You are on page 1of 12

Artikel Penelitian

GAMBARAN STATUS GIZI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2


DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUD ARIFIN ACHMAD
PROVINSI RIAU

Suryani
Dani Rosdiana
Erwin Christianto

email: suryaniulfa@yahoo.com / 082284026210

ABSTRACT

Type 2 diabetes mellitus is caused by many factors which is


characterized by chronic hyperglicemic resulting from defects in insulin
secretion, insulin action, or both. The prevalence of diabetes mellitus in
Indonesia was increase from previous years. It was caused by demographic
factor and westernized lifestyle. The aim of this study is to find the description of
nutritional status of type 2 diabetes mellitus patients in internal medicine ward in
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. This is a descriptive study with cross
sectional approach with 30 respondents. Nutritional status was assessed by
measurement of body mass index, mid-upper arm circumference, and waist
circumference. This study showed that 90% of respondents were 40-65 years old
with 36,7% male and 63,3% female. Nutritional status based on body mass index,
many respondents were obesity grade I (33,3 %), 30 % of respondents were
normal, 20% were overweight, 13,3% were underweight and 13,3% were obesity
grade II. Based on mid-upper arm circumference, 40% of respondents were CED
and 60% without CED. Based on waist circumference, 63,3% of respondents
were central obesity and 36,7% were normal.

Key words : Type 2 diabetes mellitus, nutritional status, body mass index, mid-
upper arm circumference, waist circumference

PENDAHULUAN kimiawi yang disebabkan oleh


Menurut World Health sejumlah faktor dimana didapat
Organization (WHO), Diabetes defisiensi insulin absolut atau relatif
Melitus (DM) adalah suatu dan gangguan fungsi insulin.1
kumpulan masalah anatomi dan Sementara itu, American Diabetes

JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 1


Association (ADA) merumuskan 2007 (5,7%) mengalami
bahwa DM merupakan kumpulan peningkatan pada tahun 2013 (6,9
penyakit metabolik dengan adanya %) dengan proporsi perempuan (7,7
hiperglikemia yang disebabkan oleh %) yang lebih tinggi dibandingkan
adanya gangguan sekresi insulin, dengan laki-laki (5,6 %).8,9
kerja insulin, atau keduanya.2 Prevalensi DM tertinggi terdapat di
Penyakit ini bersifat kronis dan Provinsi Sulawesi Tengah (3.7%)
kompleks sehingga membutuhkan dan Nusa Tenggara Timur (3,3 %)
perawatan yang berkelanjutan sedangkan prevalensi terendah
dengan meminimalisir faktor resiko terdapat di Provinsi lampung
yang bersifat multifaktorial selain (0,8%).10 DM Tipe 2 juga
mengontrol kadar gula darah.3 merupakan salah satu penyebab
Dengan bertambahnya jumlah utama kematian dengan persentase
populasi, usia, prevalensi obesitas dari seluruh kematian sekitar
dan penurunan aktivitas fisik, 2,1%.11
jumlah penderita DM terus Prevalensi DM di Provinsi
meningkat di seluruh dunia dan Riau berdasarkan Riskesdas 2013
diperkirakan akan menjadi dua kali mencapai 1,2 % dengan penderita
lipat pada dekade berikutnya.4 DM terbanyak adalah usia 55-64
International Diabetes tahun dan didominasi oleh penderita
Federation (IDF) menyatakan DM perempuan, sedangkan
bahwa pada tahun 2013 sekitar 382 prevalensi DM di Kota Pekanbaru
juta penduduk dunia menderita DM, mencapai 0,9 %.12 Berdasarkan studi
diperkirakan prevalensinya akan pendahuluan yang telah dilakukan di
terus meningkat dan mencapai 592 bagian rekam medis RSUD Arifin
juta jiwa pada tahun 2035.5 Dari Achmad Provinsi Riau, DM
populasi dunia yang menderita termasuk ke dalam 15 penyakit
diabetes, proporsi kejadian DM tipe terbesar di bangsal kenanga dan
2 adalah 95 % dan 5% merupakan bangsal murai I dan II penyakit
DM Tipe 1.6 Indonesia menempati dalam. Penderita DM yang dirawat
urutan ke-4 dunia setelah India, inap didominasi oleh pasien wanita
Cina, dan Amerika pada tahun 2000 dengan rentang usia 45-64 tahun.13
dengan prevalesi DM mencapai 8,4 Menurut Perkumpulan
juta orang, pada tahun 2013 Endokrinologi Indonesia (Perkeni),
Indonesia menempati urutan ke-7 ada 4 pilar yang diperlukan untuk
untuk usia 20-79 tahun dan menunjang peningkatan kualitas
diperkirakan pada tahun 2030 hidup penyandang DM yang juga
Indonesia akan tetap berada dalam sangat penting dalam pengelolaan
sepuluh besar negara dengan DM, yaitu : edukasi, terapi nutrisi
prevalensi DM tertinggi di dunia.5,7 medis, latihan jasmani, dan
14
Berdasarkan hasil laporan farmakologis. Terapi nutrisi medis
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), merupakan salah satu pengobatan
prevalensi DM di Indonesia yang utama pasien DM. Tujuan utama
berusia di atas 15 tahun pada tahun terapi gizi medis adalah untuk

JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 2


memperbaiki kesehatan umum Pemeriksaan antropometri memiliki
penderita, mempertahankan berat prosedur yang lebih sederhana,
badan normal, mempertahankan aman, dan relatif tidak
kadar glukosa darah mendekati membutuhkan tenaga ahli, tetapi
normal, memperbaiki profil lipid, cukup dengan tenaga yang telah
meningkatkan sensitivitas reseptor dilatih. Beberapa dari indeks
insulin, dan mencegah komplikasi antopometri yang dapat digunakan
akut atau kronik. Untuk melakukan untuk mengukur status gizi yaitu
terapi nutrisi medis diperlukan pengukuran indeks massa tubuh
adanya penilaian terlebih dahulu (IMT), pengukuran lingkar lengan
terhadap status gizi pasien.15,16 DM atas, dan pengukuran lingkar
dipengaruhi oleh status gizi, status pinggang.19
gizi obesitas menyebabkan resistensi Berdasarkan penelitian oleh
insulin yang dapat berdampak buruk Pande 2011 pada pasien DM rawat
terhadap jaringan sehingga jalan di RSUP Sanglah Denpasar,
menimbulkan komplikasi kronis 41,0 % sampel memiliki status gizi
terutama obesitas sentral karena normal, 40,0% status gizi obesitas,
lipolisis pada obesitas sentral lebih 17,0% status gizi overweight, dan
resisten terhadap efek insulin 2,0 % kurus serta 38,0% sampel
dibandingkan dengan adiposit perempuan memiliki lingkar
didaerah lain, sedangkan status gizi SLQJJDQJ • FP KDQ\D \DQJ
kurang berperan dalam mudahnya memiliki lingkar pinggang normal
seseorang terserang infeksi.17,18,19 dan pada sampel laki-laki terdapat
Status gizi yang yang tidak baik dan 44,0% yang memiliki lingkar
tidak terjaganya pilar pengelolaan SLQJJDQJ • FP KDQ\D
DM dengan baik dapat yang memiliki lingkar pinggang
meningkatkan kejadian sindroma normal.20 Selain itu, berdasarkan
metabolik yang dapat menyebabkan penelitian Fitriani 2012 di
terjadinya komplikasi.20 Selain itu, Puskesmas Kecamatan Pulau
DM merupakan penyakit yang Merak, Kota Cilegon, 95% rata-rata
terkait gen sehingga pemantauan usia responden adalah 44 sampai 46
status gizi juga penting dilakukan tahun. Penderita DM pada sampel
pada keturunan pasien yang didominasi oleh perempuan dengan
merupakan kelompok risiko tinggi persentase 86,4%. Diperoleh status
untuk dapat dilakukan perubahan gizi pada sampel yaitu 35,2%
pola hidup.14 memiliki status gizi obesitas tingkat
Status gizi merupakan I dan 12,6% memiliki status gizi
ekspresi dari keadaan keseimbangan obesitas tingkat II serta 67,6%
atau perwujudan dari nutriture responden memiliki obesitas
21
dalam bentuk variabel tertentu. sentral.
Penilaian terhadap status gizi dapat Berdasarkan latar belakang
dilakukan dengan melakukan tersebut, maka dirasa perlu untuk
antropometri, pemeriksaan melakukan penelitian mengenai
biokimia, klinis, dan biofisik. gambaran status gizi pasien diabetes

JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 3


melitus tipe 2 di bangsal penyakit Tabel 1 Distribusi responden
dalam RSUD Arifin Achmad berdasarkan usia
Provinsi Riau yang dinilai Usia Jumlah Persentase
berdasarkan IMT, lingkar lengan (n) (%)
atas, dan lingkar pinggang pasien. <40 tahun - -
40-65 tahun 27 90
>65 tahun 3 10
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang Jumlah 30 100
digunakan adalah deskriptif cross-
Distribusi responden berdasarkan
sectional. Sampel penelitian ini
jenis kelamin
diambil secara total sampling. Data
Penelitian ini menunjukkan
dikumpulkan secara langsung
bahwa responden terbanyak adalah
melalui informed concent dan
perempuan yaitu berjumlah 19
pemeriksaan langsung berupa
orang (63,3%). Sementara itu,
pengukuran berat badan, tinggi
responden laki-laki berjumlah 11
badan, lingkar lengan atas, dan
orang (36,7%) yang dapat dilihat
lingkar pinggang. Data yang di
pada tabel 2.
dapatkan dikumpulkan berdasarkan
variabel penelitian dan diolah secara
Tabel 2 Distribusi responden
manual dan komputerisasi kemudian
berdasarkan jenis kelamin
disajikan dalam bentuk tabel sesuai
dengan tujuan penelitian. Jenis Jumlah Persentase
Kelamin (n) (%)
Laki-laki 11 36,7
HASIL PENELITIAN
Perempuan 19 63,3
Berdasarkan penelitian yang
Jumlah 30 100
telah dilakukan di bangsal penyakit
dalam RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau pada periode Juni Distribusi responden berdasarkan
2015 hingga November 2015 indeks massa tubuh
didapatkan bahwa sampel berjumlah Penelitian ini menunjukkan
30 orang dan diperoleh hasil sebagai bahwa lebih banyak responden yang
berikut: memiliki status gizi obesitas tingkat
I yaitu berjumlah 10 orang (33,3%),
Distribusi responden berdasarkan diikuti dengan responden yang
usia memiliki status gizi normal 9 orang
Penelitian ini menunjukkan (30%), berat badan lebih 6 orang
bahwa responden terbanyak adalah (20%), berat badan kurang 4 orang
usia 40-65 tahun yaitu berjumlah 27 (13,3%), dan obesitas tingkat II 1
orang (90%). Sementara itu, orang (3,3%) yang dapat dilihat
responden yang berusia >65 tahun pada tabel 3.
hanya berjumlah 3 orang (10%)
yang dapat dilihat pada tabel 1.

JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 4


Tabel 3 Distribusi status gizi Tabel 5 Distribusi responden
responden berdasarkan IMT berdasarkan LP
Status gizi Jumlah Persentase status Jumlah Persentase
IMT (n) (%) gizi (n) (%)
Berat badan 4 13,3 LP
kurang Normal 11 36,7
Berat badan 9 30 Obesitas 19 63,3
normal sentral
Berat badan 6 20 Jumlah 30 100
lebih
Obesitas
x Obesitas 10 33,3 PEMBAHASAN
tingkat I
x Obesitas 1 3,3 Distribusi responden berdasarkan
tingkat usia
II Hasil penelitian ini
Jumlah 30 100 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berada pada usia 40
hingga 65 tahun yaitu sebanyak
Distribusi responden berdasarkan
90%. Hal ini sesuai dengan
lingkar lengan atas
penelitian Wicaksono RP (2011)
Penelitian ini menunjukkan
yang menyatakan bahwa kelompok
bahwa responden yang KEK
usia yang paling banyak menderita
berjumlah 12 orang (40%) dan tidak
DM tipe 2 adalah kelompok usia
KEK 18 orang (60%) yang dapat
>45 tahun dan penelitian
dilihat pada tabel 4.
Saumiandiani E (2013) bahwa
kelompok usia yang paling banyak
Tabel 4 Distribusi responden
menderita DM adalah kelompok
berdasarkan LLA
usia 41-60 tahun.23,24
status Jumlah Persentase
gizi (n) (%) DM tipe 2 merupakan suatu
LLA penyakit degeneratif dengan adanya
KEK 12 40 gangguan pada metabolisme
Tidak 18 60 karbohidrat, lemak, dan protein
KEK sehingga insidensinya meningkat
Jumlah 30 100 seiring pertambahan usia. Penelitian
oleh Kekenusa JS (2013)
Distribusi responden berdasarkan menemukan bahwa seseorang
lingkar pinggang GHQJDQ XVLD • WDKXQ PHPLOLNL
Penelitian ini menunjukkan risiko 8 kali lebih besar untuk
bahwa responden yang memiliki tekena DM tipe 2 dibandingkan
lingkar pinggang normal hanya dengan yang berusia <45 tahun.25
berjumlah 11 orang (36,7%) dan 2OHK NDUHQD LWX SDGD XVLD • WDKXQ
responden yang memiliki obesitas harus dilakukan pemeriksaan DM.11
sentral berjumlah 19 orang (63,3%) Proses penuaan berjalan
yang dapat dilihat pada tabel 5. setelah seseorang berusia 30 tahun.
Pada usia diatas 30 tahun,
JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 5
konsentrasi glukosa darah akan naik dibandingkan dengan laki-laki yaitu
1-2 mg%/tahun pada saat puasa dan 56,3% dan penelitian Irawan D
akan naik sekitar 5,6-13 mg% pada (2010) bahwa prevalensi DM tipe 2
2 jam setelah makan, sehingga lebih tinggi pada perempuan
meningkatkan faktor risiko dibandingkan dengan laki-laki yaitu
terjadinya gangguan toleransi 54,33%.29,30
glukosa dan DM tipe 2. Proses Perempuan terutama yang
penuaan menyebabkan obesitas memiliki risiko lebih tinggi
berkurangnya jumlah serta untuk mengalami gangguan
sensitivitas reseptor insulin karena sensitivitas insulin karena
VHO WLGDN GDSDW ODJL dipengaruhi oleh hormon esterogen
mengkompensasi resistensi insulin selama siklus menstruasi,
yang terjadi sehingga kehamilan, dan masa peri
mengakibatkan penurunan ambilan menopause yang menyebabkan
glukosa. Hal ini dipengaruhi oleh distrribusi lemak tubuh menjadi
peningkatan jumlah jaringan lemak mudah terakumulasi. Selain itu,
pada usia diabawah 30 tahun yang apabila terjadi peningkatan kadar
berjumlah 14% menjadi 30% yang esterogen, sekresi hormon epinefrin
didukung oleh penurunan aktifitas juga akan meningkat. Hormon
mitokondria di sel-sel otot sebesar epinefrin mempunyai efek
35%, penurunan aktivitas fisik, dan metabolik seperti hormon glukagon
perubahan neuro-hormonal, yaitu meningkatkan kadar glukosa
khususnya dehydroepandrosteron dalam darah melalui
(DHEAS) plasma dan insulin like glukoneogenesis dan glikogenolisis
growth factor-1 (IGF-1) yang yang dapat berlanjut menjadi DM
menurun hingga 50 %.26,27 Selain tipe 2.30,31,32
itu, fase pertama dan kedua sekresi
insulin mengalami penurunan 0,7% Distribusi responden berdasarkan
pertahun seiring dengan penuaan, indeks massa tubuh
SHQXUXQDQ GDODP IXQJVL VHO LQL Hasil penelitian ini
kali lebih cepat pada orang dengan menunjukkan bahwa lebih banyak
gangguan toleransi glukosa.28 responden yang memiliki status gizi
obesitas tingkat I yaitu berjumlah 10
Distribusi responden berdasarkan orang (33,3%). Hal ini sesuai
jenis kelamin dengan penelitian Awad N yang
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sebanyak 37
menunjukkan bahwa responden responden (35,58%) memiliki status
perempuan lebih banyak gizi obesitas tingkat I dan penelitian
dibandingkan dengan laki-laki yaitu Trisnawati SK yang memperlihatkan
19 orang (63,3%). Hal ini sesuai bahwa 76,5% responden memiliki
dengan penelitian Yuliasaih W status gizi obesitas.33,34 Penelitian
(2009) yang juga menunjukkan Adnan M (2013) menemukan bahwa
bahwa prevalensi DM tipe 2 pada semakin tinggi IMT seseorang maka
perempuan lebih tinggi semakin tinggi pula gula darahnya.35

JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 6


Dari hasil analisis data SKRT menyebabkan jumlah stress
(2004) oleh Umar HB, orang dengan oksidatif yang dihasilkan juga
IMT obesitas memiliki risiko 1,9 tinggi. Peningkatan Reactive
kali lebih besar untuk menderita DM Oxygen Spesies (ROS) dapat
tipe 2 dibandingkan dengan yang menurunkan fungsi mitokondria
memiliki IMT normal.36 sehingga terjadi akumulasi lemak di
Pada keadaan obesitas, otot dan hati. Hal ini akan
adiposa membuat dan melepaskan membangkitkan fenotipe resistensi
adipositokin untuk mempertahankan insulin yang merupakan suatu fase
keseimbangan energi. Tumor awal abnormalitas metabolik sampai
QHFURVLV IDFWRU . (TNF-. terjadinya intoleransi glukosa.37,38
merupakan salah satu contoh sitokin
yang dilepaskan sebagai tanda awal Distribusi responden berdasarkan
inflamasi dapat menginduksi lingkar lengan atas
resistensi insulin pada jaringan otot Hasil penelitian ini
dan adiposa melalui glucose menunjukkan bahwa responden
transporter 4 (GLUT 4) sehingga yang KEK berjumlah 12 orang
dapat menyebabkan peningkatan (40%) dan tidak KEK 18 orang
pelepasan asam lemak bebas akibat (60%). Penelitian Dwi DH (2013)
lipolisis yang terjadi. Peningkatan menunjukkan bahwa kadar gula
asam lemak bebas dalam waktu darah tidak mempengaruhi lingkar
lebih lama dapat menekan sekresi lengan atas seseorang dan penelitian
insulin dengan mengganggu respon Rosdiana D (2015) yang juga
VHO WHUKDGDS JOXNRVD 6HODLQ LWX menemukan bahwa lingkar lengan
asam lemak bebas dapat atas pasien DM Tipe 2 dengan
mengaktifkan protein kinase (PKC) komplikasi kronik yang menjadi
yang dapat merusak pembentukan responden sebagian besar dalam
sinyal insulin. Adipositokin lainnya batas normal.39,40 KEK merupakan
yang berperan adalah retinol- masalah gizi kronik yang tidak akan
binding protein 4 (RBP4) yang memperlihatkan dampak langung
diduga merusak uptake glukosa ketika seseorang kekurangan asupan
yang distimulasi insulin pada otot makanan dalam satu bulan
dan meningkatkan produksi gula terakhir.41 Penyakit yang menjadi
hepatik sehingga menyebabkan faktor risiko utama KEK adalah
resistensi insulin.18,37,38 Selain itu, penyakit infeksi. Kondisi ini dapat
resistensi insulin juga dipengaruhi menurunkan asupan gizi karena
oleh adiponektin yang rendah. nafsu makan yang berkurang,
Adiponektin merupakan adipokin gangguan absorbsi makanan, atau
yang memiliki sifat meningkatnya kebutuhan yang
insulinomimetik. Jumlah disebabkan oleh penyakit yang
adiponektin yang rendah juga diderita.39
ditemukan pada seseorang dengan
keadaan obesitas. Proses lipolisis
pada obesitas yang tinggi

JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 7


Distribusi responden berdasarkan terhadap hormon lipolitik sehingga
lingkar pinggang menyebabkan pemecahan dan
Hasil penelitian ini pelepasan simpanan lemak
menunjukkan bahwa responden intraseluler.46 Hal ini menjadikan
dengan obesitas sentral berjumlah lemak viseral sebagai konstributor
19 orang (63,3%). Hal ini sesuai terbesar asam lemak bebas dalam
dengan penelitian Fitriyani (2012) sirkulasi.22 Pada kondisi yang sama,
yang menyatakan bahwa 67,6% sel-sel lemak viseral kurang
responden mengalami obesitas responsif terhadap insulin sehingga
21
sentral. Penelitian Yuliasih W proses lipolisis yang terjadi sulit
(2009) menemukan bahwa semakin dihentikan. Peningkatan asam lemak
besar obesitas abdominal, gula darah bebas oleh lipolisis akan menggangu
puasa (GDP) dan gula darah 2 jam kerja insulin sehingga terjadi
post prandial (GD2JPP) cenderung kegagalan uptake glukosa ke dalam
lebih tinggi. Setiap 10 cm kenaikan sel dan juga akan memicu
lingkar pinggang berisiko 2,1 kali peningkatan produksi glukosa
mengalami DM tipe 2 berdasarkan hepatik memalui proses
46
kadar GDP dan berisiko 2,4 kali glukoneogenesis.
mengalami DM tipe 2 berdasarkan
kadar GD2JPP.42 Distribusi lemak SIMPULAN DAN SARAN
sentral yang dinilai dari pengukuran Berdasarkan hasil penelitian
lingkar pinggang merupakan deskriptif terhadap pasien DM tipe 2
prediktor yang lebih kuat di bangsal penyakit dalam RSUD
dibandingkan dengan massa tubuh Arifin Achmad Provinsi Riau dapat
keseluruhan yang dinilai dengan disimpulkan bahwa :
IMT.43 1. Distribusi frekuensi responden
Lemak viseral atau lemak berdasarkan usia lebih banyak
intra-abdominal terdiri dari lemak terjadi pada usia 40-65 tahun
intraperitoneal dan retroperitoneal.44 sebanyak 27 orang (90%).
Hasil metabolik depot jaringan Berdasarkan jenis kelamin,
lemak intraperitoneal dilepaskan responden terbanyak adalah
langsung ke dalam vena porta perempuan sebanyak 19 orang
sehingga memberikan produk (63,3%).
metabolik langsung ke hati. Lemak 2. Distribusi frekuensi responden
mesentrik dan omental yang berdasarkan status gizi IMT
merupakan hasil metabolik lemak paling banyak adalah
intraperitoneal akan melepaskan responden dengan kategori
asam lemak bebas yang dapat obesitas tingkat I sebanyak 10
menginduksi resistensi insulin orang (33,3%).
45
hepatik. 3. Distribusi frekuensi responden
Obesitas sentral lebih berdasarkan status gizi lingkar
berbahaya dibandingkan dengan lengan atas paling banyak
adiposit di daerah lain karena adalah responden dengan
lipolisis di daerah ini lebih sensitif

JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 8


kategori tidak KEK sebanyak Daftar Pustaka
18 orang (60%).
1. Purnamasari D. Diagnosis dan
4. Distribusi frekuensi responden
klasifikasi diabetes melitus.
berdasarkan status gizi lingkar Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi
pinggang paling banyak B. Alwi I, Simadibrata KM,
adalah responden dengan Setiati S, editor: Buku ajar ilmu
kategori obesitas sentral penyakit dalam III. Ed V.
sebanyak 19 orang (63,3%). Jakarta: Interna Publishing.
2009.
saran sebagai berikut: 2. American Diabetes Association,
1. Melakukan pemeriksaan gula 2005. Dalam: Sudoyo A W,
GDUDK SDGD XVLD • WDKXQ Setyohadi B, Alwi I, K M S,
sebagai skrinning awal DM Setisti S, editor. Buku ajar ilmu
tipe 2. penyakit dalam III. Ed IV.
2. Mengatur pola makan dan Jakarta: FKUI. 2006.
meningkatkan aktifitas fisik
3. American Diabetes Association.
terutama pada pasien DM tipe Standards of medical care in
2 yang tergolong obesitas diabetes-2015. Diabetes care.
berdasarkan indeks massa 2015;38(Supp 1):S1.
tubuh atau obesitas sentral
berdasarkan lingkar pinggang. 4. Olokoba AB, Obateru OA,
Olokoba LB. Type 2 diabetes
3. Bagi RSUD Arifin Achmad
mellitus: A review of current
Provinsi Riau, diharapkan trends. Oman medical journal.
dapat melakukan pemeriksaan 2012.
antropometri sebagai
pemeriksaan rutin pada saat 5. International Diabetes
Federation Global Atlas. IDF
awal pasien masuk rumah
Diabetes Atlas 6th edition. 2013.
sakit.
4. Bagi peneliti selanjutnya, 6. Centers for Disease Control and
diharapkan dapat melakukan Prevention. National Diabetes
analisis tentang asupan pasien Statistics Report: Estimates of
DM tipe 2 yang dirawat inap Diabetes and Its Burden in the
United States, 2014.
dan efeknya terhadap status
gizi pasien dan melakukan 7. Wild S, Roglic G, Green A, et
analisis tentang pola asupan al. Global prevalence of
pasien prediabetes atau pasien diabetes: estimates for the year
yang baru terdiagnosis DM 2000 and projections for 2030.
tipe 2 sehingga dapat Diabetes Care. 2004;27(5).
mencegah pasien menderita
8. Riset kesehatan dasar 2007.
DM tipe 2 atau dapat Laporan hasil riset kesehatan
mencegah terjadinya dasar nasional. Badan
komplikasi dengan jumlah Penelitian dan Pengembangan
sampel yang lebih besar.. Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta. 2008.
JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 9
9. Riset kesehatan dasar 2013. melitus. Dalam: Sudoyo AW,
Laporan hasil riset kesehatan Setyohadi B. Alwi I,
dasar nasional. Badan Simadibrata KM, Setiati S,
Penelitian dan Pengembangan editor: Buku ajar ilmu penyakit
Kesehatan Departemen dalam III. Ed V. Jakarta: Interna
Kesehatan Republik Indonesia. Publishing. 2009.
Jakarta. 2013.
17. Manaf A. Insulin: mekanisme
10. Kementrian kesehatan Republik sekresi dan aspek metabolisme.
Indonesia. Situasi dan analisis Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi
diabetes. Pusat data dan B. Alwi I, Simadibrata KM,
informasi kementrian kesehatan Setiati S, editor: Buku ajar ilmu
Republik Indonesia. Jakarta. penyakit dalam III. Ed V.
2014. Jakarta: Interna Publishing.
2009.
11. Perkumpulan endokrinologi
Indonesia (Perkeni). Konsensus 18. Pusparini. Obesitas sentral,
pengelolaan diabetes mellitus sindroma metabolik, dan
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta. diabetes melitus tipe dua. 2007
2006.
19. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I.
12. Riset kesehatan dasar 2013. Penilaian status gizi. Jakarta:
Pokok-pokok hasil riset EGC.2001.
kesehatan dasar Provinsi Riau.
Badan Penelitian dan 20. Sugiani PPS. Status gizi dan
Pengembangan Kesehatan status metabolik pasien diabetes
Departemen Kesehatan melitus rawat jalan di RSUP
Republik Indonesia. Jakarta. Sanglah Denpasar. 2011.
2013.
21. Fitriyani. Faktor risiko diabetes
13. Bina Program dan Rekam
melitus tipe 2 di Puskesmas
Medik RSUD Arifin Achmad
Kecamatan Citangkil dan
Pekanbaru. Rekapituasi
Puskesmas Kecamatan Pulo
Penyakit di RSUD Arifin
Merak, Kota Cilegon. 2012.
Achmad Pekanbaru tahun 2013
dan 2014. Pekanbaru. 2015.
22. Sugondo S. Obesitas. Dalam:
Sudoyo AW, Setyohadi B. Alwi
14. Perkumpulan endokrinologi
I, Simadibrata KM, Setiati S,
Indonesia (Perkeni). Konsensus
editor: Buku ajar ilmu penyakit
pengelolaan diabetes mellitus
dalam III. Ed V. Jakarta: Interna
Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
Publishing. 2009.
2011.
23. Wicaksono RP. Faktor-faktor
15. Mila J, Sulchan M. Ketepatan
yang berhubungan dengan
dan kepatuhan diit diabetes
kejadian diabetes melitus tipe 2.
melitus penderita rawat inap di
2011.
RSU Brayat Minulya Surakarta.
2003.
24. Saumiandiani E. Gambaran
16. Yunir E, Soebardi S. Terapi non karakteristik pasien rawat inap
farmakologis pada diabetes diabetes melitus tipe 2 di rumah
sakit Immanuel Bandung. 2013.
JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 10
25. Kekenusa JS. Analisis 32. Davey P. Diabetes. Dalam: At a
hubungan antara umur dan Glance Medicine. Jakarta:
riwayat keluarga menderita DM Erlangga. 2003:266-70.
dengan kejadian penyakit DM
tipe2 pada pasien rawat jalan di 33. Trisnawati SK. Faktor risiko
poliklinik penyakit dalam BLU kejadian diabetes melitus tipe II
RSUP Prof. Dr. R D. Kandou di Puskesmas Kecamatan
Manado. 2013. cengkareng Jakarta Barat tahun
2012. 2013.
26. Rochmah W. Diabetes melitus
pada usia lanjut. Dalam: 34. Awad N. Gambaran faktor
Sudoyo AW, Setyohadi B. Alwi resiko pasien diabetes melitus
I, Simadibrata KM, Setiati S, tipe II di poliklinik endokrin
editor: Buku ajar ilmu penyakit bagian/SMF FK-UNSRAT
dalam III. Ed V. Jakarta: Interna RSU Prof. Dr. R D. Kandou
Publishing. 2009. Manado periode Mei 2011-
Oktober 2011. 2013.
27. Yale news. Yale researchers
identify why diabetes risk 35. Adnan M, Mulyati T, Isworo
increases as we age. Tersedia JT. Hubungan Indeks Massa
pada:http://news.yale.edu/2010/ Tubuh (IMT) dengan kadar gula
12/01/yale-researchers-identify- darah penderita Diabetes
why-diabetes-risk-increases- Melitus (DM) tipe 2 rawat jalan
we-age. (Diakses pada 21 di RS Tugurejo Semarang.
November 2015) 2013.

28. Szoke E dkk. Effect of agingon 36. Umar HB. Faktor Determinan
glucose homeostatis: kejadian diabetes pada orang
$FFHOHUDWHG GHWHULRUDWLRQ RI - dewasa di Indonesia (Analisis
cell function in individualswith Data Sekunder SKRT 2004).
impaired glucose tolerance. Tesis. Depok: FKMUI. 2006.
Diabetes care 2008,31: 539-
543. 37. Eckel RH dkk. Obesity and type
2 diabetes: what can be unified
29. Yuliasih W. Obesitas and what needs to be
abdominal sebagai faktor risiko individualized?. Diabetes care
peningkatan glukosa darah. 2011,34: 1424-30.
2009.
38. Dewi M. Resitensi insulin
30. Irawan D. Prevalensi dan terkait obesitas: mekanisme
faktor risiko kejadian diabetes endokrin dan intrinsik sel. 2007,
melitus tipe 2 di daerah urban 2(2):49-54.
Indonesia. 2010.
39. Dwi DH. Hubungan antara
31. Greenstein B, Wood D. Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
Obesitas. Dalam: At a Glance Lingkar Lengan Atas (LILA)
Sistem Endokrin. Jakarta: dengan kadar gula darah dan
Erlangga. 2003:96-100. kolesterol pada Wanita Usia
Subur (WUS) di Kecamatan
Cangkringan Kabupaten
Sleman. 2013.
JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 11
40. Rosdiana D dkk. Gambaran many choices on the menú.
status gizi pasien diabetes Cold Spring Harbor Laboratory
melitus dengan komplikasi Press. 2007.
kronik di bangsal penyakit
dalam RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau.2015.

41. Hamid F, Thaha AR, Salam A.


Analisi faktor risiko ekurangan
Energi Kronik (KEK) pada
wanita prakonsepsi di Kota
Makassar. 2014.

42. Yuliasih W. Obesitas


abdominal sebagai faktor risiko
peningkatan kadar glukosa
darah. 2009.

43. Bambrick HJ. Relationship


between BMI, waist
circumference, hypertention,
and fasting glucose: rethinking
risk factors in Indigenous
diabetes. Australian Indigenous
Health Bulletin. 2005.

44. Martins IS, Marinho SP. The


potential of central obesity
antropometric indicators as
diagnostic tools. Revista de
Saúde Pública. 2003.

45. Klein S, Allison DB,


Heymsfield SB, Kelley DE,
Leibel RL, Nonas C, Kahn R.
Waist circumference and
cardiometabolic risk:
Aconsensus statement from
6KDSLQJ $PHULFD¶V +HDOWK
Association for Weight
Management and Obesity
Prevention; NAASO, The
Obesity Society; the American
Society for Nutrition; and the
American Diabetes Association.
American Journal of Clinical
Nutrition. 2007.

46. Qatanani M, Lazar MA.


Mechanisms of obesity-
associated insulin resistance:
JOM FK Vol.3 No.1 Februari 2016 12

You might also like