You are on page 1of 25

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK

PAIR SHARE (TPS) BERBANTUKAN GESHOOL UNTUK


MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X
PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL
DI SMK N 3 SALATIGA

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer

oleh:
Pinang Hiyu Shela Sitdhaya
NIM: 702011098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

i
ii
iii
iv
v
vi
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Berbantukan Geschool Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas X
Pada Mata Pelajaran Simulasi Digital
Di SMK N 3 Salatiga

1)
Pinang H. Shela Sitdhaya 2) Widya Damayanti, S.Pd., M.Sc.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga
Email: 1)702011098@student.uksw.edu 2)widya.damayanti@staff.uksw.edu
Abstract
Observations and interview to teachers and students on the subjects of digital simulation in SMK N 3
Salatiga, shows that learning model still make less conventional students are interested in learning
that the motivation to study students low. Needed renewal teaching methods that these problems can
be completed. Change learning model to motivate students can be done by applying learning model
cooperative type Think Pair Share (TPS) ( tps ) assisted geschool to improve the motivation to study
student. Then testing done uses experimental methods by design non-equivalent control group design
.Research done in four meetings , treat done in the second and third. Data collection using sheets
observation and the survey. Preliminary observations showed motivation grade students learning
experiment worth 36.43 % and grade control of 37.34 % .Next on the end of the show observation
motivation class learning experiment % reach 84.11 and grade control 56.55 % , while the results of
the poll a class experiment menunujukkan 81.51 % and grade control 77.00 % .The result showed that
learning model with cooperative type Think Pair Share (TPS) assisted geschool motivation can
improve student learning .
Keyword : Think Pair Share (TPS) (TPS), geschool, motivation learning
Abstrak
Hasil observasi dan wawancara kepada guru dan siswa pada mata pelajaran simulasi digital di SMK N
3 Salatiga, menunjukkan bahwa model pembelajaran yang masih konvensional membuat siswa kurang
tertarik terhadap pembelajaran sehingga motivasi belajar siswa rendah. Dibutuhkan pembaharuan
cara mengajar sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Perubahan model pembelajaran
untuk memotivasi siswa dapat dilakukan dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) berbantukan Geschool untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Kemudian
pengujian dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan desain non-equivalent control group
design. Penelitian dilakukan dalam empat kali pertemuan, perlakukan dilakukan pada pertemuan kedua
dan ketiga. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan angket. Observasi awal
menunjukan motivasi belajar siswa kelas eksperimen sebesar 36.43% dan kelas kontrol sebesar
37.34%. Selanjutnya pada observasi akhir menunjukkan motivasi belajar kelas eksperimen mencapai
84.11% dan kelas kontrol 56.55%, sedangkan hasil angket menunujukkan kelas eksperimen 81.51%
dan kelas kontrol 77.00%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran dengan
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berbantukan Geschool dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
Kata Kunci : Think Pair Share (TPS), geschool, motivasi belajar

1)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatikadan Komputer,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

vii
1. Pendahuluan
Guru dan siswa adalah faktor penting dalam pendidikan. Dibutuhkan kerjasama
antara guru dan siswa dalam suatu proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus
bisa mengelola kelas serta membuat siswa merasa nyaman saat proses pembelajaran.
Guru harus bisa mendesain pembelajaran menjadi menarik dan melibatkan siswa
sehingga siswa membangun sendiri pengetahuannya. Salah satu upaya untuk menarik
dan melibatkan siswa, salah satunya yaitu dengan model pembelajaran yang
dipadukan dengan media.
Berdasarkan observasi di SMK N 3 Salatiga kebanyakan siswa tidak tertarik
dengan Simulasi Digital, karena model pembelajaran yang digunakan guru tidak
menarik bagi siswa. Guru hanya menerangkan sedangkan siswa hanya mencatat
tanpa ada aktivitas siswa. Hal ini menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa,
karena siswa lebih senang bermain handphone di belakang atau ramai sendiri dengan
teman ketika guru menjelaskan materi di depan, dan ketika guru melontarkan
pertanyaan kepada siswa, siswa cenderung diam tidak mau menjawab.
Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran simulasi digital di SMK N 3
Salatiga, siswa ramai sendiri saat pembelajaran berlangsung. Ketika diberi soal atau
tugas tidak langsung dikerjakan, dan tidak semua siswa mengumpulkan tugas yang
diberikan. Selain itu ketika guru melontarkan pertanyaan untuk mengetes pemahaman
siswa saat menjelaskan materi, siswa cenderung diam, hanya satu atau dua anak saja
yang mau menanggapi dan mengeluarkan pendapatnya. Selain itu dari hasil
wawancara dengan 10 orang siswa kelas X di SMK N 3 Salatiga menunjukkan bahwa
metode pembelajaran masih menggunakan metode konvensional atau ceramah dan
kurang memanfaatkan media. Hal ini menyebabkan siswa kurang tertarik, merasa
bosan, mengantuk dan bahkan siswa lebih memilih berbicara/bermain ketika guru
memberikan penjelasan, serta tidak termotivasi untuk mengikut proses pembelajaran .
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas serta berdasarkan hasil observasi
terlihat bahwa motivasi belajar siswa masih rendah.
Salah satu upaya menciptakan pembelajaran yang menarik untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan model
pembelajaran kelompok (cooperative learning)[1]. Perubahan model pembelajaran
untuk memotivasi siswa dapat dilakukan dengan menerapkan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran kooperatif adalah
metode pembelajaran dengan sistem pengelompokan yang beranggotakan
beberapa siswa yang mempunyai latar belakang kemampuan heterogen, dan
teknik Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu teknik yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Teknik ini mengandung tiga unsur
penting yaitu Think (Berpikir), Pair (Berpasangan) dan Share (Berbagi). Siswa
mempunyai kesempatan untuk bekerja sendiri pada saat tahap Think dan
memperoleh kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain pada tahap Pair dan
Share.

1
Selain pemilihan model pembelajaran, pemilihan media pembelajaran yang
digunakan diharapkan dapat menunjang kegiatan Think Pair Share (TPS) adalah
Geroom Geschool karena merupakan teknologi berbasis internet yang sederhana,
tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengakses di situs tersebut sebelum
menggunakannya. Geschool merupakan jejaring sosial pendidikan yang dibuat oleh
Indonesia. Geroom merupakan salah satu fitur untuk belajar private atau semacam
group pribadi untuk mengajar. Di dalam Geroom guru dapat membuat soal kuis, soal
tugas, dan soal latihan, serta dapat mensharing materi dengan siswa yang menjadi
member di Geroom guru tersebut. Dengan memanfaatkan Geroom itu, nantinya guru
lebih mudah mensharing materi dengan siswa dan melakukan test atau kuis untuk
mengukur kemampuan siswa.
Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah rendahnya motivasi
siswa dalam proses pembelajaran karena penggunaan metode pembelajaran yang
kurang tepat. Sehingga siswa kurang tertarik, merasa bosan, mengantuk,
berbicara/bermain ketika guru memberikan penjelasan, bahkan malas mengerjakan
soal atau tugas yang diberikan oleh guru. Pertanyaan penelitian untuk masalah
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantukan Geschool dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran simulasi digital di SMK N 3 Salatiga?.
Tujuan Peneitian
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran simuasi digital dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) berbantukan Geschool.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh I Gede Putu Ekadani Apriana, dkk
dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Semester Genap
SD di Gugus III Kecamatan Kubu Tahun Pelajaran 2014/2015, penelitian tersebut
bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar PKn antara kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) dan kelompok siswa yang belajar dengan Model
Pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester genap SD di Gugus
III Kecamatan Kubu tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V
SD di Gugus III Kecamatan Kubu tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 7
kelas dengan jumlah keseluruhan 167 orang. Ini ditentukan setelah dilakukan
uji kesetaraan menggunakan ANAVA satu jalur. Sampel penelitian ini, yaitu
siswa kelas V SDN 1 Tianyar dengan jumlah 25 orang sebagai kelompok
eksperimen dan siswa kelas V SDN 6 Tianyar dengan jumlah 29 orang sebagai
kelompok kontrol. Data tentang motivasi belajar dikumpulkan dengan

2
menggunakan angket motivasi belajar. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu
uji-t. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
motivasi belajar siswa kelas V semester genap antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh skor rata-rata yang diperoleh siswa yang
dibelajarkan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS),
yaitu 121,94 yang berada pada kategori tinggi dan model pembelajaran
konvensional, yaitu 108,64 yang berada pada kategori sedang dan hasil dari
uji t, yaitu thitung = 7,868 dan ttabel = 1,671 jadi t hitung > ttabel. Nilai uji-t
tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa pada
pembelajaran PKn[2].
Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Kd.Jayanthi Riva Prathiwi,
dkk (2014) yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa
Pembelajaran IPS pada Kelas V Sekolah Dasar Gugus VIII Kecamatan Buleleng.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar dan
prestasi belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS
dan pembelajaran konvensional. Sebanyak 62 siswa kelas V SD Gugus VIII
Kecamatan Buleleng dipilih sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan desain
eksperimen post test only control group design. Data motivasi belajar
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan data prestasi belajar
dikumpulkan dengan tes pilihan ganda. Uji validitas kuesioner dan tes dianalisis
dengan menggunakan Product Momentdan Point Biserial. Uji reliabilitas
kuesioner dan tes dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbachdan KR-20. Uji
hipotesis menggunakan MANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
pertama, terdapat perbedaan motivasi belajar yang signifikan antara siswa yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPSdan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional (F=58,671); kedua, terdapat perbedaan restasi belajar
IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe
TPS dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (F=15,438); ketiga,
secara simultan terdapat perbedaan motivasi belajar dan prestasi belajar IPS yang
signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS dan
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (F=35,359)[3].
Penelitian-penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan pada penelitian
yang dilakukan. Terdapat kesamaan pada penelitian yang ada dengan yang akan
lakukan yaitu penerapan model belajar kooperatif tipe think pair share. Berbeda
dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh (1) I Gede Putu Ekadani
Apriana, dkk [1] meneliti motivasi belajar siswa (2) Kd.Jayanthi Riva Prathiwi,
dkk [2] meneliti motivasi dan prestasi belajar, penelitian kali ini meneliti

3
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
berbantukan geschool untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran simulasi digital.
Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. seseorang
yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya)
3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang
dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi,
keadilan, dan lain-lain)
4. Lebih senang bekerja mandiri
5. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
6. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
7. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal[4].
Apabila seseorang mempunyai ciri-ciri dalam indikator tersebut, berarti
siswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan
berhasil baik jika siswa memiliki motivasi untuk belajar, tekun dalam menghadapi
tugas, senang memecahkan soal-soal, ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. Hal-
hal tersebut penting diperhatikan oleh guru agar dapat memberikan motivasi
belajar yang tepat dan optimal[4].
Pembelajaran Kooperatif
Metode Pembelajaran Kooperatif adalah metode pembelajaran dengan
sistem pengelompokan yang beranggotakan beberapa siswa yang mempunyai
latar belakang kemampuan heterogen[1].
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan dampak positif terhadap
peningkatan motivasi belajar, aktivitas belajar, prestasi belajar, hubungan
sosial, serta menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang
lain[6].
Terdapat dua komponen utama Metode Pembeljaran Kooperatif yaitu
komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif
kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berfungsi
supaya anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, sedangkan struktur
insentif berfungsi untuk membangkitkan motivasi individu sebagai bagian dari
kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok. Salah satu hal yang menarik
dari pembelajaran kooperatif yaitu adanya struktur insentif di atas, setiap

4
anggota kelompok akan berusaha untuk belajar, mendorong, dan memotivasi
anggota lain untuk dapat menguasai materi pelajaran agar tujuan kelompok dapat
tercapai[1].
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Teknik Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu teknik yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Teknik ini mengandung tiga unsur
penting yaitu Think (Berpikir), Pair (Berpasangan) dan Share (Berbagi). Siswa
mempunyai kesempatan untuk bekerja sendiri pada saat tahap Think dan
memperoleh kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain pada tahap Pair
dan Share. Teknik ini dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa[5].
Tahapan-tahapan dalam teknik Think Pair Share (TPS) ini adalah:
1. Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan masalah atau pertanyaan yang dikaitkan dengan pelajaran
dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir
sendiri jawaban dari masalah. Dengan tahap ini, siswa akan berusaha
menggali kemampuannya sendiri, sehingga secara tidak langsung sebenarnya
siswa telah menyiapkan bahan untuk berdiskusi pada tahap pairing.
2. Berpasangan (Pairing)
Setelah siswa bekerja secara mandiri siswa akan bertukar pikiran dengan
pasangannya. Oleh karena itu guru meminta siswa untuk berpasangan
dengan teman sebangkunya dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Siswa sebaiknya dipasangkan dengan siswa lain yang diharapkan
ketika mereka berdiskusi akan ada hubungan saling menguntungkan di
dalamnya. Untuk menciptakan kondisi semacam ini, guru dapat
menentukan terlebih dahulu pasangan-pasangan dalam kelas tersebut.
Salah satu alternatif cara untuk mencari pasangan dalam tahap ini yaitu:
a. Membuat kartu-kartu yang sifatnya berpasangan.
b. Setiap siswa memegang 1 buah kartu kemudian ditunjukkan ke teman-
temannya.
c. Sesuai dengan kartu masing-masing, siswa mencari pasangan dari
kartunya. Siswa lain yang memperoleh pasangan kartunya ini akan
berpasangan nantinya dalam berdiskusi.
d. Siswa berdiskusi dengan pasangannya.
3. Berbagi (Sharing)
Dengan berdiskusi bersama pasangannya, siswa tentu akan memperoleh
tambahan pemikiran. Akan tetapi hasil diskusi pasangan-pasangan tersebut
perlu untuk didiskusikan dalam kelompok yang lebih besar lagi. Hal ini
dapat dilakukan dengan guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas mengenai apa yang telah mereka bicarakan.
Beberapa teknik dalam tahap berbagi ini salah satunya yaitu setiap pasangan

5
berbagi dengan pasangan lain, sehingga dalam kelompok diskusi berjumlah
4 siswa [6].
Relevansi Think Pair Share (TPS) dengan Motivasi Belajar
Dengan menerapakan metode Think Pair Share (TPS) diharapkan siswa
lebih tertarik mengikuti pembelajaran, mengurangi siswa yang berbicara di luar
materi karena siswa akan berdiskusi sesuai dengan materi. Selain itu karena
kegiatan Think Pair Share (TPS) banyak melibatkan siswa, dengan seperti itu
dapat mengurangi keramaian dan siswa akan lebih termotivasi untuk belajar
karena sering dilibatkan dalam proses pembelajaran. Dalam proses diskusi siswa
satu dengan yang lain akan saling memotivasi agar pekerjaan kelompok
terselasaikan dengan baik.
Geschool
Geschool adalah jejaring sosial pendidikan bertujuan untuk pertemanan
dengan berbagai fitur dan geschool menggabungkan kemampuan jejaring sosial
Facebook dan Twitter sehingg layak untuk menjadi media sosial baik pelajar
maupun masyarakat secara luas. Dan karena berbasis pendidikan ini Geschool
secara khusus membangun komunitas sekolah – sekolah baik secara akademis
maupun sosial. Untuk dapat mengakses geschool dapat melalui www.geschool.net
seperti gambar 1 berikut ini :
Gambar 1. Tampilan masuk geschool

6
Gambar 2. Tampilan awalan pada home geschool

Di dalam Geschool tersebut juga terdapat Geroom yang digunakan untuk


berlajar private atau semacam group pribadi untuk mengajar. Di dalam Geroom
guru dapat membuat soal kuis, soal tugas, dan soal latihan, serta dapat mensharing
materi dengan siswa yang menjadi member di Geroom guru tersebut. Dengan
memanfaatkan Geroom itu, nantinya guru lebih mudah mensharing materi dengan
siswa dan melakukan test atau kuis untuk mengukur kemampuan siswa. Tampilan
Geroom dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Tampilan geroom

3. Metodologi Penelitian
Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif Quasi
Experimental. Quasi experimental disebut juga eksperimen semu, yaitu metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendali. Desain penelitian yang digunakan yaitu
Nonequivalent Control Group Design, dimana terdapat dua kelompok sampel
yang tidak dipilih secara acak[7]. Kemudian dilakukan observasi untuk
mengetahui keadaan awal dan akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

7
Tabel 1. Desain Nonequivalent Control Group Design
Kelompok Observasi Perlakuan Observasi
Motivasi awal Motivasi akhir
Kelas √ √ √
Eksperimen
Kelas √ - √
Kontrol
Penelitian ini dilakukan empat kali perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Dalam
penelitian eksperimen, jumlah perlakuan dilakukan berdasarkan paket eksperimen,
apabila batas waktu sudah habis, maka eksperimen dianggap selesai[8].
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
observasi dan angket. Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan pengamatan secara teliti serta pencatatan. Observasi
merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan secara sengaja dengan
cara mengamati secara langsung objek yang akan diteliti, yaitu siswa[9]. Metode
observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui berlangsungnya proses
pembelajaran. Metode observasi digunakan untuk untuk mengetahui motivasi
belajar pada proses pembelajaran. Angket merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya [7]. Angket motivasi siswa dilakukan
dan pada pertemuan keempat untuk mengetahui tingkat akhir motivasi belajar
siswa dan sebagai pendukung hasil observasi. Dalam kelas kontrol menerapkan
pembelajaran dilaksanakan tanpa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS).
Teknik Pengumpulan data
a. Observasi
Indikator pada lembar observasi didasarkan pada indikator motivasi
belajar. Indikator motivasi belajar siswa yang akan diteliti dapat dilihat pada
tabel 2 berikut[4][10]:
Tabel 2. Kisi-kisi lembar observasi motivasi belajar
Indikator Uraian
Siswa mengerjakan seluruh soal yang diberikan
Tekun menghadapi tugas
dengan tuntas
Siswa berusaha mencari jawaban dari sumber
Ulet menghadapi kesulitan
referensi yang lain dan bertanya kepada
Siswa mengerjakan tugas secara mandiri dan
Lebih senang belajar mandiri
tidak bertanya kepada teman.
Sisswa selalu memperhatikan pelajaran
Menunjukkan minat terhadap Siswa berdiskusi sesuai materi yang sedang
pelajaran. diberikan guru
Siswa sering menyumbangkan ide, sering

8
bertanya dan memberikan pendapat saat proses
pembeajaran
Siswa dapat menjelaskan alasan atau
Dapat mempertahankan pendapatnya memberikan argument atas pekerjaannya
dengan benar
Siswa memilih membuktikan perkerjaannya
benar atau salah jika hasil pekerjaannya
Tidak mudah melepas hal yang
berbeda dengan teman
diyakini.
Siswa berani mengutarakan pendapatnya
meskipun pendapatnya berbeda dengan teman
Senang mencari dan memecahkan Siswa mengerjakan tugas dan mengumpulkan
masalah soal-soal. jika sudah selesai dengan segera.
Observasi diakukan setiap kali pertemua mulai dari pertemuan pertama
samapi ke empat. Lembar observasi penilaiannya diakukan oleh guru terhadap
siswa kelas eksperimen dan kontrol yang mengikuti mata pelajaran simulasi
digita. Dan penilaian pada masing-masing indikator dilakukan dengan skala
guttman. Skala guttman adalah skala pengukuran dengan data yang diperoleh
berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Jawaban dapat dibuat
dengan skor tertinggi 1 (satu) dan terendah 0 (nol). Cara pemberian bobot nilai
yaitu, nilai 1 untuk jawaban “ya” dan nilai 0 untuk jawaban “tidak”[7].
b. Angket
Indikator pada lembar angket didasarkan pada indikator motivasi
belajar. Indikator motivasi belajar siswa yang akan diteliti dapat dilihat pada
tabel 3 berikut[4][10]:
Tabel 3. Kisi-kisi lembar angket motivasi belajar
Indikator Pernyataan
1. Tekun menghadapi 1. Saya mengerjakan soal simulasi digital yang diperintahkan
tugas yang diberikan guru
2. Saya tidak berhenti mengerjakan soal yang diperintahkan
jika belum selesai
3. Saya senang mengerjakan soal yang diperintahkan simulasi
digital secara terus menerus dalam waktu yang lama
4. Saya teliti dalam mengerjakan soal yang diperintahkan
2. Ulet menghadapi 5. Saya yakin bisa mengerjakan soal simulasi digital yang
kesulitan diperintahkan guru
6. Saya bertanya kepada guru ketika ada penjelasan materi
yang tidak saya pahami
7. Saya berdiskusi dengan teman jika menemukan kesulitan
dalam mengerjakan soal simulasi digital
3. Lebih senang belajar 8. Saya berusaha mengerjakan sendiri pada saat menjawab
mandiri soal individu.
4. Menunjukkan minat 9. Saya memperhatikan setiap penjelasan materi yang
terhadap pelajaran disampaikan oleh guru
10. Pada saat diskusi saya tidak mengobrol di luar materi
11. Sebelum pelajaran Simulasi Digital dimulai saya sudah
menyiapkan buku-buku, peralatan dan belajar terlebih
dahulu

9
12. Saya tertarik mengikuti pelajaran simulasi digital
13. Saya bersemangat belajar saat pembelajaran
dilaksanakan dengan metode yang bervariasi
5. Dapat mempertahankan 14. Saya menyampaikan pendapat saya jika ada pendapat
pendapatnya yang tidak sesuai dengan pemikiran saya
15. Saya dapat memberi alasan atau argumen atas jawaban
saya
6. Tidak mudah melepas 16. Saya memilih membuktikan perkerjaan saya benar atau
hal yang diyakini salah jika hasil pekerjaan saya berbeda dengan teman
7. Senang mencari dan 17. Jika saya mampu mengerjakan soal yang diperintahkan
memecahkan masalah guru dengan mudah dan saya ingin mengerjakan soal
soal-soal yang lebih sulit
18. Saya senang mencari dan memecahkan soal yang diberikan
19. Saya mengerjakan tugas dengan maksimal agar
memperoleh nilai yang baik.
20. Saya segera mengerjakan soal yang diperintahkan guru
21. Saya menyelesaikan tugas simulasi digital dengan baik
untuk memperoleh nilai yang baik.
Lembar angker dibagikan kepada siswa pada pertemuan ke empat.
Lembar angket penilaiannya diakukan oleh siswa pada kelas eksperimen dan
kontrol yang mengikuti mata pelajaran simulasi digital. Bentuk dan skor
jawaban angket terdiri dari lima jawaban yaitu: sangat sesuai, sesuai, ragu
ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Agar peryataan ini dapat dianalisis
secara statistik maka ke lima kategori jawaban ini memiliki skor dari 1 sampai
5. Cara untuk penyekoran dari masing-masing kategori jawaban dapat dilihat
pada tabel 4 sebagai berikut[7]:
Tabel 4. Cara Penyekoran dalam penilaian
No Jawaban Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu-ragu 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dari hasil observasi dan
angket adalah data kuantitatif, yang menunjukkan penilaian atas kemunculan
kegiatan yang mencerminkan motivasi belajar.
4. Hasil dan Pembahasan
Penerapan Think Pair Share (TPS) berbantukan media Geschool
Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan guru bertindak sebagai pelaksana kegiatan belajar.
Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dilakukan
selama dua kali pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut:

10
Tabel 5. Kegiatan Think Pair Share (TPS) di Kelas Eksperimen
Tahapan
Think Pair
Kegiatan Proses Media
Share (TPS)
(TPS)
Guru memberi presepsi tentang  Siswa memikirkan
Berpikir materi pembelajaran dan tentang materi yang
(Thinking) memberi pertanyaan untuk akan dibahas
merangsang daya pikir siswa.
Berpasangan Siswa terbagi menjadi 19  Guru membagi  Kartu Acak
(Pairing) kelompok beranggotakan 2 kelompok
siswa  Siswa berkelompok
Setiap kelompok  Menjadi fasilitator  Internet
mendiskusikan materi yang  Siswa berdiskusi  Modul
diberikan dengan kelompok Simulasi
 Siswa Digital
mengumpulkan  Geroom
hasil diskusi Geschool
kelompok
Berbagi Guru meminta setiap kelompok  Siswa
(Sharing) presentasi hasil diskusinya mempresentasikan
didepan kelas hasil diskusi
kelompok
Membuat pertanyaan untuk  Guru memberi kuis  Geroom
mengetes pemahaman siswa  Siswa mengerjakan Geschool
terhadap materi tersebut. kuis
Bentuk tes seperti pilihan
ganda, mengisi titik-titik, benar
salah atau istilah untuk
didefinisi.
Memberitahukan jawaban  Guru memberi  Geroom
jawaban sambil Geschool
mengulas kembali
materi
Umumkan skor tiap kelompok  Guru 
mengumumkan
skor akhir
Berdasarkan tabel 5 proses pembelajaran pada pertemuan pertama dan
perlakuan kedua sama. Pada kegiatan think guru memberi presepsi tentang materi
pembelajaran, sedangkan siswa membuka materi yang sudah guru disediakan
dalam Geroom agar lebir menarik minat siswa, selanjutnya guru memberi
pertanyaan untuk merangsang daya pikir siswa, maka dengan begitu siswa akan
lebih termotivasi untuk belajar agar dapat memahami materi yang akan dibahas
dan sebagai bekal untuk mereka berdiskusi dengan teman berdasarkan presepsi
dari guru. Kemudian pada kegiatan pair guru membagi siswa dalam kelompok
berpasangan untuk mendiskusikan materi yang sedang dibahas, kemudian siswa
mengumpulkan hasil diskusi mereka melalu Geroom yag tersedia dalam
Geschool, dengan kegiatan diskusi ini maka siswa akan saling memovitasi satu

11
sama lain agar tugas kelompok dapat terselaikan dengan baik. Selanjutnya pada
kegiatan share guru meminta setiap kelompok mempresntasikan hasil diskusinya
di depan kelas, dengan kegiatan presentasi maka siswa akan belajar agar presentasi
yang disampaikan didepan kelas bagus. Kemudia setelah kegiatan Think Pair
Share (TPS) guru memberi penjelasan tentang materi yang sudah dibahas selama
proses think pair share, kemudian memberikan kuis untuk mengetahui tingkat
pemaham siswa. Kuis dilakukan secara online melalui Geroom.
Penggunaan Think Pair Share (TPS) berbantukan geschool memotivasi
belajar siswa, dengan diajak berfikir mereka akan termotivasi untuk belajar agar
dapat memahami materi, dan jika siswa memahami maateri maka siswa satu
dengan yang lain akan saling memotivasi untuk mengerjakan tugas kelompok
dengan baik, dengan mengerjakan tugas dengan baik maka siswa akan lebih
termotivasi belajar lagi agar presentasi yang akan disampaikan baik.
Pada perlakuan pertama siswa mendiskusikan tentang macam-macam
perangkat lunak pengolah angka, selanjutkan membahas tentang pengenalan
Microsoft Excel. Pada perlakuan kedua siswa mendiskusikan tentang operasi
aritmatika dan statistik.
Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilaksanakan telah diperoleh data seperti yang telah
disebutkan pada data observasi Motivasi Belajar pada pertemuan pertama sampai
keempat. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS) menunjukkan adanya peningkatan Motivasi Belajar pada siswa di kelas
eksperimen (X TSM 3) dibandingkan dengan kelas kontrol (X ATPH 1). Adapun
perbandingan data Motivasi Belajar siswa di kelas eksperimen (X TSM 3) dan
dikelas kontrol (X ATPH 1) pada pertemuan pertama sampai keempat dapat dilihat
pada table 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Observasi Perbandingan Motivasi Belajar
di Kelas Eksperimen dan di Kelas Kontrol
Observasi Awal Perlakukan Pertama Perlakukan Kedua Observasi Akhir
Indikator
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
1 75.00% 72.97% 80.00% 81.08% 77.50% 94.59% 77.50% 97.30%
2 30.00% 24.32% 30.00% 89.19% 30.00% 94.59% 30.00% 97.30%
3 25.00% 27.03% 45.00% 56.76% 45.00% 62.16% 45.00% 72.97%
4 23.33% 22.52% 58.33% 62.16% 58.33% 70.27% 58.33% 79.28%
5 0.00% 0.00% 55.00% 56.76% 60.00% 72.97% 60.00% 78.38%
6 0.00% 0.00% 37.50% 41.89% 46.25% 58.11% 45.00% 66.22%
7 67.50% 67.57% 80.00% 86.49% 80.00% 91.89% 80.00% 97.30%
Rata-rata 37.34% 36.43% 55.12% 67.75% 56.73% 80.57% 56.55% 86.09%
Keterangan Indikator:
1. Tekun menghadapi tugas 5. Dapat mempertahankam pendapatnya
2. Ulet menghadapi kesulitan 6. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
3. Lebih senang belajar mandiri 7. Senang mencari dan memecahkan masalah
4. Menunjukkan minat terhadap pelajaran

12
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat pada observasi awal ini belum ada
perlakukan pada kelas eksperimen. Terdapat dua indikator motivasi belajar siswa
yang tidak muncul dalam observasi di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol
yaitu dapat mempertahankan pendapatnya dan tidak mudah melepaskan hal yang
diyakini, hal ini terjadi karena pada observasi awal pembelajaran masih
menggunakan metode konvensional, siswa hanya mendengarkan, mencatat,
kemudian mengerjakan soal. Secara keseluruhan hasil observasi awal adalah
ketika pembelajaran berlangsung kebanyakan siswa cenderung tidak
memperhatikan guru didepan dan kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh
guru, ini juga dibuktikan dengan ramainya siswa didalam kelas. Ketika guru
memberikan soal masih ada siswa yang tidak mengerjakan soal tersebut dengan
tuntas dan masih ada juga siswa yang tidak mengerjakan baik pada kelas
eksperimen maupun pada kelas kontrol. Selain itu ketika guru melontarkan
pertanyaan untuk siswa, siswa terlihat diam. Secara keseluruhan motivasi belajar
siswa pada observasi awal sebesar 36.43% pada kelas eksperimen dan 37.33%
pada kelas kontrol, tingkat motivasi belajar kelas eksperimen lebih rendah dari
kelas kontrol.
Selanjutnya dilakukan observasi pada perlakukan pertama dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
berbantukan media Geschool, hasil observasi pada perlakuan pertama ini
menunjukkan motivasi belajar siswa kelas eksperimen lebih meningkat
dibandingkan dengan kelas kontrol, namun keseluruhan indikator motivasi belajar
siswa pada observasi pertemuan pertama meningkat baik kelas eksperimen
maupun kontrol. Dalam perkakuan ini, siswa tidak hanya mendengarkan ceramah
dari guru, siswa juga dapat melihat materi yang disampai dalam geroom agar lebih
tertarik, kemudian guru berikan pertanyaan untuk merangsang pikiran siswa
(thnik), kemudian siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya (pair) dan
mengumpulkannya melalui Geroom dalam Geschool, dan mempresentasikan hasil
diskusi mereka (share), selain itu guru juga memberi kuis soal melalui Geroom
dalam Geschool. Siswa juga tersambung dengan internet, ini bertujuan agar siswa
mau mencari referensi-referensi lain. Siswa juga menunjukkan minat terhadap
pembelajaran, siswa lebih memperhatikan pembelajaran yang disampaikan oleh
guru dan keramaian berkurang ketika kegiatan pair. Siswa juga mudah melepas
hal yang diyakini, terdapat siswa yang memilih membuktikan pekerjaan mereka
benar atau salah dan berani mengutarakan pendapatnya saat diskusi maupun
presentasi saat pendapat mereka berbeda dengan teman. Namun walaupun
mengalami peningkatan siswa masih kurang berani mengutarakan pendapatnya.
Secara keselurahan motivasi belajar siswa pada pertemuan perlakuan pertama
kelas eksperimen lebih meningkat yaitu sebesar 71.78% dibandingkan kelas
kontrol sebesar 61.07%.
Selanjutnya dilakukan observasi pada perlakukan kedua dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berbantukan media

13
Geschool, kegiatan pada perlakuan kedua ini sama dengan perlakuan pertama.
Hasil observasi pada perlakuan kedua ini menunjukkan motivasi belajar siswa
kelas eksperimen lebih meningkat dibandingkan dengan kelas kontrol. Secara
keselurahan motivasi belajar siswa pada pertemuan perlakuan kedua kelas
eksperimen lebih meningkat yaitu sebesar 77.80% dibandingkan kelas kontrol
sebesar 56.73%. Hal ini karenakan siswa pada kelas eksperimen sudah mulai
terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
berbantukan Geschool. Motivasi belajar siswa meningkat dapat dilihat dari
bayaknya siswa yang memgerjakan soal, banyaknya siswa yang memperhatikan
pembelajaran, dan sampai bertambahnya siswa yag mau bertanya serta
berpendapat ketika guru menjaskan atau presentasi.
Kemudian pada observasi akhir juga menunjukkan menunjukkan motivasi
belajar siswa kelas eksperimen lebih meningkat dibandingkan dengan kelas
kontrol, kelas eksperimen sebesar 84.11% dan kelas kontrol sebessar 56.73%.
Dari hasil observasi yang dilakukan telah diperoleh data seperti yang telah
disebutkan pada data observasi motivasi belajar pada pertemuan pertama sampai
keempat. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
berbantukan Geschool menunjukkan adanya peningkatan motivasi melajar pada
siswa di kelas eksperimen (X TSM 3) dibandingkan dengan kelas kontrol (X
ATPH 1). Adapun perbandingan data Motivasi Belajar siswa di kelas eksperimen
(X TSM 3) dan dikelas kontrol (X ATPH 1) pada pertemuan pertama sampai
keempat dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut:
Gambar 4. Perbandingan Motivasi Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
dari Observasi awal sampai Observasi Akhir
Motivasi Belajar
Rata-rata Presentase

100.00%
Motivasi Belajar

84.11% Eksperimen
/Indikator

80.00% 77.80%
67.76% Kontrol
60.00% 56.73% 56.55%
55.12%
40.00% 31.55%
20.00% 30.63%

0.00%
Observasi Perlakuan Perlakuan Observasi
Awal Pertama Kedua Akhir

Selain hasil dari lembar observasi, hasil angket juga digunakan untuk
memperkuat data yang telah diperoleh berdasarkan lembar observasi. Hasil
perhitungan angket dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

14
Tabel 7. Hasil lembar agket motivasi belajar siswa
di kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas
Indikator Pernyataan
Kontrol Eksperimen
Tekun menghadapi 1. Saya mengerjakan soal simulasi digital 81.50% 91.89%
tugas. yang diperintahkan yang diberikan guru
2. Saya tidak berhenti mengerjakan soal yang 80.50% 84.32%
diperintahkan jika belum selesai
71.89% 73.50%
3. Saya senang mengerjakan soal yang
diperintahkan simulasi digital secara terus
menerus dalam waktu yang lama 80.00% 81.00%
4. Saya teliti dalam mengerjakan soal yang
diperintahkan

Ulet menghadapi 5. Saya yakin bisa mengerjakan soal simulasi 72.50% 80.00%
kesulitan. digital yang diperintahkan guru
6. Saya bertanya kepada guru ketika ada 71.00% 81.62%
penjelasan materi yang tidak saya pahami
7. Saya berdiskusi dengan teman jika 78.50% 85.41%
menemukan kesulitan dalam mengerjakan
soal simulasi digital

Lebih senang 8. Saya berusaha mengerjakan sendiri 82.00% 84.86%


belajar mandiri padasaat menjawab soal individu.

Menunjukkan minat 9. Saya memperhatikan setiap penjelasan 73.00% 84.86%


terhadap materi yang disampaikan oleh guru
pelajaran. 10. Pada saat diskusi saya tidak mengobrol 73.50% 74.59%
di luar materi
11. Sebelum pelajaran Simulasi Digital dimulai 80.00% 83.78%
saya sudah menyiapkan buku-buku,
peralatan dan belajar terlebih dahulu
12. Saya tertarik mengikuti pelajaran simulasi 84.50% 87.57%
digital
13. Saya bersemangat belajar saat 81.50% 88.65%
pembelajaran dilaksanakan dengan metode
yang bervariasi

Dapat 14. Saya menyampaikan pendapat saya jika 71.50% 72.43%


mempertahankan ada pendapat yang tidak sesuai dengan
pendapatnya. pemikiran saya
15. Saya dapat memberi alasan atau argumen 72.50% 74.05%
atas jawaban saya

Tidak mudah 16. Saya memilih membuktikan perkerjaan 74.50% 78.92%


melepas hal yang saya benar atau salah jika hasil
diyakini. pekerjaan saya berbeda dengan teman

Senang mencari dan 17. Jika saya mampu mengerjakan soal yang 74.50% 75.68%
memecahkan diperintahkan guru dengan mudah dan saya
masalah soal-soal. ingin mengerjakan soal yang lebih sulit
18. Saya senang mencari dan memecahkan soal 73.50% 78.38%

15
yang diberikan
19. Saya mengerjakan tugas dengan maksimal 83.50% 92.97%
agar memperoleh nilai yang baik.
20. Saya segera mengerjakan soal yang 87.00% 88.11%
diperintahkan guru
21. Saya menyelesaikan tugas simulasi digital 90.00% 91.35%
dengan baik untuk memperoleh nilai yang
baik.

Rata-rata 77.00% 81.51%

Pada hasil angket juga menunjukkan bahawa motivasi belajar kelas


eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Adapun perbandingan
data Motivasi Belajar siswa di kelas eksperimen (X TSM 3) dan dikelas kontrol (X
ATPH 1) berdasarkan hasil angket dapat dilihat pada gambar 5 berikut:

Gambar 5. Perbandingan hasil angket motivasi belajar


dikelas eksperimen dan kelas kontrol

Motivasi Belajar Siswa


81.60%
Presentase Motivasi Belajar

Senang mencari dan memecahkan soal-soal 85.30%


Tidak mudah meepas yang diyakini 74.50% 78.92%

Dapat memepertahankan pendapatnya 71.75%


73.24%
78.50%
Menunjukkan minat belajar 83.89%
Lebih senang belajar mandiri 82.00%
84.86%
Uet menghadapi kesulitan
74.00% 82.34%
79.13%
Tekun menghadapi tugas 82.03%
60.00% 65.00% 70.00% 75.00% 80.00% 85.00% 90.00%
kontrol eksperimen

Berdasarkan data hasil analisis deskriptif tersebut dapat disimpulkan bahwa


motivasi belajar simulasi digital siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) berbantukan geschool meningkat daripada motivasi belajar
simulasi digital siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
5. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran simulasi digital meningkat setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berbantukan
Geschool. Hal ini dibuktikan dari perolehan data pengamatan yang menunjukan
adanya peningkatan motivasi belajar siswa pada setiap indikator yang diamati dari
observasi awal, observasi pada perlakuan pertama, perlakuan kedua, dan observasi
akhir. Hasil pengamatan observasi awal menunjukan motivasi belajar siswa sebesar
30.63% di kelas eksperimen dan sebesar 31.55% di kelas kontrol. Setelah penerapan
model pembeajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berbantukan Geschool

16
pada perlakuan pertama motivasi belajar di kelas eksperimen lebih meningkat
menjadi 67.76%, sedangkan di kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan sbesar
55.12%. Selanjutnya pada perlakuan kedua menunjukan motivasi belajar siswa kelas
eksperimen lebih meningkat lagi menjadi 77.80%%, sedangkan di kelas kontrol
hanya mengalami sedikit peningkatan yaitu 56.73%. Pada observasi akhir
menunjukan motivasi belajar siswa kelas eksperimen lebih meningkat lagi menjadi
81.41%%, sedangkan di kelas kontrol tidak mengalami peningkatan yaitu masih
tetap 56.55%.
Selain melakukan observasi, pengumpulan data juga dilakukan menggunakan
angket yang disebarkan di akhir pertemuan di kelas ekperimen dan di kelas kontrol.
Data angket di kelas ekspermen berdasarkan rata-rata indikator menunjukkan
persentase sebesar 81.51% dan di kelas kontrol menunjukkan persentase sebesar
77.00%. Berdasarkan hasil observasi dan angket motivasi belajar siswa di kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan motivasi belajar siswa di kelas kontrol, dengan
demikan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) berbantukan media pembelajaran Geschool
dapat meningkatkan Motivasi Belajar Simulasi Digital Siswa Kelas X TSM 3 SMK
Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016.
Saran
Guru hendaknya mengembangkan metode pembelajaran dengan
memanfaatkan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Metode pembelajaran yang baru dan menarik akan membuat siswa lebih
termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
6. Daftar Pustaka
[1]Wina Sanjaya. (2013). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
[2]I Gede Putu Ekadani Apriana, dkk.2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Motivasi Belajar Siswa
Kelas V Semester Genap SD di Gugus III Kecamatan Kubu Tahun Pelajaran
2014/2015. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
PGSD, Vol.2, No.1.
[3] Kd.Jayanthi Riva Prathiwi, dkk (2014). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa
Pembelajara IPS pada Kelas V Sekolah Dasar Gugus VIII Kecamatan
Buleleng. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Dasar, Volume 4.
[4] Sardiman A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rajawali Pers.
[5] Anita Lie. (2008). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative
Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia
[6] Yatim Riyanto (2009). Pardigma Baru Pembelajaran. Surabaya: Kencana

17
[7] Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
[8] Endang Mulyatiningsih (2013). Metode Penelitian Terapan Bidang Penelitian.
Bandung: Alfabeta
[9] Suharsimi Arikunto (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
[10] Hana Kurniawan. (2012). “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif
Teknik Think Pair Share untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Akuntansi
Kompetensi Dasar Menghitung Mutasi Dana Kas Kecil Siswa Kelas X
Akuntansi V2 SMK NegeriI 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. Jurnal
Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1.

18

You might also like