You are on page 1of 9

‫بسم الله الرحمن الرحيم‬

َْ َ ‫َن ْح َمده َو ن‬
‫ص ِّل ْي َعلى َرس ْوِّل ِّه الك ِّرْي ِّم‬
KHOTBAH IDUL ADHA
Hadhrat Khalifatul Masih V atba
Tanggal 10 Juli 2022/10 Zulhijjah 1443 H
di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK
َ ْ َ َ َ َ ّٰ ‫ا‬ َ َ ْ َ
‫أش َهد أ ْن َل ِّإل َه ِّإَل الله َو ْح َده َل ش ِّرْي َك له َو أش َهد أ ان م َح ام ًدا َع ْبده َو َرس ْوله‬
َ ْ ّٰ َْ ّٰ ْ ْ ‫ا‬ َ ْ ‫َ َ ْ ّٰ َ ا‬ ْ ‫َأ اما َب‬
- ‫ ال َح ْمد ِّلل ِّه َر ِّب ال َعال ِّم ْي َن‬- ‫الر ِّح ْي ِّم‬
‫الر ْحمن ا‬
ِّ
‫الل ِّه ا‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ج‬‫الر‬
ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ ‫ان‬ ‫ط‬ ‫ي‬ ‫الش‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ه‬
ِّ ِّ ِّ‫الل‬ ‫ب‬ ‫ذ‬‫و‬ ‫ع‬‫أ‬ ‫ف‬ ... ‫د‬ ‫ع‬
َ‫اط االذ ْين‬ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ‫ْ َ ا‬ َ َ ‫ َمالك َي ْوم ِّ ْ ا‬- ‫الرح ْيم‬ ْ‫ا‬
ِّ ‫ ِّصر‬- ‫الص َراط الم ْست ِّق ْي َم‬ ْ
ِّ ‫ ِّاه ِّدنا‬- ‫ ِّإياك نعبد و ِّإياك نست ِّعين‬- ‫الدي ِّن‬ ‫ا‬
ِّ َ ِّ ِّ ِّ ِّ ‫الرحم ِّن‬
‫أ ْن َع ْم َت َع َل ْيه ْم َغ ْير ْال َم ْغض ْوب َع َل ْيه ْم َ َوَل ا‬
.‫ آمين‬.‫الضا ِّل ْي َن‬ ِّ ِّ ِّ ِّ

Dengan karunia Allah Ta’ala, hari ini kita tengah merayakan Idul Adha, yakni
Hari raya kurban dan pengorbanan; dan itu dalam rangka mengenang pengorbanan
yang telah dipersembahkan oleh seorang bapak, putera dan ibu ribuan tahun silam.
Pengorbanan yang tidak bersifat sementara dan temporer, melainkan diperpanjang
hingga bertahun-tahun lamanya terus-menerus, dimana Hadhrat Ibrahim a.s.
meninggalkan isteri dan putera tercintanya di suatu lembah yang tidak ada tumbuh-
tumbuhan juga air adalah semata-mata karena Allah Ta’ala memerintahkan itu.
Perhatikanlah standar tinggi keimanan dari isteri beliau, maka ketika mengetahui
bahwa Hadhrat Ibrahim meninggalkan mereka berdua di tempat itu adalah
berdasarkan perintah Allah Ta’ala, tak lama kemudian ia berkata dengan sepenuh
keyakinan dan keteguhan: “Pergilah menuju perjalanan engkau, oleh karena selama
engkau melakukan itu atas perintah Allah Ta’ala, kalaulah demikian Allah tidak akan
pernah menyia-nyiakan kita.” Demikian yang dunia lihat, bagaimana Allah Ta’ala tidak
menyia-nyiakan mereka berdua, bahkan Dia telah mempersiapkan air di tempat itu
bagi mereka berdua dimana air itu masih senantiasa memancar dengan derasnya
hingga hari ini. Sebagaimana Dia mempersiapkan untuk mereka juga makanan,
bahkan mendirikan Kota yang makmur di gurun tersebut, lalu menyiapkan bagi
mereka berdua sesuai janji-Nya segala apa yang mereka butuhkan dan mendatangkan
buah-buahan dan kenikmatan dengan segala jenis dan macam ragamnya.
Setiap tahun jutaan orang pergi ke tempat itu untuk ibadah haji, mereka
menjalankan kewajiban ibadah itu di sana, begitu pun para jamaah haji tersebut
membawa keuntungan-keuntungan duniawi juga. Kemudian sepanjang tahun orang-
orang pergi berumrah juga. Jauh berbeda apa yang ada di masa awal dan bagaimana
yang terjadi setelahnya, ketika itu sebuah tanah tandus tidak berair dan bertumbuhan,
adapun sekarang, maka di sana terdapat kesempatan-kesempatan kerja bagi jutaan
orang dan makanan bagi berjuta-juta orang. Inilah contoh-contoh dari penggenapan
Allah terhadap janji-Nya dimana di sana pertama-tama Dia berjanji akan
memperlihatkan maksud-maksud penggenapan janji-Nya sebagai suatu Tanda. Dia
telah mengutus di sana sesuai dengan janji-Nya itu seorang Nabi yang jutaan orang
menyampaikan selawat dan salam kepadanya setiap hari sampai hari ini, dan akan
selalu berselawat dan menyampaikan salam kepadanya hingga Hari Kiamat. Allah
Ta’ala berfirman pada Nabi-Nya, Muhammad Rasulullah Saw:

1
َ
‫اس َب ِّش ْي ًرا اون ِّذ ْي ًرا‬ ‫۞إ انا َأ ْر َس ْلن َك َكا اف ًة لل ا‬
‫ن‬
ِّ ِّ ِّ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami mengutus engkau untuk seluruh manusia sebagai
pembawa kabar suka dan pemberi peringatan….”

tidak pada daerah yang terbatas dan tidak pada masa yang terbatas seperti halnya
nabi-nabi selainnya, kemudian Allah Ta’ala mempersiapkan sarana-sarana yang
dengan itu menjadikan risalah Sang Khātamul-anbiyā’ dan Rasul paling akhir itu
sampai ke seluruh negeri di dunia.

Risalah Islam dalam tempo yang singkat telah mencapai daerah yang luas,
adapun hari ini sudah sampai di penjuru-penjuru bumi dimana Allah menciptakan di
dalamnya para pengikut beliau Saw. Tidak turun pada nabi mana pun hukum-hukum
yang tetap terpelihara dalam corak aslinya dan tidak turun pada nabi mana pun
sebuah Kitab yang masih terpelihara sebagaimana ketika ia turun, ya Allah! melainkan
Al-Qur’an yang Allah Ta’ala janjikan pada Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw
dengan pemeliharaan sebagaimana aslinya dan kemurniaannya, dan hari ini setelah
menghabiskan masa lebih dari empat belas abad, maka Al-Qur’an adalah satu-satunya
mushaf yang ada dalam keadaan aslinya betapa pun itu menghadapi upaya-upaya dari
para penentang Islam. Walaupun selama ini kebanyakan orang-orang muslim dalam
hal amaliah [Ajaran Al-Qur’an] sungguh telah jauh, tetap saja Allah Ta’ala selalu
menciptakan orang yang melakukan penjagaan dan pemeliharaan terhadap Al-Qur’an,
menjalankan hukum-hukumnya dan akan senantiasa menciptakan mereka.
Allah Ta’ala telah berjanji pada Nabi Saw juga dengan cara memelihara Syariat
dan ajarannya, menjaga Kitab yang diturunkan kepadanya dikarenakan di akhir zaman
akan menciptakan seorang laki-laki yang akan datang dengan membawa agama itu
dari Tsurayya ke bumi dan akan meneguhkan hukum Al-Qur’an dan hukum Sayyidina
Muhammad Rasulullah Saw dan hukum Allah Ta’ala, akan membungkam orang-orang
musyrik dengan hujah-hujah qath’i yang terdapat di dalam mutiara Ajaran yang dibawa
oleh Muhammad Rasulullah Saw. Tentunya, dengan Allah Ta’ala mengutus khadim
saleh yang memenuhi kewajiban-kewajiban itu dan pecinta sejati Rasulullah Saw
untuk menyempurnakan penyiaran agama dan memperlihatkan keunggulan Islam atas
semua agama.
Sesungguhnya khadim saleh Nabi Saw itu adalah yang mengumumkan bahwa ia
adalah Masīh Mau‘ūd dan Mahdiyy Ma‘hūd yang mengenai kedatangannya telah
dikabarkan oleh Nabi Saw. Ia adalah pahlawan Allah yang tidak hanya memperlihatkan
pada orang-orang keindahan Islam dengan menampilkan ajaran-ajaran Islam yang
toleran dan indah saja, bahkan memberikan tantangan pada setiap penentang Islam
dengan mengatakan: “Tidak ada satu agama maupun kelompok pun di dunia yang
mampu menampilkan ajaran-ajaran yang indah seperti Ajaran Islam, dan apabila ada
seseorang yang mempunyai pandangan seperti itu, maka boleh datang membawanya ke
hadapanku.” Lalu kalian lihatlah, bagaimana ia mencampakkan itu dengan bukti-bukti
dan dalil-dalil melalui perantaraan dukungan khas dari Allah Ta’ala dan ia [penantang
itu] akan menemui kekalahan.
Seiring dengan itu ia menasihatkan pada orang-orang muslim bahwa zaman ini
bukanlah zaman peperangan bahkan ini adalah zaman penyiaran Ajaran-ajaran Islam
dengan cinta dan harmoni (keselarasan), zaman memenangkan Islam atas seluruh
agama dengan aman, damai dan dengan perantaraan Keterangan-keterangan yang
jelas, mengumumkan bahwa ini adalah zaman kelemahan Islam yang merupakan
ketetapan sesuai janji Allah Ta’ala dan nubuatan Nabi Saw bahwa pada saat kelemahan
Islam pahlawan itu akan datang di dunia sebagai mujaddid yang akan menghidupkan
2
Ajaran Islam, ia mengatakan: “Jika aku tidak datang tentu sesosok yang lain akan
datang, namun pastinya bahwa ini merupakan zaman kedatangan seorang utusan dari
Allah, maka berbahagialah wahai orang-orang muslim, sesungguhnya Allah Ta’ala telah
mengutus hamba ini tepat waktunya untuk kebangkitan Islam yang kedua, maka sebar
luaskanlah Ajaran Islam di dunia dengan menjalin ikatan dengan Utusan Allah ini alih-
alih menentangnya dan tinggalkanlah adat kebiasaan kalian dan bidah-bidah kalian
dan ketahuilah ajaran Islam yang hakiki karena itulah jalan keselamatan bagi orang-
orang muslim dan itu merupakan jaminan bagi kelestarian setiap orang di dunia.” Inilah
yang beliau katakan pada orang-orang muslim, namun sayang sekali hari ini
kebanyakan orang-orang muslim itu alih-alih menjalin ikatan dengan Utusan Allah
Ta’ala dan maju untuk menyiarkan Ajaran Islam di seluruh dunia sebagai bentuk
syukur pada Allah Ta’ala, mereka malah gencar melancarkan penentangan terhadap
utusan-Nya, dan alih-alih mengingat pengorbanan-pengorbanan nenek moyangnya
dan berupaya mencegah tangan-tangan yang terangkat menentang Islam serta meraih
ridha Allah Ta’ala, mereka siap-siap untuk menumpahkan darah satu sama lain,
bahkan semakin keras dalam melakukan perlawanan seseorang – yang datang sebagai
wakil dari nabi Saw untuk menegakan keamanan dan kedamaian di dunia – hingga
tingkat semenjak lebih dari 125 tahun memfatwakan untuk membunuh orang-orang
yang mengimaninya dan mereka mengafirkannya, membunuh orang-orang yang
beriman kepadanya, merampas harta bendanya baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, berusaha untuk menetapkan kesempitan hidup pada mereka, sesungguhnya
mereka tengah mengupayakan itu namun Allah Ta’ala menurunkan karunia-karunia-
Nya dimana bilamana mereka mencegah orang-orang ahmadi pada suatu tempat, Allah
Ta’ala membukakan bagi para ahmadi pintu pintu di tempat yang lain.
Sesungguhnya mereka pun mempersulit anak-anak ahmadi di sekolah-sekolah
dan di jalan-jalan yang dilalui, mereka berusaha menimbulkan ketakutan pada mereka
sampai-sampai mengotori kuburan-kuburan orang-orang yang meninggal dan
melakukan tindakan yang kelewat batas atasnya, Islam macam inikah yang hendak
mereka siarkan di dunia?
Sesungguhnya Islam itu agama keamanan dan kedamaian, agama cinta dan
harmoni, hari ini kita merayakan Id dikarenakan beliau itulah yang telah siap sedia
untuk berkurban dengan kemerdekaan dan kehormatannya di jalan Allah Ta’ala, beliau
sangat mengidam-idamkan dan berdoa bagi suatu kota, semoga tempat ini menjadi
َ َ
negeri yang aman, maka beliau a.s. berdoa: ‫اج َع ْل هذا َبل ًدا ِّآم ًنا‬
ْ ‫۞ َرب‬
ِّ (“Ya Tuhanku,
jadikanlah ini sebagai suatu negeri yang aman….” QS Al-Baqarah,02:127), supaya
penduduk yang akan datang di sini hidup dengan aman sentosa dan damai dan mereka
menaruh perhatian pada menyiarkan keamanan dan kedamaian di dunia. Lalu apakah
doa ini tidak menuntut dari orang-orang muslim bahwa mereka jika menisbahkan diri
mereka pada negeri ini dan bila mereka menyembah Tuhan Kakbah, bila mereka
mengharapkan terwujudnya tujuan dari pengorbanan-pengorbanan Nabi Ibrahim dan
Ismail a.s. dan tujuan daripada Kakbah, mereka harus menjadikan hati mereka itu
aman dengan memakmurkan keamanan, kedamaian, cinta dan harmoni, dan mereka
َ َ َ
menampilkan model dari “ ‫ – ”رح َماء ب ْينه ْم‬berkasih sayang di antara mereka ketimbang
memenggal leher satu sama lain, dan menyampaikan pesan keamanan dan kedamaian
pada dunia.
Alih-alih mengeluarkan fatwa-fatwa pengkafiran menentang Imam zaman, Masih
Mau’ud dan Mahdi Mau’ud yang datang sesuai dengan nubuatan-nubuatan Rasul Saw,
dan alih-alih melakukan kezaliman dan tindakan sewenang-wenang terhadap orang-
orang mukmin, mereka harusnya menjadikan Id ini sebagai Id hakiki yang
berlimpahkan iman pada pesan keamanan dan kedamaian dan dengan berbaiat pada
3
Masih Mauud a.s., dan apabila mereka tidak melahirkan pemikiran ini, maka sekali-
kali Id-id mereka itu tidak sesuai dengan Ajaran Islam sekalipun mereka merayakannya
sebanyak ratusan ribu kali, ibadah hajinya mereka akan menjadi ibadah hajinya orang-
orang yang menentang Ajaran Islam betapapun mereka melakukan ibadah haji, mereka
harus merenung dan meresapi; bahwa sebagaimana kita dapati di dalam beberapa
Riwayat bahwa ibadah hajinya beberapa orang yang melaksanakan haji tidak diterima
di sisi Allah dikarenakan kezaliman dan kesewenang-wenangan mereka, maka akan
diterimakah ibadah-ibadah orang-orang muslim dan manasik-manasik hajinya mereka
pada pandangan Allah sementara ada upaya-upaya keras mereka yang disertai dengan
kezaliman dan kesewenang-wenangan yang mereka lakukan saat ini? Sedikitnya
mereka itu harusnya merenungkan, semoga ini akan membuat mereka menjadi berada
di bawah cengkeraman Allah Ta’ala sehubungan pelarangan mereka dari pelaksanaan
haji dan ibadah-ibadah lainnya bagi orang-orang yang mengucapkan dua kalimah
Syahadat dan beriman pada Allah Yang Maha Tunggal dan kepada Nabi Muhammad
Rasulullah Saw.
Adapun sekarang ini, para pejabat di pemerintahan Pakistan secara resmi
mengumumkan bahwa tidak diperkenankan bagi orang-orang ahmadi di tiga hari-hari
raya Idul Adha untuk menyembelih hewan-hewan kurban, baik dengan maksud untuk
berkurban ataupun untuk maksud lainnya, karena sekiranya mereka melakukan itu
tentu amalan mereka ini merupakan bentuk perlakuan buruk terhadap syiar-syiar
Islam, na‘ūdzubillāh. Bahkan sesungguhnya menyembelih hewan-hewan kurban itu
adalah hak orang-orang yang mengaku-ngaku dirinya muslim ini saja, yang
keberadaan mereka sebagai muslim telah disahkan oleh Ulama! Tidak penting bagi
mereka ini pengesahan Allah dan Rasul-Nya Muhammad Mushtafa Saw yang
menjadikan seseorang itu sebagai seorang muslim. Walau bagaimana pun juga ketika
situasi-situasi semacam ini mencapai puncaknya, pada saat itulah penggilingan Allah
berputar dan menumbuk halus setiap pelaku kezaliman dan kesewenang-wenangan
yang sudah kelewat batas, baik dia seorang alim besar atau yang mengaku dirinya
pemimpin atau pejabat tinggi pun dan akan menghancurkannya dengan sehancur-
hancurnya.
Sesungguhnya kita orang-orang ahmadi terdepan dalam mempersembahkan
pengorbanan-pengorbanan. Kita telah mendapatkan pelajaran-pelajaran pengorbanan
dari Id-id ini dan juga dari sejarah kita. Kita telah berucap janji untuk berkurban
dengan jiwa raga, harta benda, waktu dan kehormatan kita, namun tidak disangsikan
lagi di dalamnya ada beberapa orang-orang yang lemah juga, maka saya katakan bagi
orang-orang ahmadi yang lemah supaya memperbanyak doa dan bersabar, karena
sesungguhnya insyaallah suatu hari doa-doa kalian akan membawa buah-buah yang
matang. Pengorbanan-pengorbanan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar a.s. juga telah
memberikan buah karena mereka berdua tidak berlepas diri dari kesabaran dan doa.
Begitupun pengorbanan-pengorbanan Rasul Agung dan para Sahabatnya yang diutus
dari keturunan Nabi Ismail a.s. pada waktunya telah memberikan buah juga dan Allah
Ta’ala telah menyempurnakan janji-janji-Nya. Apakah Tuhan itu yang benar dalam
janjinya akan menelantarkan kita hari ini? Sekali-kali tidak, bahkan Dia akan
memberikan pertolongan juga hari ini pada orang-orang mukmin dan orang-orang yang
memiliki keyakinan pada-Nya dan kepada orang-orang yang teraniaya. Tidak diragukan
lagi bahwa musuh bertindak sewenang-wenang pada kita dan dalam kemabukan atas
kekuatannya mereka zalim, tapi tidaklah penting karena kekuatannya dijadikan zarah
di hadapan Allah Ta’ala. Kita harus merendahkan diri di hadapan Allah Ta’ala lebih
banyak lagi dibandingkan sebelumnya dan kita tingkatkan standar ibadah kita pada-
Nya, kita tunaikan hak-hak makhluk-Nya dan kita selalu siap sedia untuk
mempersembahkan pengorbanan-pengorbanan di hadapan Allah sajalah dan kita
tingkatkan standar ketakwaan kita. Kita harus sungguh-sungguh berupaya untuk
4
berhiaskan ruh hakiki yang tersembunyi di balik perayaan Id dan di balik
pengorbanan-pengorbanan yang dipersembahkan sehubungan kesempatan Id ini,
dengan demikian kita bisa berhadapan menentang musuh-musuh dan mendatangkan
karunia Allah Ta’ala dan kita akan melihat janji-janji yang Allah Ta’ala berikan pada
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tergenapi secara sempurna.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda dengan menjelaskan tentang
merealisasikan maksud pengorbanan-pengorbanan dan menerangkan Falsafah
pengorbanan:
“Di dalam Syariat Islam Allah Ta’ala telah menempatkan banyak contoh dari
hukum-hukum penting, seorang insan diperintahkan mengorbankan dirinya di jalan
Allah dengan segenap daya dan eksistensinya. [inilah standar pengorbanan dan kita
harus memeriksa diri kita dari titik tolak ini]. Oleh karena itu pengorbanan-
pengorbanan lahiriah telah dijadikan sebagai model untuk keadaan itu, namun
maksud sebenarnya yaitu pengorbanan ini adalah sebagaimana yang Allah Ta’ala
firmankan:
‫الله لح ْوم َها َوََل د َماء َها َولك ْن َي َناله ا‬
‫الت ْقوى ِّم ْنك ْم‬ َ ‫ال‬ َ َ ‫۞ َل ْن اي‬
‫ن‬
ِّ ِّ
Artinya:
“Sekali-kali tidak akan sampai pada Allah daging-dagingnya dan tidak pula
darah-darahnya, namun ketakwaan kalianlah yang akan sampai kepada-Nya ….”

maksudnya: bertakwalah kalian seakan-akan kalian hampir mati di jalan-Nya.


Sebagaimana mereka menyembelih kurban-kurban dengan tangan-tangannya,
demikian pula sembelihlah jiwa kalian juga di jalan Allah. Setiap kali ketakwaan itu
lebih rendah dari tingkatan ini, itu merupakan degradasi [kemerosotan].” Casymah-e-
Ma‘rifat.
Ini merupakan titik dari pemikiran dan perenungan kita dan muhasabah diri
kita. Dalam hal ini ada beberapa orang-orang yang bertindak terburu-buru, mereka
kadang–kadang menulis pada saya bahwa doa-doa kami dan pengorbanan-
pengorbanan kami tidak diterima. Oleh karena itu saya katakan: yang terpenting dalam
masalah ini adalah Allah Ta’ala telah menjanjikan pada Masih Mau’ud a.s. bahwa Dia
sekali-kali tidak akan pernah menyia-nyiakan Jemaat-Nya, doa-doa dan pengorbanan-
pengorbanan kita juga insyaallah dikabulkan. Namun, kita harus mengintrospeksi diri
kita, apakah kita telah meningkatkan standar ketakwaan kita hingga tingkat yang
diterangkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s.? kita sama sekali tidak boleh berputus asa
dan putus pengharapan serta tidak bimbang, justru kita harus tunduk merendahkan
diri di hadapan Allah Ta’ala lebih banyak lagi untuk itu dan kita memohon pada-Nya
rahmat-Nya supaya pengorbanan-pengorbanan dan ibadah-ibadah kita dikabul dengan
perantaraan karunia dan rahmat-Nya.
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda dalam menjelaskan tentang meraih
kedekatan Allah Ta’ala dengan perantaraan kelurusan dan kesetiaan:
“Jalan untuk meraih qurb Allah adalah seseorang itu memperlihatkan kelurusan
hati pada-Nya. Kedekatan yang diraih oleh Hadhrat Ibrahim a.s. adalah karena itu saja,
‫ا‬ ‫ا‬
Allah Ta’ala berfirman: ‫ … “( ۞ َو ِّإ ْب َر ِّاه ْي َم ال ِّذ ْي َوفى‬dan [pada mushaf-mushaf] Ibrahim yang
telah membuktikan kesetiaannya.” Sesungguhnya wafā’ (kesetiaan) dan sidq wa ikhlās
(ketulusan) pada Allah Ta’ala, keduanya itu menuntut maut. Selama seorang insan
tidak bersedia memutus kelezatan dunia dan semua kekuatannya, selama ia tidak
bersedia menerima segala kehinaan, kesulitan dan kesempitan demi Wajah Allah Ta’ala
sifat ini tidak akan tercipta. Maksud dari menyembah berhala itu bukanlah orang itu
menyembah pepohonan atau batu, justru setiap hal yang membuat berpaling pada
selain qurb Allah Ta’ala dan setiap perkara yang lebih diutamakan ketimbang Allah
5
Ta’ala itu merupakan “berhala”. [kita harus melihat, apakah kita memeriksa diri kita
tengah menempatkan hal ini pada benak kita, dan apakah kita tengah mengupayakan
untuk memperbaikinya?]. Pada manusia banyak didapati berhala hingga tingkat ia
tidak memperhatikan bahwa ia tengah menyembah berhala-berhala itu. Selama ia
belum tulus murni demi Allah dan tidak bersedia menanggung segala musibah di jalan-
Nya, maka mustahil ketulusan dan keikhlasan akan timbul padanya.
Apakah Nabi Ibrahim a.s. meraih gelar ini secara cuma-cuma? Sama sekali,
‫ا‬ ‫ا‬
Tidak, justru suara ‫“( ۞ َو ِّإ ْب َر ِّاه ْي َم ال ِّذ ْي َوفى‬dan pada Ibrahim yang telah membuktikan
kesetiaannya” datang padanya adalah ketika ia bersedia untuk mengorbankan
puteranya. Sesungguhnya Allah Ta’ala itu menghendaki amalan, tidak ada lain yang ia
ridhai selain pengamalan. Dan itu tidak akan terealisasikan kecuali dengan
menanggung keperihan dan kepiluan. Namun seorang insan ketika bersedia untuk
menanggung kepiluan demi wajah Allah, Allah tidak menjatuhkannya dalam keperihan
itu. Oleh karena itu, ketika Hadhrat Ibrahim a.s. hendak mengorbankan puteranya
[demi] mengamalkan perintah Allah Ta’ala dan beliau a.s. berada pada kesediaan yang
sempurna untuk itu, Allah menyelamatkan puteranya. Beliau a.s. telah dilemparkan
pada api, namun api itu tidak sedikit pun memberikan pengaruh. Apabila seseorang
bersedia untuk menanggung ujian-ujian di jalan Allah, Allah akan menyelamatkannya
dari itu.
Apabila kita selalu menundukkan diri sujud di gerbang singgasana Allah disertai
kesabaran, doa, ketulusan dan kesetiaan, maka Allah akan bergerak cepat menuju
pada kita dan memberikan putusan pada musuh kita yang selalu menimpakan
kezaliman-kezaliman pada kita karena menurutnya ia seorang yang kuat. Di dalam Id
ini kita harus memeriksa standar-standar pengorbanan-pengorbanan kita, kesetiaaan,
ketulusan dan ketakwaan kita. Maka : secepat mana kita berupaya untuk memeriksa
diri kita dan membuat posisi-posisi kita pada standar Jemaat menjadi lebih baik,
secepat itu pula kita pun akan melihat pemandangan-pemandangan pertolongan,
bantuan dan dukungan Allah Ta’ala pada kita. Untuk itu pun hari ini berdoalah secara
khas pada Allah semoga Allah meningkatkan standar-standar kesetiaan, ketulusan dan
ketakwaan kita, dan kita akan menjadi seperti halnya apa yang Dia kehendaki dari
kita, kita akan menjadi demikian.
Selain daripada doa, seyogianya kita beramal sesuai dengan Ajaran ini, sehingga
setiap orang dari antara kita baik laki-laki maupun perempuan dan anak-anak
mengalami peningkatan secara amaliah sampai pada standar pengorbanan yang diraih
oleh Hadhrat Ibrahim a.s., Siti Hājar a.s. dan Hadhrat Ismail a.s. bukan hanya
keilmuan saja, hanya dengan begitu kita akan meraih limpahan-limpahan [keberkatan]
baiat ini dengan menunaikan hak baiat, yang pada hakikatnya harus diraih oleh orang-
orang berpegang kuat mengikuti Hadhrat Masih Mau’ud a.s.
Kita harus menempatkan pada neraca sabda Hadhrat Masih Mau’ud a.s. tentang
Idul Adha dimana beliau bersabda:
“Sesungguhnya Īdul Ad-hā’ ini afdal [yakni lebih utama] daripada Īdul awwal [idul
fitri] dan orang awam menamakannya juga “Īdul kabīr”, namun setelah direnungkan
dan diperhatikan beritahukanlah kepadaku, sehubungan dengan Id itu berapa banyak
mereka yang menaruh perhatian pada tazkiyyatun nafs (penyucian diri) dan penyucian
kalbunya dan berapa banyak yang mendapatkan bagian dari keruhanian dan
mengupayakan untuk mengadopsi nur yang ditempatkan pada id dhuha ini?”
Beliau bersabda: “Id ini yang dinamakan juga Īdul kabīr, menyimpan di dalamnya
suatu hakikat yang agung, namun amat disayangkan bahwa orang-orang tidak
menaruh perhatian padanya.”
Kalau demikian, kita harus selalu menaruh perhatian: bahwa nur yang Allah
Ta’ala mengutus dia di zaman ini untuk kebangkitan Islam kedua kalinya, kita harus
6
memeriksa diri kita secara kontinu untuk meraih bagian dari itu, kita memeriksa
dengan menyucikan diri kita dan kalbu kita, hingga batas manakah kita sungguh-
sungguh mengupayakan pelaksanaan dari Ajaran hakiki Islam pada diri kita dan
menyebarluaskannya di dunia? Jika kita berupaya untuk itu, maka pengorbanan-
pengorbanan kita akan diterima dan kita akan meraih limpahan dari nur ini juga,
semoga Allah memberikan taufik untuk itu pada kita.

Sehubungan dengan Idul adha secara ringkas saya ingin mengatakan tentang
perkara yang lain juga, tentang hal itu banyak orang-orang menanyakan pada saya
pada pertemuan-pertemuan pribadi dan dalam pertemuan-pertemuan dengar
pendapat juga, pertanyaannya adalah: Bagaimana kita melihat anak-anak waqf-e-Nou?
Saya sudah menyampaikan seputar topik ini dalam satu dan banyak khotbah saya di
banyak kesempatan, dan hari ini saya ingin mengatakan juga secara ringkas. Yang
termasuk karunia dan kebaikan besar Allah swt adalah bahwa para bapak dan para
ibu mengatakan labbaik pada seruan Hadhrat Khalifatul Masih ar-rabi r.h. dan
sejumlah anak-anak baik laki-laki maupun anak-anak perempuan mereka
persembahkan dalam program ini, dan mereka masih mempersembahkan dan
insyaallah akan selalu mempersembahkan putera puterinya juga.
Dengan izin Allah, contoh ini akan tetap eksis selama model-model keikhlasan,
dan kesetiaan tetap tegak dan terus tegak, dan sesungguhnya program mewakafkan
anak-anak juga akan tetap eksis, insyaallah, selama orang-orang tulus dari kalangan
anggota Jemaat menempatkan pada hadapan mata mereka firman Allah Ta’ala:
‫ا‬ ‫ا‬
‫“( ۞ َو ِّإ ْب َر ِّاه ْي َم ال ِّذ ْي َوفى‬dan pada Ibrahim yang telah membuktikan kesetiaannya.” QS An-
Najm, 53: 38) dan metoda ini akan tetap berkelanjutan selama nizam Jemaat tegak,
dan akan tetap tegak hingga Hari Kiamat sesuai dengan janji-janji Allah Ta’ala.

Walakin bapak-bapak yang tengah mempersembahkan atau telah


mempersembahkan anak-anak mereka dengan diwakafkan untuk mengkhidmati
agama mereka ingat bahwa wakaf ini menuntut pengorbanan, maka apa standar
pengorbanan itu? Yaitu apa yang telah dipersembahkan Hadhrat Ibrahim dan Hadhrat
Ismail a.s.; karena apa yang dikatakan Hadhrat Ibrahim pada puteranya:
“Sesungguhnya aku menampak dalam mimpi bahwa aku menyembelih engkau”, lalu
beliau menanyai puteranya sambil berkata: “Apa pendapatmu, wahai Ismail?”, maka
jawaban sang putera yang diberikan tarbiyat oleh ibu bapaknya yang terdepan dalam
kesalehan dan ketakwaan itu adalah ia mengatakan saat itu: “Wahai, Bapak
sempurnakanlah mimpimu dan insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk dari
antara orang-orang yang bersabar dan orang-orang yang berkurban”.
Karena itulah ibu bapak harus menempatkan pada benaknya ketika mewakafkan
putera-puteranya bahwa mereka akan menjalankan tarbiyat pada mereka seperti ini
dan mendoakan mereka sehingga jawaban putera-puteri mereka juga akan seperti
jawaban Hadhrat Ismail a.s.. Sepatutnya kedua orang tua tidak mewakafkan putera-
puterinya hanya karena ikut-ikutan atau sebatas mengikuti semangat yang bersifat
temporer, justru mereka harus melakukan inspeksi pada diri mereka apakah mereka
benar-benar sanggup menarbiyati anak-anaknya berada pada sisi ini yang mana
jawaban mereka adalah seperti jawaban Hadhrat Ismail a.s., jawaban itu tidak serta
merta datang melainkan apabila teladan kedua orang tua berhiaskan standar-standar
kebaikan dan ketakwaan yang tinggi, jika tidak, anak-anak akan tumbuh besar dan
mengatakan: “Kalian mewakafkan hidup kami meskipun kami tidak siap untuk itu, kami
tidak bisa mengkhidmati Jemaat untuk menghadapi kehidupan yang sederhana dan
kami tidak bisa bekerja di bawah kendali seperti ini dan itu, karena itu kami tidak kuasa
meneruskan wakaf.”
7
Sering dengan niat baik kedua orang tua ketika mewakafkan putera puterinya,
apabila dalam hal ini ada kelemahan dalam keadaan amaliah dan keruhanian mereka,
maka mereka tidak bisa memainkan peranan dalam menarbiyati putera puteri mereka
dan selanjutnya tidak akan bisa anak-anak ini bersedia untuk pengorbanan yang
dikehendaki. Oleh karena itu, orang tua dari anak-anak wakaf-e-Nou dan orang tua
yang ingin mewakafkan putera-puterinya untuk selalu mengintrospeksi dirinya apakah
mereka betul-betul tengah menjalankan standar yang dituntut ini? Demikian pula
anak-anak yang sekarang tumbuh dan bergabung untuk bekerja dalam bidang wakaf,
perhatian mereka adalah bagaimana supaya mereka bisa menjadikan standar mereka
dalam kesetiaan dan pengorbanan itu menjadi lebih baik, bukanlah perhatian mereka
itu pada keadministrasian tunjangan-tunjangan hidup mereka. Jika mereka
bertawakal pada Allah dan ketakwaan semakin meningkat, maka sesungguhnya Allah
sendiri akan memenuhi semua kebutuhan mereka.
Para waqifin Nou yang telah tampil dalam perkhidmatan untuk Jemaat harus
menciptakan dalam diri mereka sifat-sifat Hadhrat Ismail a.s., dengan demikian Allah
Ta’ala akan senantiasa membukakan jalan-jalan kebaikan dan kesuksesan. Semoga
Allah Ta’ala memberikan taufik untuk para orang tua untuk menunaikan kewajiban
mereka dalam menarbiyati anak-anaknya dan memberikan taufik pada para waqifin
Nou untuk memberikan pengorbanan untuk agama dengan memahami tanggung
jawab-tanggung jawab wakaf dan dengan bertawakal pada Allah Ta’ala dan semoga
mereka ini tidak akan tenggelam dalam dunia setelahnya merampungkan studi-studi
tinggi yang banyak justru seharusnya mereka mempersembahkan pengkhidmatan
mereka dengan penuh loyalitas mengutamakan agama dan menyempurnakan janji
wakaf mereka. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik untuk itu.

Sekarang kita akan berdoa, oleh karena itu ingatlah di dalam doa-doa kalian para
tawanan di jalan Allah – mereka yang telah digiring ke penjara-penjara karena
memperlihatkan kebenaran mereka dan karena keimanan mereka pada Hadhrat Masih
Mau’ud a.s. – semoga Allah Ta’ala menyediakan sarana-sarana untuk melepaskan
mereka dari penjara dan semoga Dia memelihara keluarga dan anak-anak mereka,
memberikan taufik pada mereka untuk bersabar dan tetap dalam kesabaran.
Doakanlah putera-puteri syuhada juga, semoga Allah Ta’ala tidak menyia-
nyiakan mereka dan doakanlah bagi semua waqifin semoga Allah Ta’ala memberikan
taufik pada mereka untuk mengkhidmati agama dengan segenap ketulusan dan
memberikan balasan pada mereka dengan balasan terbaik-Nya atas segala
pengkhidmatan yang mereka tunaikan. Seyogianya kita juga berdoa untuk setiap
ahmadi supaya meningkat dalam segi ketakwaan, begitu pun kita harus mendoakan
satu sama lain supaya Allah Ta’ala memberikan taufik pada kita untuk merealisasikan
standar-standar yang tinggi dalam kesetiaan terhadap Allah Ta’ala. Berdoalah untuk
mereka yang melakukan segala macam pengorbanan, baik mereka berkurban dengan
harta bendanya atau pun dengan waktunya, semoga Allah Ta’ala memberikan balasan
terbaik-Nya.
Sekarang kita akan berdoa dan sebelum ini saya ucapkan Id Mubarak untuk
semua, semoga Allah Ta’ala menjadikan Id berberkat bagi semua dari segala seginya,
semoga Dia memberikan taufik pada kita, semoga kita menjadi orang-orang yang
menarik karunia-karunia Allah dan Allah Ta’ala menerima pengorbanan-pengorbanan
kita yang tak berarti ini dan juga upaya-upaya kita yang tak bernilai ini, semoga Dia
memberikan kita taufik untuk berjalan pada jalan-jalan keridhaan-Nya. Amin.

8
‫‪Khotbah II‬‬

‫َ ا َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َا ْل َ‬


‫ِّلله ن ْح َمده َون ْس َت ِّع ْينه َون ْس َتغ ِّفره َون ْؤ ِّمن ِّب ِّه َون َت َوكل َعل ْي ِّه‬ ‫ِّ‬ ‫د‬ ‫ْ‬
‫م‬ ‫ح‬
‫ا َ ََ ْ ْ ْ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬ ‫ْ ْو ْ َ َ ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ََ‬
‫ات أ ْع َم ِّال َنا َم ْن اي ْه ِّد ِّه الله فل م ِّضل له ومن يض ِّلله‬ ‫ئ‬
‫ِّ ِّ‬‫ي‬ ‫س‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ن‬‫س‬
‫ِّ ِّ ِّ‬ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ش‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫الله‬‫ب‬
‫ِّ ِّ ِّ‬ ‫ذ‬ ‫ْ‬
‫و‬ ‫ع‬ ‫ن‬‫و‬
‫الله! َر ِّح َمكم‬ ‫َف َل َهاد َي َله ‪َ -‬و َن ْش َهد َأ ْن ََل إل َه إ اَل الله َو َن ْش َهد َأ ان م َح ام ًدا َع ْبده َو َرس ْوله‪ -‬ع َب َ‬
‫اد‬
‫ِّ‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ ِّ‬ ‫ِّ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫الله َيأمرِّبال َع ْد ِّل َوا ِّإل ْح َس ِّان َو ِّإ ْي َت ِّاء ِّذي الق ْرَبى َو َي ْن َهى َع ِّن ال َف ْحش ِّاء َوالم ْنك ِّر َوال َبغ ِّي‬ ‫الله! إ ان َ‬
‫ِّ‬
‫االله َي ْذك ْرك ْم َو ْادع ْوه َي ْس َتج ْب َلك ْم َو َلذ ْكر الله َأ ْكبرَ‬ ‫ْ َ‬ ‫َ‬
‫َي ِّعظكم لعلكم تذكرون أذكرو‬
‫ْ‬ ‫ْ َ َا ْ َ ا‬
‫ِّ‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ‬

‫‪Marilah bersama-sama kita berdoa.‬‬

‫‪Diterjemahkan oleh :‬‬


‫‪Abkari Munwana Sukandar‬‬

‫‪9‬‬

You might also like