Mentari, L., Suardana, N., Wayan, I., Jurusan,
pasanganelektron tanpa adanya serah terima proton (H+). S., & Kimia, “Analisis Miskonsepsi Siswa Sma Pada
Miskonsepsi yang terjadi pada teori asam basa lewis ini Pembelajaran Kimia Untuk Materi Larutan Penyangga,” J.
sejalan dengan penelitian Meylindra, I., Ibnu, S., Sulistina, Kim. Visvitalis Univ. Pendidik. Ganesha Jur. Pendidik.
O (2013) menyatakan bahwa siswa masih kesulitan Kim., vol. 2, hal. 33–39, 2014.
membedakan spesies yang merupakan asam dan basa [5] P. Medina, “Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas X
Lewis. Siswa sering terbalik dalam mementukan spesies Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit serta
asam dan basa Lewis sama dengan asam basa Bronsted- reaksi Oksidasi dan Reduksi Dalam Pembelajaran Kimia di
Lowry. SMAN Kota Padang,” J. Pendidik. dan Teknol. Inf., vol. 2,
Butir soal nomor 7 diperoleh persentase miskonsepsi no. 1, hal. 1–9, 2015.
sebesar 75,68%. Soal ini menjelaskan tentang pernyataan
yang tepat mengenai perkembang an teori asam basa.

9
MEDIA EKSAKTA Vol. 19 No. 2: xx-xx, Juni-November 2023

Media Eksakta
Journal available at: http://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/jme
e-ISSN: 2776-799x p-ISSN: 0216-3144

[6] Z. Matondang, “Validitas dan reliabilitas suatu [15] D. Purnomo, “‘Uji Validitas dan Realibilitas Step
instrumen penelitian,” J. Tabularasa PPS UNIMED, vol. 6, Test Sebagai Alat Ukur Keseimbangan Pada Lansia,’” J.
no. 1, hal. 87–97, 2009. Fisioter. Dan Rehabil., vol. 2, no. 2, hal. 53–70, 2018.
[7] W. L. dan T. Jay, “Identifikasi Miskonsepsi Materi [16] B. Monita, A. F., & Suharto, “‘Identifikasi dan
IPBA di SMA Dengan Menggunakan CRI (Certainly Of Analisis Miskonsepsi Siswa Menggunakan Three-Tier
Respons Index) Dalam Upaya Perbaikan Urutan Pemberian Multiple Choice Diagnostic Instrument Pada Konsep
Materi IPBA Pada KTSP,” Fak. MIPA, Univ. Negeri Kesetimbangan Kimia,’” Quantum, vol. 7, no. 1, hal. 27–38,
Yogyakarta, 2009. 2017.
[8] O. K. dan T. Jay, “Primary and secondary school t [17] L. Irsanti, R., Khaldun, I., & Hanum, “‘Identifikasi
eachers ’ knowledge and misconceptions about the brain in Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four- TierDiagnostic
Turkey,” Procedia - Soc. Behav. Sci. Elsevier B.V., vol. Test pada Materi Larutan Elektrolit dan Larutan Non
174, hal. 1933–1940, 2015, doi: Elektrolit di Kelas X SMA Islam Al-falah Kabupaten Aceh
10.1016/j.sbspro.2015.01.858. Besar Abstrak Pendahuluan Metode Penelitian’.,” J. Ilm.
[9] E. K. Hidayah, “Studi miskonsepsi larutan asam Mhs. Pendidik. Kim., vol. 2, no. 3, hal. 230–237, 2017.
basa di SMA Negeri Tegal,” Skripsi, Jur. Kim. Fak. Mat. [18] W. Anggraeni, “‘Analisis miskonsepsi materi
dan Ilmu Pengetah. Alam, Univ. Negeri Semarang, 2010. asam-basa siswa SMA Negeri di Kota Tangerang dengan
[10] C. Dahlia, “Analisis Kesulitan Pemahaman Materi menggunakan instrument tes diagnostic two-tier,’” UIN
Larutan Penyangga pada Siswa Kelas XI Reguler dan Kelas Syarif Hidayatullah, 2017.
XI RSBI SMA Negeri 1 Kudus,” Tesis Pascasarj. Univ. [19] M. dan N. Amelia, D., “‘Analisis Miskonsepsi
Sebel. Maret Surakarta, 2011. Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Menggunakan Teknik
[11] F. Buchori, M. L., Suryadharma, I. B., & Fajaroh, Cri (Certainty of Response Index) Termodifikasi,’” J. Ris.
“‘Identifikasi timgkat, jenis, dan factor-faktor penyebab Pendidik. Kim., vol. 4, no. 1, hal. 260–266, 2014.
kesulitan siswa MA Negeri Wlingi dalam memahami materi [20] A. Qurrota dan M. Nuswowati, “Analisis
indikator dan pH larutan asam-basa,’” Univ. Negeri Miskonsepsi Siswa Menggunakan Tes Diagnostic Multiple
Malang, 2013. Choice Berbantuan Cri (Certainty of Response Index),” J.
[12] C. Aufschnaiter, C Von dan Rogge, Inov. Pendidik. Kim., vol. 12, no. 1, hal. 2108–2117, 2018.
“‘Misconceptions or Missing Conceptions,’” Eurasia J. [21] M. Jannah, P. Ningsih, dan R. Ratman, “Analisis
Math. Sciens Technol. Educ., vol. 6, no. 1, hal. 3–18, 2010. Miskonsepsi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Banawa
[13] D. Artdej, R., “"Thai Grade 11 Students’ Tengah Pada Pembelajaran Larutan Penyangga Dengan CRI
Alternative Conceptions for Acid-Base Chemistry",” Res. (Certainty of Response Index),” J. Akad. Kim., vol. 5, no. 2,
Sci. Technol. Educ., vol. 8, no. 2, hal. 167–183, 2010. hal. 85, 2017, doi: 10.22487/j24775185.2016.v5.i2.8019.
[14] N. Sinta, T., Anwarudin, A., Nuswowati, M., &
Widiarti, “Chemistry in Education Analisis Miskonsepsi
Peserta Didik Pada Materi Hidrolisis Garam Melalui Tes
Diagnostik,” CiE, vol. 2, hal. 1–7, 2019.

10

You might also like