You are on page 1of 11

Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.

F Dengan Masalah
Halusinasi di Ruang Pusuk Buhit

Alhamdika Ansyahri Lubis


alhamdika2111@gmail.com

ABSTRACT
Schizophrenia is a chronic, severe and disabling disorder of the brain characterized by disorganized thoughts,
delusions, hallucinations and strange or catatonic behavior. Schizophrenia is a severe, chronic mental disorder
characterized by communication difficulties, reality disturbances, abnormal or blunted affect, impaired cognitive
function and difficulty in carrying out daily activities. Hallucinations are one of the mental disorders in which a
person is unable to distinguish between real life with fake life. The impact that arises from patients with
hallucinations experiencing panic, behavior controlled by their hallucinations, can commit suicide or kill people,
and other violent behavior that can endanger themselves and those around them. Auditory hallucinations are
characterized by the behavior of someone who suddenly seems to laugh to himself, talk to himself, get angry, to
cover his ears because the patient thinks someone is talking to him. The research method used is a case study
using psychiatric nursing care for Mr. F with impaired sensory perception: auditory hallucinations. RSJ.Prof Dr
Muhammad Ildrem in the pusuk buhit Room. Obtained data on clients who experience sensory perception
disorders: auditory hallucinations. The client's medical diagnosis is paranoid schizophrenia. With a nursing
diagnosis of auditory hallucinations, social isolation and self-care deficit. The results of the analysis show that
nursing interventions with implementation strategies (SP) can reduce signs and symptoms of hallucinations in
patients after being given nursing actions
Keywords: Hallucinations, Psychiatric nursing care, Schizophrenia

PENDAHULUAN masyarakat sekitarnya dibandingkan


Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi individu yang menderita penyakit medis
psikotik yang mempengaruhi berbagai lainnya. Penderita skizofrenia biasanya
area fungsi individu, termasuk berpikir, timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, dan
berkomunikasi, merasakan, dan meng- berusia 11-12 tahun menderita skizofrenia
ekspresikan emosi, serta gangguan (Pardede et al, 2016).
otak yang ditandai dengan pikiran yang
tidak teratur, delusi, halusinasi, dan Pasien yang mengalami gangguan jiwa
perilaku aneh. Skizofrenia adalah penyakit mengalami distorsi kognitif yang
yang mempengaruhi berbagai area fungsi mengarah pada terjadinya gangguan
individu, termasuk: berpikir, perilaku yang dimana salah satu
berkomunikasi, menerima, menafsirkan gangguan jiwa yaitu skrizofrenia (Titania
realitas, merasakan, dan menunjukkan Anggraini, 2020) Skizofrenia merupakan
emosi (Wulandari, & Pardede, 2020). gangguan mental yang terjadi dalam
jangka waktu yang panjang dan ketika
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi menyerang seseorang akan membuat
psikotik yang memengaruhi berbagai area pengidapnya mengalami halusinasi,
fungsi individu, termasuk berpikir, delusi, kekacauan dalam berfikir dan
berkomunikasi, mau untuk menerima, mengasingkan diri dari orang lain.
meng-interpretasikan realitas, merasakan
dan menunjukan emosi. Pasien Skrizofrenia sering dijumpai dilapisan
skizofrenia sering mendapat stigma dan masyarakat dan dapat dialami setiap
diskriminasi yang lebih besar dari manusia. Selain itu skrizofrenia juga

1
memliki beberapa tipe antara lain dan menyenangkan.(Lase & Pardede,
skrizofrenia paranoid, skrizofrenia 2022)
disorganisasi, skrizofrenia katatonik,
skrizofrenia residual. Skizofrenia tidak Klien skizofrenia 70% mengalami
dapat diterangkan sebagai satu penyakit halusinasi (Stuart, 2009). Halusinasi
saja. (Kusuma et al., 2020). merupakan keadaan seseorang
mengalami perubahan dalam pola dan
Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran, jumlah stimulasi yang diprakarsai secara
distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku internal atau eksternal di sekitar dengan
sehingga pasien dengan skizofrenia pengurangan, berlebihan, distorsi, atau
memiliki risiko lebih tinggi berperilaku kelainan berespon terhadap setiap
agresif di mana perubahan perilaku stimulus Hal ini juga didukung oleh
secara dramatis terjadi dalam beberapa Fontaine (2009).
hari atau minggu. Hal inilah yang Halusinasi pendengaran merupakan gejala
membuat perlu bantuan keluarga untuk skizofrenia yang paling sering dijumpai
merawat dan memberikan perhatian mencakup 50–80% dari keseluruhan
khusus pada pasien skizofrenia (Pardede halusinasi. Halusinasi dapat menjadi suatu
& Siregar, 2016). alasan mengapa klien melakukan tindakan
Dampak dari halusinasi tersebut bisa perilaku kekerasan karena suara-suara
menimbulkan perilaku kekerasan yang yang memberinya perintah sehingga
dapat melukai orang lain, dan mencederai rentan melakukan perilaku yang tidak
diri sendiri seperti pada kasus pasien adaptif. Perilaku kekerasan merupakan
halusinasi memakan telinga orang lain, respon maladaptif dari kemarahan, hasil
biasanya halusinasi tersebut bersifat dari kemarahan yang ekstrim atau panik.
menyuruh yang bisa membuat pasien Perilaku kekerasan yang timbul pada
melakukan sesuatu yang tidak klien skizofrenia diawali dengan adanya
diinginkannya, dan hal tersebut tidak bisa perasaan tidak berharga, takut, dan ditolak
ditahan oleh pasien. Sehingga diperlukan oleh lingkungan sehingga individu akan
pemberian asuhan keperawatan dengan menyingkir dari hubungan interpersonal
proses terapeutik yang melibatkan dengan orang lain (Pardede, 2015).
hubungan kerja sama antara perawat,
pasien ataupun keluarga untuk mencapai Halusinasi adalah suatu gejala pada
tingkat kesehatan yang optimal, asuhan individu dengan gangguan jiwa yang
keperawatan yang diberikan pada mengalami gangguan perubahan persepsi
penderita halusinasi bertujuan untuk sensori yang ditandai dengan klien
meningkatkan kesadaran pasien antar merasakan sensasi berupa suara,
stimulasi persepsi yang dialami pasien penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
dan kehidupan nyata Merawat pasien penghiduan tanpa stimulus yang nyata
skizofrenia dengan masalah halusinasi (Keliat, 2014).
dibutuhkan pengetahuan, keterampilan
dan kesabaran serta dibutuhkan waktu Halusinasi dapat muncul dari salah satu
yang lama akibat kronisnya penyakit ini. panca indra. Respon terhadap halusinasi
Kemampuan dalam merawat pasien dapat mendengar suara, curiga, khawatir,
skizofrenia merupakan keterampilan yang tidak mampu mengambil keputusan, tidak
harus praktis sehingga membantu dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
keluarga dengan kondisi tertentu dalam Pasien halusinasi disebabkan karena
pencapaian kehidupan yang lebih mandiri faktor pola asuh, perkembangan,
neurobiology, psikologis sehingga

2
menimbulkan gejala halusinasi. Seseorang tahun 2013, Kota Medan 1,0 per 1.000
yang mengalami halusinasi bicara sendiri, penduduk menjadi 1,1 per 1.000
senyum sendiri, tertawa sendiri, menarik penduduk, Serdang Bedagai 1,2 per 1.000
diri dari orang lain, tidak dapat penduduk tahun 2007 meningkat menjadi
membedakan nyata dan tidak nyata 2,5 per 1.000 penduduk tahun 2013,
(Fitri,2019) Samosir 1,4 per 1.000 penduduk tahun
2007 menjadi 2,1 per 1.000 penduduk
Menurut WHO (2022) Terdapat 21 juta tahun 2013. Riskesdas (2018), prevalensi
orang terkena Skizofrenia, berdasarkan skizofrenia Sumatera Utara sebanyak
prevalensi kasus Sizofrenia di Indonesia 13.991 orang (Pardede, 2020).
pada tahun 2019 untuk tingkat Asia
Tenggara berada di urutan pertama diikuti Faktor-faktor yang mampu mem-pengaruhi
oleh negara Vietnam, Philipina, Thailand, kekambuhan penderita skizofrenia dengan
Myanmar, Malaysia Kamboja dan terakhir halusinasi meliputi ekspresi emosi
adalah Timur Leste. Studi epidemiologi keluarga yang tinggi, pengetahuan
pada tahun 2018 menyebutkan bahwa keluarga yang kurang, ketersediaan
angka prevalensi Skizofrenia di Indonesia pelayanan kesehatan, penghasilan
3% sampai 11%, mengalami peningkatan keluarga dan kepatuhan minum obat
10 kali lipat dibandingkan data tahun 2013 pasien skizofrenia (Pardede, 2020).
dengan angka prevalensi 0,3% sampai
1%, biasanya timbul pada usia 18–45 Halusinasi sudah melebur dan pasien
tahun(Kemenkes RI, 2019). Skizofrenia merasa sangat ketakutan, panik dan tidak
adalah penyakit yang mempengaruhi bisa membedakan antara khayalan dan
berbagai area fungsi individu, termasuk : kenyataan yang dialaminya (Nurlaili,2019).
berpikir, berkomunikasi, menerima, Subjek di dalam pembuatan askep ini
menafsirkan realitas, merasakan, dan berjumlah 1 orang dengan pasien masah
menunjukkan emosi (Pardede, Silitonga & halusinasi pendengaran atas nama inisial
Laia,2020). Tn.F, penyebabnya Tn F sebagai subjek di
karenakan pasien belum bisa mengatasi
Kementerian Kesehatan Republik emosinya selain minum obat. Maka tujuan
Indonesia (2015), prevalensi skizofrenia di asuhan keperawatan yang akan di lakukan
Indonesia adalah 0,1 per 1.000 penduduk ialah untuk mengajarkan standar
pada tahun 2007 dan meningkat menjadi pelaksanaan masalah halusinasi
1,7 per 1.000 penduduk tahun 2013. pendengaran pada saat Tn.F mengalami
Prevalensi skizofrenia di Daerah Istimewa halusinasinya.
Yogyakarta dan Aceh adalah Provinsi
tertinggi penderita skizofrenia se-Indonesia Halusinasi pendengaran adalah ketika
sebesar 2,7 per 1.000 penduduk, dan klien mendengar suara-suara jelas
terendah terdapat di Kalimantan Barat 0,7 maupun tidak jelas dimana suara tersebut
per 1.000 penduduk. Prevalensi biasa mengajak klien berbicara atau
skizofrenia di Indonesia terus meningkat melakukan sesuatu tetapitidak ber-
dengan lajunya pertumbuhan penduduk hubungan dengan hal nyata yang orang
dan proses globalisasi. lain tidak mendengarnya. Pasien yang
mengalami halusinasi pendengaran yaitu
Riskesdas Provinsi Sumatera Utara, pasien tampak berbicara atau tertawa-
prevalensi skizofrenia adalah 0,9 per 1.000 tawa sendiri (Meylani & Pardede, 2022).
penduduk pada tahun 2007 dan meningkat
menjadi 1,4 per 1.000 penduduk pada Berdasarkan hasil survey awal yang

3
dilakukan diruang rawat inap Pusuk Buhit dulunya pasien pernah di bully saat di
di RSJ Prof, Dr, M.Ildrem, terdapat 14 bangku smp. Pasien tidak memiliki
orang pasien yang mengalami skizofrenia keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan
dengan masalah gangguan presepsi tanda-tanda Vital, didapatkan hasil TD :
sensori : Halusinasi , sebanyak 90% 110/70 mmHg ; N : 80x/i ,S : 36,5 C , P :
mengalami halusinasi pendengaran & 10% 20x/i. Pasien memiliki tinggi badan 164 cm
mengalami halusinasi penglihatan, dan berat badan 52 Kg.
sehingga penulis tertarik untuk
memberikan asuhan keperawatan pada Didapatkan data, pasien mengatakan
pasien dengan masalah Gangguan menyukai seluruh tubuhnya, pasien
presepsi sensori: Halusinasi Pendengaran mampu menyebut nama dan jenis kelamin
dengan baik, pasien mampu berperan
METODE sebagai anak dan berharap dirinya cepat
Metode penulisan ini adalah studi kasus sembuh. Pasien mengatakan malu
dengan menggunakan 5 tahap proses dan merasa rendah diri karena membuat
keperawatan yaitu, pengkajan malu keluarganya terlebih ketika bertemu
keperawatan, diagnosa keperawatan, dengan orang lain terlebih perempuan.
perencanaan, implemnetasi keperawatan Pasien mengatakan sudah tidak berguna
dan evaluasi. Subjek penulisan ini adalah dan dibenci oleh orang tuanya karena
satu orang pasien yaitu Tn.F dengan kondisinya saat ini. Orang yang berarti
masalah halusinasi pendengaran di RSJ bagi pasien adalah saudaranya. Peran
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan. Waktu serta dalam kegiatan kelompok/
pelaksanaan dimulai dari tanggal 16 masyarakat : Pasien tidak mengikuti
Januari 2023 – 3 Februari 2023. kegiatan kelompok/masyarakat. Hambatan
Pengumpulan data menggunakan dalam berhubungan dengan orang lain
wawancara langsung pada pasien dan, :Pasien mengatakan tidak pernah
observasi dilakukan hanya pada pasien mengikuti kegiatan kelompok karena orang
dan studi dokumentasi. lain takut berdekatan denganya serta
malu dengan keadaannya. Masalah
HASIL Keperawatan : Isolasi Sosial
Hasil pengkajian dan observasi dilakukan
pada tanggal 16 Januari 2023, Tn.F (22 Pasien sering terdiam saat menyebutkan
tahun) masuk ke di RSJ Prof. Dr. sesuatu yang berkaitan dengan masa
Muhammad Ildrem Medan pada tanggal lalunya. Pasien tampak gelisah dan tegang
12 Januari 2023 dengan diagnosis medis jika diungkit masa lalunya. Pasien juga
Skizofrenia. Hasil pengkajian yang terlihat cemas kadang – kadang tampak
dilakukan pada Tn.F yang dilakukan pada lesu. Tidak ada alam perasaan spesifik
tanggal 16 Januari 2023 awalnya pasien karena kadang pasien tampak biasa saja,
sulit untuk berkomunikasi, pasien sangat kadan merasa sedih dan putus asa seperti
gelisa ketika berkomunikasi, serta kontak tidak berguna. Pasien memiliki afek labil
mata tidak teratur. Kemudian penulis karena pasien berekspresi sesuai alam
melakukan pendekatan dan bina perasaan yang sedang dialami dan itu
hubungan saling percaya maka perlahan sering berubah-ubah sesuai dengan mood
lahan pasien dapat bekomunikasi. pasien. Saat dikaji pasien selalu
meenunduk Ketika berkomunikasi atau
Faktor predisposisi, pasien mengatakan berbicara dengan lawan bicara.
belum pernah masuk rumah sakit jiwa Berdasarkan Observasi pada klien, Klien
dimasa lalu.. Pasien menyatakan bahwa mengatakan saat diruangan ia mendengar

4
suara bisikan yang membisikkan berinteraksi dengan baik, teman satu
ditelinganya seperti menyuruh atau ruangan juga mengatakan pasien tidak
memerintah klien untuk melakukan pernah bicara sama sekali, setelah
sesuatu. Tingkat kesadaran pasien, pasien penulis datang barulah pasien mau
tampak bingung dan mondar-mandir. berbicara.
Pasien tidak terbuka dengan
masa lalunya tetapi masih ingat dengan Pasien megatakan alasan untuk tidak
kejadian- kejadian yang menyenangkan/ berinteraksi pada orang sekitar
menyedihkan. Pasien mudah mengganti dikarenakan ada suara-suara yang
topik pembicaraan dan saat bercerita mengatakan pukul serta itu omong
berbelit-belit. Daya tilik diri pasien, kosong, hal tersebut membuat pasien
pasien menyalahkan hal-hal di luar dirinya untuk mengambil keputusan menyendiri
Pasien mengatakan ia bisa di RSJ karena dan lebih baik untuk diam. Pada saat
orang tuanya. wawancara psien tampak gelisa.

Pasien mengatakan tidak ada keluarga Diagnosa keperawatan: gangguan


yang mengalami ganguan jiwa, hanya persepsi sensori halusinasi pendengaran,
dirinya saja, pasien mengatakan pernah isolasi sosial menarik diri dan risiko
mengalami masa remaja yang kelam perilaku kekerasan Intervensi
dimana pasien sering melakukan keperawatan dilakukan pada Tn.F
perkelahian pada teman-temanya, dilakukan berdasarkan strategi
sehingga teman-teman sekolah menjahui pelaksanaan (SP): pada diagnosa
pasien karena dianggap berbahaya bagi Halusinasi Pendengaran SP1: bagian
sekitar. Setelah itu pasien jarang sekali pertama,mengidentifikasi isi, frekuensi,
keluar rumah, suka menyendiri bahkan waktu terjadi, situasi pencetus, dan
untuk keluar kamar saja pasien tidak mau. respon halusinasi. Bagian kedua,
mengontrol halusinasi dengan cara
Terapi yang diberikan adalah risperidone menghardik. SP2: mengontol halusinasi
2 mg dan clozapine 25 mg. Salah satu dengan cara minumobat teratur. SP3:
penyebab kekambuhan pasien gangguan mengontrol halusinasi dengan bercakap
jiwa yaitu ketidak patuhan minum obat, cakap dengan orang lain. SP4:
bahwa kekambuhan dapat disebabkan mengontrol Halusinasi dengan melakukan
oleh ketidakpatuhan minum obat, gejala kegiatan yang terjadwal.
yang refrakter terhadap pengobatan, Diagnosa Isolasi Sosial Menarik Diri
peristiwa kehidupan yang menimbulkan diberikan SP1: menjelaskan keuntungan
stres, kerentanan individu terhadap stres, dan kerugian memiliki teman.SP2: melatih
ekspresi emosi keluarga yang tinggi, serta klien berkenalan dengan 2 orang atau
yang tidak kalah penting adalah dukungan lebih. SP3: melatih klien bercakap cakap
keluarga dalam penatalaksanaan untuk sambil melakukan kegiatan harian. SP4:
pasien gangguan jiwa. Dukungan melatih berbicara sosial: seperti meminta
keluarga sangat penting dalam sesuatu, berbelanja dan sebagainya.
penyembuhan penderita gangguan jiwa.
Diagnosa resiko perilaku kekerasan SP1:
Hasil observasi pasien tidak berbaur pada mengontrol perilaku kekerasan dengan
pasien lainnya padahal semua pasien cara : latihan fisik tarik napas dalam dan
yang ada diruangan tempat pasien pukul kasur bantal. SP2: mengontrol
dirawat sudah mengalami koperatip perilaku kekerasan dengan cara minum
artinya rata-rata pasien sudah dapat obat secara teratur.SP3: Komunikasi

5
secara verbal: Asektif/berbicara baik-baik. kesenjangan antara teoritis dengan
SP4: spritual (Safitri,2019). tinjauan kasus Skizofrenia merupakan
kondisi psikotik yang berpengaruh
Implementasi pada yang dilakukan terhadap area fungsi individu, termasuk
selama 3 minggu setiap diagnosa berpikir, berkomunikasi, menerima,
dilakukan selama 1 minggu, minggu menafsirkan kenyatan, merasakan dan
pertama 5 kali pertemuan mengatasi menunjukkan emosi serta penyakit kronis
masalah halusinasi pendengaran, hasil yang ditandai dengan pikiran kacau,
didapatkan pasien mampu meng- delusi, halusinasi, dan perilaku aneh.
identifikasi suara, frekuensi, serta waktu Halusinasi merupakan distorsi persepsi
terjadinya halusinasi, pasien juga sudah palsu yang terjadi pada
mampu mengalakukan teknik menghardik. respon neurobiologist maladaptif,
Pasien mengatakan sudah jarang suara penderita sebenarnya mengalami distorsi
itu muncul, ketika sendiri suara itu tidak sensori sebagai hal yang nyata dan
ada lagi. meresponnya. Faktor-faktor yang mampu
mempengaruhi kekambuhan penderita
Minggu kedua 6 kali pertemuan skizofrenia dengan halusinasi meliputi
mengatasi masalah isolasi sosial, ekspresi emosi keluarga yang tinggi,
perlahan demi perlahan pasien diawali pengetahuan keluarga yang kurang,
dengan belajar berkenalan, dengan ketersediaan pelayanan kesehatan,
mahasiswa yang sedang menjalani penghasilan keluarga dan kepatuhan
peraktek, dilanjutkan dengan berkenalan minum obat pasien skizofrenia (Pardede,
dengan teman sekamarnya, perlahan 2020).
lahan pasien sudah memiliki
perkembangan selama 1 minggu Pembahasan dimulai melalui tahapan
didapatkan hasil pasien mulai berinteraksi proses keperawatan yaitu pengkajian,
dengan orang-orang, sudah mulai diagnosa keperawatan, perencanaan,
tersenyum jika diberikan candaan. pelaksanaanan dan evaluasi.
Asuhan keperawatan yang diberikan pada
Minggu ketiga mengatasi masalah resiko Tn.F dengan Halusinasi Pendengaran di
perilaku kekerasan 5 kali pertemuan, Rumah Sakit Jiwa Pengkajian dilakukan
langkah pertama diberikan pada pasien pada tanggal 16 Januari 2023 langsung
untuk belajar latihan mengontrol diri bersama pasien dengan metode
dengan tarik napas dalam jika amarah wawancara dan observasi, data yang
sedang memuncak, hasil didapatkan diperoleh penulis dari hasil pengkajian
pasien mengatakan sedikit tenang jika antara lain: alasan masuk rumah sakit
diajak berbicara, pasien juga tampak jiwa, riwayat keluarga, konsep diri, status
tenang jika latihan strategi pelaksanaan, mental, psikososial, avitas motorik,
meskipun demikian pasien sangat sulit persepsi, dan memori.
untuk melakukan strategi pelaksanaan
yang keempat. Halusinasi merupakan bentuk yang paling
sering terjadi pada gangguan sensori
PEMBAHASAN persepsi. Klien memberi pendapat
Setelah penulis melaksanakan asuhan mengenai lingkungan tanpa objek atau
keperawatan kepada Tn. F dengan rangsangan nyata. Contohnya klien
Gangguan Presepsi Sensori : Halusinasi mengatakan bahwa ia ada hal tidak ada
Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Prof M. orang yang berbicara. Gangguan jiwa
Ildrem, maka penulis membahasan mengalami gejala dimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori: merasakan

6
sensori palsu berupa suara, penglihatan,
dan pengecapan.
Setelah penulis melaksanakan asuhan Pada Teori Halusinasi (NANDA, 2015-
keperawatan kepada Tn.F dengan 2017). diagnosa keperawatan yang
Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit muncul sebanyak 3 diagnosa keperawatan
Jiwa Prof. Dr. M.Ildrem maka penulis akan yang meliputi: Harga diri rendah, Isolasi
membahas kesenjangan antara teoritis social ,Halusinasi . Sedangkan pada kasus
dengan tinjauan kasus. Pembahasan Tn.F ditemukan tiga diagnosa
dimulai melalui tahapan proses keperawatan yang muncul halusinasi,
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa isolasi sosial, Prilaku kekerasan. Dari hal
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tersebut di atas dapat dilihat terjadi
dan evaluasi. perbedaan antara teori dan kasus
Dalam pengkajian ini dilakukan secara Diagnosa keperawatan yang di-temukan
langsung pada klien dan juga dengan dan teori yang telah dijelaskan diatas,
menjadikan status klien sebagai sumber bahwa masalah utama yaitu gangguan
informasi yang dapat mendukung data- persepsi sensori: halusinasi pendengaran,
data pengkajian. Selama proses dan disebabkan oleh isolasi sosial, dan
pengkajian, perawat mengunakan berakibat pada resiko perilaku kekerasan.
komunikasi terapeutik serta membina
hubungan saling percaya antara perawat- Intervensi keperawatan dilakukan pada
klien. Penulis menemukan kesenjangan Tn.F dilakukan berdasarkan strategi
karena ditemukan pada kasus Tn.F pelaksanaan (SP) berikut:
dimana klien mendengar suara-suara yang 1. Halusinasi Pendengaran SP1:
menyuruh untuk melakukan sesuatu a.Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu
seperti marah menghancurkan barang dan terjadi, situasi pencetus, dan respon
mengamuk, gelisah, mondar-mandir, halusinasi. b.mengontrol halusinasi
sedih, kontak mata kurang, wajah tampak dengan cara menghardik. SP2: mengontol
lesu, kadang gelisah dan lain-lain. Gejala- halusinasi dengan cara minum obat
gejala yang muncul tersebut tidak semua teratur. SP3: mengontrol halusinasi
mencakup dengan yang ada di teori klinis dengan bercakap cakap dengan orang
dari halusinasi, akan tetapi terdapat faktor lain. SP4: mengontrol Halusinasi dengan
predisposisi maupun presipitasi yang melakukan kegiatan yang terjadwal.
menyebabkan kekambuhan penyakit yang 2. Isolasi Sosial Menarik Diri SP1:
dialami oleh Tn. F (Telaumbanua & menjelaskan keuntungan dan kerugian
Pardede, 2023). memiliki teman.SP2: melatih klien
berkenalan dengan 2 orang atau lebih.
SP3: melatih klien bercakap cakap sambil
Dalam pengkajian ini, penulis menemukan melakukan kegiatan harian.
kesenjangan karena ditemukan. Pada SP4: melatih berbicara sosial: seperti
kasus Tn.F, klien mendengar suara-suara meminta sesuatu, berbelanja dan
yang menyuruh untuk marah-marah dan sebagainya.
merusak barang. Gejala-gejala yang 3.Resiko Perilaku Kekerasan SP1:
muncul tersebut tidak semua mencakup mengontrol perilaku kekerasan dengan
dengan yang ada di teori klinis dari cara :- latihan fisik tarik napas dalam
halusnasi (Keliat,2016). Akan tetapi -latihan fisik pukul kasur bantal.SP2:
terdapat faktor predisposisi maupun mengontrol perilaku kekerasan dengan
presipitasi yang menyebabkan ke- cara minum obat secara teratur.SP3:
kambuhan penyakit yang dialami oleh Tn.F Komunikasi secara verbal: Asektif/ber-

7
bicara baik-baik. SP4: spritual pasien. Selain dukungan keluarga
(Andri,2019). Intervensi keperawatan secara generalis
sangat efektif diberikan pada pasien
Implementasi dilakukan selama 3 minggu dengan gangguan sensori persepsi
dimana setiap diagnosa diberikan latihan halusinasi pendengaran, isolasi sosial, dan
SP selama satu minggu. Sebelum resiko perilaku kekerasan. Hal ini ditandai
dilakukan latihan strategi pelaksanaan dengan penurunan tanda gejala
(SP), klien sulit sekali diajak berbicara, halusinasi, isolasi sosial, dan resiko
disebabkan oleh beberapa faktor yang perilaku kekerasan pada klien setelah
mengakibatkan pasien memilih untuk diberikannya tindakan keperawatan.
menyendiri, pasien juga sering
mendengar suara suara yang tidak nyata DAFTAR PUSTAKA
yang sering menggangu pasien, pasien Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, P.,
tampak berbicara sendiri, termenung, Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019).
pasien mengatakan untuk mengatasi Implementasi keperawatan
masalah tersebut pasien memilih untuk pengendalian diri klien halusinasi
diam dan tidur tanpa melakukan aktivitas pada pasien skizofrenia. Jurnal
fisik lainnya. Kesmas Asclepius, 1(2), 146-155.
https://doi.org/10.31539/v1i2.922
Setelah dilakukan latihan Strategi Anggraini, T & Maula, (2021). Asuhan
Pelaksanaan (SP) penulis melihat Keperawatan Jiwa Pada An S
perkembangan yang cukup baik pada Dengan Gangguan Persepsi
pasien, pasien sudah mulau bisa diajak Sensori Halusinasi Pendengaran.
berbicaraperlahan demi perlahan suara Karya Tulis nbIlmiah, Universitas
halusinasi juga menghilang meski tidak Kusuma Husada Surakarta.
sepenuhnya, pasien juga tampak tenang http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/15
ketika diajak berbcara, pasien tampak 10/1/naskah%20publikasi%20titani
melakukan aktivitas fisik ringan seperti a%20anggraini.pdf
menyapu dan membereskan tempat tidur. Damanik, R. K., Pardede, J. A., & Manalu,
Pasien mengalami kemajuan setelah L. W. (2020). Terapi Kognitif
diberikan latihan, latihan tersebut dapat Terhadap Kemampuan Interaksi
mengalihkan masalah utama pada kasus Pasien Skizofrenia Dengan Isolasi
ini yaitu halusinasi pendengaran, dengan Sosial. Jurnal Ilmu Keperawatan
melakukan aktifitas dapat mengalihkan dan Kebidanan, 11(2), 226-235.
fokus terhadap halusinasi. (Rinjani,2020) http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v11i
2.822
SIMPULAN Fitri, N. Y. (2019). Pengaruh Terapi
Pasien yang mengalami skizofrenia dapat Okupasi terhadap Gejala
mempengaruhi proses berfikir individu, Halusinasi Pendengaran Pada
seperti berkomunikasi, merasakan, sinasi Pendengaran Rawat Inap di
mengekpresikan emosi, serta otak yang Yayasan Aulia Rahma Kemiling
ditandai dengan pikiran yang tidak teratur, Bandar Lampung. Jurnal
delusi, halusinasi, dan perilaku aneh. Kesehatan Panca Bhakti 7(1),33.
Peran keluarga sangat penting dalam https://doi.org/10.47218/jkpbl.v7i1
mengatasi gangguan persepsi sensori 58
halusinasi pendengaran, pasien Hulu, F., Waruwu, F. I. J., Zebua, I. J.,
memerlukan teman berbicara untuk Manurung, J., SAMOSIR, M. L., &
mengekpresikan perasaan yang dirasakan Pardede, J. A. (2022). Penerapan

8
Terapi Aktivitas Kelompok Minum Obat Terhadap
Stimulasi Persepsi Pada Pasien Gejala,Kemampuan
Halusinasi di RRSJ Prof. Dr. M. Berkomitmen Pada Peng-obatan
Ildrem Medan. Dan Kepatuhan Pasien
Keliat B. A. (2014). Proses Keperawatan Skizofrenia.
Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC. https://www.researchgate.net/profi
Lase, A. A. N., & Pardede, J. A. (2022). le/JekAmidos/publication/3470112
Penerapan Terapi Generalis (SP 73
1-4) Pada Penderita Skizofrenia Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R.,
Dengan Masalah Halusinasi Di Emanuel, P., & Laia, R. (2016).
Ruang Sibual-buali: Studi Kasus. Ekspresi Emosi Keluarga Dengan
https://doi.org/10.31219/osf.io/sgfk Frekuensi Kekambuhan Pasien
5 Skizofrenia. Idea Nursing
Mahbengi, T., & Pardede, J. A. (2023). Journal, 7(3),53-61
Penerapan Strategi Pelaksanaan https://doi.org/10.52199/inj.v7i3.6
Dalam Pemberian Asuhan 446
Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Pardede, J. A., Silitonga, E., & Laia, G. E.
Dengan Masalah Halusinasi: Studi H. (2020). The Effects of
Kasus. Cognitive Therapy on Changes in
Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Symptoms of Hallucinations in
Beban Keluarga Berhubungan Schizophrenic Patients. Indian
Dengan Pencegahan Journal of Public Health Research
Kekambuhan Pasien Skizofrenia & Development, 11(10), 256-262.
Jurnal Keperawatan Jiwa, 12(3). https://doi.org/10.37506/ijphrd.v11
https://www.researchgate.net/profil i10.11153
e/JekAmidos/publication/3479926 Pardede, J. A., & Hasibuan, E. K. (2019).
06 Dukungan caregiver dengan
Meylani, M., & Pardede, J. A. (2022). frekuensi kekambuhan pasien
Penerapan Strategi Pelaksanaan skizofrenia. Idea Nursing
(SP) 1-4Dengan Masalah Journal, 10(2).
Halusinasi Pada Penderita https://doi.org/10.52199/inj.v10i2.1
Skizofrenia: Studi Kasus. Rinjani, 7161
S., Murandari, M., Nugraha, A., & Pardede, J. A., & Laia, B. (2020).
Widiyanti, E. (2020). Efektivitas Decreasing Symptoms of Risk of
Terapi Psikoreligius Terhadap Violent Behavior in Schizophrenia
Pasien Dengan Halusinasi. Jurnal Patients Through Group Activity
Medika Cendikia, 7(02), 136-144. Therapy. Jurnal Ilmu Keperawatan
https://doi.org/10.33482/medika.v7 Jiwa, 3(3), 291-300.
i02.147 https://doi.org/10.32584/jikj.v3i3.62
Nazara, A. S., & Pardede, J. A. (2023). 1
Aplikasi Terapi Generalis Dalam Pardede, J. A., & Siregar, R. A. (2016).
Pemberian Asuhan Keperawatan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan
Jiwa Pada Nn. R Dengan Minum Obat Terhadap Perubahan
Halusinasi. Gejala Halusinasi Pada Klien
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I. skizofrenia. Mental Health, 3(1).
Y. (2013). Pengaruh Acceptance Pardede, J. A. (2018). Pelaksanaan Tugas
And Commitment Therapy Dan Keluarga Dengan Frekuensi
Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Kekambuhan Pasien Skizofrenia

9
Dengan Masalah Isolasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Sosial. Jurnal Keperawatan Nn. N Dengan Masalah
Jiwa, 6(2). Halusinasi Pendengaran. OSF
hppt://eprints.ums.ac.id/id/eprint/4 Preprints. January, 11.
0858 WHO.(2022).Schizophrenia.
Pardede, J. K., Sirait, D., Riandi, R., https://www.who.int/news-
Emanuel, P., Ruslan, L. (2016). room/factsSheets/detail/schizophr
Ekspresi Emosi Keluarga Dengan b
Frekuensi Kekambuhan Pasien Wulandari, Y., & Pardede, J. A. (2022).
Skizofrenia Emotional Expression Aplikasi Terapi Generalis Pada
Family With The Frequency Of Penderita Skizofrenia Dengan
Recurrence Of Patients With Masalah Halusinasi Pendengaran.
Schizophrenia. Idea Nursing
Journal, VII(3), 53–61. Safitri, R.
(2019). Implementasi
Keperawatan Sebagai Wujud Dari
Perencanaan Kepera watan Guna
Meningkatkan Status Kesehatan.
https://doi.org/10.31219/osf.io/8uc
ph
Santi, F. N. R., Nugroho, H. A., Soesanto,
E., Aisah, S., & Hidayati, E.
(2021). Perawatan Halusinasi,
Dukungan Keluarga Dan
Kemampuan Pasien Mengontrol
Halusinasi: Literature
Review. Jurnal Keperawatan dan
Kesehatan Masyarakat Cendekia
Utama,10(3),271-284.
https://doi.org/10.31596/jcu.v10i3.
842
Sulahyuningsih, E., Pratiwi, A., & Teguh,
S. (2016). Pengalaman Perawat
Dalam Mengimplementasikan
Strategi Pelaksanaan (Sp)
Tindakan Keperawatan Pada
Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta (Doctoral
dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Syahdi, D., & Pardede, J. A. (2022).
Penerapan Strategi Pelaksanaan
(SP) 1-4 Dengan Masalah
Halusinasi Pada Penderita
Skizofrenia: Studi Kasus.
Telaumbanua, B. S., & Pardede, J. A.
(2023). Penerapan Strategi
Pelaksanaan Dalam Pemberian

10
11

You might also like