You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewarganegaraan dan toleransi adalah dua konsep yang saling berhubungan
yang memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat dan memperkenalkan
hidup berdampingan secara damai. Kewarganegaraan mengacu pada status hukum dan
sosial seseorang sebagai anggota negara-bangsa tertentu, yang memerlukan hak,
tanggung jawab, dan kewajiban. Ini melibatkan gagasan untuk memiliki, berpartisipasi
dalam komunitas, dan berkontribusi pada kebaikan bersama.
Toleransi, di sisi lain, adalah penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk
mengakomodasi perbedaan, baik itu ras, agama, suku, kebangsaan, atau karakteristik
lainnya. Ini melibatkan pengakuan dan penilaian keragaman, memupuk pemahaman, dan
mempromosikan hidup berdampingan secara damai.
Hubungan antara kewarganegaraan dan toleransi sangat penting untuk
membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis. Toleransi adalah prinsip dasar
kewarganegaraan yang menopang nilai-nilai demokrasi dan memastikan perlindungan
hak dan kebebasan individu. Ini memungkinkan individu dari berbagai latar belakang
untuk hidup bersama, terlibat dalam dialog, dan berpartisipasi penuh dalam kehidupan
politik, sosial, dan ekonomi.Dalam masyarakat demokratis, kewarganegaraan tidak
semata-mata didasarkan pada status hukum tetapi juga mencakup keterlibatan aktif
sebagai warga negara, pelaksanaan hak dan tanggung jawab, dan promosi toleransi. Hal
ini menuntut warga negara untuk menganut nilai-nilai pluralisme, kesetaraan, dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Namun,mencapai dan mempertahankan toleransi dalam masyarakat dapat
menjadi tantangan. Faktor-faktor seperti stereotip, prasangka, konflik antarkelompok,
dan politik identitas dapat menghambat perkembangan masyarakat yang toleran.
Tantangan-tantangan ini perluKewarganegaraan dan toleransi adalah dua konsep yang
saling berhubungan yang memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat dan
mempromosikan hidup berdampingan secara damai. Kewarganegaraan mengacu pada
status hukum dan sosial seseorang sebagai anggota negara-bangsa tertentu, yang

1
memerlukan hak, tanggung jawab, dan kewajiban. Ini melibatkan gagasan untuk
memiliki, berpartisipasi dalam komunitas, dan berkontribusi pada kebaikan bersama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Tindakan apa yang dapat diambil untuk menumbuhkan toleransi dan pengertian di antara
warga negara dari berbagai latar belakang?
2. Apa tantangan utama dalam mengembangkan kewarganegaraan dan toleransi dalam
masyarakat?
3. Bagaimana kita bisa menumbuhkan rasa kewarganegaraan dan mempromosikan toleransi
dalam masyarakat yang beragam?

1.3 Tujuan
 Toleransi memfasilitasi pembangunan jembatan antara berbagai kelompok dan
mendorong kohesi sosial.
 Toleransi mendorong kolaborasi dan kerjasama di antara berbagai kelompok untuk
mencapai tujuan bersama.
 Toleransi sangat penting untuk resolusi konflik yang efektif.
 Toleransi melibatkan pengakuan dan penghormatan terhadap keragaman individu dalam
suatu masyarakat, termasuk latar belakang budaya, agama, dan etnis mereka.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Toleransi


Soerjono Sukanto memberikan definisi toleransi adalah suatu sikap yang
merupakan perwujudan pemahaman diri terhadap sikap pihak lain yang tidak disetujui.
Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam KBBSI toleransi yaitu sifat atau sikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan lain sebagainya yang berbeda dengan
pendiriannya sendiri. Contohnya ialah toleransi agama, suku, ras, dan sebagainya. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa toleransi yaitu sikap menghargai dan menerima
perbedaan yang dimiliki oleh orang lain.
Toleransi berasal dari kata toleran (Inggris: tolerance; Arab:tasamuh) yang
berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Toleransi adalah kapasitas untuk menerima dan menghormati perbedaan keyakinan,
pendapat, budaya, dan identitas orang lain.
Salah satu nilai karakter yang perlu ditanamkan di Indonesia ialah sikap
toleransi. Menurut H.A.R Tilaar mengemukakan bahwa wajah Indonesia ialah Bhineka
menurut sikap toleran yang tinggi dari setiap anggota masyarakat. Sikap toleransi
tersebut harus diwujudkan oleh semua anggota dan lapisan masyarakat agar terbentuk
suatu masyarakat yang kompak dan beragam sehingga kaya akan ide-ide baru. Sikap
toleransi ini perlu dikembangkan dalam pendidikan.
Toleransi membutuhkan empati, keterbukaan pikiran, dan kemauan untuk
menantang diri sendiri. Sangat penting untuk menjaga keharmonisan, damai,
pemahaman, dan keadilan sosial dalam masyarakat yang beragam. Toleransi sejati
mengakui bahwa individu memiliki hak untuk memegang pendapat mereka sendiri dan
hidup sesuai dengan pilihan budaya, agama, atau pribadi mereka sendiri, selama mereka
tidak merugikan atau melanggar hak orang lain. Ini melibatkan secara aktif
mendengarkan dan memahami perspektif yang berbeda, terlibat dalam hal hal positif,
dan menumbuhkan lingkungan saling pengertian dan peduli.

3
2.1.1 Peran Warga Negara dalam Menanamkan Sikap Toleransi
W.A Gerungan mengemukakan bahwa sikap (attitude) dapat diterjemahkan
sebagai suatu sikap terhadap objek tertentu yang merupakan pandangan atau perasaan
dan disertai denganSikap toleransi tidak memiliki batas waktu,tempat dan dengan siapa
kita melakukannya namun sikap toleransi dapat dilakukan dengan semua
orangkecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek tersebut, lebih jelasnya
sikap merupakan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
Sikap toleransi tidak hanya tentang etika ras, agama, budaya, suku dan
golongan tetapi menghargai pendapat pemikiran orang lain termasuk dari
toleransi.Warga negara memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, terlibat dengan individu yang beragam, dan membangun
jaringan sosial yang menjangkau berbagai kelompok.
Dengan demikian, warga negara dapat memupuk pengertian,toleransi,dan
kerja sama,yang pada akhirnya berkontribusi pada masyarakat yang lebih inklusif dan
kohesif.Toleransi memiliki manfaat yang bisa dikembangkan dalam kehidupan
masyarakat yaitu: Menguatkan sikap nasionalisme, Menciptakan keharmonisan dan
kedamaian, Meningkatkan rasa Persaudaraan.

2.1.2 Tantangan Toleransi


Tantangan toleransi adalah kesulitan yang muncul ketika orang berjuang untuk
menerima atau menghormati keyakinan, pendapat, atau praktik orang lain yang berbeda
dari mereka. Tantangan tersebut dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
hubungan pribadi, komunitas, tempat kerja, atau bahkan dalam kehidupan nyata.
Mengatasi tantangan toleransi ini membutuhkan keterbukaan pikiran, pendidikan,
empati, dan kemauan untuk merangkul keragaman. Dengan menumbuhkan pemahaman
dan penerimaan, kita dapat membangun dunia yang lebih inklusif dan toleran.
Toleransi menjadi sangat menantang ketika dihadapkan dengan ideologi atau
sistem kepercayaan yang bertentangan. Warga negara mungkin merasa sulit untuk
menerima dan hidup berdampingan dengan individu atau kelompok yang ideologinya
secara fundamental bertentangan dengan ideologi mereka sendiri. Tantangan ini
membutuhkan dialog, empati, dan menemukan titik temu untuk hidup berdampingan
secara damai.

4
Toleransi sering melibatkan atau membiarkan orang lain mengekspresikan
pendapat dan keyakinan mereka secara bebas, bahkan jika kita tidak setuju dengan
mereka. Namun, hal ini bisa menjadi tantangan ketika dihadapkan dengan ide atau
ekspresi yang bertentangan dengan nilai atau keyakinan seseorang. Warga negara perlu
menjaga keseimbangan antara menghormati kebebasan berekspresi dan mencegah ujaran
kebencian atau bahaya.

3.1 Penilaian dan Prasangka


Prasangka adalah sikap yang terbentuk sebelumnya tentang seseorang
berdasarkan karakteristik yang mereka anggap, seperti ras, agama, jenis kelamin, atau
orientasi seksual. Prasangka sering mengarah pada perlakuan tidak adil, diskriminasi,
dan pengucilan. Ketika orang memiliki prasangka, mereka cenderung tidak toleran
karena penilaian mereka diselimuti oleh stereotip.
Penilaian,adalah opini atau evaluasi tentang orang lain berdasarkan standar
atau kriteria pribadi. Sementara membuat penilaian adalah proses kognitif alami, itu
menjadi bermasalah ketika mengarah pada pendekatan perbedaan yang keras kepala atau
berpikiran sempit. Ketika orang menilai orang lain dengan keras, mereka cenderung
tidak mentolerir dan mungkin memaksakan keyakinan mereka sendiri sebagai satu-
satunya yang valid..
Penilaian dan prasangka adalah gagasan atau opini yang dibentuk seseorang
tentang orang lain tanpa mengenal mereka dengan baik atau berdasarkan kenyataannya.
Dalam hal toleransi, penilaian dan prasangka dapat menghalangi kemampuan kita untuk
menerima dan menghormati orang lain yang berbeda dari kita. Terkadang, kita membuat
penilaian cepat tentang orang tanpa benar-benar mengenal mereka. Kita mungkin
berasumsi tentang mereka berdasarkan penampilan, latar belakang, atau kepercayaan
mereka. Asumsi ini bisa jadi tidak adil dan tidak baik. Prasangka adalah ketika kita
memegang pendapat atau sikap negatif terhadap orang tertentu tanpa alasan.

5
3.1.1 Konflik Antar Kelompok
Konflik antar kelompok adalah pertentangan yang terjadi antara dua kelompok
atau lebih yang disebabkan oleh kepentingan yang sama. Penyebab konflik dapat berasal
dari faktor internal dan eksternal kelompok. Konflik antar kelompok memiliki dampak
bagi kelompok, baik yang menang maupun kalah. Bagi yang menang dapat
meningkatkan loyalitas dan identitas sosial dan bagi yang kalah dapat menimbulkan
perpecahan dalam kelompok. Adapun akibat konflik antar golongan keretakan hubungan
antar kelompok yang bertikai. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya
rasa dendam, benci, saling curiga dll. Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa
manusia. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Untuk mengurangi konflik, ada beberapa langkah yaitu melakukan kontak (komunikasi),
berunding, menerima dan melakukan hasil kesepakatan bersama dan melakukan
evaluasi.

3.1.2 Strategi untuk Menanamkan Toleransi


Ada beberapa strategi untuk menanamkan toleransi sebagai berikut:
 Rangkullah keberagaman yaitu dengan mengenali dan menghargai nilai keragaman
dalam segala bentuknya, termasuk ras, etnis, agama, jenis kelamin, seksualitas, dan
kemampuan.
 Mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian tanpa menyela atau menilai.
Tunjukkan minat yang tulus pada pendapat dan pengalaman mereka. Hindari membuat
asumsi atau melompat ke kesimpulan.
 Tempatkan diri Anda pada posisi orang lain untuk memahami perasaan, pikiran, dan
pengalaman mereka.
 Terlibat dalam diskusi yang terbuka, penuh hormat, dan konstruktif dengan orang
lain, bahkan saat Anda tidak setuju. Gunakan bahasa yang sederhana dan tidak
konfrontatif untuk mengungkapkan pikiran dan pendapat Anda. Berfokuslah untuk
memahami perspektif yang berbeda daripada memenangkan argumen.
 Menumbuhkan lingkungan yang baik di mana orang-orang dari semua latar belakang
merasa diterima dan dihargai. Dorong partisipasi yang beragam dan pastikan bahwa
setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengekspresikan diri.

6
 Jadilah panutan untuk toleransi dan penerimaan dalam interaksi Anda dengan orang
lain. Tunjukkan rasa hormat, kebaikan, dan menginspirasi orang lain untuk merangkul
keragaman dan menciptakan masyarakat yang lebih toleran.

3.1.3 Toleransi dalam Dunia Pendidikan


Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia
dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan
berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untu kmencapai suatu cita
cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai
lingkungan. Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan
memperjuangkan hal-hal terkecil hingga hal-hal terbesar yang normalnya dilewati oleh
setiap manusia. Pendidikan adalah bekal untuk mengejar semua yang ditargetkan oleh
seseorang dalam kehidupannya sehingga tanpa pendidikan, maka logikanya semua yang
diimpikannya menjadi sangat sulit untuk dapat diwujudkan. Faktanya, memang tidak
semua orang yang berpendidikan sukses dalam perjalanan hidupnya, tetapi jika
dilakukan perbandingan maka orang yang berpendidikan tetap jauh lebih banyak yang
bisa mengecap kesuksesan daripada orang yang tidak pernah mengecap pendidikan, baik
pendidikan formal maupun nonformal.
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki karakter unik yaitu terdiri dari
bermacam-macam agama, ras, suku, dan bahasa yang terbagi dalam pulau-pulau.
Fenomena tersebut sering disebut dengan pluralitas atau multikultural. Kehidupan
perkotaan yang individual, mengedepankan kompetisi sering kali melahirkan
permasalahan sosial tersendiri seperti, kriminalitas, prostistusi, aborsi, kemiskinan,
urbanisasi, pengangguran, dan permasalahan sosial lain. Hal tersebut ditambah dengan
dinamika global yang masuk di Indonesia secara bebas dapat memengaruhi secara
langsung generasi penerus bangsa.

7
Pendidikan nasional memiliki amanat fundamental dalam menyelesaikan
persoalan bangsa, salah satunya menyangkut kerukunan antar masyarakat yang akhir-
akhir ini sering ternodai. Sebagai sektor yang berperan menyiapkan generasi penerus,
pendidikan menentukan wajah bangsa kita di masa yang akan datang. Dalam lingkungan
pendidikan yang toleran, siswa diajarkan untuk menghormati pandangan dan keyakinan
orang lain, serta menghindari sikap diskriminatif atau pelecehan terhadap mereka yang
berbeda. Guru berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana
setiap siswa merasa aman dan diterima tanpa memandang perbedaan mereka. Pendidikan
yang berlandaskan toleransi juga mengajarkan siswa untuk menjadi pemikir kritis dan
terbuka terhadap berbagai sudut pandang. Mereka diajarkan untuk mendengarkan dengan
baik, mempertimbangkan argumen orang lain, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama.

8
BAB III
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Memahami dinamika kohesi sosial memerlukan pemahaman mekanisme yang rumit
dimana individu dan kelompok berinteraksi, dengan tujuan memupuk rasa persatuan,
kerjasama, dan tujuan bersama. Hal ini membutuhkan pengakuan dan penghargaan atas
kekayaan keragaman latar belakang, kepercayaan, dan nilai-nilai yang ada di antara
anggota masyarakat, sambil merangkul etos rasa hormat, inklusivitas, dan keadilan yang
melampaui perbedaan dan memperkenalkan keharmonisan. Dengan terlibat dalam dialog
yang terbuka secara aktif mendengarkan dan menghargai perspektif yang berbeda, serta
memupuk empati dan pengertian, kita dapat menjembatani perbedaan, membangun rasa
saling percaya, dan membangun landasan yang kuat untuk kohesi sosial yang
berkelanjutan.Selain itu, diperlukan penerapan kebijakan, praktik, dan struktur yang
memastikan akses yang adil terhadap sumber daya, peluang, dan hak, sehingga
memungkinkan individu dari semua lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan
berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Pendidikan memainkan peran penting
dalam memelihara toleransi, empati, pemikiran kritis, dan keterlibatan masyarakat,
membekali individu dengan alat yang diperlukan untuk menghadapi kompleksitas dan
secara aktif membentuk tatanan sosial yang kohesif.

4.2 SARAN
Untuk memahami kohesi sosial, pertimbangkan hal ini rangkul keragaman, hormati dan
terima perbedaan, kembangkan dialog terbuka, dengarkan dengan empati, perlakukan
setiap orang secara setara, prioritaskan pendidikan, bangun hubungan komunitas, dan
atasi masalah untuk masyarakat yang adil dan inklusif.

9
DAFTAR ISI

Adams, M., Bell, LA, & Griffin, P. (Eds.). (2007). Teaching for diversity
and social justice. Routledge.
Putnam, RD (2000). Solo bowling: The collapse and rise of the American
community. Simon and Schuster
Agung, Ivan Muhammad, Konflik Antar Kelompok: Perspektif Psikologi
Sosial (Conflict Intergroup: Social Psychological Perspective) (20 Januari
2011).
https://bdkjakarta.kemenag.go.id/berita/toleransi-di-kalangan-generasi-
milenial
https://pskp.kemdikbud.go.id/berita/detail/3939/menyemai-toleransi-dalam-
dunia-pendidikan
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Royandi, 2000), 518.
2 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002),1084

10

You might also like